13
3. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Pengambilan Contoh Sedimen
Lokasi pengambilan contoh sedimen secara geografi berada pada 1º12’30’’LS-1º13’30’’LS dan 116º49’30’’BT-116º51’00’’BT. Contoh sedimen
diambil di Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 27 Januari 2011 sebagai bagian dari kajian Studi Dinamika dan Daya Dukung
Ekosistem Sungai Somber Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Pengambilan contoh sedimen dilakukan pada dua titik di Sungai Somber bagian hulu dan muara
yang berjarak kurang lebih 2,14 kilometer seperti ditampilkan pada Gambar 7. Contoh sedimen yang telah tersedia dianalisis di Pusat Laboratorium Terpadu
Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah, Tangerang.
Gambar 7. Peta lokasi pengambilan contoh sedimen di Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur
Kutai
T eluk
B a
lik pa
pa n
Sungai Sei Wein
1 2
LS
BT
14
3.2. Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1. Contoh sedimen
Contoh sedimen yang berasal dari muara Sungai Somber dikeringkan menggunakan alat freeze-dryer 24 jam dan dihomogenkan dengan cara disaring
menggunakan saringan dengan mesh size 250 µm.
3.2.2. Peralatan laboratorium
Peralatan penelitian yang terdiri atas gelas erlenmeyer, gelas ukur, soxhlet, gelas beaker, corong pemisah, labu bulat, kolom kromatografi, pipet tetes, dan
gelas vial dicuci dengan sabun teepol dan dibilas dengan air. Peralatan dikeringkan dengan cara diletakkan di rak selama beberapa menit agar air yang
tersisa di dalam peralatan menguap. Selanjutnya, peralatan dimasukan ke dalam oven 80 °C selama 24 jam. Setelah kering, peralatan dibilas dengan methanol
MeOH, diklorometana DCM dan n-Heksana secara berurutan Prartono, 1995. Selanjutnya, peralatan dibungkus dengan aluminium foil, disimpan dan siap
digunakan. Di samping itu, juga digunakan peralatan lain seperti stirrer untuk hidrolisis, Rotary Evaporator untuk penguapan, dan Gas Chromatography
– Mass Spectrometry GC
– MS untuk identifikasi.
3.2.3. Pelarut organik
Pelarut organik yang terdiri atas n-Heksana Merck; Pro Analysis, DCM Merck; Pro Analysis, MeOH Merck; LiChrosolv, dan etil asetat Merck; Pro
Analysis didestilasi agar kontaminan yang terkandung dalam pelarut berkurang Prartono, 1995.
15
3.2.4. Pereaksi a. Anhydrous sodium sulfat
Anhydrous sodium sulfat dibilas dengan DCM. Selanjutnya, diaktivasi 500 °C; 4 jam menggunakan oven. Kemudian didinginkan pada desikator dan
disimpan hingga akan digunakan Prartono, 1995.
b. Bubuk tembaga aktif
Tembaga aktif disiapkan menurut prosedur dari Blumer 1957 dalam Prartono 1995. Tembaga II sulfat seberat 45 g dilarutkan dalam 500 ml
akuades dan ditambahkan Hydrochloric Acid 2 M; 20 ml. Bubuk seng seberat 15 g dilarutkan dalam 25 ml akuades. Selanjutnya, larutan seng dimasukkan
dalam larutan tembaga II sulfat secara perlahan kemudian diaduk hingga terbentuk endapan tembaga dari warna merah hingga merah kecokelatan.
Kemudian cairan di permukaan dibuang. Endapan tembaga dibilas dengan DCM dan n-Heksana.
3.2.5. Silika gel 60 ukuran partikel 0,040 – 0,063 mm
Silika gel 8 g dimurnikan melalui proses ekstraksi menggunakan alat soxhlet 6 jam dengan campuran n-Heksana - MeOH 1:1 sebanyak 120 ml.
Kemudian dikeringkan dan dibungkus dengan aluminium foil. Aluminium foil yang berisi silika dipanaskan dalam oven 500 °C; 1 jam. Berikutnya, suhu
diturunkan secara bertahap menjadi 150 °C hingga 120 °C, kemudian disimpan dalam desikator selama 30 menit. Silika gel yang digunakan pada kolom
kromatografi 0,040 – 0,063 mm; Merck, Jerman dideaktivasi dengan menambah
akuades 5 0,4 g pada gelas beker yang telah diisi silika 95 7,6 g dan diaduk hingga gumpalan menghilang.
16
Jumlah akuades 5 yang ditambahkan berdasarkan persamaan 1 dan 2 berikut :
W
t
= W
s
0,95 W
h
= W
t
- W
s
dimana : W
t
= total berat SiO
2
+ H
2
O W
s
= berat SiO
2
W
h
= berat H
2
O yang ditambahkan
3.3. Prosedur Analisis a. Ekstraksi sedimen, pemisahan fraksi netral dan asam
Contoh sedimen yang telah kering ditimbang sebanyak 10 g kemudian diekstraksi dengan 120 ml pelarut campuran 1:1 DCM dan MeOH menggunakan
soxhlet selama 24 jam. Hasil ekstraksi diuapkan menggunakan rotary evaporator hingga tersisa ekstrak kurang lebih 2 ml kemudian dihidrolisis dengan 6 KOH
dalam MeOH 30 ml; 12 jam Prartono, 1995. Fraksi netral didapat melalui ekstraksi dengan n-heksana 3x30 ml.
Residu diuapkan dan dicampur dengan akuades 25 ml yang sebelumnya telah disterilisasi dengan DCM 25 ml. Campuran diasamkan dengan 6 N HCl hingga
pH menjadi 2 kemudian diekstraksi dengan DCM 3x30 ml untuk mendapatkan fraksi asam. Selanjutnya, fraksi asam diuapkan menggunakan rotary evaporator
hingga diperoleh kurang lebih 2 ml dan dimasukkan dalam gelas vial. Sampel diderivatisasi melalui sililasi dengan bis-trimetilsilil-trifluoroacetamida BSTFA
.............................................................................. 1
.............................................................................. 2
17
Sigma- Aldrich; 50 µl; 80 °C; 10 menit sebelum dianalisis dengan GC-MS Prartono, 1995.
b. Fraksinasi senyawa polar