Latar Belakang Karakteristik Sifat Anatomi dan Fisis Small Diameter Log Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) dan Gmelina (Gmelina arborea Roxb.).

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan terhadap kayu sebagai bahan bangunan dan bahan baku industri perkayuan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi, kemampuan hutan sebagai pensuplai kayu cenderung menurun. Badan Planologi Kehutanan 2008 mencatat bahwa luas kerusakan hutan di Indonesia selama periode 2003 – 2006 adalah sebesar 1,17 juta hektar per tahun. Tingginya tingkat kerusakan hutan tersebut dikarenakan konversi kawasan hutan untuk perkebunan dan transmigrasi, pencurian kayu, penebangan liar illegal logging dan kebakaran hutan. Belum optimalnya reboisasi juga mengakibatkan semakin luasnya hutan yang rusak. Di sisi lain, Departemen Kehutanan 2009 juga menyatakan bahwa kebutuhan kayu bulat pada tahun 2008 adalah 46.316.073,15 m 3 sedangkan jatah produksi tahunan kayu bulat nasional tahun 2008 hanya 9,1 juta m 3 . Kondisi ini menunjukkan bahwa hutan alam tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan bahan baku kayu untuk keperluan industri perkayuan dalam negeri. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi keterbatasan jumlah pasokan kayu antara lain dengan mamanfaatkan kayu yang berasal dari hutan tanaman. Kayu yang berasal dari hutan tanaman memiliki potensi yang cukup besar dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kayu untuk berbagai keperluan tersebut. Namun, kayu yang dihasilkan dari hutan tanaman pada umumnya merupakan jenis kayu cepat tumbuh fast growing species seperti mangium, mahoni, rasamala, gmelina, sengon dan lain-lain. Jenis-jenis kayu tersebut relatif bermutu rendah karena selain berumur muda, juga mengandung banyak cacat seperti mata kayu, miring serat, cacat bentuk dan sebagainya Abdurachman dan Hadjib 2006. Pada umumnya kayu dari hutan tanaman ditebang saat berumur masih muda, sehingga kayu yang dihasilkan umumnya berdiameter kecil. Sedangkan kayu dari hutan alam biasanya ditebang saat kayu sudah dewasa. Bendtsen 1978 dalam Bowyer et al. 2003 menyatakan bahwa kayu juvenil juvenil wood memiliki berat jenis, panjang serat, kekuatan, tebal dinding sel, susut bidang transversal dan persentase kayu akhir latewood yang lebih rendah dibandingkan dengan kayu dewasa mature wood. Akan tetapi kayu juvenil memiliki sudut fibril S-2, susut bidang longitudinal dan kadar air yang lebih tinggi daripada kayu dewasa. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang struktur anatomi dan fisis kayu sengon dan gmelina yang berdiameter kecil small diameter log, sehingga sifat dasar kayu tersebut dapat diketahui.

B. Tujuan