BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia yang semakin lama semakin maju, timbul berbagai institusi komersial modern yang bergerak di
bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dana dalam bentuk simpanan seperti
tabungan, giro dan deposito serta menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan atau bentuk lainnya.
Usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu: menghimpun dana, menyalurkan dan memberikan jasa seperti letter of credit, bank garansi dan lain-
lain. Berdirinya Internasional Development Bank IDB telah memotivasi banyak negara muslim untuk mendirikan lembaga keuangan syariah, untuk itu komite
ahli IDB bekerja keras menyiapkan panduan untuk pendirian, peraturan dan pengawasan bank syariah. Kerja keras mereka membuahkan hasil, pada akhir
dekade 1970-an dan awal dekade 1980-an, bank syariah bermunculan di Mesir, Sudan, Negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh dan Turki
1
. Saat ini perkembangan bank syariah semakin pesat. Hal ini dapat dilihat dari
semakin bertambahnya bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah UUS dan juga jaringan kantor perbankan syariah dari tahun ke tahun.
1
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Stariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, cet I, h. 19
Perkembangan ini di awali dengan adanya fatwa MUI yang menyatakan bahwa bunga bank haram hukumnya. Selain itu bank syariah juga tidak
mengalami likuiditas pada saat terjadi krisis di tahun 1998 yang mana saat itubank konvensional banyak mengalami likuiditas, karena sistem yang
digunakan berbeda dengan bank syariah. Bank konvensional menggunakan sistem bunga yang besarnya ditetapkan di
awal transaksi dan harus dibayar tiap bulannya. Sedangkan bank syariah menggunakan sistem bagi hasil yang besarnya tidak ditetapkan di awal transaksi
melainkan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang diperoleh nasabah. Jika pendapatan besar, maka bagi hasilnya pun besar. Tetapi jika pendapatannya
rendah, maka bagi hasilnya pun rendah. Oleh karena itu bank syariah menggunakan sistem profit and loss sharing
yang artinya keuntungan dan kerugian ditanggung bersama antara bank dengan nasabah. Tetapi ada juga bank syariah yang menggunakan sistem revenue sharing
yang artinya hanya berbagi pada keuntungan saja, sedangkan kerugian ditanggung salah satu pihak saja.
Salah satu kegiatan bank yaitu menyalurkan dana ke masyarakat yang membutuhkan dari dana yang sudah terkumpul dari masyarakat agar bank
mendapatkan keuntungan dari penyaluran dana tersebut yang akan dibagikan pula kepada masyarakat yang menitipkan dananya di bank sebagai bentuk bagi hasil
atas keuntungan yang diperoleh bank. Adapun macam-macam pembiayaan yang disalurkan bank syariah antara lain:
1. Pembiayaan Modal Kerja. Fasilitas ini diberikan kepada seluruh sektor atau
sub sektor ekonomi yang dinilai prospek, tidak bertentangan dengan syariat dan tidak dilarang oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta
dinyatakan jenuh oleh Bank Indonesia
2
. Akad yang digunakana antara lain: mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan I istishna’.
2. Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan jangka pendek, menengah atau
jangka panjang untuk pembelian barang modal yang diperlukan untuk pendirian proyek baru dalam rangka menjalankan usaha baru; rehabilitasi,
adalah penggantian mesin lama dengan mesin yang lebih baik; modernisasi, adalah penggantian menyeluruh peralatan lama dengan peralatan baru dengan
tingkat teknologi yang lebih baik; ekspansi, adalah penambahan peralatan baru yang memiliki teknologi tinggi; relokasi proyek, adalah pemindahan
lokasi proyek secara keseluruhan dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik. Bank dapat memberikan pembiayaan ini dengan ketentuan:
a. Melakukan penilaian atas proyek yang akan dibiayai dengan mendasarkan
pada prinsip pemberian pembiayaan yang sehat. b.
Memperhatikan peraturan tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL.
c. Jangka waktu pembiayaan maksimal 12 tahun.
2
Ir. Adiwarman Karim, SE, MBA, MAEP, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, Edisi III, h. 205
d. Memenuhi kebutuhan bankable yang berlaku, seperti persyaratan
penerima pembiayaan dan jaminan. 3.
Pembiayaan Konsumtif adalah pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan individual, meliputi kebutuhan barang atau jasa yang tidak
digunakan untuk tujuan usaha. Adapun akad yang digunakan: ijarah muntahiya bittamlik IMBT, murabahah, qard, ijarah, istishna’.
4. Pembiayaan Sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu
lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu kepada nasabah korporasi yang memiliki nilai transaksi sangat besar.
5. Pembiayaan berdasarkan take over adalah pembiayaan yang timbul sebagai
akibat dari take over terhadap transaksi non syariah yang telah berjalan dan dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah. Dalam pembiayaan ini
bank syariah mengklasifikasikan hutang nasabah ke dalam dua bentuk yaitu hutang pokok plus bunga dan hutang pokok saja. Hutang pokok plus unga
menggunakan akad qard, sedangkan hutang pokokny saja menggunakan akad hiwalah.
6. Pembiayaan Letter of Credit L.C adalah pembiayaan yang diberikan dalam
rangka memfasilitasi transaksi import atau eksport dengan menggunakan akad wakalah bil ujrah, murabahah, istishna’, salam, qard, musyarakah dan
hawalah. Dalam menyalurkan dana ke masyarakat, harus dilakukan dengan selektif dan
hati-hati, agar bank tidak mengalami kerugian di kemudian hari. Jika penyaluran
tersebut mendatangkan kerugian, maka pihak bank dalam kegiatan operasionalnya akan terganggu dan juga citra bank menjadi tidak baik dimata masyarakat.
Jika pembiayaan sudah mengalami penunggakan pembayaran, pihak bank harus siaga memantau usaha nasabah agar tidak terjadi lagi penunggakan di bulan
berikutnya yang jika sudah melebihi 3 bulan, maka pembiayaan tersebut dikatakan kurang lancar. Pembiayaan ini harus cepat ditangani agar tidak menjadi
pembiayan bermasalah macet yang nantinya menimbulkan kerugian bagi pihak bank. Oleh karena itu penanganan pembiayaan ini menjadi hal penting yang harus
dilakukan bank agar tidak terjadi kerugian. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkeinginan untuk meneliti lebih
lanjut dari hal tersebut dan penulis mencoba menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah
Bermasalah, Studi Pada PT Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah