terdapat di dalam kayu akan menyebabkan perbedaan sifat-sifat yang dimiliki kayu yang bersangkutan. Pandit 2006 menyatakan bahwa variasi bentuk dan
dimensi sel sekecil apapun akan menyebabkan perubahan kualitas kayu sebagai bahan baku.
B. Kayu Bundar Kecil Small Diameter Log
Berdasarkan besarnya diameter, kayu bundar terbagi menjadi tiga sortimen yaitu kayu bundar besar, kayu bundar sedang dan kayu bundar kecil.
Kayu bundar besar KBB adalah kayu bundar dengan ukuran diameter 30 cm atau lebih. Kayu bundar sedang KBS merupakan kayu bundar dengan ukuran
diameter antara 21 cm sampai dengan 29 cm, sedangkan kayu bundar kecil KBK adalah kayu bundar dengan ukuran diameter kurang dari 21 cm SNI
01-5007.17-2001.
C. Sifat Anatomi Kayu
Sifat anatomi suatu jenis kayu merupakan sifat yang objektif yang secara konstan terdapat di dalam kayu. Sifat-sifat objektif tersebut ada yang
sudah jelas dilihat dan diamati hanya dengan mata telanjang atau hanya dibantu dengan menggunakan lup dengan perbesaran 10 kali. Sifat ini
disebut sifat makroskopis. Sedangkan sifat-sifat objektif dari kayu yang baru jelas dilihat apabila dibantu dengan menggunakan mikroskop disebut sifat
mikroskopis Pandit dan Kurniawan 2008.
1. Kayu gubal dan kayu teras Sapwood and Heartwood
Bagian kayu di dalam pohon yang terdiri dari bagian xylem yang masih hidup dan menjamin proses fisiologis fungsi penyalur, penyimpan
cadangan makanan dan penujang kekuatan mekanis dapat berjalan secara aktif disebut sebagai kayu gubal sapwood. Lama-kelamaan protoplasma
sel-sel xylem yang masih hidup tadi tidak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya, bagian inilah yang disebut dengan kayu teras
heartwood. Bowyer et al. 2003 menyatakan bahwa pada potongan melintang
batang kayu, kayu teras heartwood yang terletak pada bagian tengah
dekat empulur terlihat berwarna lebih gelap. Kemudian bagian tersebut dikelilingi oleh bagian luar yang berwarna lebih terang yang disebut kayu
gubal sapwood. Perubahan dari kayu gubal menjadi kayu teras ini disertai dengan pembentukan berbagai macam zat organik yang
bermacam-macam yang umumnya disebut dengan zat ekstraktif. Selanjutnya perkembangan zat ekstraktif di dalam xylem ini ditandai
dengan perubahan warna jaringan, sehingga kayu teras berwarna lebih gelap daripada kayu gubalnya. Pada kayu daun lebar hardwood, dalam
keadaan ini sering juga diikuti dengan pembentukan tilosis dalam lumen sel-sel pembuluh. Akan tetapi terdapat beberapa jenis kayu dimana warna
kayu teras tidak berbeda dengan kayu gubalnya misalnya ramin, jelutung, pulai dan sebagainya Pandit dan Kurniawan 2008.
Hipotesa pembentukan kayu teras yang disampaikan oleh Rudman 1966 dalam Bowyer et al. 2003 menyatakan bahwa kayu teras
terbentuk akibat produksi bahan makanan gula yang melebihi kebutuhan pohon. Gula yang tidak dibutuhkan pada pucuk pertumbuhan bergerak ke
bawah lewat bagian dalam kulit, memberikan makanan melalui jari-jari kepada kambium. Tetapi kecepatan pertumbuhan dalam kambium menjadi
lambat, sehingga mengurangi kebutuhan gula pada lapisan ini. Gula yang tidak dibutuhkan terus bergerak ke arah dalam melalui jari-jari, kemudian
menumpuk di dekat pusat batang dan terurai. Pada saat yang sama, kandungan air di dalam sel-sel ini juga semakin berkurang.
Bowyer et al. 2003 menyatakan bahwa perbedaan antara kayu teras dan kayu gubal hampir seluruhnya bersifat kimia. Maka kayu teras
pada umumnya memiliki sifat-sifat yang unik yaitu : a.
Kayu teras berwarna lebih gelap daripada kayu gubal karena zat ekstraktif yang terbentuk berwarna gelap.
b. Kayu teras sangat tahan terhadap serangan cendawan dan serangga
karena sebagian zat ekstraktif bersifat racun terhadap cendawan dan serangga.
c. Kayu teras sulit ditembus cairan seperti bahan pengawet. Hal ini akibat
adanya ekstraktif minyak, lilin dan getah yang menyumbat dinding sel;
adanya aspirasi noktah pada softwood yang menutup hubungan dari sel ke sel serta adanya tilosis yang menyumbat pori pada hardwood.
d. Kayu teras sulit dikeringkan.
e. Kayu teras memiliki bau yang khas karena adanya senyawa ekstraktif
yang aromatik. f.
