dari mara bahaya seperti bencana alam dan lain- lain. Tari Topeng Sandar
merupakan warisan budaya yang selalu bertumpu pada pola-pola tradisi warisan budaya secara turun temurun. Sampai sekarang tradisi ngelawang tari Topeng
Sandar yang pementasannya dilaksanakan setiap hari suci purnama dibawakan oleh enam orang gadis yang masih muda yang tidak cacat jasmani dan rohani
masih eksis pada masyarakat Desa Pakraman Serangan Denpasar. Kepekaan terhadap pengaruh luar perlu mendapat perhatian agar
perkembangan dan kelangsungan keberadaan tari Topeng Sandar seperti yang dipentaskan di Desa Pakraman Serangan tersebut memiliki manfaat dan keunikan
yang sangat besar bagi masyarakat pendukungnya Masyarakat Desa Pakraman Serangan sehingga menarik untuk dikaji.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah akan difokuskan pada hal-hal sebagai berikut.
1. Bagaimana prosesi Tari Topeng Sandar di Desa Pakraman Serangan Denpasar.
2. Apa fungsi dan makna tari Topeng Sandar di Desa Pakraman Serangan Denpasar.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Mengaplikasikan konsep dan teori yang relevan terhadap fokus permasalahan dalam penelitian ini. Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah sumber informasi secara keilmuan bagi akademisi yang berminat melakukan penelitian selanjutnya. Untuk mengetahui gambaran umum
eksistensi tari Topeng Sandar di Desa Pakraman Serangan Denpasar.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus dilakukan untuk mencapai tujuan berikut:
1. Untuk mengetahui fungsi dan makna tari Topeng Sandar di Desa
Pakraman Serangan Denpasar.
2. Untuk mengetahui bagaimana prosesi tari topeng Sandar di Desa
Pakraman Serangan Denpasar
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di bidang teoritis maupun praktis, antara lain sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis mengenai unsur - unsur budaya yang terdapat dalam tari Topeng Sandar.
2. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian dalam bidang tari.
1.4.2 Manfaat Praktis
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi bahan pertimbangan kususnya bagi Masyarakat Desa Pakraman Serangan
Denpasar serta dalam rangka melestarikan budaya seni tari bernilai sakral dan unik. Selanjutnya bahan ini juga diharapkan dapat dipergunakan sebagai dasar
dalam memahami dan memaknai nilai-nilai ajaran Agama Hindu.
1.5 Kerangka Teori dan Konsep 1.5.1 Kerangka Teori
Dalam banyak tulisan seringkali istilah analisis fungsional dan fungsionalisme disamakan, padahal keduanya berbeda. Analisis fungsional adalah
suatu kajian yang menempatkan elemen sosial dan kultural dengan penekanan pada hubungan pengaruh-mempengaruhi. Sebaliknya, fungsionalisme adalah
suatu doktrin yang menekankan telaah aspek sosial dan kultural dengan tujuan untuk mengetahui hakikat keberadaannya.
Bentuk tari dapat dilihat dengan pendekatan structural. Struktural dalam tari adalah hubungan antara bagian tari secara keseluruhan. Pendekatan melalui
struktural biasanya menghasilkan gambar dari gaya tari yang berbeda. Dengan pendekatan structural orang dapat mengamati tari mulai dari adegan, seke, dan
gerak-gerak unit kecil atu motif Bandem, 1966. Sementara Robert Scoles 1973:4 dalam bukunya Structural In Literature mengatakan bahwa
Structuralism is away of looking for realirty not individual things but in the relationship omang them. Yang artinya struktural adalah suatu cara untuk mencari
kenyataan bukan secara individualterpisah, tetapi dalam suatu hubungan yang satu dengan yang lainnya.
