Sebaran vertikal SV plankton

4.2 Sebaran Vertikal SV Plankton dan Waktu

4.2.1 Sebaran vertikal SV plankton

Sebaran vertikal plankton tergantung dari berbagai faktor, diantaranya intensitas cahaya, kepekaan terhadap perubahan salinitas, arus dan densitas air Arinardi et al, 1997. Pola sebaran vertikal dipengaruhi oleh percampuran massa air secara vertikal, proses percampuran ini sangat berperan dalam menyuburkan kolom perairan yaitu dengan cara mengangkat nutrien dari lapisan dalam ke permukaan. Meningkatnya nutrien pada lapisan kolom perairan dibantu dengan banyaknya penetrasi cahaya matahari yang masuk pada kolom perairan menyebabkan peningkatan laju produktivitas primer melalui aktivitas plankton Chavez dan Barber, 1987. Analisis SV terhadap kedalaman dilakukan pada kedalaman 5 – 50 m Layer 2 – 10. Analisis tersebut menunjukkan bahwa pada kedalaman 5 sampai 50 m nilai SV relatif tinggi dilihat dari banyaknya data yang terintegrasi pada kedalaman tersebut memiliki nilai SV berkisar antara -70 dB sampai -72 dB yang ditunjukkan dengan lingkaran pada Gambar 6. Hasil perekaman data akustik pada saat survei menunjukkan bahwa perairan Pangkep merupakan tipe perairan dangkal dengan kedalaman perairan kurang dari 60 m. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh BPPL pada saat survei, lokasi penelitian sebagian besar merupakan daerah terumbu karang. Daerah terumbu karang biasanya memiliki tingkat kecerahan tinggi dan menyebabkan tingginya penetrasi cahaya matahari yang masuk ke perairan. Tingginya penetrasi cahaya yang masuk ke perairan secara tidak langsung menyebabkan tingginya kelimpahan plankton di lokasi penelitian. Gambar 6. Sebaran Vertikal SV dB Plankton terhadap Kedalaman m Lokasi penelitian, perairan Pangkep berada di Selat Makassar. Selat Makassar memegang peranan penting karena merupakan pintu gerbang utama lewatnya Arus Lintas Indonesia Arlindo. Secara umum Selat Makassar merupakan jalur lintasan di kawasan lintang rendah yang mentransfer panas, salinitas rendah dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia Gordon, 2000. Pola arus permukaan pada Selat Makassar telah diteliti oleh Purwandani 2001, pada saat musim barat khususnya bulan Oktober angin bergerak dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik. Arus bergerak dari Selat Makassar bagian utara menuju selatan dengan kecepatan yang cukup tinggi kemudian menurun pada saat menuju Laut Jawa. Arus yang cukup kencang yang berasal dari Selat Makassar bagian utara akan mempengaruhi pola sebaran dari plankton, pola arus akan berbanding terbalik dengan kelimpahan plankton. Perairan Pangkep yang berada dibagian selatan Selat Makassar, memiliki kecepatan arus yang relatif rendah yaitu berkisar antara 2-3 ms dengan suhu yang berkisar antara 26-27,5 C, banyaknya pulau-pulau kecil dan muara sungai menyebabkan kelimpahan plankton didaerah tersebut relatif tinggi Purwandani, 2001.

4.2.2 Sebaran SV terhadap waktu