Undang-undang  30  Tahun  2004  tentang  Jabatan  Notaris,  Putusan  Pengadilan Negeri Medan No. 2601Pid.B2003PN.Mdn
b.  Bahan Hukum Sekunder Bahan  yang  memberikan  penjelasan  mengenai  bahan  Hukum  Primer  seperti
hasil-hasil  penelitian,  hasil  karya  ilmiah  dari  kalangan  hukum  serta  penelitian lainnya yang relevan dengan penelitian ini
c.  Bahan Hukum Tersier Berupa  kamus  umum,  kamus  hukum,  ensiklopedia,  majalah,  surat  kabar  dan
jurnal-jurnal hukum serta laporan ilmiah.
4.  Alat Pengumpulan Data
Untuk  mendapatkan  hasil  yang  objektif  dan  dapat  dibuktikan  kebenarannya serta  dapat  dipertanggungjawabkan  hasilnya,  maka  data  dalam  penelitian  ini
diperoleh  melalui  alat  pengumpulan  data  yang  dilakukan  dengan  menggunakan  cara yaitu:
a.  Studi  Dokumen,  digunakan  untuk  memperoleh  data  skunder  dengan  membaca, mempelajari  meneliti,  mengidentifikasi  dan  menganalisis  data  sekunder  yang
berkaitan dengan materi penelitian.
29
b.  Pedoman  Wawancara,  untuk  melakukan  wawancara  dengan  nara  sumber  yang berkaitan  masalah  dalam  penelitian  ini,  digunakan  pedoman  wawancara  yang
29
Soerjono Soekanto, pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia Press, 1986,hal.21
Universitas Sumatera Utara
telah  dipersiapkan  terlebih  dahulu  dan  selanjutnya  wawancara  dilakukan terhadap  narasumber  yang  dianggap  layak  mengetahui  dan  memahami  tentang
masalah yang diteliti yakni: 1  Majelis Pengawas Daerah Kota Medan
2  Notaris Kota Medan
5.  Analisis Data
Setelah  pengumpulan  data  dilakukan,  maka  data  tersebut  dianalisa  secara kualitatif
30
yakni  dengan  mengadakan  pengamatan  data-data  yang  diperoleh  dan menghubungkan  tiap-tiap  data  yang  diperoleh  tersebut  dengan  ketentuan-ketentuan
maupun  asas-asas  hukum  yang  terkait  dengan  permasalahan  yang  diteliti.  Karena penelitian ini normatif, dilakukan interpretasi dan konstruksi hukum dengan menarik
kesimpulan menggunakan cara deduktif menjawab permasalahan dalam penelitian ini
30
Bambang  Sunggono,  Metodelogi  Penelitian  Hukum,  Jakarta:  Raja  Grafindo  Persada, 1997, hal.10.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TANGGUNG JAWAB NOTARIS YANG MENERIMA PENITIPAN
PEMBAYARAN BPHTB
A.  Tinjauan Umum Tentang Notaris 1.  Sejarah Notaris di Indonesia
Lembaga Notaris di Indonesia yang dikenal sekarang ini, bukan lembaga yang lahir dari bumi Indonesia. Lembaga Notaris ke Indonesia pada permulaan abad ke-17
dengan  beradanya  Vereenidge  Oost  Ind.  Compagnie  VOC  di  Indonesia.Jan Pieterszoon  Coen  pada  waktu  itu  sebagai  Gubernur  Jenderal  di  Jacatra  Jakarta
sekarang  antara tahun  1617  sampai  1629,  untuk keperluan  para  penduduk  dan  para pedagang  di  Jakarta  menganggap  perlu  diangkat  Notaris  yang  disebut  Notarium
Publicum. Notaris di Indonesia dimulai dengan pengangkatan Melchior Kerchem sebagai
notaris  pertama  di  Indonesia  pada  27  Agustus  1920.  Kelchem  merupakan  seorang sekretaris  College  van  Schenpenen,  Jakarta yang  bertugas  menjadi  seorang  Notarius
Publicus. Keberadaan Kelchem memudahkan warga Hindia Belanda, terutama warga eropa dan timur asing dalam membuat dokumen legal di Ibukota.
31
Sejak  tanggal  27  Agustus  1620,  mengangkat  Melchior  Kerchem,  sebagai sekretaris  College  Van  Schepenen  urusan  perkapalan  kota  di  Jakarta.  Tugas
31
Ira Koesoemawati dan Yunirman Rijan, Ke Notaris, Raih Asa Sukses, Jakarta, 2009, hal.27
Universitas Sumatera Utara
Melchior  Kerchem  sebagai  Notaris  untuk  menjalankan  pekerjaannya  itu  sesuai dengan sumpah setia dan dengan kewajiban untuk mendaftarkan semua dokumen dan
akta yang dibuatnya.
32
Pada  tahun  1625  Jabatan  Notaris  dipisahkan  dari  jabatan  sekretaris  College Van Schepenen, yaitu dengan dikeluarkan instruksi untuk para Notaris pada tanggal
16  Juni  1625.  Instruksi  ini  hanya  terdiri  dari  10  sepuluh  Pasal,  antara  lain menetapkan  bahwa  Notaris  wajib  merahasiakan  semua  informasi  yang  diberikan
kliennya  serta  dilarang  menyerahkan  salinan  akta-akta  milik  kliennya.
33
Tanggal  7 Maret  1822  stb.  No.11  dikeluarkan  Instructie  voor  de  Notarissen  Residerende  in
Nederlands Indie. Pasal 1 Instruksi tersebut mengatur secara hukum  batas-batas dan wewenang  dari  seorang  Notaris,  dan  juga  menegaskan  Notaris  bertugas  untuk
membuat  akta-akta  dan  kontrak-kontrak  dengan  maksud  untuk  memberikan kepadanya  kekuatan  dan  pengesahan,  menetapkan  dan  memastikan  tanggalnya,
menyimpan  asli  atau  memintanya  dan  mengeluarkan  grossenya,  demikian  juga memberikan  salinannya  yang  sah  dan  benar.  Pengangkatan  Melchior  Kerchem
disusul  dengan  pengangkatan  notaris-notaris  lainnya  untuk  mengakomodasi kebutuhan  pembuatan  dokumen  legal  yang  dirasa  makin  penting,  ditambah  lagi
dengan kesibukan kota Batavia saat itu.
34
Tahun 1860 Pemerintahan Hindia Belanda memandang perlu untuk membuat peraturan-peraturan  yang  baru  mengenai  Jabatan  Notaris  yang  berlaku  di  Belanda.
32
G.H.S Lumban Tobing, Op.Cit.,hal.15
33
Ira Koesoemawati, Op.Cit.,hal.27
34
Ibid.,hal.27
Universitas Sumatera Utara
Sebagai  pengganti    Instructie  voor  de  Notarissen  Residerende  in  Nederlands  Indie, kemudian  tanggal  1  Juli  1860  ditetapkan  Reglement  op  Het  Notaris  Ambt  in
Nederlands Indie Stbl.1860:3. Setelah  Indonesia  merdeka,  17  Agustus  1945,  keberadaan  Notaris  di
Indonesia  tetap  diakui  berdasarkan  ketentuan  Pasal  II  Aturan  Peralihan  Undang- Undang Dasar UUD 1945, yaitu segala peraturan perundang-undangan yang masih
ada  tetap  berlaku  selama  belum  diadakannya  yang  baru  menurut  undang-undang dasar  ini.  Sampai  dibentuknya  Peraturan  Jabatan  Notaris,  akan  tetapi  Peraturan
Jabatan  Notaris  tersebut  juga  telah  diganti  dengan  Undang-Undang  Jabatan  Notaris Nomor 30 Tahun 2004 yang merupakan unifikasi pengaturan Notaris di Indonesia.
Perkataan Notaris berasal dari kata Notarius
35
pada zaman romawi, yaitu yang diberikan  kepada  orang-orang  yang  menjalankan  pekerjaan  menulis,  ada  juga
pendapat mengatakan Notaris  berasal dari perkataan  nota literaria,  yaitu tanda  yang menyatakan  suatu  perkataan,  abad  kelima  sebutan  Notarius  itu  diberikan  kepada
penulis  pribadi  raja,  dan  akhir  abad  kelima  sebutan  tersebut  diberikan  kepada pegawai-pegawai  istana  yang  akan  melaksanakan  pekerjaan  administratif.  Pejabat-
pejabat yang dinamakan Notaris ini merupakan pejabat yang menjalankan tugas tidak melayani  umum,  yang  melayani  umum  disebut  Tabelliones.  Fungsi  mereka  sudah
agak  mirip  dengan  Notaris  zaman  sekarang  tetapi  tidak  mempunyai  sifat  jabatan negeri.
35
Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal.13
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan dalam
Pasal 1
Instructie Voor
De Notarissen
in Indonesia,menyebutkan bahwa
36
Notaris  adalah  pegawai  umum  yang  harus  mengetahui  seluruh  perundang- undangan  yang  berlaku,  yang  dipanggil  dan  diangkat  untuk  membuat  akta-
akta  dan  kontrak-kontrak,  dengan  maksud  untuk  memberikan  kepadanya kekuatan  dan  pengesahan,  menetapkan  dan  memastikan  tanggalnya,
menyimpan asli atau  minutanya dan  mengeluarkan grossenya, demikian  juga salinannya yang sah dan benar.