Melalui teori struktural-fungsional ini, diharapkan agar dapat menjelaskan lebih seksama fungsi tari Topeng Sandar dalam kegiatan upacara yadnya dan juga
akan dipergunakan untuk membahas hubungan antara bagian dari beberapa elemen yang dikemas secara terpadu, terjalin menjadi satu kesatuan, saling terkait
dan tidak dapat dipisahkan, sehingga menjadi sebuah seni pertunjukan. Adapun elemen-elemennya berupa: gerak tari, rias, busana, lampu, tempat pementasan,
komposisi, upakara, property dan sebagainya. Kajian fungsi adalah kajian melalui pendekatan kontektual sebagai
masukan bagi konteks itu sendiri. Masukan itu untuk menyampaikan wujud dari suatu masyarakat atau kebudayaan Royce, 1977:64.
Spiro dalam Koentjaraningrat, 1986:213 menyatakan bahwa ada tiga cara pemakaian untuk istilah fungsi, yakni:
a. Pemakaian yang menerangkan fungsi itu sebagai hubungan guna antara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu.
b. Pemakaian yang menerangkan korelasi antara suatu hal dengan hal lain.
c. Pemakian yang menerangkan hubungan yang terjadi antara suatu hal dengan hal-hal lain dalam suatu siatem yang terintegrasi suatu bagian
dari suatu organisasi yang berubah, menyebabkan perubahan berbagai bagian lain, malahan menyebabkan perubahan seluruh organism.
Jadi, fungsionalisme menyatakan setiap fenomena cultural selalu ada gunanya. Sebab jika tidak berguna fenomena itu akan lenyap dengan sendirinya
Cohen, 2000:383. Menurut Malinowski dalam Triguna, 1997:114 teori fungsional
merupakan bagian dari pendekatan sistematik dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya. Pendekatan sistematik terlihat dari pandangannya bahwa “teori fungsi mengakui
adanya bagian-bagian dari sebuah sistem, yang jika salah satu bagian mengalami perubahan makna, komponen yang lain akan mengalami perubahan. Artinya, teori
fungsional menjelaskan arus sebab dan akibat yang menjadi inti mekanisme sebuah sistem sehingga analisis dengan menggunakan teori fungsional dapat
memberikan pemahaman tentang hal-hal menonjol pada waktu dan tempat tertentu. Dalam hal ini teori fungsional struktural akan digunakan untuk melihat
fungsi dan makna tari Topeng Sandar. Teori fungsionalisme struktural ini dipandang tepat untuk digunakan
dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut. Pertama, asumsi dasar teori ini adalah bahwa sesuatu yang fungsional akan eksis sementara hal-hal
yang bersifat disfungsi akan hilang dengan sendirinya. Kedua teori ini juga mampu memberikan pisau analisis terhadap proses adaptasi, dalam hal ini
adaptasi budaya, menyangkut fungsi dan makna tari Topeng Sandar. Ketiga, bahwa teori ini memandang bahwa masyarakat selalu dalam keadaan yang
seimbang. Dengan menggunakan teori ini diharapkan bisa membantu proses analisis menyangkut fungsi dan makna tari Topeng Sandar pada masyarakat Desa
Pakraman Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Sejalan dengan teori tersebut, penciptaan sebuah karya seni selalu
memiliki tujuan fungsi. Fungsi kesenian ditengah-tengah masyarakat dapat dilihat dari keterlibatan kesenian untuk keperluan tertentu. Dalam kontek seni
pertunjukan apabila dicermati dengan seksama, ternyata fungsi seni pertunjukan memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan masyarakat. Dalam
membedah permasalahan fungsi dan makna tari Topeng Sandar juga tidak terlepas dari teori religi. Pamaha Ball 1988:35 mengatakan bahwa ada dua paham
tentang relegi: pertama relegi sebagai bagian hidup kesusilaan manusia dan memiliki nilai susila yang tinggi. Gagasan termaksud telah diuraikan secara
filisofi oleh Kant. Kedua relegi sebagai tergolong dalam alam hidup manusia. Relegi kedua ini menghendaki tidak kebenaran utama, yaitu: percaya bahwa
Tuhan ada, percaya kepada hukum kesusilaan alamiah, dan pada roh yang abadi Endraswara,2003:162.
