kerja sama dalam proses yang panjang, 8. koordinator dalam sistem layanan kesehatan, 9. kolaborasi dengan instansi non kesehatan, instansi pemerintah dan
swasta, 10. penyiapan sumber daya manusia dan keuangan.
4
Dua hal penting yang sering menjadi bahan diskusi panjang tentang kemampuan layanan primer adalah tentang kesiapan tenaga kesehatan dan sumber
daya lain di puskesmas dalam layanan kesehatan jiwa.
a. Kesiapan Tenaga Kesehatan
Salah satu faktor penting dalam integrasi layanan kesehatan jiwa di layanan primer adalah kapasitas sumber daya manusia.
4
Dalam Undang-Undang Kesehatan Jiwa dikatakan bahwa sumber daya manusia di bidang Kesehatan Jiwa adalah
tenaga kesehatan dengan kompetensi di bidang Kesehatan Jiwa.
11
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 5 tahun 2014, tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas terdiri dari 1. dokter atau dokter layanan primer, 2 dokter gigi, 3. Perawat, 4. Bidan, 5, tenaga kesehatan masyarakat, 6, tenaga kesehatan
lingkungan, 7, ahli teknologi laboratorium medik, 8. tenaga gizi, 9. tenaga kefarmasian.
12
Tenaga kesehatan di Puskesmas dapat ditingkatkan kompetensinya dalam masalah kesehatan jiwa dan saling berkolaborasi dalam layanan kesehatan
jiwa. Dokter sebagai salah satu tenaga kesehatan merupakan tenaga medis yang
tidak bisa bekerja sendiri dalam upaya kesehatan jiwa di Puskesmas. Dokter memegang peran penting mengingat penegakan diagnosis gangguan jiwa
berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Jiwa hanya bisa dilakukan oleh 1. dokter umum, 2. psikolog, 3. dokter spesialis kedokteran jiwa.
11
Dokter layanan primer sebagai
gate keeper
diharapkan mampu untuk menjadi
leader
dalam layanan kesehatan termasuk kesehatan jiwa yang bermutu di Puskesmas. Hingga saat ini
masih selalu menjadi tema diskusi yang menarik apakah dokter di layanan primer mampu memberikan layanan kesehatan jiwa. Dengan dukungan regulasi dan
upaya peningkatan kapasitas maka dokter layanan primer bisa memberikan layanan kesehatan jiwa, diantaranya adalah:
1 Adanya Kesesuaian Standar Kompetensi Dokter Indonesia SKDI
Standar Kompetensi Dokter Indonesia SKDI adalah standar minimal yang harus dikuasasi oleh setiap dokter ketika selesai menempuh pendidikan
kedokteran di setiap institus pendidikan. Nilai kompetensi 4 dalam SKDI diberikan untuk diagnosis penyakit yang lulusan dokter harus memberikan
tatalaksananya secara tuntas di layanan primer. Seharusnya SKDI disusun sejalan dengan kebutuhan masyarakat dalam layanan kesehatan termasuk
kesehatan jiwa. Masih menjadi catatan bahwa dalam SKDI tahun 2012, diagnosis gangguan jiwa yang memiliki nilai kompetensi 4 adalah gangguan
Insomnia dan Somatisasi.
13
Sementara hasil penelitian secara global menunjukkan bahwa gangguan jiwa yang banyak ditemukan di layanan primer
adalah gangguan Depresi dan Anxietas.
4
Penelitian lain bahwa 10- 16 dari pasien perawatan primer memenuhi kriteria untuk diagnosis Depresi.
14
Penelitian lain berkaitan dengan Anxietas menjelaskan bahwa kebanyakan pasien dengan gangguan anxietas mencari dan menerima perawatan kesehatan
mental di layanan kesehatan primer.
15
Gangguan psikotik juga penting untuk bisa diberikan tatalaksana di Puskesmas karena merupakan gangguan kronis yang membutuhkan
penatalaksanaan jangka panjang dan menyebabkan disabilitas berat bagi penderita, serta sering membuat pasien dan keluarga sering mendapatkan
stigma dan diskriminasi. Ketersediaan tatalaksana di layanan primer menjadi kunci keberlanjutan tatalaksana pasien psikotik jangka panjang. Sehingga
psikotik merupakan salah satu gangguan yang dicantumkan dalam Panduan Praktik Klinik bagi Dokter di Layanan Primer.
16
Dengan demikian seharusnya SKDI memberikan nilai kompetensi yang tinggi untuk gangguan-gangguan tersebut, agar setiap dokter yang baru lulus
telah memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di layanan primer, tanpa harus menjalani pelatihan.
2. Adanya Upaya Peningkatan Kompetensi dengan Pelatihan