Pengertian Notaris menurut pendapat Tan Thong Kie yaitu :
“Notaris  adalah  seorang  fungsionaris  dalam  masyarakat,  hingga  sekarang jabatan  seorang  notaris  masih  disegani.  Seorang  Notaris  biasanya  dianggap
sebagai  seorang  pejabat  tempat  seseorang  dapat  memperoleh  nasihat  yang boleh  diandalkan.  Segala  sesuatu  yang  ditulis  serta  ditetapkan  konstatir
adalah benar, ia adalah pembuatan dokumen yang kuat dalam proses hukum.
37
Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris  dalam  Pasal  1  angka  1  menyatakan  bahwa  Notaris  adalah  pejabat  umum yang  berwenang  untuk  membuat  akta otentik  dan  kewenangan  lainnya  sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini. Di  dalam  Undang-Undang  tentang  Jabatan  Notaris  pada  Pasal  3  dinyatakan
syarat untuk diangkat menjadi Notaris yaitu : 1.  Warga Negara Indonesia
2.  Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 3.  Berumur paling rendah 27 dua puluh tujuh tahun
4.  Sehat jasmani dan rohani
36
G.H.S Lumban Tobing, Op.Cit.,hal.15
37
Tan Thong Kie, Studi Notariat Serba-Serbi Praktek Notaris, PT.Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000, hal.15
Universitas Sumatera Utara
5.  Berijazah Sarjana Hukum dan lulusan jenjang Strata Dua Kenotariatan 6.  Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan Notaris
dalam  waktu  12  dua  belas  bulan  berturut-turut  pada  kantor  Notaris  atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulua strata dua
kenotariatan; dan 7.  Tidak  berstatus  sebagai  pegawai  negeri,  pejabat  Negara,  advokat,  atau  tidak
sedang  memangku  jabatan  lain  yang  oleh  undang-undang  dilarang  untuk dirangkap dengan Jabatan Notaris.
2.  Wewenang dan Larangan terhadap Notaris
Wewenang  merupakan  suatu  tindakan  hukum  yang  diatur  dan  diberikan kepada suatu  jabatan  berdasarkan peraturan perundang-undangan  yang  berlaku  yang
mengatur  jabatan  yang  bersangkutan.  Pasal  15  ayat  1  UUJN  menegaskan  bahwa salah  satu  kewenangan  Notaris  yaitu  membuat  akta  secara  umum
38
,  hal  ini  disebut kewenangan umum Notaris dengan batasan sepanjang:
1.  Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang ditetapkan oleh undang-undang. 2.  Menyangkut  akta  yang  harus  dibuat  atau  wewenang  membuat  akta  otentik
mengenai  semua  perbuatan,  perjanjian,  dan  ketetapan  yang  diharuskan  oleh aturan hukum atau dikehendaki oleh yang bersangkutan.
38
Menurut Lubbers yang dikutip dalam buku, Hukum Notaris Indonesia bahwa Notaris tidak hanya  mencatat  saja  ke  dalam  bentuk  akta,  tapi  juga  mencatat  dan  menjaga,  artinya  mencatat  saja
tidak cukup, harus dipikirkan juga bahwa akta itu harus berguna dikemudian hari jika terjadi keadaan yang khas.
Universitas Sumatera Utara
3.  Mengenai subjek hukum orang atau badan hukum untuk kepentingan siapa akta itu dibuat atau dikehendaki oleh yang berkepentingan.
Berdasarkan  wewenang  yang  ada  pada  Notaris  sebagaimana  tersebut  dalam Pasal  15  UUJN  dan  kekuatan  pembuktian  dari  akta  Notaris,  maka  ada  2  dua
kesimpulan yaitu : 1.  Tugas  jabatan  Notaris  adalah  memformulasikan  keinginantindakan  para  pihak
ke dalam akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku. 2.  Akta  Notaris  sebagai  akta  otentik  mempunyai  kekuatan  pembuktian  yang
sempurna,  sehingga  tidak  perlu  dibuktikan  atau  ditambah  dengan  alat  bukti lainnya, jika ada orangpihak yang menilai atau menyatakan bahwa akta tersebut
tidak  benar,  maka  orangpihak  yang  menilai  atau  menyatakan  tidak  benar tersebut wajib membuktikan penilaian atau pernyataannya sesuai aturan.
Pasal  15  ayat  2  mengatur  mengenai  kewenangan  khusus  Notaris  untuk melakukan tindakan hukum tertentu, seperti :
1.  Mengesahkan  tanda  tangan  dan  menetapkan  kepastian  tanggal  surat  di  bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
2.  Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; 3.  Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat
uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; 4.  Melakukan pengesahan kecocokkan fotokopi dengan surat aslinya;
5.  Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta 6.  Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
Universitas Sumatera Utara
7.  Membuat akta risalah lelang. Pasal  51  UUJN  menyatakan  bahwa  Notaris  berwenang  untuk  membetulkan
kesalahan  tulis  danatau  kesalahan  ketik  yang  terdapat  pada  minuta  akta  yang  telah ditandatangani.  Pembetulan  tersebut  dilakukan  dengan  membuat  berita  acara  dan
memberikan catatan tentang hal tersebut pada Minuta Akta asli dengan menyebutkan tanggal dan  nomor berita acara pembetulan. Salinan akta berita acara tersebut wajib
disampaikan kepada para pihak. Notaris  dalam  melakukan  tugas  melaksanakan  jabatannya  dengan  penuh
tanggung  jawab  dengan  menghayati  keluhuran  martabat  jabatannya  dan  dengan keterampilannya  melayani  kepentingan  masyarakat  yang  meminta  jasanya  dengan
selalu  mengindahkan  ketentuan  undang-undang.  Pasal  16  UUJN  menegaskan kewajiban Notaris yaitu :
1.  Dalam menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban : a.  Bertindak  jujur,  saksama,  mandiri,  tidak  berpihak  dan  menjaga  kepentingan
pihak yang terkait dalam perbuatan hukum; b.  Membuat akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian
dari Protokol Notaris; c.  Mengeluarkan  Grosse  Akta,  Salinan  Akta,  atau  Kutipan  Akta  berdasarkan
Minuta Akta. d.  Memberikan  pelayanan  sesuai  dengan  ketentuan  dalam  Undang-Undang  ini,
kecuali ada alasan untuk menolaknya;
Universitas Sumatera Utara
e.  Merahasiakan  segala  sesuatu  mengenai  akta  yang  dibuatnya  dan  segala keterangan  yang  diperoleh  guna  pembuatan  akta  sesuai  dengan  sumpahjanji
jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain; f.  Menjilid  akta  yang  dibuatnya  dalam  1  satu  bulan  menjadi  buku  yang
memuat tidak lebih dari 50lima puluh akta, dan jika jumlah akta tidak dapat dimuat  dalam  satu  buku,  akta  tersebut  dapat  dijilid  menjadi  lebih  dari  satu
buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku;
g.  Membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat berharga;
h.  Membuat  daftar  akta  yang  berkenaan  dengan  wasiat  menurut  urutan  waktu pembuatan akta setiap bulan;
i.  Mengirimkan  daftar  akta  sebagaimana  dimaksud  dalam  huruf  h  atau  daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke Daftar Pusat Wasiat Departemen yang
tugas  dan  tanggung  jawabnya  di  bidang  kenotariatan  dalam  waktu  5  lima hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya;
j.  Mencatat  dalam  repertorium  tanggal  pengiriman  daftar  wasiat  pada  setiap akhir bulan;
k.  Mempunyai  capstempel  yang  memuat  lambang  Negara  Republik  Indonesia dan  pada  ruang  yang  melingkarinya  dituliskan  nama,  jabatan  dan  tempat
kedudukan yang bersangkutan;
Universitas Sumatera Utara
l.  Membacakan Akta dihadapan peghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 dua orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi
dan Notaris. m.  Menerima magang  calon Notaris.
2.  Menyimpan  Minuta  Akta  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  1  huruf  b  tidak berlaku, dalam hal Notaris mengeluarkan akta dalam bentuk originali
3.  Akta originali sebagaimana dimaksud pada ayat 2adalah akta : a.  Pembayaran uang sewa, bunga dan pensiun;
b.  Penawaran pembayaran tunai; c.  Proses terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat berharga;
d.  Akta kuasa; e.  Keterangan kepemilikan atau;
f.  Akta lainnnya berdasarkan peraturan perundang-undangan. 4.  Akta  originali  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  2  dapat  dibuat  lebih  dari  1
satu  rangkap,  ditandatangani  pada  waktu,  bentuk  dan  isi  yang  sama,  dengan ketentuan  pada  setiap  akta  tertulis  kata-kata  “berlaku  sebagai  satu  dan  satu
berlaku untuk semua”. 5.  Akta  originali  yang  berisi  kuasa  yang  belum  diisi  nama  penerima  kuasa  hanya
dapat dibuat dalam 1 satu rangkap. 6.  Bentuk  dan  ukuran  capstempel  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  1  huruf  k
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Universitas Sumatera Utara
7.  Pembacaan  akta  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  1  huruf  1  tidak  wajib dilakukan,  jika  penghadap  menghendaki  agar  akta  tidak  dibacakan  karena
penghadap  telah  membaca  sendiri,  mengetahui,  dan  memahami  isinya  dengan ketentuan  bahwa  hal  tersebut  dinyatakan  dalam  penutup  akta  serta  dalam  setiap
halaman Minuta Akta di paraf oleh penghadap, saksi dan Notaris. 8.  Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf 1 dan ayat 7
tidak dipenuhi, akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan.