Dalam pandangan Geertz 2000:170 bahwa religi adalah pandangan unik yang bermakna, memuat identitas diri, dan kekuatan tertentu. Sebagai sebuah
pengalaman, tentu saja religi tak akan lebih dari subyektivitas pelakunya. Dengan kata lain, religi akan berhubungan dengan rasa, tindakan, dan
pengalaman nyata yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Setiap orang memiliki perasaan dan pengalaman yang berbeda dalam menjalankan religi
masing-masing. Bahkan, dalam perkembangan selanjutnya religi sering dipengaruhi oleh hal ihwal diluar dirinya Endraswara, 2003:168.
E. Durkheim membagi dasar religi menjadi lima komponen yaitu : 1 emosi keagamaan yang menyebabkan manusia bersifat religius; 2 sitem
kayakinan yang mengandung segala keyakinan serta bayangan manusia tentang sifat-sifat tuhan, tentang wujud dari alam gaib supranatural, serta segala nilai,
norma, dan ajaran dari religi yang bersangkutan; 3 sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan dengan Tuhan, dewa-dewa
atau makhlik-makhluk halus yang mendiami alam gaib; 4 ritus dan upacara religi biasanya digunakan bermacam-macam sarana dan prasarana; dan 5 sistem
religi adalah umatnya, atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan yang melaksanakan sistem ritus serta upacara koentjaraningrat, 1985:42-45.
J.G. Frazer, dalam bukunya The Golden Bough jilid I seperti ditulis oleh Koentjaraningrat 2002:196–197, mengatakan bahwa manusia memecahkan
masalah-masalah hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya, tetapi akal dan sistem pengetahuan manusia terbatas. Makin maju kebudayaannya, makin
luas batas akal itu. Dalam banyak kebudayaan batas akal manusia masih sangat sempit. Soal-soal hidup yang tidak dapat mereka pecahkan dengan akal,
dipecahkan dengan magic, atau ilmu gaib. Menurut Frazer, ketika religi belum hadir dalam kebudayaan manusia, manusia hanya menggunakan ilmu gaib untuk
memecahkan masalah-masaah hidup yang berada di luar jangkauan akal dan pengetahuannya. Ketika mereka menyadari bahwa ilmu gaib tidak bermanfaat
bagi mereka, mulailah timbul kepercayaan bahwa alam dihuni oleh makhluk- makhluk halus yang lebih berkuasa, dengan siapa manusia kemudian mulai
mencari hubungan, sehingga timbullah religi.
Berdasarkan pemahaman teori di atas, diharapkan dapat membantu untuk mengkaji tari Topeng Sandar, yang terkait dengan emosi keagamaan, sistem
keyakinan, kepercayaan, nilai, norma, pada masyarakat Desa Pakraman Serangan.
1.5.2 Kerangka Konsep 1.5.2.1 Tari
Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan
si pencipta Haukins: 1990, 2. Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media
ungkap yang disamarkan. Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan. Tari dalam
kesucian masyarakat Bali dibagi menjadi tiga 3 yaitu
1. Tari Wali sacred, religius dance . 2. Tari Bebali ceremonial dance .
3. Tari Balih-balihan secular dance .
1.5.2.2 Topeng
Topeng secara arti kata adalah suatu benda penutup muka yang dibuat dari kayu, kertas, kain dan bahan lainnya bentuknya bermacam-macam dari yang
berbentuk Dewa-Dewa, Manusia, binatang dan lain-lainnya. Di Bali topeng dipakai menyebutkan suatu bentuk drama tari yang semua pelakunya
menggunakan topeng dengan ceritra yang bersumber pada ceritra sejarah maupun babad-babad.
