110,8 kg perkapita pertahun, dan Jepang 245,5 kg perkapita pertahun. Perbandingan konsumsi kertas perkapita di beberapa Negara di dunia akan
ditunjukan pada Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1. Konsumsi Kertas Perkapita di beberapa Negara di Dunia No Negara
Konsumsi kg perkapita pertahun
1 Finlandia
368,6 2
Amerika Serikat 288
3 Jepang 245,5
4 Kanada
206 5 Italia
204,6 6
Taiwan 204
7 Singapura 197,7
8 Malaysia 110,8
9 Indonesia 26
10 Mesir 20
11 Philippina 17,4
Sumber: Departemen Perindustrian, 2009
Berdasarkan data Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia APKI, 2005, peran share industri pulp dan kertas dalam total nilai ekspor hasil industri dan ekspor
non- migas masing-masing adalah 1,99 dan 1,68 untuk pulp dan 4,12 dan 3,48 untuk kertas. Di sisi lain, Indonesia sebagai salah satu produsen pulp dan
kertas dunia juga memiliki potensi pengembangan yang cukup baik. Ditinjau dari peringkatnya, Indonesia mengalami peningkatan peringkat dari 20 pada tahun
1992 menjadi peringkat 9 untuk produsen pulp dan peringkat 12 untuk produsen kertas pada tahun 2004 PPI, 1993 dan 2005 dalam Situmorang, 2009.
2.2 Ketersedian bahan Baku
Perkembangan industri pulp dan kertas Indonesia dihadapkan selain pada peluang pengembangan yang cukup baik, juga terhadap kendala-kendala,
diantaranya kendala bahan baku dan penanganan lingkungan. Menurut Joedodibroto 1992 dalam Situmorang 2009, kertas dunia dewasa ini 93
berasal dari bahan kayu. Untuk Indonesia, rata-rata bahan pembuatan pulp kertas adalah 68 berasal dari kayu, 26 daur ulang kertas bekas dan sekitar 6
berasal dari serat lainnya. Sumber bahan baku kayu tersebut berasal dari hutan alam, Hutan Tanaman Industri HTI dan limbah kayu.
Dalam menjaga kelestarian hutan tropis Indonesia, pemerintah menggalakan forest base industry dengan menyelenggarkan Hutan Tanaman
Industri HTI. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, HTI membutuhkan dana yang cukup besar dan lahannya masih ada yang bermasalah sehingga sulit
direalisasikan Ibnusantosa, 2000. Peningkatan konsumsi kertas berdampak pada peningkatan permintaan
bahan baku kayu dan peningkatan sampah kertas. Komposisi sampah di Indonesia terdiri dari sampah organik sekitar 65, kertas 13, plastik 11, dan 11
lain-lain BPS dalam Wibowo, 2009. Sampah kertas menduduki peringkat ke-2 dari komposisi total sampah di Indonesia dan merupakan jenis sampah yang dapat
didaur ulang. Seiring dengan makin terbatasnya pasokan kayu, dan makin tingginya
kesadaran dunia terhadap masalah lingkungan, maka pada dekade terakhir berkembang pesat penggunaan kertas bekas sebagai bahan baku industri kertas
daur ulang. Disamping itu, pemakaian kertas bekas sebagai bahan baku industri juga berdasarkan pertimbangan harganya yang relatif murah serta adanya
dukungan teknologi yang dapat dipakai untuk membuat kertas dari kertas bekas dengan kualitas yang lebih baik. Kebutuhan kertas bekas untuk industri kertas
nasional pada saat ini sekitar enam juta ton pertahun, sekitar tiga juta ton dipasok dari pengumpulan kertas bekas lokal, sisanya sekitar tiga juta ton masih diimpor
Departemen Perindustrian, 2009.
2.3 Proses Deinking
Menurut Altierie dan Wendel 1960, proses deinking adalah suatu proses penghilangan tinta dan bahan-bahan non-selulosa dari kertas bekas. Penghilangan
tinta dapat diterapkan pada berbagai kertas bekas tetapi mutu produk yang dihasilkan sangat bervariasi. Tujuan proses deinking adalah untuk mendapatkan
pulp baru yang lebih murah dari pada pulp kayu yang ada di pasar. Proses penghilangan tinta terdiri dari dua tahap yaitu tahap pelarutan tinta
secara kimia dan tahap pemindahan tinta dari pulp secara mekanis Hyness, 1952
dalam Yani, 1993. Sedangkan menurut Yani 1993 secara umum proses deinking terdiri dari dua tahap penting yaitu penggilingan dan penghilangan tinta
yang dapat dilakukan dengan cara flotasi atau pencucian. Bahan kimia yang ditambahkan pada penggilingan merupakan faktor penting dalam proses deinking
karena bahan kimia tersebut berperan dalam memisahkan tinta dari serat yang telah terurai. Bahan kimia yang digunakan adalah NaOH, Na
2
SiO
3
, dan H
2
O
2
. NaOH dapat berfungsi sebagai pembasah tinta karena terjadi proses penyabunan
pigmen dari vehicle atau binder tinta sehingga komponen tinta mudah terpisah. Na
2
SiO
3
berfungsi sebagai pendispersi tinta, buffer pH dan penyetabil peroksida. Peroksida berfungsi sebagai pemutih untuk meningkatkan derajat putih kertas dan
pemecah tinta terutama offset. Menurut Altierie dan Wendel 1960, komposisi tinta cetak terdiri dari zat
pewarna, zat pembawa pigmen dan aditif berupa formula-formula bahan pengering dan senyawa-senyawa yang akan memperbaiki operasi pencetakan. Zat
pewarna dalam tinta cetak selalu menggunakan pigmen-pigmen seperti pada pigmen-pigmen pencelupan tetapi pigmen pada pencelupan kurang resisten
terhadap cahaya, bahan kimia dan cenderung berpindah ke dalam kertas. Bahan anorganik yang berfungsi sebagai bahan pengisi yang sering digunakan antara lain
tanah liat, dolomit, alumunium hidrat, kalsium karbonat, dan magnesium karbonat. Pigmen putih yang sering digunakan adalah titanium dioksida, seng
oksida dan litpon Yani, 1993. Proses pendaurulangan kertas bekas melalui proses deinking akan
menghasilkan limbah yang disebut sludge. Sludge deinking tersebut digolongkan ke dalam B3 bahan berbahaya dan beracun karena mengandung logam berat
yang melalui proses deinking.
2.4 Pencemaran logam-logam di tanah