Tanggung Jawab Notaris yang menerima Penitipan Pembayaran BPHTB 1. Kasus Posisi

yang dibuat dihadapan atau oleh notaris. Tindakan profesionalitas notaris dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka tentunya seorang notaris tidak boleh menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya berdasarkan UUJN. Penyalahgunaan wewenang dalam hal ini mempunyai pengertian yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh notaris diluar dari tindakan diluar dari wewenang yang telah ditentukan. Jika notaris membuat suatu tindakan diluar wewenang yang telah ditentukan maka tindakan notaris dapat disebut sebagai tindakan penyalahgunaan wewenang. Jika tindakan seperti itu merugikan para pihak, maka para pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut notaris yang bersangkutan dengan kualifikasi sebagai suatu tindakan hukum yang merugikan para pihak. Para pihak yang menderita kerugian dapat menuntut penggantian, biaya, ganti rugi dan bunga kepada notaris. 54

D. Tanggung Jawab Notaris yang menerima Penitipan Pembayaran BPHTB 1. Kasus Posisi

Bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601Pid.B2003PN.Mdn 55 bahwa ketika LK salah seorang pemegang saham PT. Sumatera Match Factory datang ke Kantor Notaris MG, dimana LK selaku pemegang 54 Ibid.,hal. 31 55 Bahwa dalam perkara ini Notaris tersebut dapat diduga telah melakukan kesewenangan- wenangan, kelalaian karena seharusnya Notaris tersebut selaku orang yang dipercaya oleh kliennya untuk menyetorkan pembayaran pajak-pajak yang telah dipercayakan pengurusannya terhadap Notaris tersebut akan tetapi yang terjadi notaries tersebut telah sewenang-wenang dengan tidak menyetorkannya akan tetapi memfiktifkan setoran pajak tersebut. Universitas Sumatera Utara saham PT. Sumatera Match Factory yang rencananya akan menjual sebidang tanah berikut bangunan dengan sertifikat HGB No.120TG.Mulia. Kemudian Notaris MG menjelaskan kepada LK agar diselenggarakan dulu RUPS Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, dan di dalam RUPS tersebut agar diputuskan untuk menjual asset berupa tanah dan bangunan sesuai sertifikat HGB No. 120TG.Mulia. Setelah RUPS selesai diselenggarakan, maka LK yang mewakili pihak penjual, mempertemukan Notaris MG dengan saksi korban CS dan HK yang merupakan calon pembeli. Setelah bertemu maka pihak penjual dan pihak pembeli sepakat dengan harga tanah dan bangunan yang akan dibeli sebesar Rp. 1.000.000.000,- satu milyar rupiah. Setelah jual beli terjadi, akta jual beli belum dibuat karena masih menunggu peninjauan objek tanah, sehingga pihak penjual dan pihak pembeli meminta MG untuk pengurus proses jual beli peralihan dan mengurus pembayaran mengenai biaya-biaya pajak BPHTB dan PPH. Atas permintaan tersebut, MG mengatakan bahwa biaya pengurusan sebesar Rp. 660.000.000,-enam ratus enam puluh juta rupiah dengan perincian pembayaran pajak sebesar Rp. 660.000.000,-enam ratus juta rupiah dan jasa bagi MG sebesar Rp.60.000.000,- enam puluh juta rupiah. Kemudian pada hari itu juga yaitu tanggal 25 April 2002, saksi korban CS dan HK menitipkan 1 satu lembar cek No.C114577dari Bank X dengan nominal sebesar Rp. 660.000.000,-enam ratus enam puluh juta rupiah sesuai dengan permintaan Universitas Sumatera Utara MG. Setelah cek tersebut diterima oleh MG, kemudian keesokkan harinya pada tanggal 26 April 2002, MG segera mencairkan cek tersebut ke Bank X Medan. Setelah cek tersebut cair, MG tidak segera mengurus proses peralihan dan balik nama sertifikat HGB No.120TG.Mulia dan MG tidak membayarkan pajak- pajak yang berhubungan dengan proses peralihan dan balik nama sertifikat, akan tetapi MG menyuruh anak buahnya MS berkas perkara terpisah untuk mengurus penerbitan SPPT PBB Th.2002 dan mengurus peralihan dan balik nama sertifikat HGB No.120TG.Mulia kepada FH berkas perkara terpisah dengan mengecilkanmenurunkan nilai BPHTB dan PPH. Biaya pengurusan yang diminta oleh FH adalah Rp. 500.000.000,-lima ratus juta rupiah, namun sebelum MG memutuskan untuk mengurus pengurusan peralihan dan balik nama sertifikat HGB No. 120TG.Mulia dan pembayaran pajak-pajaknya kepada FH, datanglah SA berkas perkara terpisah dan mengatakan bahwa ia dapat mengurus pengurusan peralihan dan balik nama sertifikat HGB No. 120TG.Mulia dan pembayaran pajak-pajaknya dengan biaya keseluruhan Rp. 300.000.000,-tiga ratus juta rupiah, karena menurut MG pengurusan melalui SA lebih murah, maka MG memutuskan untuk mengurus pengurusan peralihan dan balik nama sertifikat HGB No. 120TG.Mulia tersebut kepada SA dan akhirnya MG menyerahkan uang yang telah dicairkannya dari Bank X kepada MS sebanyak Rp.100.000.000,-seratus juta rupiah untuk kemudian diserahkan kepada FH sebagai uang tutup mulut dan untuk penerbitan SPPT PBB Th.2002. Universitas Sumatera Utara Setelah pengurusan diserahkan kepada SA, maka MG menugaskan MS untuk mengetik Akta Jual Beli dengan PPAT atas nama MA, SH dengan dilampirkan foto kopi SPPT PBB Th.2002 senilai Rp.12.636.144.000,- dua belas milyar enam ratus tiga puluh enam juta seratus empat puluh ribu rupiah yang MG peroleh dari FH atas nama saksi korban CS dan HK, Surat Setoran BPHTB dengan nilai Rp. 600.307.200 enam ratus juta tiga ratus tujuh ribu dua ratus rupiah dan SSP Final atas nama N.V Sumatera Match Factory sebesar Rp. 601.807.200,-enam ratus satu juta delapan ratus tujuh ribu dua ratus rupiah. Setelah akta Jual Beli dan lampiran-lampirannya siap, maka MG memanggil para pihak yaitu : saksi korban CS dan HK sebagai pihak pembeli PA, LK sebagai pihak penjual dengan saksi-saksi RS dan MS untuk masing-masing menandatangani Akta Jual Beli pada saat ditandatangani belum bernomor dan bertanggal 56 , namun karena MG belum menjabat sebagai PPAT, maka Akte Jual Beli tersebut ditandatangani oleh NotarisPPAT MA,SH dengan biaya sebesar Rp. 10.000.000,- sepuluh juta rupiah, dimana biaya tersebut MG serahkan kepada MS untuk selanjutnya diberikan kepada NotarisPPAT MA,SH. Setelah Akte Jual Beli tersebut ditandatangani oleh seluruh pihak, maka MG menyiapkan Akte Jual Beli tersebut dengan dilampirkan sertifikat HGB No. 56 Sebelum akta ditandatangani seharusnya akta tersebut telah dicantumkan nomor serta tanggal akta tersebut dibuat, sedangkan dalam kasus ini akta tersebut ditandatangani oleh pembeli, penjual dan saksi sebelum akta tersebut diberi nomor dan tanggal. Maka Notaris tersebut dalam hal ini telah melakukan pelanggaran. Universitas Sumatera Utara 120TG.Mulia asli kepada NotarisPPAT MA,SH 57 , maka SA mengambil kembali Akte Jual Beli tersebut beserta lampiran-lampirannya untuk dimasukkan ke BPN Kota Medan dengan terlebih dahulu SA membuat mengisi sendiri dengan mesin tik listrik Surat Setoran BPHTB Fiktif 58 atas nama saksi korban CS dan HK dengan nilai Rp. 159.831.500,-seratus lima puluh sembilan juta delapan ratus tiga puluh satu ribu lima ratus rupiah, SSP Final fiktif dengan nilai Rp. 161.331.500,-seratus enam puluh satu juta tiga ratus tiga puluh satu ribu lima ratus rupiah dan SSPPT PBB Th.2002 fiktif senilai Rp.3.226.630.000,-tia milyar dua ratus dua puluh juta enam ratus tiga puluh ribu rupiah. Setelah berkas-berkas tersebut siap, maka SA memasukkan berkas tersebut ke BPN Kota Medan dengan menyerahkan pengurusannya kepada saksi HL. Keudian HL meminta biaya pengurusan peralihan dan balik nama sebesar Rp. 25.000.000,- dua puluh lima juta rupiah dan menjanjikan proses peralihan dan balik namanya akan siap dalam waktu 2 hari. Keesokkan harinya SA meminta biaya pengurusannya untuk HL kepada MG sebanyak Rp. 50.000.000,-lima puluh juta rupiah dan setelah proses peralihan dan balik nama sertifikat HGB No. 120TG.Mulia selesai, maka SA mengambil sertifikat asli tersebut dari BPN kemudian diserahkannya kepada MG dan 57 Bahwa di dalam UU BPHTB dikatakan PPATNotaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan pada saat wajib pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak. Dalam UU BPHTB tersebut tidak mengatur secara jelas tentang kewajiban PPAT dalam melihat pembayaran BPHTB tersebut. 58 Tindakan Notaris dalam hal ini dapat diduga telah melakukan perbuatan melawan hukum karena telah membuat surat setoran pajak fiktif dimana seharusnya berdasarkan Pasal 16 ayat 1 a UUJN notaries harus bertindak jujur, seksama, mandiri tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum. Universitas Sumatera Utara oleh MG, sertifikat HGB No.120TG.Mulia asli yang telah beralih nama itu langsung diserahkan kepada saksi korban HK akan tetapi bukti-bukti pembayaran dari pajak- pajak yang berhubungan dengan proses peralihan dan balik nama sertifikat, tidak MG serahkan kepada saksi korban, akan tetapi hanya diperlihatkan saja dihadapan saksi korban dengan tujuan untuk mengelabui saksi korban seakan-akan pajak sebenarnya tinggi dan dapat diusahakan oleh MG menjadi rendah. Selanjutnya pada tanggal 29 Mei 2003 saksi korban CS dan HK telah menerima surat dari BPN Kota Medan Nomor 600.73605.PKM2003 yang isinya adalah bukti setoran pajak BPHTB sejumlah Rp. 159.831.500,-seratus lima puluh sembilan juta delapan ratus tiga puluh satu ribu lima ratus rupiah SSP Final senilai Rp. 161.331.500,-seratus enam puluh satu juta tiga ratus tiga puluh satu ribu lima ratus rupiah atas nama saksi korban CS dan HK yang diajukan sebagai syarat peralihan balik nama sertifikat No. 120TG.Mulia adalah palsu, sehingga saksi korban langsung mengecek ke kantor BPN dan langsung membayar kembali pajak- pajak yang terhutang, dan setelah lunas, maka saksi korban CS dan HK menjumpa MG untuk meminta kembali uang yang telah diterima oleh MG dari saksi korban, akan tetapi MG terus menghindar dan mengelak dari tanggung jawab, sedangkan uang yang diterima dari saksi korban telah habis dipergunakan oleh MG, sehingga akibat perbuatan MG tersebut, saksi korban menderita kerugian sebesar Rp. 660.000.000,- enam ratus enam puluh juta rupiah. Universitas Sumatera Utara

