Asam Lemak a. Asam lemak saturasi

21

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Asam Lemak a. Asam lemak saturasi

Identifikasi asam lemak dilakukan berdasarkan hasil kromatogram senyawa asam lemak yang telah direkam selama 50 menit. Karakteristik asam lemak yang muncul pada spektra massa dicirikan dengan nilai spektra utama base peak mz 117. Selain itu juga dilihat nilai bobot molekul senyawa asam lemak untuk menentukan nomor karbon senyawa asam lemak. Karakteristik sebaran asam lemak saturasi pada sedimen di bagian hulu dan hilir muara Sungai Somber yang terdeteksi berkisar antara nC 10 sampai nC 34 Gambar 8 dan 9 dengan kisaran nilai intensitas pada bagian muara dan hulu berturut-turut 0,069-71,199 x10 6 dan 0,198-72,012 x10 6 . Sebaran asam lemak pada bagian muara Sungai Somber menunjukkan kecenderungan pola monomodal dengan C max pada nomor karbon nC 16 , sedangkan sebaran asam lemak pada bagian hulu Sungai Somber menunjukkan kecenderungan pola bimodal dengan C max pada nomor karbon nC 16 dan nC 28 yang didominasi oleh nomor karbon nC 16 . Sumber komponen nC 16 yang utama berasal dari alga, tetapi dapat ditemukan juga pada bakteri, fungi dan tumbuhan tingkat tinggi Meyers, 1997; Volkman et al., 1998; Muri et al., 2004. Nilai Carbon Preference Index CPI 10-20 dan CPI 20-30 pada bagian muara adalah 7,50 dan 3,87, sedangkan pada bagian hulu nilai CPI 10-20 dan CPI 20-30 adalah 5,43 dan 3,80. Nilai CPI 1 menunjukkan rantai karbon genap lebih dominan daripada rantai karbon ganjil Gogou et al., 1998; Duan Ma, 2001. Nilai CPI pada muara dan hulu berkisar antara 3,80-7,50 yang 22 menunjukkan bahwa sebaran asam lemak saturasi didominasi oleh rantai karbon genap. Gambar 8. Karakteristik sebaran asam lemak saturasi n-asam alkanoat pada sedimen bagian hilirmuara Stasiun 1 Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur Gambar 9. Karakteristik sebaran asam lemak saturasi n-asam alkanoat pada sedimen bagian hulu Stasiun 2 Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 C1 C1 1 C1 2 C1 3 C1 4 C1 5 C1 6 C1 7 C1 8 C1 9 C2 C2 1 C2 2 C2 3 C2 4 C2 5 C2 6 C2 7 C2 8 C2 9 C3 C3 1 C3 2 C3 3 C3 4 In te n sitas 10 6 Nomor Karbon CPI 10-20 = 7,50 CPI 20-30 = 3,88 TAR FA = 0,16 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 C1 C1 1 C1 2 C1 3 C1 4 C1 5 C1 6 C1 7 C1 8 C1 9 C2 C2 1 C2 2 C2 3 C2 4 C2 5 C2 6 C2 7 C2 8 C2 9 C3 C3 1 C3 2 C3 3 C3 4 In te n sitas 10 6 Nomor Karbon CPI 10-20 = 5,43 CPI 20-30 = 3,80 TAR FA = 0,95 23 Rantai karbon panjang 20 yang terdeteksi pada sedimen di bagian hulu dan muara Sungai Somber berkisar antara nC 21 sampai nC 34 mengindikasikan adanya masukan bahan organik dari tumbuhan tingkat tinggi Madureira Piccinini, 1999. Pada kasus di Muara Sungai Somber diduga tanaman tingkat tinggi yang dominan berasal dari mangrove, karena di sekitar Sungai Somber banyak ditemukan daerah yang ditumbuhi vegetasi mangrove. Rantai karbon pendek nC 10 -nC 20 yang terdeteksi mengidentifikasikan adanya masukan bahan organik dari plankton dan bakteri Duan, 2000. Buangan limbah rumah tangga akibat aktivitas permukimam masyarakat di sekitar Sungai Somber diduga sebagai salah satu penyebab masukan bakteri ke dalam Sungai Somber. Rasio rantai karbon panjang terhadap rantai karbon pendek digunakan untuk menduga kontribusi dari komponen autotonus akuatik dan allotonus terestrial dengan menghitung nilai TAR FA Muri et al., 2004. Nilai TAR FA yang diperoleh pada sedimen Muara Sungai Somber adalah 1, yaitu pada bagian muara dan hulu berturut-turut adalah 0,164 dan 0,948 Lampiran 4. Hal ini menunjukkan bahwa masukan bahan organik dari akuatik pada sedimen Muara Sungai Somber lebih besar jika dibandingkan dengan masukan yang berasal dari terestrial Meyers, 1997. Asam lemak saturasi pada bagian muara dan hulu Sungai Somber memiliki sedikit perbedaan, dimana intensitas atau kelimpahan asam lemak lebih tinggi pada bagian hulu sungai daripada pada bagian muara sungai. Hal ini dapat menunjukkan perbedaan tingkat akumulasi materi. Tingginya akumulasi materi pada bagian hulu Sungai Somber diduga berkaitan dengan proses hidrodinamika estuari, dimana pada daerah hulu estuari menunjukkan kondisi yang relatif tenang 24 dibandingkan dengan daerah muara estuari. Sedimen Sungai Somber bagian muara dan hulu lebih didominasi masukan dari akuatik daripada terestrial. Tingginya aktivitas pertanian dan permukimam masyarakat di sekitar Sungai Somber menyebabkan tingginya masukan nutrient. Hal ini dapat dilihat dari terdeteksinya rantai karbon pendek yang dominan pada bagian muara dan hilir Sungai Somber yang merupakan sumber dari akuatik. Namun, rantai karbon panjang juga terdeteksi pada sedimen Sungai Somber yang mengindikasikan adanya masukan bahan organik dari tumbuhan tingkat tinggi. Pada kasus Sungai Somber diduga berasal dari pohon bakau karena sisi tenggara dan barat laut Sungai Somber masih berupa hutan bakau BPMPPT, 2011.

b. Asam lemak unsaturasi dan bercabang iso- dan anteiso-