9.  Ketentuan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  8 tidak  berlaku  untuk  pembuatan akta wasiat.
Pasal  17  ayat  1  UUJN  mengatur  tentang  larangan  Notaris  yang  bertujuan untuk menjamin kepentingan dan member kepastian hukum kepada masyarakat yang
memerlukan  jasa  notaris.  Pasal  17  UUJN  tersebut  menegaskan  bahwa  Notaris  yang memangku jabatan dan menjalankan jabatannya dilarang :
a.  Menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya b.  Meninggalkan  wilayah  jabatannya  lebih  dari  7  tujuh  hari  kerja  berturut-turut
tanpa alasan yang sah c.  Merangkap sebagai pegawai negeri
d.  Merangkap jabatan sebagai pejabat Negara e.  Merangkap jabatan sebagai advokat
f.  Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau Badan Usaha Swasta
Universitas Sumatera Utara
g.  Merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah di luar wilayah jabatan Notaris
h.  Menjadi Notaris pengganti i.  Melakukan  pekerjaan  lain  yang  bertentangan  dengan  norma  agama,  kesusilaan
atau yang dapat mempengaruhi dan martabat jabatan Notaris.
B.  Notaris sebagai Pejabat Umum
Pasal  1  angka  1  UUJN  menyebutkan  notaris  adalah  pejabat  umum  yang berwenang  untuk  membuat  akta  otentik  dan  kewenangan  lainnya  sebagaimana
dimaksud  dalam  pasal  15  UUJN.  Kedudukan  Notaris  sebagai  pejabat  umum  dalam arti kewenangan yang ada pada notaris tidak pernah diberikan kepada pejabat-pejabat
lainnya,  selama  sepanjang  kewenangan  tersebut  tidak  menjadi  kewenangan  pejabat- pejabat lain dalam membuat akta otentik dan kewenangan lainnya, maka kewenangan
tersebut menjadi kewenangan notaris. Pejabat  umum  tidak  hanya  pada  notaris  saja,  tetapi  juga  diberikan  kepada
Pejabat  Pembuat  Akta  Tanah  PPAT  dan  Pejabat  Lelang,  tapi  tidak  setiap  pejabat umum pasti notaris karena pejabat umum bisa juga PPAT atau Pejabat Lelang.
Menurut  Heryanto,  seorang  notaris  dalam  menjalankan  profesinya  sebagai notaris  dan  sebagai  pejabat  publik,  setidak-tidaknya  Notaris  harus  memerankan  4
empat fungsi, yakni : 1.  Notaris  sebagai  pejabat  yang  membuatkan  akta-akta  bagi  pihak  yang  dating
kepadanya baik itu berupa akta partij maupun akta relaas.
Universitas Sumatera Utara
2.  Notaris sebagai hakim dalam hal menentukan pembagian warisan. 3.  Notaris  sebagai  penyuluh  hukum  dengan  memberikan  keterangan  –  keterangan
bagi pihak dalam hal pembuatan suatu akta. 4.  Notaris  sebagai  pengusaha  yang  dengan  segala  pelayanannya  berusaha
mempertahankan  klien  atau  relasinya  agar  oprasionalisasi  kantornya  tetap berjalan.
39
Pada  hakekatnya  notaris  hanyalah  “mengkontatir”  atau  “merekam”  yang diinginkan  atau  dikehendaki  oleh  penghadap  yang  bersangkutan,  dengan  cara
mencatat kemudian  menyusunnya agar sesuai aturan hukum yang berlaku, dan kalau sudah  selesai  dengan  kehendak  penghadap  maka  penghadap  diminta  untuk
membubuhkan  tanda  tangannya  serta  menulis  nama  terangnya  secara  tertulis  dan otentik dari perbuatan hukum pihak-pihak  yang berkepentingan, notaris tidak berada
di  dalamnya.  Notaris  adalah  orang  luar,  yang  melakukan  perbuatan  hukum  adalah pihak-pihak yaitu mereka yang membuat serta terikat dalam dan oleh isi perjanjian.
Menurut  Wawan  Setawan  yang  dimaksud  dengan  kewenangan  Notaris membuat akta otentik ialah :
1.  Bahwa  kewenangan  Notaris  membuat  akta  otentik  itu  hanya  apabila  hal  itu diminta  atau  dikehendaki  oleh  pihak-pihak  yang  berkepentingan  untuk
dinyatakan  dalam  suatu  akta otentik  dengan  kata lain  akta tersebut  adalah  bukti
39
A.R  Putri  Perlindungan  Hukum  Terhadap  Notaris  Indikator  Tugas-Tugas  Jabatan  yang Berimplikasi Perbuatan Pidana, Notaris PT.Sofmedia, Jakarta, 2011
Universitas Sumatera Utara
adanya  perbuatan  hukum  para  pihak  bukan  notaris  yang  melakukan  perbuatan hukum yang bersangkutan.
2.  Bahwa  kewenangan  notaris  membuat  akta  otentik  ditentukan  dan  sangat tergantung  dari  adanya  kemauan  atau  kehendak  pihak-pihak  yang  akan
melakukan  perbuatan  hukum  tersebut,  tanpa  adanya  pihak-pihak  yang berkepentingan  melakukan  perbuatan  hukum  tidak  mungkin  notaris  dapat
mewujudkannya dalam suatu akta otentik. 3.  Notaris  tidak  mungkin  membuat  akta  otentik  atas  kemauannya  sendiri  tanpa
adanya  pihak-pihak  yang  bersangkutan,  juga  tidak  berwenang  mengambil keputusan  sendiri  untuk  menyatakan  membuat  atau  membatalkan  sendiri  akta
yang bersangkutan. 4.  Notaris  tidak  berwenang  untuk  membuat  akta  di  bidang  hukum  publik,
wewenangnya terbatas pada pembuatan akta-akta di bidang hukum perdata. Notaris  dalam  menjalankan  jabatannya  serta  melaksanakan  tugasnya  harus
tetap  menghormati  dan  menjunjung  tinggi  hukum  yang  berlaku  dan  senantiasa menghayati dan mengingat sumpah jabatannya. Notaris dalam menjalankan tugasnya
sebagai  pejabat  umum  harus  memiliki  kemampuan  professional  dalam  menjalankan tugasnya.
G.H.S Lumban Tobing  mengatakan bahwa Pasal  1 Peraturan Jabatan Notaris tidak memberikan uraian lengkap mengenai tugas dan pekerjaan Notaris, oleh karena
itu selain untuk membuat akta-akta otentik, Notaris juga ditugaskan untuk melakukan dan  mensyahkan  surat-suratakta-akta  yang  dibuat  di  bawah  tangan.  Notaris  juga
Universitas Sumatera Utara
memberikan nasehat hukum dan penjelasan mengenai undang-undang kepada pihak- pihak yang bersangkutan.
C.  Kode Etik Jabatan Notaris
Jabatan  yang  diemban  oleh  Notaris  adalah  suatu  jabatan  kepercayaan  yang diberikan  oleh  undang-undang  dan  masyarakat,  untuk  itulah  Notaris  bertanggung
jawab  untuk  melaksanakan  kepercayaan  yang  diberikan  kepadanya  dengan  selalu menjunjung  tinggi  etika  dan  martabat  serta  keluhuran  jabatannya,  sebab  apabila  hal
tersebut  diabaikan  seorang  Notaris  maka  akan  berbahaya  bagi  masyarakat  umum yang  dilayaninya.  Dalam  hal  menjalankan  jabatannya  seorang  Notaris  tidak  cukup
hanya  memiliki  keahlian  hukum  tetapi  juga  harus  dilandasi  tanggung  jawab  dan penghayatan terhadap keluhuran martabat dan etika.
Menurut  etimologi,  kata  etika  berasal  dari  bahasa  Yunani  “Ethos”  yang berarti memiliki watak kesusilaan atau beradab. Etika adalah refleksi kritis, metodis,
dan sistematis tentang tingkah laku manusia dari sudut baik dan buruk. Dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  terbitan  Departemen  Pendidikan  dan
Kebudayaan Tahun 1998, Etika diberikan tiga arti yang cukup lengkap yaitu : a  Ilmu  tentang  apa  yang  baik  dan  apa  yang  buruk,  tentang  hak  dan  kewajiban
moral akhlak b  Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
c  Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh satu golongan atau masyarakat umum
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan  pengertian  dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  dapat dirumuskan pengertian etika yaitu :
1.  Nilai-  nilai  dan  norma-norma  moral  yang  dipegang  oleh  seseorang  atau sekelompok orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya.
