Besarnya
treatment gap
ini antara lain disebabkan oleh sumber daya di bidang kesehatan jiwa yang tersedia tidak mencukupi, tidak terdistribusikan secara merata dan tidak
digunakan secara efisien sehingga akses terhadap layanan kesehatan jiwa menjadi sulit.
5
Integrasi layanan kesehatan jiwa di layanan primer merupakan salah satu jawaban dalam mengatasi besarnya
treatment gap
orang dengan gangguan jiwa. Ketersediaan layanan kesehatan jiwa di layanan primer menjadi langkah awal yang mendasar dalam mengatasi
orang dengan gangguan jiwa secara lebih mudah dan lebih cepat.
1
II. Upaya Layanan Kesehatan Jiwa di Layanan Primer 1.
Angka Gangguan Jiwa di Layanan Primer
Menurut
The World Health Report
tahun 2001, 24 dari pasien yang mengunjungi dokter di layanan primer adalah penderita gangguan jiwa, 69
diantaranya datang dengan keluhan-keluhan fisik dan ternyata tidak ditemukan gangguan fisiknya.
1
Penelitian lain menunjukkan bahwa lebih dari 12 orang dengan masalah kesehatan jiwa, mencari perawatan masalah kesehatan jiwanya kepada dokter
layanan primer.
6
World Health Organization
-
Psychiatric Prevalence in General Health Care
WHO-PPGHC juga menyebutkan bahwa kurang lebih 23 pengunjung layanan primer menunjukkan satu gejala psikiatrik dan 14 diantaranya memiliki
diagnosis gangguan psikiatrik berdasarkan ICD X.
7
Salah satu penelitian yang di lakukan di Jawa Barat pada tahun 2002
point prevalence; unpublished
, juga menunjukkan hasil yang mendukung penelitian- penelitian international sebelumnya, bahwa 36 pasien yang datang berobat ke
puskesmas layanan primer mengalami gangguan kesehatan jiwa.
8
2. Integrasi Layanan Kesehatan Jiwa di Layanan Primer
Tuntutan internasional baik global maupun regional bagi semua negara termasuk Indonesia untuk menurunkan
treatment gap
orang dengan gangguan jiwa, penyediaan layanan kesehatan jiwa yang komprehensif dan kontinyu
serta melibatkan peran aktif masyarakat semakin kuat.
9
Pemberian layanan kesehatan jiwa di layanan primer menjadi salah satu jawaban dalam memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut.
Layanan kesehatan jiwa yang disediakan di layanan primer, bukanlah pelayanan khusus kesehatan jiwa yang berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam layanan umum.
8
Integrasi layanan kesehatan jiwa di layanan primer tersebut telah direkomendasikan oleh
World Health Organization
WHO dan
World Organization of Family Doctors
WONCA sejak tahun 2001 dan saat ini telah dituangkan dalam
WHO Global Mental Health Action Plan
2013-2020.
1,4,9
Hal tersebut juga telah
menjadi kebijakan regional ASEAN yang telah disepakati bersama oleh tiap negara anggota, dengan membuat target dan indikator kinerja ASEAN melalui
ASEAN Mental Health Taskforce.
9
Di Indonesia, amanah untuk melaksanakan integrasi layanan kesehatan jiwa dalam pelayanan kesehatan umum di Puskesmas dituangkan dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa dalam pasal 34.
11
Undang-Undang ini merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan tugas negara untuk menghargai,
melindungi dan memenuhi
to respect, to protect and to fulfill
hak masyarakat, di bidang kesehatan jiwa. Hal ini telah ditindak lanjuti dengan adanya kebijakan nasional
yang tercantum dalam Peta Strategis, Rencana Aksi Kesehatan Jiwa tahun 2015-2019, lampiran RPJMN 2015-2019, dan Standar Pelayanan Minimal di Provinsi dan
KabupatenKota Bidang Kesehatan tahun 2015-2019.
10
Regulasi-regulasi tersebut diharapkan menjadi pegangan bagi semua pihak untuk semakin memenuhi kebutuhan
layanan kesehatan jiwa bagi masyarakat. Kondisi yang terjadi di Indonesia saat ini tidak jauh berbeda dengan
permasalahan secara global yang terjadi di negara berkembang lainnya yaitu keterbatasan sumber daya di bidang kesehatan jiwa. Penguatan dan pemanfaatan
sumber daya yang telah dimiliki secara optimal menjadi sangat penting. Puskesmas sebagai layanan kesehatan primer adalah ujung tombak layanan kesehatan di
masyarakat, yang dimiliki oleh seluruh kecamatan di Indonesia.
12
Dengan demikian Puskesmas memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan layanan kesehatan
jiwa yang paling dekat dan mudah diakses oleh semua masyarakat. Puskesmas memiliki kewajiban dalam memenuhi hak dan kebutuhan masyarakat di bidang
kesehatan termasuk kesehatan jiwa. Hal ini harus didukung dengan kebijakan yang sesuai, fasilitas sarana prasarana termasuk ketersediaan obat, serta penguatan
kapasitas sumber daya manusia secara optimal, yang telah dituangkan dalam Peta Strategi Kesehatan Jiwa Masyarakat 2015-2019. Peta Strategi Kesehatan Jiwa
masyarakat ini merupakan skema perumusan mengenai kesehatan jiwa untuk mengimplementasikan aksi-aksi strategi dalam mendukung promosi kesehatan jiwa,
prevensi terhadap gangguan jiwa, serta kurasi dan rehabilitasi yang akan menjadi acuan dalam melaksanakan progran kesehatan jiwa di masyarakat.
9
Pentingnya integrasi layanan kesehatan jiwa di layanan primer didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut : 1. Gangguan jiwa merupakan beban yang
besar dan banyak ditemukan di masyarakat, 2. Masalah kesehatan fisik dan masalah
kesehatan jiwa saling mempengaruhi, 3. Kesenjangan pengobatan gangguan jiwa yang sangat besar, 4. Layanan primer mudah diakses oleh masyarakat, 5. Layanan
jiwa di layanan primer menunjukkan penghormatan hak asasi manusia, menurunkan stigma dan diskriminasi, 6. Biaya terjangkau dan efektif, 7. Memberikan
outcome
yang baik terutama jika terhubung dengan baik pada layanan sekunder dan masyarakat.
4
Integrasi tersebut memberikan banyak keuntungan, diantaranya adalah: 1.
mengurangi stigma bagi pasien dan keluarga, 2. meningkatkan akses layanan kesehatan jiwa, 3. mendukung manajemen holistik komorbiditas gangguan mental
pada penyakit kronis termasuk HIVAIDS, kanker, diabetes, dan TBC, 4. meningkatkan upaya pencegahan dan deteksi dini gangguan mental terutama yang
datang dengan keluhan fisik, 5. pengobatan yang lebih baik dan berkesinambungan pada gangguan jiwa, 6. biaya pasien-ditanggung lebih rendah misalnya transportasi
ke rumah sakit dan hilangnya produktivitas di kerabat yang menghabiskan waktu menemani pasien, 7. komunikasi lebih mudah dengan penyedia layanan kesehatan,
8. meningkatkan integrasi sosial keterlibatan masyarakat, 9. perlindungan hak asasi manusia, 10. meningkatkan kapasitas keseluruhan sistem kesehatan untuk menangani
masalah kesehatan mental.
8
3. Kesiapan Layanan Primer dalam Layanan Kesehatan Jiwa