Menurut Panji dan Bandem dalam bukunya Ensiklopendi Musik dan Tari daerah Bali menjelaskan kata Topeng berasal dari kata “Tup” yan berarti tutup,
kemudian karena gejala bahasa yang disebut formatif form pembentukan kata, kata Tup ditambah saja dengan kata “eng” kemudian menjadi “tupeng”. Tupeng
kemudian mengalami beberapa perubahan sehingga menjadi “Topeng” Wardana,19931994.4. Beryl de Zoete and Walter Spies dalam bukunya, Drama
and Dance in Bali antara lain mengatakan “……..For topeng simple means something pressede against the face i,e,a mask” artinya : Topeng secara sederhana
berarti benda yang di tekan pada muka, yaitu tapel.
1.5.2.3 Sandar
Menurut Poerwadarminta, 1976:865 dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengatakan bahwa Bersandar 1 -kan, ke kpd, pd, atas: 1 berdiri,
duduk, terletak dsb bersangga pd; mengenakan punggung lambung atau dada pd sesuatu supaya kokoh atau lebih enak duduknya dsb.
Dalam Kamus Bali Indonesia, 1991:604 disebutkan bahwa sandar- sandaran: penari semacem jauk dalam Barong. Sandar sandaran: penari semacam
Jauk dalam Barong. Sandar dalam penelitian ini mengacu kepada pendapat informan: Mangku Pura Dalem Kahyangan sebagai berikut: Sandaran dengan
awalan Sandar yang artinya perempuan yang belum beranjak dewasa, merupakan bahasa istilah yang dimiki masyarakat Serangan dalam tarian sakral tersebut,
wawancara tanggal 18 September 2011.
1.5.2.4 Fungsi
Fungsi dalam sistem kebudayaan dapat dibedakan atas fungsi keagamaan dan fungsi kesenian. Fungsi yang pertama merupakan sarana ekspresi simbolis
untuk mewujudkan konsepsi-konsepsi keagamaan, khususnya yang berkenaan
dengan kekuatan-kekuatan gaib tertentu, sedangkan fungsi yang kedua merupakan ekspresi simbolis untuk menyalurkan tanggapan-tanggapan kesan atas alam
beserta sifat-sfatnya, maupun atas konsep-konsep budaya tertentu melalui bentukan-bentukan visual yang terencana. Edi Sedyawati, 1993 : 12.
Berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat gunanya untuk memuaskan sejumlah hasrat naluri manusia. Karena itu unsur-unsur
kesenian, berfungsi untuk memuaskan hasrat naluri manusia akan keindahan, unsur-unsur sistem pengetahuan untuk memuaskan hasrat untuk tahu
Koentjaraningrat, 1996 : 88. Lebih lanjut dijelaskan pula fungsi kesenian bila dipandang dari segi agamanya terbagi menjadi tujuh yaitu: 1 memanggil
kekuatan gaib, 2 menjembut roh-roh baik, 3 menjembut roh untuk hadir di tempat penujaan, 4 peringatan pada nenek moyang, 5 perlengkapan upacara
saaat-saat tertentu dalam putaran waktu, 6 perlengkapan upacara dengan tingkat- tingkat hidup manusia, 7 perwujudan dari dorongan untuk mengungkap
keindahan semesta Edi Sedyawati, 1981:51.Secara garis besar berbagai bentuk seni pertunjukan mempunyai tiga fungsi utama yaitu: 1 berfungsi sebagai sarana
upacara ritual, 2 berfungsi sebagai hiburan pribadi, 3 berfungsi sebagai penyajian estetis Soedarsono, 199:164. Seni pertunjukan pada dasarnya adalah
hasil karya kolektif, yang merupakan salah satu cabang dari kesenian yang memiliki fungsi penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia baik social
maupun spiritual. Seni pertunjukan yang di tampilkan di dalam upacara adat mempunyai fungsi sosial yang sangat penting. Ia member dorongan solidaritas
pada masyarakat dalam mempersatukannya, kemauan, niat, dan perasaan mereka dalam menjalankan upacara tersebut. Seni pertunjukan sebagai seni yang lainnya
secara historis selalu memiliki suasana kontektual dimana seni tidak dapat dilihat tanpa fungsi tertentu bagi masyarakat pendukungnya atau sebagian kelompok dari
masyarakat masing-masing budaya. White, 1991:58-61 Dari berbagai rumusan fungsi seni tersebut di atas, secara garis besar
dinyatakan bahwa pada dasarnya seni bertujuan kepentingan ritual dan untuk kepentingan manusianya sendiri. Kalau dikaitkan dengan fungsi dari pada
penyajian tari Topeng Sandar, maka penyajian tari ini berfungsi sebagai sarana ritual.
1.5.2.5. Makna
C.S. Peirce 1995:31 salah seorang tokoh semiotika, membuat klasifikasi jenis tanda menjadi tiga yang berbeda secara esensial, terutama dalam
hubungannya dengan obyek-obyeknya, yakni ikon icon, indeks index, dan simbol symbol. Dalam seni pertunjukan tradisional, misalnya ikon bisa
digambarkan sebagai wujud atau pengejawantahan gagasan seni menjadi genre kesenian tradisional tertentu. Indeks adalah berbagai fungsi literal seni
pertunjukkan tradisional itu sendiri, misalnya yang berhubungan dengan nilai- nilai filosofi dan kesusastraan. Simbol berhubungan dengan fungsi linear fungsi
sosial dan vertikal nilai-nilai metafisik yang ada, serta berbagai nilai-nilai ideal seperti kebiasaan adat dan hukum norma yang berlaku dalam berbagai genre
yang ada C.S. Peirce, 1995:34. Secara umum, seni mempunyai beberapa makna. Kleden mendifinisikan
bahwa nilai atau makna dianggap sebagai suatu yang berhubungan dengan kebudayaan atau secara lebih khusus dengan dunia simbolik dalam kebudayaan.
Dunia simbolik adalah dunia yang menjadi tempat diproduksi direproduksi dan disimpan muatan mental dan muatan kognitif kebudayaan, baik berupa makna
dan simbol, maupun nilai-nilai dan norma yang ada dalam suatu kebudayaan Kayam, 1996:5-6.
Untuk memahami simbol-simbol keagamaan, Mircea Eliade dalam tulisannya : Kunci-kunci metodologis dan studi simbolisme kaagamaan yang
menyatakan bahwa kunci utama memahami simbol-simbol keagamaan adalah bagaimana dunia agar berbicara atau mengungkapkan diri, melalui simbol-
simbol dan bukan dalam bahasa intiliktarian atau obyektif. Simbol bukan sekedar cerminan realitas obyektif. Ia mengungapkan sesuatu lebih pokok dan lebih
mendasar. Lebih lanjut Mircea Eliade 2001:66 mengungkapkan bahwa simbol keagamaan mampu mengungkapkan suatu modalitas yang nyata akan struktur
dunia yang tidak nampak pada pengalaman langsung. Dalam mengilustrasikan bagaimana sebuah simbol mampu mengungkapkan modalitas kenyataan yang tak
terjangkau oleh pengalaman manusia. Sesuai dengan kajian tersebut di atas, dijelaskan dengan analisis makna
adalah suatu usaha menelusuri isi atau kandungan dibalik bentuk yang dipakai, sebagai aktualisasi fungsi-fungsi yang terdapat pada kesenian pada realita sosial
budaya masyarakatnya. Oleh karena itu, analisis makna dilakukan dengan sejalan dengan analisis fungsi. Dan juga analisis makna dilakukan dengan jalan
mengungkapkan makna-makna ekplisit maupun implisit yang terkandung didalam tari tersebut.
1.5.2.6. Desa Pakraman
Kata Desa berasal dari bahasa Sansekerta artinya petunjuk atau batas, sedangkan Pakraman berasal dari kata Krama artinya kerja. Jadi Desa Pakraman
adalah suatu peguyuban hidup dalam suatu wilayah tertentu dimana kehidupan bersama itu diatur oleh suatu batasan-batasan agama, Jadi apa yang disebut Desa
Adat dewasa ini sesungguh Desa Pakraman Wiana, 2003:12. Sedangkan menurut Perda 03 tahun 2001 Provinsi Bali adalah kesatuan
masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tatakrama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara tutun-temurun
dalam ikatan Kahyangan Tiga Kahyangan Desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangga sendiri.