2.  Etika juga berarti kumpulan asas atau nilai moral 3.  Etika bias pula dipahami sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk
Dalam  menjalankan  jabatannya  Notaris  harus  memenuhi  seluruh  kaedah moral  yang  telah  hidup  dan  berkembang  di  masyarakat.  Notaris  harus  memiliki
tanggung jawab dan etika profesi dalam menjalankan jabatannya. Etika profesi adalah norma-norma,  syarat-syarat  dan  ketentuan-ketentuan  yang  harus  dipenuhi  oleh
sekelompok orang yang disebut sebagai kalangan professional. Agar  dapat  menjalankan  tugasnya  dengan  baik  sebagai  pelayan  masyarakat,
seorang  professional  harus  menjalankan  jabatannya  dengan  menyelaraskan  antara keahlian yang dimilikinya dengan menjunjung tinggi kode etik profesi. Adanya kode
etik  bertujuan  agar  suatu  profesi  dapat  dijalankan  dengan  professional  dengan motivasi  dan  orientasi  pada  keterampilan  intelektual  serta  beragumentasi  secara
rasional dan kritis serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sesorang
sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi
40
. Adapun yang menjadi fungsi kode etik profesi  adalah :
40
http:youn13.blogspot.com200603etika-profesi-dan-tanggung-jawab.html diakses tanggal 3 juli 2011
Universitas Sumatera Utara
Kode  etik  profesi  memberikan  pedoman  bagi  setiap  anggota  profesi  tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi,
pelaksana  profesi  mampu  mengetahui  sautu  hal  yang  boleh  dia  lakukan  dan  yang tidak boleh dilakukan.
41
Kode  etik  profesi  merupakan  sarana  kontrol  sosial  bagi  masyarakat  atas profesi  yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu
pengetahuan  kepada  masyarakat  agar  juga  dapat  memahami  arti  pentingnya  suatu profesi,  sehingga  memungkinkan  pengontrolan  terhadap  para  pelaksana  di  lapangan
kerja kalangan sosial.
42
Kode  etik  profesi  mencegah  campur  tangan  pihak  diluar  organisasi  profesi tentang  hubungan  etika  dalam  keanggotaan  profesi.  Arti  tersebut  dapat  dijelaskan
bahwa  para  pelaksana  profesi  pada  suatu  instansi  atau  perusahaan  yang  lain  tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.
43
Dalam  kode  etik  notaris  Indonesia  telah  ditetapkan  beberapa  kaidah  yang harus dipegang oleh notaris,
44
diantaranya adalah : 1.  Kepribadian notaris, hal ini dijabarkan kepada :
a.  Dalam  melaksanakan  tugasnya  dijiwai  Pancasila,  sadar  dan  taat  kepada hukum  peraturan  jabatan  notaris,  sumpah  jabatan,  kode  etik  notaris  dan
berbahasa Indonesia yang baik.
41
Ibid
42
Ibid
43
Ibid
44
Putri A.R, Op.Cit.,hal.33
Universitas Sumatera Utara
b.  Memiliki  perilaku  professional  dan  ikut  serta  dalam  pembangunan  nasional terutama sekali dalam bidang hukum
c.  Berkepribadian  baik dan  menjunjung tinggi  martabat dan kehormatan  notaris baik didalam maupun di luar tugas jabatannya,
2.  Dalam menjalankan tugas, notaris harus : a.  Menyadari kewajibannya, bekerja mandiri, jujur tidak berpihak dengan penuh
rasa tanggung jawab, b.  Menggunakan satu kantor sesuai dengan yang ditetapkan oleh undang-undang
dan  tidak  membuka  kantor  cabang  dan  perwakilan  dan  tidak  menggunakan perantara
c.  Tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi. 3.  Hubungan Notaris dengan klien harus berlandaskan :
a.  Notaris memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasanya dengan sebaik-baiknya
b.  Notaris  memberikan  penyuluhan  hukum  untuk  mencapai  kesadaran  hukum yang tinggi, agar anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannya,
c.  Notaris harus memberikan pelayanan kepada naggota masyarakat yang kurang mampu.
4.  Notaris dan sesame rekan notaris haruslah: a.
Hormat menghormati dalam suasana kekeluargaan b.
Tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesame
Universitas Sumatera Utara
c.  Saling  menjaga  dan  membela  kehormatan  dan  korps  notaris  atas  dasar solidaritas dan sifat tolong menolong secara konstruktif.
Mengenai perilaku sebagai Notaris, Ismail Shaleh menyatakan ada empat hal pokok yang harus diperhatikan yakni :
45
1.  Mempunyai integritas moral yang mantap Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang notaris harus mempunyai integritas
moral  yang  mantap.  Dalam  hal  ini  segala  pertimbangan  moral  harus  melandasi pelaksanaan  tugas  profesinya,  walaupun  akan  memperoleh  imbalan  jasa  yang
tinggi,  namun  sesuatu  yang  bertentangan  dengan  moral  yang  baik  harus dihindarkan.
2.  Harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri. Notaris  harus  jujur,  tidak  saja  pada  kliennya,  juga  pada  dirinya  sendir.  Notaris
harus  mengetahui  akan  batas-batas  kemampuannya,  tidak  member  janji-janji sekedar  untuk  menyenangkan  kliennya  atau  agar  klien  tetap  mau  menggunakan
jasanya.
3.  Sadar akan batas-batas kewenangannya Notaris  harus  sadar  akan  batas-batas  kewenangannya.  Notaris  harus  menaati
ketentuan-ketentuan  hukum  yang  berlaku  tentang  seberapa  jauh  ia  bertindak  dan apa yang boleh serta apa yang tidak boleh dilakukan.
4.  Tidak semata-mata berdasarkan uang Notaris  harus  tetap  berpegang  teguh  pada  rasa  keadilan  yang  hakiki,  tidak
terpengaruh  oleh  jumlah  uang,  dan  tidak  semata-mata  menciptakan  alat  bukti formal mengejar adanya kepastian hukum tetapi mengabaikan rasa keadilan.
Kode  etik  notaris  adalah  seluruh  kaidah  moral  yang  ditentukan  oleh Perkumpulan  Ikatan  Notaris  Indonesia,  berdasar  keputusan  Kongres  Perkumpulan
danatau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur  tentang  hal  itu  dan  yang  berlaku  serta  wajib  ditaati  oleh  setiap  jabatan
sebagai  notaris,  termasuk  didalamnya  oleh  Pejabat  Sementara  Notaris,  Notaris
45
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hal.51
Universitas Sumatera Utara
Pengganti  dan  Notaris  Pengganti  Khusus.  Kode  etik  notaris  dengan  tegas  dan  jelas menjabarkan sikap mental yang harus dimiliki seorang notaris.
46
Kode  etik  notaris  telah  diatur  dan  ditetapkan  secara  hukum  melalui  UUJN. Sebagai  profesi  hukum,  notaris  harus  professional  dalam  melayani  masyarakat  yang
membutuhkan  jasanya.
47
Notaris  sebagai  pejabat  umum  yang  diberikan  kepercayaan baik  oleh  Negara  melalui  peraturan  perundang-undangan  maupun  oleh  masyarakat
yang membutuhkan jasanya, harus berpegang teguh tidak hanya pada undang-undang tetapi juga pada kode etik profesinya.
Dalam Pasal 1  Kode Etik Notaris  yang disyahkan di Jakarta pada tanggal 28 Januari 2005 tentang kepribadian dan martabat notaris,
48
disebutkan bahwa : 1.  Dalam melaksanakan tugasnya Notaris diwajibkan :
a.  Senantiasa  menjunjung  tinggi  hukum  dan  asas  Negara  serta  bertindak  sesuai dengan makna sumpah jabatan.
b.  Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara 2.  Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, notaris dengan kepribadian yang baik
diwajibkan  untuk  menjunjung  tinggi  martabat  jabatan  notaris  dan  sehubungan dengan itu tidak dibenarkan melakukan hal-hal dan atau tindakan-tindakan yang
tidak sesuai dengan martabat dan kehormatan Jabatan Notaris. Adanya hubungan antara kode etik dan undang-undang Nomor 30 Tahun 2004
menghendaki  agar  notaris  dalam  menjalankan  tugas  jabatannya  sebagai  pejabat
46
Ira Koessoemawati dan Yunirman Rijan, Op.Cit.,hal.51
47
Ibid, hal.52
48
Kode Etik Notaris, Pasal 1
Universitas Sumatera Utara
umum,  selain  harus  taat  kepada  undang-undang  harus  juga  taat  kepada  kode  etik profesi serta harus bertanggung jawab terhadap masyarakat dan Negara.
Dalam  melaksanakan  tugas  jabatannya  notaris  didasarkan  asas-asas
49
sebagai berikut :
1.  Asas Kepastian Hukum Hukum  bertujuan  untuk  mewujudkan  kepastian  dalam  hubungan  antar  manusia,
yaitu  mencapai  prediktabilitas  dan  juga  bertujuan  untuk  mencegah  bahwa  hak yang  terkuat  yang  berlaku.  Kepastian  hukum  harus  menjadi  nilai  bagi  setiap
pihak dalam sendi kehidupan, di luar Negara itu sendiri dalam penerapan hukum legislasi  maupun  yudikasi.  Notaris  dalam  menjalankan  tugas  jabatannya  wajib
berpedoman  secara  normative  kepada  aturan  hukum  yang  berkaitan  dengan segala  tindakan  yang  akan  diambil  untuk  kemudian  dituangkan  dalam  akta.
