Madu TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan nila

Berdasarkan kandungan kalium dalam madu Tabel 1, kalium juga berpotensi dalam mengarahkan jenis kelamin jantan pada ikan nila, seperti pada pernyataan Capelo et al.2001 bahwa kalium berfungsi sebagai pengarah diferensiasi kelamin ikan melalui modulasi peredaran testosteron, dan pengendalian tindakan androgen.Pertumbuhan bobot spesifik SGR, tingkat kelangsungan hidup KH, dan biomassaikan antar perlakuan madu dan dengan kontrol adalah tidak berbeda nyata p0,05; Tabel 2. Tidak adanya perbedaan nilai pertumbuhan dan biomassa antara perlakuan dan kontrol dapat dikatakan bahwa madu tidak memberikan efek yang berbeda terhadap pertumbuhan sampai pada akhir penelitian. Perbedaan pertumbuhan ikan nila mulai tampak ketika ikan mulai matang gonad, sementara lama waktu pemeliharaan ikan pada penelitian adalah dua bulan, sehingga belum bisa menggambarkan perbedaan pertumbuhan seperti yang dikatakan Popma dan Masser 1999 bahwa ikan nila jantan tumbuh 2 kali lebih cepat daripada ikan betina. Dikatakan pula bahwa dalam kondisi optimum, ikan nila akan mencapai matang gonad di kolam budidaya pada usia 5 sampai 6 bulan 150-200 g. Hal ini menunjukkan adanya peluang pertumbuhan yang lebih tinggi pada ikan hasil perlakuan disbanding ikan kontrol, jika ikan dipelihara lebih lanjut sampai mencapai matang gonad. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan pada ikan perlakuan chrysin dan kalium diduga disebabkan oleh kepadatan ikan lebih rendah akibat dari KH yang lebih rendah p0,1 dibandingkan dengan kontrol Tabel 3. Selanjutnya, KH yang lebih rendah pada perlakuan chrysin dan kalium diduga karena kedua bahan kimia tersebutpada kadar yang diuji bersifat toksik pada larva.

4.2 Kualitas air

Dalam penelitian ini kualitas air yang diukur meliputi pH dan suhu. Nilai pH dan suhu air selama perlakuan dan pemeliharaan dari semua ikan perlakuan dan kontrol berada pada kisaran yang dapat ditoleransi oleh ikan nila, yaitu suhu 27-28 o C dan pH 5,9-7,8 Tabel 4 dan 5. Kondisi ini masih pada kisaran optimum bagi ikan nila Popma dan Masser, 1999 bahwa nilai pH untuk ikan nila adalah 6-9 dan suhu 25 -28 o C. Tabel 4. Hasil pengukuran kualitas air pada perlakuan menggunakan madu Pemeliharaan Perlakuan pH Suhu o C Saat Perendaman Kontrol Madu Ternak Madu Hutan Madu Bakau 7,8 7,0 6,9 6,0 28 28 28 28 Saat dipindah di Aquarium Kontrol Madu Ternak Madu Hutan Madu Bakau 7,2 6,8 7,3 6,9 28 28 28 28 Di dipindah ke Hapa Kontrol Madu Ternak Madu Hutan Madu Bakau 6,0 6,0 6,0 6,0 27 27 27 27 Tabel 5. Hasil pengukuran pH dan suhu pada perlakuan chrysin dan kalium Pemeliharaan Perlakuan pH Suhu o C Saat Perendaman Kontrol Chrysin Kalium 7,8 7,7 6,9 28 28 28 Saat dipindah di Aquarium Kontrol Chrysin Kalium 5,9 5,9 5,9 28 28 28 Di dipindah ke Hapa Kontrol Chrysin Kalium 6,5 6,5 6,5 28 28 28

4.3 Ekspresi gen aromatase

Berdasarkan ekspresi gen aromatase pada jam 1, 6, 12, 24, dan 48 pasca perendaman Gambar 2 terlihat perbedaan ekspresi gen pada tipe gonad tipe 1 dan otak tipe 2. Ekspresi gen aromatase tipe gonad terdeteksi pada jam ke-12, 24, dan 48 pada ikan kontrol, sedangkan pada ikan perlakuan tidak terdeteksi. Hal ini menunjukan pada jam ke-12 pasca perendaman, madu berhasil menekan ekspresi gen aromatase tipe gonad. Pada perlakuan chrysin dan kalium juga terlihat penekanan ekspresi aromatase gonad pada jam ke-12 Gambar 3 sama halnya dengan pasca perendaman menggunakan madu. Hal ini menunjukan bahwa madu, chrysin dan kalium terbukti berhasil menekan ekspresi gen aromatase gonad pada