Analisis penanganan pembiayaan murabahah : studi pada Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi

(1)

ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH (STUDI PADA BANK DKI SYARIAH DAN BPRS WAKALUMI)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh :

Yesi Iryanti

204046103005

KONSENTRASI PERBANKAN ISLAM

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH (STUDI PADA BANK DKI SYARIAH DAN BPRS WAKALUMI)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam Oleh :

YESI IRYANTI NIM. 204046103005 Di Bawah Bimbingan,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. H. M.Nadratuzzaman Hosen, MS, MEc, PhD Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA NIP. 450 005 016 NIP. 130 789 745

KONSENTRASI PERBANKAN ISLAM

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara 1 (SI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 November 2008


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH (STUDI PADA BANK DKI SYARIAH DAN BPRS WAKALUMI)

Telah diujikan pada sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 November 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (SI) pada Program Studi Muamalat.

Jakarta, 17 November 2008 Disahkan oleh

Dekan,

Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

Panitia Ujian Munaqasah Ketua : Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 150 210 422 Sekertaris : Drs. H. Ahmad Yani

NIP. 150 269 678

Pembimbing I : Ir. H. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MEc, PhD NIP. 450 005 016

Pembimbing II : Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA NIP. 130 789 745

Penguji I : Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, M Pd NIP. 150 204 484


(5)

ABSTRACTION

Financing represent one off biggest bank earnings, but also have the biggest risk. Financing chanelled by bank, can improve the society earning as well as improving national earnings. One of risk faced by bank in chanelling this financing for example: the return of bank fund do not be within is determined by as acirding to both parties agreement.

If this matter is happened continuously, hence will bother the operational activity of bank as well as bank image will be ugly. Therefore, handling of important financing matter which must be conducted by a bank early on, in order not to became the big problem later on day.

In this case, writer only study the problem of financing handling a period to special at financing murabahah, because owning easy procedur and also own the definitive advantage. This research is conducted at Bank DKI Syariah and BPRS Wakalumi in handling non performing financing at murabahah.

Research method used by qualitative and quantitative. Data Sourch that is

data primary and data sekunder. Technique of intage sample used by technique of probability sampling with take the sample as much 30 client from each bank which is a period of in the case of deferred payment.

Technique of collected data used by research of bibliography and field research about item studied. While technique analyse the data used by that is

descriptive statistical analysis method with using percentage statistic by formula: P = F / P X 100, where P = level of percentage


(6)

F = frequenccy (sum up the responder) P = sum up the responder

And also technique of writing used by that is Guidence of writing Skripsi of Faculty Syariah and Law the UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

Writing result conducted by writer from two accurate bank is same. If bank discover the client start to pay for to on time as according to agreement and have arrears but not yet more than 3 month, soon hence bank have conducted the handling in the form of giving exhortation letter as well as conducting visit to place of effort and also client house.

If arrears have been happened by 3 month, soon successively, hence bank conduct action the restructur with capability client. If not yet also conducted by vanish the book and last vanish the bill, because the mentioned harm the bank party.

While conslusion from former research is which using writer that is from some accurate bank by former writer by BRI, BTN, BNI, BMI, BPRS Harta Insan Karimah, and BPRS Risalah Umat is same. That is before giving financing bank have to analys the client data in detail especially financial report.

If client have arrears, bank of giving exhortation letter as well as conducting visit to place of effort and also client house or office. Earn is also conducted by restruktur or rescedhul. Because according to former researcher of rescedhul represent the best alternative in handling non performing financing.


(7)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur serta serangkaian puji senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan pemelihara dan pengatur semesta alam, Allah Yang Maha Kuasa. Berkat kehendak dan kuasanya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam sepatutnya tiada henti kita panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri tauladan kita dalam setiap aktivitas kehidupan.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak menemui hambatandan cobaan yang harus penulis hadapi dengan ikhtiar dan tawakkal. Alhamdulillah atas berkat do’a orang tua, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu silih berganti memberi motivasi dan inspirasi.

Karena itulah dari lubuk hati yang paling dalam, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Bapak Prof. Dr. Amin Suma, SH, MA, MM dan seluruh dosen yang membimbing penulis selama menempuh perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Program Studi Muamalat, Ibu Euis Amalia, M. Ag dan Sekertaris Jurusan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, MA.

3. Pembimbing I Bapak Dr. Ir. H. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MEc, PhD dan Pembimbing II Bapak Drs Djawahir Hejazziey, SH, MA, yang telah memberikan waktu luang untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi.


(8)

4. Bapak Martono yang telah banyak membantu penulis dalam mempersiapkan mental dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Pihak PT Bank DKI Syariah, khususnya Bapak Imam Sufi, Rahmadi Pranawa, Maryatsyah, Ikhwan dan pihak BPRS Wakalumi, khususnya Bapak Slamet Ibrohim, Asmadi dan Budiyono, yang telah membantu penulis dalam memperoleh data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Pimpinan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memerikan fasilitas kepada penulis dalam memenuhi studi pustak.

7. Kedua orang tua, Ayahanda Moh Rohim Sebih dan Ibunda Ruminah, Kakak-kakakku tercinta yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam setiap aktifitas, melalui do’a, dukungan moril dan materi.

8. Teman-teman Mahasiswa Perbankan Syariah, khususnya PS D dan juga teman lainnya yang selalu memberi semangat dan dukungannya.

9. Khusus kepada ka Aco, ka Diah, ka Vivi, penulis mengucapkan terima kasih banyak atas informasi, waktu, dukungan, masukan dan semua yang telah diberikan, semoga mendapat balasan yang lebih baik lagi. Amin…….

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih banyak pada semuanya yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata dan seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas semua masukan dan bantuannya kepada penulis.

Lebih dari ucapan terima kasih kepada allah SWT semoga senantiasa memberi sinar terang serta kekuatan kepada para pemikir dan aktivitas yang


(9)

senantiasa berjuang merubah dunia ke arah yang lebih baik. Adapun aktivitas penulis selama ini semoga diberkahi dan semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Jakarta, 22 Agustus 2008


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6 D. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 7 E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian 8

2. Sumber Data 8

3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 9

4. Objek Penelitian 10

5. Teknik Pengumpulan Data 10

6. Teknik Analisa Data 11

7. Teknik Penulisan 12

F. Sistematika Penulisan 12

BAB II KAJIAN TEORI PEMBIAYAAN BERMASALAH (NPF) DAN MURABAHAH SERTA PENELITIAN TERDAHULU


(11)

1. Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Bermasalah 14 2. Prosedur Pemberian Pembiayaan 16

3. Macam-Macam Pembiayaan 18

4. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan 19 5. Penyebab Pembiayaan Bermasalah 20 6. Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah 21

7. Pengertian Murabahah 21

8. Rukun dan Syarat Murabahah 22

9. Landasan Hukum Murabahah 23

10. Jenis-Jenis Murabahah 24

11. Tujuan dan Manfaat Murabahah 24

B. Penelitian Terdahulu 25

1. Analisis Penelitian Terdahulu 37 2. Kesimpulan Penelitian Terdahulu 38 BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat PT Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi 40 B. Visi dan Misi PT Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi 41 C. Layanan dan Produk PT Bank DKI Syariah dan

BPRS Wakalumi 42

D. Statistik Deskriptif Laporan Keuangan PT Bank DKI Syariah dan


(12)

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH

A. Faktor Penyebab Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi 61 B. Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada

Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi 79 C. Analisis Perbandingan Penanganan Pembiayaan Murabahah

Bermasalah Pada Kedua Bank Tersebut 90 D. Upaya Mengurangi Pembiayaan Murabahah Bermasalah 93 E. Kesimpulan Hasil Analisis Terhadap Bank DKI Syariah dan

BPRS Wakalumi 94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 96

B. Saran 98

DAFTAR PUSTAKA 99


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perkembangan Data Keuangan Bank DKI Syariah 43 Tabel 3.2 Perkembangan Data Keuangan Bank DKI Syariah 47 Tabel 3.3 Perkembangan Data Keuangan BPRS Wakalumi 52 Tabel 3.4 Perkembangan Rasio Keuangan BPRS Wakalumi 56 Tabel 4.1 Faktor Penyebab Pembiayaan Murabahah Bermasalah Bank DKI Syariah

Tahun 2005 63

Tabel 4.2 Faktor Penyebab Pembiayaan Murabahah Bermasalah Bank DKI Syariah

Tahun 2006 65

Tabel 4.3 Faktor Penyebab Pembiayaan Murabahah Bermasalah Bank DKI Syariah

Tahun 2007 66

Tabel 4.4 Perkembangan Faktor Penyebab Pembiayaan Murabahah Bermasalah

Bank DKI Syariah 67

Tabel 4.5 Faktor Penyebab Pembiayaan Murabahah Bermasalah BPRS Wakalumi

Tahun 2005 72

Tabel 4.6 Faktor Penyebab Pembiayaaan Murabahah Bermasalah BPRS Wakalumi

Tahun 2006 74

Tabel 4.7 Faktor Penyebab Pembiayaan Murabahah Bermasalah BPRS Wakalumi

Tahun 2007 75

Tabel 4.8 Perkembangan Faktor Penyebab Pembiayaan Murabahah Bermasalah 77

Tabel 4.9 Kolektabilitas Murabahah 80


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Perkembangan Total Aktiva Bank DKI Syariah 43 Gambar 3.2 Perkembangan DPK Bank DKI Syariah 44 Gambar 3.3 Perkembangan Total Pembiayaan Bank DKI Syariah 45 Gambar 3.4 Perkembangan Laba Rugi Bank DKI Syariah 46 Gambar 3.5 Perkembangan FDR Bank DKI Syariah 47 Gambar 3.6 Perkembangan CAR Bank DKI Syariah 49 Gambar 3.7 Perkembangan BOPO Bank DKI Syariah 50 Gambar 3.8 Perkembangan ROA Bank DKI Syariah 51 Gambar 3.9 Perkembangan Total Aktiva BPRS Wakalumi 52 Gambar 3.10 Perkembangan Total Pembiayaan BPRS Wakalumi 53 Gambar 3.11 Perkembangan DPK BPRS Wakalumi 54 Gambar 3.12 Perkembangan Laba Bersih BPRS Wakalumi 55 Gambar 3.13 Perkembangan FDR BPRS Wakalumi 56 Gambar 3.14 Perkembangan CAR BPRS Wakalumi 57 Gambar 3.15 Perkembangan BOPO BPRS Wakalumi 58 Gambar 3.16 Perkembangan ROA BPRS Wakalumi 59 Gambar 3.17 Perkembangan ROE BPRS Wakalumi 60 Gambar 4.1 Perkembangan NPF Bank DKI Syariah 61 Gambar 4.2 Nasabah Bermasalah Bank DKI Syariah Tahun 2005 64 Gambar 4.3 Nasabah Bermasalah Bank DKI Syariah Tahun 2006 65 Gambar 4.4 Nasabah Bermasalah Bank DKI Syariah Tahun 2007 66


(15)

Gambar 4.5 Perkembangan Faktor Penyebab Pembiayaan

Murabahah Bermasalah 68

Gambar 4.6 Perkembangan NPF BPRS Wakalumi 69 Gambar 4.7 Perkembangan Jenis Pembiayaan 71 Gambar 4.8 Penyebab Nasabah Bermasalah Tahun 2005 73 Gambar 4.9 Penyebab Nasabah Bermasalah Tahun 2006 74 Gambar 4.10 Penyebab Nasabah Bermasalah Tahun 2007 76 Gambar 4.11 Perkembangan Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah 78


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia yang semakin lama semakin maju, timbul berbagai institusi komersial modern yang bergerak di bidang keuangan, salah satunya adalah bank. Bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, giro dan deposito serta menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan atau bentuk lainnya.

Usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu: menghimpun dana, menyalurkan dan memberikan jasa seperti letter of credit, bank garansi dan lain-lain. Berdirinya Internasional Development Bank (IDB) telah memotivasi banyak negara muslim untuk mendirikan lembaga keuangan syariah, untuk itu komite ahli IDB bekerja keras menyiapkan panduan untuk pendirian, peraturan dan pengawasan bank syariah. Kerja keras mereka membuahkan hasil, pada akhir dekade 1970-an dan awal dekade 1980-an, bank syariah bermunculan di Mesir, Sudan, Negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh dan Turki1.

Saat ini perkembangan bank syariah semakin pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS) dan juga jaringan kantor perbankan syariah dari tahun ke tahun.

1

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Stariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), cet I, h. 19


(17)

Perkembangan ini di awali dengan adanya fatwa MUI yang menyatakan bahwa bunga bank haram hukumnya. Selain itu bank syariah juga tidak mengalami likuiditas pada saat terjadi krisis di tahun 1998 yang mana saat itubank konvensional banyak mengalami likuiditas, karena sistem yang digunakan berbeda dengan bank syariah.

Bank konvensional menggunakan sistem bunga yang besarnya ditetapkan di awal transaksi dan harus dibayar tiap bulannya. Sedangkan bank syariah menggunakan sistem bagi hasil yang besarnya tidak ditetapkan di awal transaksi melainkan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang diperoleh nasabah. Jika pendapatan besar, maka bagi hasilnya pun besar. Tetapi jika pendapatannya rendah, maka bagi hasilnya pun rendah.

Oleh karena itu bank syariah menggunakan sistem profit and loss sharing yang artinya keuntungan dan kerugian ditanggung bersama antara bank dengan nasabah. Tetapi ada juga bank syariah yang menggunakan sistem revenue sharing yang artinya hanya berbagi pada keuntungan saja, sedangkan kerugian ditanggung salah satu pihak saja.

Salah satu kegiatan bank yaitu menyalurkan dana ke masyarakat yang membutuhkan dari dana yang sudah terkumpul dari masyarakat agar bank mendapatkan keuntungan dari penyaluran dana tersebut yang akan dibagikan pula kepada masyarakat yang menitipkan dananya di bank sebagai bentuk bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh bank. Adapun macam-macam pembiayaan yang disalurkan bank syariah antara lain:


(18)

1. Pembiayaan Modal Kerja. Fasilitas ini diberikan kepada seluruh sektor atau sub sektor ekonomi yang dinilai prospek, tidak bertentangan dengan syariat dan tidak dilarang oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku serta dinyatakan jenuh oleh Bank Indonesia2. Akad yang digunakana antara lain: mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan I istishna’.

2. Pembiayaan Investasi adalah pembiayaan jangka pendek, menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang modal yang diperlukan untuk pendirian proyek baru dalam rangka menjalankan usaha baru; rehabilitasi, adalah penggantian mesin lama dengan mesin yang lebih baik; modernisasi, adalah penggantian menyeluruh peralatan lama dengan peralatan baru dengan tingkat teknologi yang lebih baik; ekspansi, adalah penambahan peralatan baru yang memiliki teknologi tinggi; relokasi proyek, adalah pemindahan lokasi proyek secara keseluruhan dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik. Bank dapat memberikan pembiayaan ini dengan ketentuan:

a. Melakukan penilaian atas proyek yang akan dibiayai dengan mendasarkan pada prinsip pemberian pembiayaan yang sehat.

b. Memperhatikan peraturan tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

c. Jangka waktu pembiayaan maksimal 12 tahun.

2

Ir. Adiwarman Karim, SE, MBA, MAEP, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,


(19)

d. Memenuhi kebutuhan bankable yang berlaku, seperti persyaratan penerima pembiayaan dan jaminan.

3. Pembiayaan Konsumtif adalah pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan individual, meliputi kebutuhan barang atau jasa yang tidak digunakan untuk tujuan usaha. Adapun akad yang digunakan: ijarah muntahiya bittamlik (IMBT), murabahah, qard, ijarah, istishna’.

4. Pembiayaan Sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu kepada nasabah korporasi yang memiliki nilai transaksi sangat besar.