2. Tanggung Jawab Notaris yang menerima Penitipan Pembayaran BPHTB

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601/Pid.B/2003/PN.Mdn)

9 111 123

Analisa Pembayaran Bea Atas Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) pada PT.WIKA REALTY Wilayah Debang Taman Sari Medan

0 78 56

Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris Yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Bphtb) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601/Pid.B/2003/Pn.Mdn)

4 50 123

Analisis Yuridis Atas Perbuatan Notaris Yang Menimbulkan Delik-Delik Pidana (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan NO. 2601/Pid.B/2003/PN.Mdn)

0 60 119

BAB II TANGGUNG JAWAB NOTARIS YANG MENERIMA PENITIPAN PEMBAYARAN BPHTB A. Tinjauan Umum Tentang Notaris 1. Sejarah Notaris di Indonesia - Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangu

0 1 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601/Pid.B/2003/PN.Mdn)

0 0 24

Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601/Pid.B/2003/PN.Mdn)

0 0 14

BAB II TANGGUNG JAWAB NOTARIS YANG MENERIMA PENITIPAN PEMBAYARAN BPHTB A. Tinjauan Umum Tentang Notaris 1. Sejarah Notaris di Indonesia - Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris Yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangu

1 2 37

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris Yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Bphtb) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601/Pid.B/2003/Pn.Mdn)

0 0 24

Analisis Hukum Atas Perbuatan Oknum Notaris Yang Menerima Penitipan Pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Bphtb) (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 2601/Pid.B/2003/Pn.Mdn)

0 0 14