Bertindak  berdasarkan  aturan  hukum  yang  berlaku  tentunya  yang  akan memberikan kepastian kepada para pihak bahwa akta yang dibuat dihadapan atau
oleh notaris telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku sehingga jika terjadi permasalahan akta notaris dapat dijadikan pedoman oleh para pihak.
2.  Asas Persamaan Persamaan  mensyaratkan  adanya  perlakuan  yang  setara,  dimana  pada  situasi
sama  harus  diperlakukan  dengan  sama  dan  dengan  perdebatan,  dimana  pada situasi  yang  berbeda  diperlakukan  dengan  berbeda  pula.  Notaris  dalam
49
Putri A.R.Op.Cit.,hal.22
Universitas Sumatera Utara
memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak membeda-bedakan satu dengan yang  lainnya  berdasarkan  keadaan  sosial-ekonomi  atau  alasan  lainnya.  Bahkan
Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu, yang mana hal ini diatur dalam Pasal 37 UUJN.
Hanya  alasan  hukum  yang  boleh  dijadikan  dasar  bahwa  notaris  tidak  dapat memberikan jasanya kepada yang menghadap notaris.
Menurut  Habib  Adjie,  ada  beberapa  hal  yang  menjadi  alasan  notaris  menolak memberikan jasanya untuk membuat akta
50
: a.  Apabila  notaris  sakit  sehingga  tidak  dapat  memberikan  jasanya  jadi
berhalangan karena fisik b.  Apabila notaris tidak ada karena cuti, jadi karena sebab yang sah
c.  Apabila  notaris  karena  kesibukan  pekerjaannya  tidak  dapat  melayani  orang lain
d.  Apabila  surat-surat  yang  diperlukan  untuk  membuat  sesuatu  akta  tidak diserahkan kepada notaris
e.  Apabila  penghadap  atau  saksi  instrumentair  yang  diajukan  oleh  penghadap tidak dikenal oleh notaris atau tidak dapat diperkenalkan kepadanya
f.  Apabila  yang  berkepentingan  tidak  mau  membayar  bea  materai  yang diwajibkan
50
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004, Tentang Jabatan Notaris, PT. Refika Aditama, Bandung, 2008, hal.87
Universitas Sumatera Utara
g.  Apabila  karena  pemberian  jasa  tersebut,  notaris  melanggar  sumpahnya  atau malakukan perbuatan melanggar hukum
h.  Apabila  pihak-pihak  yang  menghendaki  bahwa  notaris  membuat  akta  dalam bahasa  yang  tidak  dikuasainya  dengan  bahasa  yang  tidak  jelas,  sehingga
notaris tidak mengerti apa yang dikehendaki oleh mereka. Notaris  dalam  menjalankan  tugas  jabatannya  wajib  bertindak  menjaga
kepentingan  para  pihak  yang  terkait  dalam  perbuatan  hukum  dan  wajib mengutamakan  adanya  keseimbangan  antara  hak  dan  kewajiban  para  pihak.
Notaris  dituntut  untuk  senantiasa  mendengar  dan  mempertimbangan  keinginan para  pihak  agar  tindakannya  dituangkan  dalam  akta  notaris,  sehingga
kepentingan para pihak terjaga secara proporsional yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk akta notaris.
3.  Asas Kepercayaan Jabatan  Notaris  merupakan  jabatan  kepercayaan  yang  harus  selaras  dengan
mereka  yang  menjalankan  tugas  jabatan  notaris  sebagai  orang  yang  dapat dipercaya. Notaris sebagai jabatan kepercayaan, wajib untuk menyimpan rahasia
mengenai  akta  yang  dibuatnya  dan  keteranganpernyataan  para  pihak  yang diperoleh  dalam  pembuatan  akta,  kecuali  undang-undang  memerintahkannya
untuk membuka rahasia dan memberikan keteranganpernyataan tersebut kepada pihak  yang  memintanya.  Antara  Jabatan  Notaris  dan  Pejabatnya  yang
Universitas Sumatera Utara
menjalankan  tugas  Jabatan  Notaris  harus  sejalan  bagaikan  dua  sisi  mata  uang yang tidak dapat dipisahkan.
51
4.  Asas Kehati-hatian Asas kehati-hatian ini merupakan penerapan dari Pasal 16 ayat 1 hurf a, antara
lain  dalam  menjalankan  tugas  jabatannya  notaris  wajib  bertindak  seksama. Notaris mempunyai peranan untuk menentukan suatu tindakan dapat dituangkan
dalam  bentuk  akta  atau  tidak.
52
Notaris  harus  mempertimbangkan  dan  melihat semua  dokumen  yang  diperlihatkan  kepadanya,  mendengarkan  keterangan  atau
pernyataan para pihak. Keputusan tersebut harus didasarkan pada alasan  hukum yang harus dijelaskan kepada para pihak.
5.  Asas Profesionalitas Asas  ini  merupakan  suatu  persyaratan  yang  diperlukan  untuk  menjabat  suatu
pekerjaan  profesi  tertentu,  yang  dalam  pelaksanaannya  memerlukan  ilmu pengetahuan,  keterampilan,  wawasan  dan  sikap  yang  mendukung  sehingga
pekerjaan  profesi  tersebut  dilaksanakan  dengan  baik  sesuai  dengan  yang direncanakan.
53
Profesionalisme  dalam  profesi  notaris  mengutamakan  keahlian keilmuan  seorang  notaris  dalam  menjalankan  tugas  jabatannya  berdasarkan
UUJN  dan  Kode  Etik  Jabatan  Notaris.  Tindakan  profesionalitas  notaris  dalam menjalankan tugas  jabatannya diwujudkan dalam  melayani  masyarakat dan akta
51
Habib  Adjie,  Sanksi  Perdata  dan Administratif  Terhadap Notaris  sebagai  Pejabat  Publik, Bandung, Refika Aditama, 2008, hal.83
52
Putri A.R, Op.Cit.,hal.29
53
Ibid.,hal.30
Universitas Sumatera Utara
yang dibuat dihadapan atau oleh  notaris. Tindakan profesionalitas notaris dalam memberikan pelayanan kepada  masyarakat, maka tentunya seorang notaris tidak
boleh menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya berdasarkan UUJN.  Penyalahgunaan  wewenang  dalam  hal  ini  mempunyai  pengertian  yaitu
suatu  tindakan  yang  dilakukan  oleh  notaris  diluar  dari  tindakan  diluar  dari wewenang  yang  telah  ditentukan.  Jika  notaris  membuat  suatu  tindakan  diluar
wewenang  yang  telah  ditentukan  maka  tindakan  notaris  dapat  disebut  sebagai tindakan  penyalahgunaan  wewenang.  Jika  tindakan  seperti  itu  merugikan  para
pihak,  maka  para  pihak  yang  merasa  dirugikan  dapat  menuntut  notaris  yang bersangkutan dengan kualifikasi  sebagai  suatu tindakan  hukum  yang  merugikan
para  pihak.  Para  pihak  yang  menderita  kerugian  dapat  menuntut  penggantian, biaya, ganti rugi dan bunga kepada notaris.
54
D.  Tanggung Jawab Notaris yang menerima Penitipan Pembayaran BPHTB 1.  Kasus Posisi
Bahwa berdasarkan
Putusan Pengadilan
Negeri Medan
No. 2601Pid.B2003PN.Mdn
55
bahwa  ketika  LK  salah  seorang  pemegang  saham  PT. Sumatera Match Factory datang ke Kantor Notaris MG, dimana LK selaku pemegang
54
Ibid.,hal. 31
55
Bahwa  dalam  perkara  ini  Notaris  tersebut  dapat  diduga  telah  melakukan  kesewenangan- wenangan,  kelalaian  karena  seharusnya  Notaris  tersebut  selaku  orang  yang  dipercaya  oleh  kliennya
untuk menyetorkan pembayaran pajak-pajak yang telah dipercayakan pengurusannya terhadap Notaris tersebut  akan  tetapi  yang  terjadi  notaries  tersebut  telah  sewenang-wenang  dengan  tidak
menyetorkannya akan tetapi memfiktifkan setoran pajak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
saham  PT.  Sumatera  Match  Factory  yang  rencananya  akan  menjual  sebidang  tanah berikut bangunan dengan sertifikat HGB No.120TG.Mulia.
Kemudian  Notaris  MG  menjelaskan  kepada  LK  agar  diselenggarakan  dulu RUPS Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan  Anggaran Dasar Perusahaan,
dan  di  dalam  RUPS  tersebut  agar  diputuskan  untuk  menjual  asset  berupa  tanah  dan bangunan sesuai sertifikat HGB No. 120TG.Mulia.
Setelah  RUPS  selesai  diselenggarakan,  maka  LK  yang  mewakili  pihak penjual,  mempertemukan  Notaris  MG  dengan  saksi  korban  CS  dan  HK  yang
merupakan  calon  pembeli.  Setelah  bertemu  maka  pihak  penjual  dan  pihak  pembeli sepakat  dengan  harga  tanah  dan  bangunan  yang  akan  dibeli  sebesar  Rp.