Kayu teras sedikit lebih berat per satuan volume daripada kayu gubal. Hal ini disebabkan adanya zat ekstraktif yang cukup banyak.
2. Tekstur kayu Texture of wood
Tekstur dari kayu merupakan penampilan permukaan kayu yang menunjukkan ukuran relatif dari sel-sel yang mencolok besarnya di dalam
kayu Pandit dan Kurniawan 2008. Mandang dan Pandit 1997 menyatakan bahwa tekstur suatu kayu dapat dinyatakan halus, sedang dan
kasar. Tekstur kayu dikatakan halus jika sel pembuluh berukuran kecil, sebaliknya tekstur suatu kayu dinyatakan kasar jika sel-selnya berukuran
besar. Penggolongan ukuran pembuluh dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Penggolongan ukuran diameter pembuluh.
No Ukuran pembuluh
Diameter tangensial pori mikron
1 Luar biasa kecil
20 2
Sangat kecil 20 - 50
3 Kecil
50 - 100 4
Agak kecil 100 - 200
5 Agak besar
200 - 300 6
Besar 300 - 400
7 Sangat besar
400
3. Kayu Juvenil dan Kayu Dewasa Juvenile Wood and Mature Wood
Kayu juvenil merupakan kayu yang dibentuk pada tahap-tahap permulaan keberadaan suatu pohon. Selanjutnya kayu juvenil telah diberi
batasan sebagai xilem sekunder yang dihasilkan oleh daerah-daerah kambium yang dipengaruhi oleh kegiatan dalam meristem apikal. Pada
umumnya kayu juvenil lebih rendah kualitasnya daripada kayu dewasa. Kayu juvenil tidak hanya terdapat pada jenis-jenis kayu cepat tumbuh saja.
Pembentukan kayu juvenil ini dipengaruhi oleh umur dan tidak dipengaruhi oleh kecepatan tumbuhnya. Lamanya periode juvenil ini
beveriasi menurut jenis pohon, tetapi kayu juvenil selalu terdapat pada riap tumbuh pertama. Kayu juvenil umumnya terbentuk dalam 5-20 lingkaran
tumbuh pertama dengan lama pembentukan tergantung dari spesies Bowyer et al. 2003.
Bendtsen 1978 dalam Bowyer et al. 2003 juga menyatakan bahwa kayu dalam lingkaran-lingkaran yang dibentuk pertama mempunyai
berat jenis terendah, serat-serat terpendek, sudut fibril terbesar dan sebagainya. Dalam lingkaran berikutnya dari pusat pohon, laju perubahan
sebagian besar sifat-sifat tersebut sangat cepat dalam beberapa lingkaran pertama kemudian berangsur-angsur mengikuti ciri kayu dewasa. Karena
perubahan yang berangsur-angsur tersebut, maka tidak jelas dimana pertumbuhan kayu juvenil berakhir dan pembentukan kayu dewasa
dimulai. Kayu juvenil juvenil wood dicirikan memiliki berat jenis, panjang serat, kekuatan, tebal dinding sel, susut bidang transversal dan
persentase kayu akhir latewood yang lebih rendah dibandingkan dengan kayu dewasa mature wood. Hal ini disajikan pada Gambar 1 di bawah
ini.
Berat jenis Panjang serat
Kekuatan Tebal dinding sel
Penyusutan bidang transversal Persentase kayu akhir
Sumber : Bentsen 1978 dalam Bowyer et al. 2003
Gambar 1 Perubahan kayu juvenil ke kayu dewasa dalam konifer, beberapa sifat mengalami kenaikan.
Akan tetapi kayu juvenil memiliki sudut fibril S-2, susut bidang longitudinal dan kadar air yang lebih tinggi daripada kayu dewasa. Hal ini
disajikan pada Gambar 2 di bawah ini.
Sudut fibril S-2 Penyusutan bidang longitudinal
Kadar air
Sumber : Bentsen 1978 dalam Bowyer et al. 2003
Gambar 2 Perubahan kayu juvenil ke kayu dewasa dalam konifer, beberapa sifat mengalami penurunan.
Bowyer et al. 2003 menyatakan bahwa kayu juvenil memiliki kecenderungan untuk menghasilkan serat terpuntir yang lebih besar. Selain
itu orientasi sudut mikrofibril pada lapisan dinding sekunder S-2 lebih besar dari kayu dewasa, sehingga penyusutan longitudinal kayu juvenil
sangat besar dan berkurangnya penyusutan transversal yang sesuai. Dengan semua sifat ini, kayu juvenil umumnya tidak diinginkan apabila
digunakan dalam produk kayu solid. Apabila kayu juvenil ini digunakan sebagai kayu solid untuk keperluan konstruksi besar, maka akan terjadi
cacat yang disebut getas atau brashness. Cacat getas ini merupakan suatu kondisi abnormal pada kayu yang patah secara tiba-tiba tanpa memberikan
peringatan pada beban yang lebih rendah.
D. Sifat Fisis Kayu