Tinjauan Kepustakaan Analisis Semiotik Makna Ikhlas Dalam Film "Surga Yang Tak Di Rindukan"

8 1 2

BAB II KERANGKA TEORI

A. Film

1. Pengertian Film Film memiliki pengertian yang beragam, tergantung sudut pandang orang yang membuat definisinya. Berikut adalah beberapa definisi film: “Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2009 tentang perfilman Pasal 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa adanya suara dan dapat dipertunjukkan.” 1 “Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, film adalah barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid tempat gambar potret yang akan dibuat potret atau tempat gambar positif yang akan dimainkan di bioskop. 2 “Menurut Arifin, Film termasuk dari salah satu media massa yang berbentuk audio dan visual. Film merupakan karya seni budaya yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi, yang berbentuk gambar yang bergerak, bersuara atau tidak bersuara bisu. 3 Film adalah sebuah karya seni yang terwujud dari satu kreativitas orang- orang yang terlibat dalam proses pembuatan film. Film mempunyai kemampuan untuk menciptakan suatu realitas buatan sebagai perbandingan terhadap realitas nyata. Realitas buatan dalam film dapat menawarkan kepada publik mengenai rasa keindahan renungan terhadap sesuatu, bukan hanya sekedar hiburan semata atau bahkan ingin menyampaikan informasi terhadap masyarakat. 4 1 Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia Bandung: Simbiosa rekatama media, 2011, cet ke-1, h. 154. 2 W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap Jakarta Timur: PT Balai Pustaka, 2003 edisi ketiga, h. 330. 3 Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia Bandung: Simbiosa rekatama media, 2011, cet ke-1, h. 154. 4 Dwi Haryanto, “Semiotika Film Laskar Pelangi”, Institut Seni Indonesia Surakarta Vol. 7 No.1 Juli 2011 h. 162. Khalayak menonton film terutama untuk hiburan. Akan tetapi fungsi film bukan hanya itu, karena di dalam film terkandung fungsi informatif, maupun edukatif, bahkan persuasif mengajak. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building. 5 Film mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dilihat dari kelebihannya, seperti jangkauan luas, sifat persuasif dan mudah untuk dinikmati. Namun, film juga memiliki kekurangan yakni sifatnya yang cepat dan sekilas, sehingga orang tidak dapat menerima pesan yang disampaikan secara utuh jika ketika sedang menyaksikan ia mengalihkan perhatiannya pada yang lain. Beberapa kegiatan seperti dakwah, pendidikan, penerangan dan lain-lain kini banyak menggunakan media film sebagai alat bantu untuk memberikan penjelasan yang dikemas secara apik. 6 Hal itu dilakukan oleh para pembuat film agar dapat memudahkan khalayak menerima dan mencerna suatu informasi yang disampaikan oleh komunikator.

2. Sejarah Film

Film ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. 7 Media hiburan yang ditemukan pada akhir abad 19 adalah gambar yang bergerak motion picture atau lebih popular disebut sebagai film. 8 Ada dua tokoh yang dapat kita sebut sebagai kumpulan orang yang berjasa turut 5 Elvinaro Ardianto, dkk, Komunikasi Massa Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014 , cet-4, h. 145. 6 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, h. 209. 7 Ardianto, Komunikasi Massa, cet-4, h. 143. 8 Ade Armando, Komunikasi Internasional, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, cet ke-7, h. 7-11. menemukan teknologi perfilman, yaitu: Lumiere di Eropa dan Edwin S. Porter di Amerika. Film pertama kali dipertontonkan untuk khalayak umum dengan membayar berlangsung di Café de Paris pada 28 Desember 1895. Film ini dipelopori oleh Lumiere Brothers. 9 Namun ketika itu, yang dipertunjukkan hanyalah gambar yang tak mengandung cerita, misalnya kuda berlari, kereta api bergerak, orang berbangkis dan sebagainya. Sedangkan, film pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah The Life Of An American Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903. Tetapi film The Great Train Robbery yang masa pemutarannya hanya 11 menit dianggap sebagai film cerita pertama, karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif, dan menjadi peletak dasar teknik editing yang baik. 10 Apabila film permulaannya adalah film bisu, maka pada tahun 1927 di Broadway Amerika Serikat muncul film bicara pertama meskipun belum sempurna. 11 Sedangkan sejarah perfilman di Indonesia, film pertama kali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia Jakarta. Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep”. Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah Abang. Ini adalah film dokumenter yang menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Pertunjukan pertama ini kurang sukses, karena harga karcisnya dianggap 9 Misbach Yusa Biran, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa Jakarta: Komunitas Bambu, 2009, h. xv. 10 Ardianto, dkk, Komunikasi Massa, cet-4, h. 144. 11 “Pengertian film menurut para ahli”, artikel diakses pada 28 Februari 2016 dari http:www.landasanteori.com201510pengertian-film-definisi-menurut-para.html terlalu mahal. Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75 untuk merangsang minat penonton. 12 Tahun 1905 film cerita pertama kali dikenal di Indonesia yang di impor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu, film