1.000.000.000,-  satu  milyar  rupiah.  Setelah  jual  beli  terjadi,  akta  jual  beli  belum dibuat  karena  masih  menunggu  peninjauan  objek tanah,  sehingga  pihak  penjual  dan
pihak pembeli meminta MG untuk pengurus proses jual beli peralihan dan mengurus pembayaran mengenai biaya-biaya pajak BPHTB dan PPH. Atas permintaan tersebut,
MG  mengatakan  bahwa  biaya  pengurusan  sebesar  Rp.  660.000.000,-enam  ratus enam  puluh  juta  rupiah  dengan  perincian  pembayaran  pajak  sebesar  Rp.
660.000.000,-enam  ratus  juta  rupiah  dan  jasa  bagi  MG  sebesar  Rp.60.000.000,- enam puluh juta rupiah.
Kemudian pada hari itu juga yaitu tanggal 25 April 2002, saksi korban CS dan HK menitipkan 1 satu lembar cek No.C114577dari Bank X dengan nominal sebesar
Rp.  660.000.000,-enam  ratus  enam  puluh  juta  rupiah  sesuai  dengan  permintaan
Universitas Sumatera Utara
MG.  Setelah  cek  tersebut  diterima  oleh  MG,  kemudian  keesokkan  harinya  pada tanggal 26 April 2002, MG segera mencairkan cek tersebut ke Bank X Medan.
Setelah  cek  tersebut  cair,  MG  tidak  segera  mengurus  proses  peralihan  dan balik  nama  sertifikat  HGB  No.120TG.Mulia  dan  MG  tidak  membayarkan  pajak-
pajak  yang  berhubungan  dengan  proses  peralihan  dan  balik  nama  sertifikat,  akan tetapi  MG  menyuruh  anak  buahnya  MS  berkas  perkara  terpisah  untuk  mengurus
penerbitan  SPPT  PBB  Th.2002  dan  mengurus  peralihan  dan  balik  nama  sertifikat HGB
No.120TG.Mulia kepada
FH berkas
perkara terpisah
dengan mengecilkanmenurunkan  nilai  BPHTB  dan  PPH.  Biaya  pengurusan  yang  diminta
oleh  FH  adalah  Rp.  500.000.000,-lima  ratus  juta  rupiah,  namun  sebelum  MG memutuskan  untuk  mengurus  pengurusan  peralihan  dan  balik  nama  sertifikat  HGB
No. 120TG.Mulia dan pembayaran pajak-pajaknya kepada FH, datanglah SA berkas perkara  terpisah  dan  mengatakan  bahwa  ia  dapat  mengurus  pengurusan  peralihan
dan  balik  nama  sertifikat  HGB  No.  120TG.Mulia  dan  pembayaran  pajak-pajaknya dengan  biaya  keseluruhan  Rp.  300.000.000,-tiga  ratus  juta  rupiah,  karena  menurut
MG  pengurusan  melalui  SA  lebih  murah,  maka  MG  memutuskan  untuk  mengurus pengurusan  peralihan  dan  balik  nama  sertifikat  HGB  No.  120TG.Mulia  tersebut
kepada SA dan akhirnya MG menyerahkan uang yang telah dicairkannya dari Bank X kepada  MS  sebanyak  Rp.100.000.000,-seratus  juta  rupiah  untuk  kemudian
diserahkan  kepada  FH  sebagai  uang  tutup  mulut  dan  untuk  penerbitan  SPPT  PBB Th.2002.
Universitas Sumatera Utara
Setelah pengurusan diserahkan kepada SA, maka MG menugaskan MS untuk mengetik  Akta Jual Beli dengan PPAT atas nama MA, SH dengan dilampirkan  foto
kopi  SPPT  PBB  Th.2002  senilai  Rp.12.636.144.000,-  dua  belas  milyar  enam  ratus tiga puluh enam juta seratus empat puluh ribu rupiah yang MG peroleh dari FH atas
nama saksi korban CS dan HK, Surat Setoran BPHTB dengan nilai Rp. 600.307.200 enam ratus juta tiga ratus tujuh ribu dua ratus rupiah dan SSP Final atas nama N.V
Sumatera Match Factory sebesar Rp. 601.807.200,-enam ratus satu juta delapan ratus tujuh ribu dua ratus rupiah.
Setelah  akta  Jual  Beli  dan  lampiran-lampirannya  siap,  maka  MG  memanggil para  pihak  yaitu  :  saksi  korban  CS  dan  HK  sebagai  pihak  pembeli  PA,  LK  sebagai
pihak penjual dengan saksi-saksi  RS dan  MS untuk  masing-masing  menandatangani Akta  Jual  Beli  pada  saat  ditandatangani  belum  bernomor  dan  bertanggal
56
,  namun karena  MG  belum  menjabat  sebagai  PPAT,  maka  Akte  Jual  Beli  tersebut
ditandatangani  oleh  NotarisPPAT  MA,SH  dengan  biaya  sebesar  Rp.  10.000.000,- sepuluh  juta  rupiah,  dimana  biaya  tersebut  MG  serahkan  kepada  MS  untuk
selanjutnya diberikan kepada NotarisPPAT MA,SH. Setelah  Akte Jual Beli tersebut ditandatangani oleh seluruh pihak,  maka MG
menyiapkan  Akte  Jual  Beli  tersebut  dengan  dilampirkan  sertifikat  HGB  No.
56
Sebelum  akta  ditandatangani  seharusnya  akta  tersebut  telah  dicantumkan  nomor  serta tanggal  akta  tersebut  dibuat,  sedangkan  dalam  kasus  ini  akta  tersebut  ditandatangani  oleh  pembeli,
penjual dan saksi sebelum akta tersebut diberi nomor dan tanggal. Maka Notaris tersebut dalam hal ini telah melakukan pelanggaran.
Universitas Sumatera Utara
120TG.Mulia  asli  kepada  NotarisPPAT  MA,SH
57
,  maka  SA  mengambil  kembali Akte  Jual  Beli  tersebut  beserta  lampiran-lampirannya  untuk  dimasukkan  ke  BPN
Kota Medan dengan terlebih dahulu SA membuat  mengisi sendiri dengan mesin tik listrik Surat Setoran BPHTB Fiktif
58
atas nama saksi korban CS dan HK dengan nilai Rp. 159.831.500,-seratus lima puluh sembilan juta delapan ratus tiga puluh satu ribu
lima  ratus  rupiah,  SSP  Final  fiktif  dengan  nilai  Rp.  161.331.500,-seratus  enam puluh  satu  juta  tiga  ratus  tiga  puluh  satu  ribu  lima  ratus  rupiah  dan  SSPPT  PBB
Th.2002  fiktif  senilai  Rp.3.226.630.000,-tia  milyar  dua  ratus  dua  puluh  juta  enam ratus tiga puluh ribu rupiah.
Setelah berkas-berkas tersebut siap, maka SA memasukkan berkas tersebut ke BPN  Kota  Medan  dengan  menyerahkan  pengurusannya  kepada  saksi  HL.  Keudian
HL  meminta  biaya  pengurusan  peralihan  dan  balik  nama  sebesar  Rp.  25.000.000,- dua  puluh  lima  juta  rupiah  dan  menjanjikan  proses  peralihan  dan  balik  namanya
akan siap dalam waktu 2 hari. Keesokkan harinya SA meminta biaya pengurusannya untuk HL kepada MG sebanyak Rp. 50.000.000,-lima puluh juta rupiah dan setelah
proses peralihan dan balik nama sertifikat HGB No. 120TG.Mulia selesai, maka SA mengambil sertifikat asli tersebut dari BPN kemudian diserahkannya kepada MG dan
57
Bahwa  di  dalam  UU  BPHTB  dikatakan  PPATNotaris  hanya  dapat  menandatangani  akta pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan pada saat wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran
pajak. Dalam UU BPHTB tersebut tidak mengatur secara jelas tentang kewajiban PPAT dalam melihat pembayaran BPHTB tersebut.
58
Tindakan  Notaris dalam hal ini  dapat  diduga  telah melakukan  perbuatan melawan hukum karena  telah  membuat  surat  setoran  pajak  fiktif  dimana  seharusnya  berdasarkan  Pasal  16  ayat  1  a
UUJN notaries harus bertindak jujur, seksama, mandiri tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum.
Universitas Sumatera Utara
oleh MG, sertifikat HGB No.120TG.Mulia asli yang telah beralih nama itu langsung diserahkan  kepada  saksi  korban  HK  akan  tetapi  bukti-bukti  pembayaran  dari  pajak-
pajak yang berhubungan dengan proses peralihan dan balik nama sertifikat, tidak MG serahkan  kepada  saksi  korban,  akan  tetapi  hanya  diperlihatkan  saja  dihadapan  saksi
korban dengan tujuan untuk mengelabui saksi korban seakan-akan pajak sebenarnya tinggi dan dapat diusahakan oleh MG menjadi rendah.
Selanjutnya  pada  tanggal  29  Mei  2003  saksi  korban  CS  dan  HK  telah menerima  surat  dari  BPN  Kota  Medan  Nomor  600.73605.PKM2003  yang  isinya
adalah  bukti  setoran  pajak  BPHTB  sejumlah  Rp.  159.831.500,-seratus  lima  puluh sembilan  juta delapan ratus tiga puluh satu ribu  lima ratus rupiah SSP Final senilai
Rp.  161.331.500,-seratus  enam  puluh  satu  juta  tiga  ratus  tiga  puluh  satu  ribu  lima ratus  rupiah  atas  nama  saksi  korban  CS  dan  HK  yang  diajukan  sebagai  syarat
peralihan  balik  nama  sertifikat  No.  120TG.Mulia    adalah  palsu,  sehingga  saksi korban  langsung  mengecek  ke  kantor  BPN  dan  langsung  membayar  kembali  pajak-
pajak  yang  terhutang,  dan  setelah  lunas,  maka  saksi  korban  CS  dan  HK  menjumpa MG  untuk  meminta  kembali  uang  yang  telah  diterima  oleh  MG  dari  saksi  korban,
akan  tetapi  MG  terus  menghindar  dan  mengelak  dari  tanggung  jawab,  sedangkan uang  yang  diterima  dari  saksi  korban  telah  habis  dipergunakan  oleh  MG,  sehingga
akibat  perbuatan  MG  tersebut,  saksi  korban  menderita  kerugian  sebesar  Rp. 660.000.000,- enam ratus enam puluh juta rupiah.
Universitas Sumatera Utara
2.  Tanggung Jawab Notaris yang menerima Penitipan Pembayaran BPHTB
Tanggung  jawab  menurut  Kamus  Umum  Bahasa  Indonesia  adalah  keadaan wajib  menanggung  segala  sesuatunya.  Tanggung  jawab  adalah  kesadaran  manusia
akan  tingkah  laku  atau  perbuatannya  yang  disengaja  maupun  yang  tidak  disengaja. Tanggung  jawab  juga  berarti  berbuat  sebagai  perwujudan  kesadaran  akan
kewajibannya. Tanggung  jawab  dapat  diartikan  juga  dengan  bertindak  tepat  tanpa  perlu
peringatan.  Sedangkan  bertanggung  jawab  merupakan  sikap  tidak  tergantung  dan kepekaan  terhadap  perasaan  orang  lain.
59
Jadi  bertanggung  jawab  di  sini  adalah kesadaran yang ada dalam diri seseorang bahwa setiap tindakannya akan mempunyai
pengaruh  bagi  orang  lain  maupun  bagi  dirinya  sendiri.  Karena  menyadari  bahwa tindakannya itu berpengaruh terhadap orang lain maupun bagi dirinya sendiri maka ia
akan berusaha agar tindakan – tindakannya hanya member pengaruh positif terhadap orang lain dari diri sendiri dan menghindari tindakan-tindakan yang dapat merugikan
orang lain ataupun diri sendiri. Hans  Kelsen  dalam  bukunya  membagi  pertanggung  jawaban  menjadi  empat
macam yaitu :
60
a.  Pertanggung  jawaban  individu  yaitu  seorang  individu  bertanggung  jawab terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri
59
http:massofa.wordpress.com20090213melatih-tanggung-jawab28 juni 20122
60
Hans Klesen, terjemahan Raisul Mutaqien, Teori Hukum Murni, Nuansa dan Nusamedia, Bandung, 2006, hal.140
Universitas Sumatera Utara
b.  Pertanggung jawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab atas suatu pelanggaran yang dilakukan orang lain
c.  Pertanggung  jawaban  berdasarkan  kesalahan  yang  berarti  bahwa  seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja
dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian d.  Pertanggung  jawaban  mutlak  yang  berarti  bahwa  seorang  individu  bertanggung
jawab  atas  pelanggaran  yang  dilakukannya  karena  tidak  sengaja  dan  tidak diperkirakan.
Notaris merupakan suatu profesi yang mempunyai tugas berat, sebab ia harus menempatkan pelayanan terhadap masyarakat diatas segala-galanya. Oleh karena rasa
tanggungjawab  baik  secara  individual  maupun  sosial  terutama  ketaatan  terhadap norma-norma hukum dan kesediaan untuk tunduk pada Kode Etik Profesi merupakan
suatu  hal  yang  wajib,  sehingga  akan  memperkuat  norma  hukum  positif  yang  sudah ada.
Seorang  notaris  sebagai  orang  yang  independen  tidak  berpihak  kepada siapapun  harus  mempunyai  kecerdasan  emosi  yang  cukup  sehingga  ia  bias
memposisikan diri secara benar tatkala berhadapan dengan klien sebagai professional dan sebagai individu.
61
Seorang  notaris  harus  menjunjung  tinggi  tugasnya  serta  melaksanakannya dengan  tepat  dan  jujur  yang  berate  bertindak  menurut  kebenaran  sesuai  dengan
sumpah  jabatan  notaris.  Seorang  notaris  dalam  memberikan  pelayanan,  harus
61
Ikatan Notaris Indonesia,Op.Cit.,hal.35
Universitas Sumatera Utara
mempertahankan  cita-cita  luhur  profesi  sesuai  dengan  tuntutan  kewajiban  hati nurani.
62
1.  Notaris wajib  bertanggung  jawab kepada Tuhan, karena sumpah atau  janji  yang diucapkan  berdasarkan  agama  masing-masing,  dengan  demikian  artinya  segala
sesuatu  yang  dilakukan  Notaris  dalam  menjalankan  tugas  jabatannya  akan diminta pertanggungjawabannya dalam bentuk yang dikehendaki Tuhan;
2.  Notaris wajib bertanggung jawab kepada Negara dan masyarakat, artinya Negara telah  memberi  kepercayaan  untuk  menjalankan  sebagai  tugas    Negara  dalam
bidang  Hukum  Perdata,  yaitu  dalam  pembuatan  alat  bukti  berupa  akta  yang mempunyai  kekuatan  pembuktian  sempurna,  dan  kepada  masyarakat  yang  telah
percaya  bahwa notaris  mampu  memformulasikan kehendaknya ke dalam  bentuk akta notaris, dan percaya  bahwa  notaris  mampu memformulasikan kehendaknya
ke  dalam  bentuk  akta  notaris,  dan  percaya  bahwa  notaris  mampu  menyimpan segala keterangan atau ucapan yang diberikan dihadapan notaris.
Notaris  dalam  melaksanakan  tugas  dan  kewenangannya  bertanggung  jawab penuh  terhadap  perbuatan-perbuatan  hukum  yang  akan  timbul  dikemudian  hari  dan
bahkan  tanggung  jawab  moril  sebagai  professional,  kalau  merugikan  pihak  lain, notaris  harus  dapat  mempertanggungjawabkan  pekerjaannya  di  muka  hukum  secara
perdata dan pidana.
63
Pasal  1  angka  1  Undang-Undang  Nomor  20  Tahun  2000  tentang  Bea Perolehan  Hak  Atas  Tanah  danatau  Bangunan,  dirumuskan  sebagai  berikut  :  “Bea
Perolehan  Hak  Atas  Tanah  danatau  Bangunan  adalah  pajak  yang  dikenakan  atas perolehan hak atas tanah danatau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak.”
64
62
Habib Adjie,Op.Cit.,hal.35
63
http:mkn-unsri.blogspot.com201006tanggung-jawab-profesi-notaris-dalam.html, 28 Juni 2011
64
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah danatau Bangunan Pasal 1
Universitas Sumatera Utara
BPHTB  merupakan  salah  satu  pajak  objektif
65
atau  pajak  yang  terutang  dan harus  dibayar  oleh  pihak  yang  memperoleh  suatu  hak  atas tanah  dan  bangunan  agar
akta  risalah  lelang,  atau  surat  keputusan  pemberian  hak  dapat  dibuat  dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
Subjek  Pajak  adalah  pribadibadan,  akan  tetapi  dalam  pajak  ini  orang pribadibadan yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan.
66
Dengan jelas hal itu tercantum  dalam  ketentuan  Pasal  4  Undang-Undang  Nomor  20 Tahun  2000  tentang
Bea Perolehan Hak Atas Tanah danatau Bangunan, sebagai berikut : 1 Yang  menjadi  Subjek  Pajak  adalah  orang  pribadi  atau  badan  yang
memperoleh hak atas tanah danatau bangunan. 2 Subyek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang dikenakan kewajiban
membayar pajak menjadi Wajib Pajak menurut Undang-Undang ini. Objek  Pajak  BPHTB  sesuai  dengan  ketentuan  Pasal  2  Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2000 tentang BPHTB adalah sebagai berikut : a.  Perolehan hak atas tanah dan bangunan karena pemindahan hak
Pemindahan hak yang mengakibatkan perolehan hak atas tanah dan bangunan yang merupakan objek pajak BPHTB meliputi  :
1.  Perolehan  hak  karena  jual  beli,  yaitu  perolehan  hak  atas  tanah  dan
bangunan  oleh  pembeli  dari  penjual,  yang  terjadi  melalui  transaksi  jual beli, dimana atas perolehan tersebut pembeli menyerahkan sejumlah uang
kepada penjual.
