31
Pengamatan Buah Alami
Buah alami merupakan istilah untuk tanaman nenas yang berbunga sebelum dilalukan forcing. Tanaman-tanaman yang berbunga terlebih dahulu
dibandingkan tanaman lain menyebabkan ketidakseragaman dalam waktu berbuah Ketidakseragaman yang terjadi tidak hanya berupa waktu berbuah tetapi juga pada
ukuran dan kematangan buah Gambar 19.
a b
Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami yaitu ukuran bibit yang digunakan, pelaksanaan waktu forcing, persentase
sulaman dan curah hujan.
1. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit
Perbanyakan bibit tanaman nenas pada umumnya dilakukan melalui perbanyakan vegetatif yaitu tunas akar, tunas batang, tunas buah, mahkota buah
dan stek batang. Jenis bibit yang digunakan di PT. GGP pada umumnya adalah tunas akar sucker dan mahkota buah crown.
Berdasarkan ukurannya bibit dikelompokkan menjadi bibit dengan ukuran besar, sedang dan kecil. PT. GGP me miliki alat dan standar ukuran sendiri dalam
mengelompokkan bibit berdasarkan ukurannya. Pengelompokkan seperti ini diharapkan dapat menseragamkan pertumbuhan tanaman sehingga memudahkan
Gambar 19. Perbedaan Waktu Berbuah a, Ukuran dan Kematangan Buah b pada Buah Alami
32
std umur b
u a
h a
la m
i
18 17
16 15
14 0,4
0,3
0,2
0,1
0,0
dalam perawatan tanaman, penentuan waktu forcing maupun panen. Bibit bibit yang sudah dikelompokkan berdasarkan jenis dan ukurannya selanjutnya akan
ditanam dengan jarak tanam dan kedalaman yang sama. Ukuran bibit diduga berpengaruh terhadap adanya buah alami. Bibit-bibit
yang berukuran besar dengan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat berpeluang menghasilkan bunga yang lebih cepat dibandingkan bibit-bibit yang berasal dari
bibit-bibit dengan ukuran sedang maupun kecil. Untuk membuktikan hal ini, dari 100 lokasi contoh panen buah alami PG 1 tahun 2008 dikelompokkan berdasarkan
umur forcingnya. Kemudian dilakukan scatter plot untuk melihat sebarannya Gambar 20.
Gambar 20. Sebaran Buah Alami berdasarkan Ukuran Bibit Dari Gambar 20 terlihat bahwa sebaran buah alami banyak terjadi pada
standar umur bibit 14 bulan bibit besar dibandingkan bibit 16 bulan bibit sedang dan 18 bulan bibit kecil. Berdasarkan data tersebut, bibit besar
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan buah alami dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil.
Uji t digunakan untuk membandingkan persentase buah alami dari bibit besar terhadap bibit sedang, bibit besar terhadap bibit kecil dan bibit sedang
33 terhadap bibit kecil. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan nyata antara bibit
besar terhadap bibit sedang dan kecil sedangkan antara bibit sedang terhadap bibit kecil tidak berbeda nyata Tabel 4.
Tabel 4. Hubungan Jenis bibit terhadap Buah Alami Jenis bibit
Buah Alami Bibit Besar
0.12
a
± 0.107
Bibit Sedang 0.04
bc
± 0.0418 Bibit Kecil
0.03
bc
± 0.0313
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji t taraf 5
Sucker dapat disimpan tanpa mengalami kemunduran vigor. Sucker berukuran besar dapat mencapai lebih dari 1.5 kg. Bibit sucker dapat mencapai
berat forcing yang lebih cepat dibandingkan slip atau crown. Bibit besar terutama yang berasal dari sucker memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan
bibit sedang dan bibit kecil. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan waktu forcing. Bibit besar dilakukan forcing pada umur 14 bulan sedangkan bibit sedang pada
umur 16 bulan dan bibit kecil pada umur 18 bulan. Umur forcing bibit besar lebih cepat dibandingkan bibit sedang dan bibit kecil. Pertumbuhan yang lebih cepat
inilah yang diduga menyebabkan peluang buah alami dari bibit besar lebih tinggi dibandingkan dari bibit sedang maupun bibit kecil.
2. Sebaran Buah Alami berdasarkan Waktu Forcing