Dari perda ini paling tidak dapat ditemukan enam titik pokok yang membentuk desa Pakraman, yaitu 1 kesatuan masyarakat hukum adat di Propinsi Bali, 2
mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata Krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun-temurun, 3 dalam ikatan Kahyangan Tiga Kahyangan
Desa, 4 mempunyai wilayah tertentu, 5 mempunyai harta kekayaan tersendiri, dan 6 berhak mengurus rumahtangga sendiri. Akan tetapi pada kenyataannya
kenyataannya tidak selalu demikian. Mengingat tidak jarang ditemukan pada sebagian dari desa pakraman di Bali, bahkan banjar yang kramanya tidak semua
beragama Hindu.
1.6 Model
Untuk mempermudah didalam memahami permasalahan yang hendak dibahas dengan menggunakan model penelitian
Model :
Keterangan: Alur Kajian
Saling Berpengaruh
AGAMA BUDAYA
FUNGSI DAN MAKNA SENI TARI TOPENG
SANDAR DI DESA PAKRAMAN SERANGAN
MASYARAKAT
LATAR BELAKANG PEMENTASAN
MASYARAKAT DESA PAKRAMAN SERANGAN
Suatu sistem upacara pada khususnya merupakan ciptaan dari suatu sistem kepercayaan religi yang terpadu oleh mitos-mitos yang landasi oleh keyakinan
itu sendiri. Sebagai suatu ciptaan dari kepercayaan dapat terungkap lewat prosesi upacara. Terdapat fungsi antara lain fungsi riligius dari tari topeng sandar, fungsi
sosial, keselamatan dan keharmonisan kehidupan masyarakat. Prosesi dan fungsi dari sistem kepercayaan terwujud dan berpusat pada masyarakat setempat.
Tari Topeng Sandar diadakan di Pura Dalem Kahyangan yaitu sebuah tempat sembahyang yang erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Desa
Pakraman Serangan adalah turunnya anugrah Tuhan untuk menyeimbangkan dari semua kegelisahan. Karena tarian ini telah mentradisi dilaksanakan sebulan sekali
disaat hari suci purnama. Manusia dalam kehidupan bermasyarakat selalu mengklasifikasikan setiap
gejala yang dihadapi. Klasifikasi yang paling sederhana ialah dengan menggolongkan gejala di masyarakat menjadi dua bagian yang dipertentangkan,
namun satu sama lainnya saling membutuhkan. Dengan adanya sistem penggolongan seperti abstrak, penggolongan menjadi dua bagian yang saling
bertentangan dalam konsep orang Bali disebut rwabhineda, seperti kanan dan kiri, hitam dan putih, positif dan negatif. Gejala tersebut telah diisi dengan muatan
yang sesuai dengan pengetahuan budaya masyarakat yang di simpan dalam mitologi-mitologi, baik yang disampaikan secara tertulis maupun lisan.
Upacara yang dikaitkan dengan mitologi dan dongeng suci mempunyai pengaruh dan efek terhadap struktur hubungan antara warga suatu komunitas Desa
Pakraman menjadi jelas. Mitologi baik tersimpan secara lisan maupun tertulis dapat memberikan pedoman, sehingga tingkah laku warga masyarakat sesuai
dengan teks-teks yang tadi. Hal ini dilihat dari pelaksanaan tari topeng tersebut yang dilakukan yang didalamnya merupakan penggambaran simbolik dari sistem
penggolongan yang dianut oleh masyarakat. Dengan melihat upacara itu, maka dapat mengungkap struktural sosial masyarakat pendukung dengan tari topeng
sandar mencerminkan hubungan struktural fungsional yang akan diungkap.
1.7 Metode Penelitian