2.  Perolehan  hak  karena  tukar  menukar,  yaitu  perolehan  hak  atas  tanah  dan bangunan  yang  diterima  oleh  seseorang  atau  suatu  badan  dari  tanah  dan
bangunan  miliknya  kepada  pihak  lain  tersebut  sebagai  penggantian  tanah dan atau bangunan yang diterimanya. Biasanya pada tukar menukar tanah
65
Marihot Pahala Siahaan, Op.Cit.,hal.59
66
Ibid.,hal 72
Universitas Sumatera Utara
dan atau bangunan yang dipertukarkan ditentukan nilainya masing-masing dan dibandingkan terlebih dahulu agar tidak ada pihak yang dirugikan atas
tukar menukar tersebut.
3.  Perolehan  hak  karena  hibah,  yaitu  perolehan  hak  atas  tanah  dan  atau bangunan yang diperoleh oleh seseorang penerima hibah yang berasal dari
pemberi hibh pada saat pemberi hibah masih hidup. Penerima tanpa perlu memberikan sejumlah uang maupun suatu barang kepada pemberi hibah.
4.  Perolehan  hak  karena  hibah  wasiat,  yaitu  suatu  penetapan  wasiat  yang khusus mengenai pemberi hak atas tanah dan atau bangunan kepada orang
pribadi  atau  badan  hukum  tertentu,  yang  berlaku  setelah  pemberi  hibah wasiat meninggal dunia.
5.  Perolehan  hak  karena  waris,  yaitu  perolehan  hak  atas  tanah  dan  atau bangunan oleh ahli waris dari pewaris pemilik tanah dan atau bangunan
yang berlaku setelah pewaris meninggal dunia. 6.  Perolehan  hak  karena  pemasukan  dalam  perseroan  atau  badan  hukum
lainnya,  yaitu  perolehan  hak  atas  tanah  dan  bangunan  sebagai  hasil pengalihan  hak  atas  tanah  dan  atau  bangunan  dari  orang  pribadi  atau
badan  kepada  perseroan  atau  dari  badan  hukum  lainnya  sebagai penyertaan modal pada perseroan atau badan hukum lain tersebut.
7.  Perolehan hak karena pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan yaitu perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang berasal dari pemindahan
sebagian  hak  bersama  atas  tanah  dan  atau  bangunan  oleh  orang  pribadi atau badan kepada sesame pemegang hak bersama.
8.  Perolehan hak karena penunjukkan pembeli dalam lelang, yaitu perolehan hak atas tanah dan atau bangunan oleh seorang atau badan yang ditetapkan
sebagai pemegang lelang oleh pejabat lelang sebagaimana yang tercantum dalam risalah lelang.
9.  Perolehan  hak  sebagai  pelaksanaan  dari  putusan  hakim  yang  telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap terjadi dengan peralihan hak dari
orang  pribadi  atau  badan  hukum  sebagai  pihak  yang  semula  memiliki suatu  tanah  dan  atau  bangunan  kepada  pihak  ditentukan  dalam  putusan
hukum menjadi pemilik baru atas tanah dan atau bangunan tersebut.
10. Perolehan hak karena penggabungan usaha, yaitu perolehan hak atas tanah dan  atau  bangunan  oleh  badan  usaha  yang  tetap berdiri  dari  badan  usaha
yang telah digabungkan ke dalam badan usaha yang tetap berdiri. 11. Perolehan hak karena peleburan usaha, yaitu perolehan hak atas tanah dan
atau  bangunan  oleh  badan  usaha  baru  sebagai  hasil  peleburan  usaha  dari badan-badan usaha yang bergabung dan telah dilikuidasi.
12. Perolehan  hak  karena  pemekaran  usaha,  yaitu  perolehan  hak  atas  tanah dan  bangunan  oleh  badan  usaha  yang  baru  didirikan  yang  berasal  dari
aktiva badan usaha induk yang dimekarkan.
Universitas Sumatera Utara
13. Perolehan  hak  karena  hibah,  yaitu  perbuatan  hukum  berupa  penyerahan hak atas tanah dan atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan usaha kepada penerima hibah. b.  Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan karena pemberian hak baru.
Pemberi  hak  baru  yang  mengakibatkan  perolehan  hak  atas  tanah  dan bangunannya yang merupakan objek BPHTB meliputi :
1.  Perolehan  hak  karena  pemberian  hak  baru  sebagai  kelanjutan  pelepasan
hak,  yaitu  pemberian  hak  baru  dari  Negara  kepada  orang  pribadi  atau badan hukum yang mana hak atas tanah tersebut dari pelepasan hak.
2.  Perolehan  hak  karena  pemberian  hak  baru  diluar  pelepasan  hak,  yaitu pemberian  hak baru dari Negara kepada orang pribadi atau badan hukum
menurut peraturan perundang-undnagan yang berlaku.
67
Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 UU BPHTB, yang menjadi  subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan. Wajib
Pajak  merupakan  subjek  pajak  yang  dikenakan  kewajiban  membayar  pajak. Kewajiban  pembayaran  BPHTB  harus  dilakukan  oleh  wajib  pajak  pada  saat
terutangnya pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang. Kewajiban  pembayaran  BPHTB  adalah  kewajiban  dari  Wajib  Pajak  dan
bukan kewajiban dari PPATNotaris.
68
Notaris disini hanya membantu kliennya untuk menyetorkan  pajak  BPHTB.  Disini  Notaris  hanya  berusaha  member  pelayanan
terbaik bagi kliennya. Undang-Undang  BPHTB  memberikan  ketentuan  yang  harus  diikuti  oleh
pejabat  yang  berwenang  dalam  penandatanganan  perolehan  hak  atas  tanah  dan bangunan
69
yaitu :
67
Marihot Pahala Siahaan, Op. Cit.,hal.64
68
Afrizal, Wawancara NotarisPPAT, Medan 4 Juni 2011
69
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan, Pasal 24
Universitas Sumatera Utara
1 Pejabat PPATNotaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah  dan  atau  bangunan  pada  saat  setelah  WP  menyerahkan  bukti
pembayaran pajak BPHTB berupa Surat Setoran BPHTB 2 Kepala  Kantor  Lelang  hanya  dapat  menandatangani  risalah  lelang  perolehan
hak atas tanah dan atau bangunan setelah WP menyerahkan bukti pembayaran BPHTB berupa Surat Setoran BPHTB.
3 Pejabat  yang  berwenang  menandatangani  dan  menerbitkan  surat  keputusan pemberian hak atas tanah hanya dapat menandatangani dan menerbitkan surat
dimaksud pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
4 Terhadap pendaftaran peralihan hak atas tanah karena waris atau hibah wasiat hanya  dapat  dilakukan  oleh  Pejabat  Pertanahan  KabupatenKota  pada  saat
Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Berdasarkan  Pasal  24  ayat  1  maka  kewajiban  pembayaran  BPHTB  adalah kewajiban dari Wajib Pajak dan bukan kewajiban PPATNotaris, karena dalam pasal
tersebut  dikatakan  bahwa  Pejabat  PPATNotaris  hanya  dapat  menandatangani  akta pemindahan  hak  atas  tanah  dan  atau  bangunan  pada  saat  setelah  Wajib  Pajak
menyerahkan  bukti  pembayaran  pajak  BPHTB  berupa  Surat  Setoran  BPHTB.  Oleh karena  itu  Notaris  disini  hanya  berperan  untuk  membantu  klien  untuk  menyetorkan
pajak  BPHTB.  Undnag-undang  juga  tidak  ada  mengatur  bahwa  kewenangan  PPAT
Universitas Sumatera Utara
untuk  mengetahui  kebenaran  pembayaran  BPHTB.
70
Yang  memeriksa  Dinas Pendapatan Daerah dengan melakukan verifikasi dengan mencocokkan Nomor Surat
Setoran dengan data yang ada.
71
Sehubungan  dengan  hal  tersebut,  bahwa  dalam  kasus  tersebut  Notaristelah menerima  penitipan  pembayaran  BPHTB  dari  kliennya  untuk  disetorkan.  Maka
berdasarkan  Pasal  24  ayat  1  Undang-Undang  BPHTB,  Undang-Undang  Jabatan Notaris  dan  Kode  Etik  Notaris  maka  kewajiban  pembayaran  BPHTB  adalah
kewajiban  dari  Wajib  Pajak  dan  bukan  kewajiban  PPATNotaris  akan  tetapi  karena notaris tersebut telah menerima penitipan pembayaran BPHTB tersebut dari kliennya
maka Notaris tersebut bertanggung jawab dalam jabatannya untuk menyetorkan pajak BPHTB tersebut karena telah dipercaya oleh kliennya. Oleh karena itu notaris dalam
menjalankan  jabatannya  serta  melaksanakan  tugasnya  dalam  memberikan  pelayanan kepada  kliennya  tetap  menghormati  dan  menjunjung  tinggi  kode  etik  profesi  dan
senantiasa menghayati dan mengingat sumpah jabatannya.
70
Hasil wawancara dengan Afrizal, NotarisPPAT, Medan, 4 Juni 2011
71
Hasil wawancara dengan Afrizal, NotarisPPAT, Medan, 4 Juni 2011
Universitas Sumatera Utara
BAB III AKIBAT HUKUM BAGI NOTARIS YANG MENERIMA
PENITIPAN PEMBAYARAN BPHTB DAN TIDAK MENYETORKANNYA
1.  Sanksi dalam Undang-Undang Jabatan Notaris