Sifat Fisis Kayu Sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen

Sudut fibril S-2 Penyusutan bidang longitudinal Kadar air Sumber : Bentsen 1978 dalam Bowyer et al. 2003 Gambar 2 Perubahan kayu juvenil ke kayu dewasa dalam konifer, beberapa sifat mengalami penurunan. Bowyer et al. 2003 menyatakan bahwa kayu juvenil memiliki kecenderungan untuk menghasilkan serat terpuntir yang lebih besar. Selain itu orientasi sudut mikrofibril pada lapisan dinding sekunder S-2 lebih besar dari kayu dewasa, sehingga penyusutan longitudinal kayu juvenil sangat besar dan berkurangnya penyusutan transversal yang sesuai. Dengan semua sifat ini, kayu juvenil umumnya tidak diinginkan apabila digunakan dalam produk kayu solid. Apabila kayu juvenil ini digunakan sebagai kayu solid untuk keperluan konstruksi besar, maka akan terjadi cacat yang disebut getas atau brashness. Cacat getas ini merupakan suatu kondisi abnormal pada kayu yang patah secara tiba-tiba tanpa memberikan peringatan pada beban yang lebih rendah.

D. Sifat Fisis Kayu

Sifat fisis kayu ialah karakteristik kuantitatif dan ketahanan terhadap pengaruh dari luar. Menurut Bowyer et al. 2003 sifat fisis kayu yang penting dan mempengaruhi sifat mekanis kayu adalah kadar air, kerapatan dan berat jenis.

1. Kadar air Moisture content

Panshin dan de Zeeuw 1964 mendefinisikan kadar air sebagai banyaknya air yang terkandung dalam kayu. Kadar air kayu sangat dipengaruhi oleh sifat higroskopis kayu. Air dalam kayu tediri dari air bebas dan air terikat dimana keduanya secara bersama-sama menentukan kadar air kayu. Air yang terdapat dalam rongga sel kayu disebut sebagi air bebas free water, sedangkan yang terdapat di dalam dinding sel dinamakan air terikat bound water. Kadar air segar dalam satu pohon bervariasi tergantung tempat tumbuh dan umur pohon. Kadar air kayu akan berubah sesuai dengan kondisi iklim tempat dimana kayu berada akibat dari perubahan suhu dan kelembaban udara Bowyer et al. 2003.

2. Berat jenis Specific gravity

Berat jenis merupakan nilai perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan benda standar. Berat standar yang digunakan adalah air destilata yang pada suhu 4ºC mempunyai kerapatan 1 gram per centimeter. Berat jenis juga didefinisikan sebagai berat kayu kering per satuan volume Bowyer et al. 2003. Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya. Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.

3. Kerapatan Density

Kerapatan kayu merupakan perbandingan antara massa atau berat kayu dengan volumenya yang dinyatakan dalam kgm³ atau gcm³. Kerapatan kayu didefinisikan sebagai jumlah bahan penyusun dinding sel kayu maupun zat-zat lain, dimana bahan tersebut memberikan sifat kekuatan pada kayu Bowyer et al. 2003.

E. Sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen

Tanaman ini memiliki nama botanis Paraserianthes falcataria L. Nielsen dari famili Fabaceae. Sengon memiliki nama daerah jeungjing, sengon laut Jawa, tedehu pute Sulawesi, rare, selawoku, selawaku merah, seka, sika, sika bot, sikas, tawa sela Maluku, bae, bai wahogon, wai, wikkie Irian Jaya. Kayu ini tersebar di seluruh Jawa, Maluku, Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Tinggi pohon dapat mencapai 40 meter dengan panjang batang bebas cabang 10-30 meter dan diameter 80 cm. Ciri diagnostik kayu sengon dapat dilihat dari aspek warna yaitu memiliki warna kayu teras dan gubal yang sulit dibedakan yaitu berwarna putih abu-abu kecoklatan atau putih merah kecoklatan pucat. Memiliki tekstur agak kasar sampai kasar dengan arah serat terpadu dan kadang-kadang lurus sedikit bercorak, kekerasan kayu agak lunak dan beratnya ringan. Ciri anatomi kayu sengon yaitu memiliki pori yang berbentuk bulat sampai oval, tersebar, soliter dan gabungan pori yang terdiri dari 2-3 pori dan berjumlah 4-7 per mm² dengan diameter tangensial sekitar 160-340 mikron dan bidang perforasi sederhana. Sel parenkim umumnya menyinggung pori sepihak scanty sampai selubung vasicentric, kebanyakan parenkim apotrakeal sebar yang terdiri dari 1-3 sel yang membentuk garis-garis tangensial di antara jari-jari. Jari- jarinya umumnya sempit, terdiri dari 1-2 seri dan berjumlah 6-12 per mm² Pandit dan Kurniawan 2008. Kayu sengon memiliki berat jenis sebesar 0,33 0,24 – 0,49. Kayu ini termasuk dalam kelas awet IV-V dan kelas kuat IV-V. Kayu sengon banyak digunakan sebagai bahan bangunan perumahan terutama di daerah pedesaan, untuk peti, papan partikel, papan serat, papan wool semen, korek api dan barang kerajinan lainnya Martawijaya et al. 1989.

F. Gmelina Gmelina arborea Roxb.