5. Pembiayaan berdasarkan take over adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over terhadap transaksi non syariah yang telah berjalan dan dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah. Dalam pembiayaan ini bank syariah mengklasifikasikan hutang nasabah ke dalam dua bentuk yaitu hutang pokok plus bunga dan hutang pokok saja. Hutang pokok plus unga menggunakan akad qard, sedangkan hutang pokokny saja menggunakan akad hiwalah.

6. Pembiayaan Letter of Credit (L.C) adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi import atau eksport dengan menggunakan akad wakalah bil ujrah, murabahah, istishna’, salam, qard, musyarakah dan hawalah.

Dalam menyalurkan dana ke masyarakat, harus dilakukan dengan selektif dan hati-hati, agar bank tidak mengalami kerugian di kemudian hari. Jika penyaluran


(20)

tersebut mendatangkan kerugian, maka pihak bank dalam kegiatan operasionalnya akan terganggu dan juga citra bank menjadi tidak baik dimata masyarakat.

Jika pembiayaan sudah mengalami penunggakan pembayaran, pihak bank harus siaga memantau usaha nasabah agar tidak terjadi lagi penunggakan di bulan berikutnya yang jika sudah melebihi 3 bulan, maka pembiayaan tersebut dikatakan kurang lancar. Pembiayaan ini harus cepat ditangani agar tidak menjadi pembiayan bermasalah (macet) yang nantinya menimbulkan kerugian bagi pihak bank. Oleh karena itu penanganan pembiayaan ini menjadi hal penting yang harus dilakukan bank agar tidak terjadi kerugian.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkeinginan untuk meneliti lebih lanjut dari hal tersebut dan penulis mencoba menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah, Studi Pada PT Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas, maka dalam penulisan ini penulis memfokuskan dan membatasi permasalahan pada beberapa point, antara lain:

a. Mengetahui faktor-faktor penyebab pembiayaan murabahah bermasalah yang terdapat pada Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi.

b. Mengetahui penanganan pembiayaan murabahah bermasalah yang dilakukan oleh Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi.


(21)

c. Membandingkan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah dari kedua bank tersebut (Bank DKI Syariah dengan BPRS Wakalumi) dengan bank lainnya berdasarkan kajian pustaka yang penulis lakukan.

d. Upaya yang dilakukan Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi untuk mengurangi pembiayaan bermasalah.

2. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis merumuskan terlebih dahulu pada permasalahan ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Faktor apa saja yang mempengaruhi pembiayaan murabahah bermasalah yang terdapat dalam Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi?

b. Bagaimana Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi dalam menangani pembiayaan murabahah bermasalah tersebut?

c. Upaya apa yang dilakukan Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi dalam rangka mengurangi pembiayaan murabahah bermasalah?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pembiayaan murabahah bermasalah yang terdapat pada Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi.


(22)

b. Untuk mengetahui penanganan pembiayaan murabahah bermasalah yang dilakukan Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi dan juga perbandingannya dengan bank lain.

c. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi untuk mengurangi pembiayaan bermasalah.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi bank, dapat mengetahui faktor penyebab pembiayaan murabahah bermasalah, cara penanganannya dan upaya mengurangi pembiayaan bermasalah tersebut.

b. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan terhadap faktor penyebab pembiayaan murabahah bermasalah, penanganan dan perbandingannya serta upaya untuk mengurangi pembiayaan bermasalah tersebut.

c. Bagi ilmu pengetahuan, dapat menambah kepustakaan dibidang penanganan pembiayaan bermasalah.

D. Kerangka Teori Dan Kerangka Konsep 1. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini membahas tentang Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Bermasalah, Prosedur Pemberian Pembiayaan, Macam-Macam Pembiayaan, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan, Penyebab Pembiayaan Bermasalah, Upaya penanganan Pembiayaan Bermasalah, Pengertian Murabahah, Rukun dan Syarat Murabahah, Landasan Hukum Murabahah,


(23)

Jenis-Jenis Murabahah, Tujuan dan Manfaat Murabahah, serta Penelitian Terdahulu, Analisis dan Kesimpulannya.

2. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini konsep yang dikedepankan yaitu Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah yang dilakukan Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif

dan kuantitatif, yaitu metode penelitian yang data-datanya tidak berwujud angka-angka yang biasa berupa data verbal yang diperoleh dari pengamatan, wawancara atau bahan tertulis.Dan data yang berwujud data-data yang diperoleh sebagai hasil penjumlahan3. Metode penelitian ini bersifat deskriptif, karena data yang dianalisis itu berupa deskripsi.

2. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua sember data: a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan pihak Bank dan nasabah yaitu hasil pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3

Burhan Nurgiantoro, dkk, “Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial”, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2004), cet III, h. 40


(24)

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur kepustakaan seperti buku dan sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi ini.

3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi dalam penelitian ini adalah mencakup nasabah Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi yang bermasalah dalam pengembalian pembiayaan. Akan tetapi dalam penelitian ini penulis hanya mengambil nasabah berdasarkan jenis usaha yang mengalami wanprestasi.

b. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling (random sampling), yaitu teknik pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi, dimana setiap populasi memiliki peluang sama untuk dijadikan sampel4.

Dalam pengambilan sampel ini, penulis hanya mengambil sampel 30 nasabah yang bermasalah dalam hal pembayaran dari setiap jenis pembiayaan atau jenis usaha dari masing-masing bank yang diteliti.

4. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank DKI Syariah yang beralamat di Jl. KH Wahid Hasyim No.153 Jakarta 10240, Telp. (021) 3909706, 3901340,

4

Ali Mauludi AC, “Statistik I Penelitian Islam dan Sosial”, (Jakarta: PT Prima Heza Lestari, 2006), Edisi I, cet I, h. 30


(25)

3901466, Fax. (021) 3902415. www.bankdki.com. Dan di BPRS Wakalumi Kantor Kas Serpong yang beralamat di Jl. Raya Serpong No. 54 B, Telp (021) 75870401.

5. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data skripsi ini penulis mengumpulkannya dengan cara:

a. Penelitian Kepustakaan (library research). Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini. Adapun macam literaturnya berupa: buku, majalah, artikel, kajian pustaka dan sebagainya. Langkah dalam pelaksanaan studi kepustakaan ini adalah dengan cara membaca, mengutip untuk menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap perlu untuk memenuhi data dalam penulisan ini

b. Penelitian Lapangan (field research). Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data dan informasi tentang faktor-faktor penyebab pembiayaan murabahah bermasalah, cara penanganannya dan upaya untuk mengurangi pembiayaan bermasalah tersebut. Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Interview, yaitu melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini (Divisi Pemasaran, Account Official dan Remedial Pembiayaan). Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dengan pihak nasabah yang mengalami penunggakan pembayaran.


(26)

2) Angket (Quesionare), yang merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden (nasabah), dengan harapan memberikan respon atas pertanyaan tersebut.

6. Teknik Analisa Data

Seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara, angket dan kepustakaan diseleksi dan disusun. Setelah itu penulis melakukan klasifikasi data, yaitu usaha menggolong-golongkan data berdasarkan kategori tertentu. Setelah data yang ada diklasifikasikan, lalu dilakukan analisis data.

Dalam hal ini, data yang dikumpulkan penulis adalah kualitatif.

Kemudian diolah menjadi data kuantitatif, maka teknik yang digunakan yaitu

metode analisa statistik deskriptif yang disajikan dalam bentuk uraian dan tabel. Data-data yang telah terkumpul diperiksa kembali mengenai kelengkapan jawaban yang diterima kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi yang biasa disebut editing.

Kemudian data-data tersebut ditabulasi, yakni di susun dalam bentuk tabel dengan menggunakan statistik persentase, dengan rumus: P = F X 100 %

N

Dimana, P = besarnya persentase

F = Frekuensi (jumlah responden) N = Jumlah responden


(27)

7. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teori dan Kerangka Konsep, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka, pada bab ini berisi Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Bermasalah, Prosedur Pemberian Pembiayaan, Macam-Macam Pembiayaan, Penyebab Pembiayaan Bermasalah, Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah, Pengertian Murabahah, Rukun dan Syarat Murabahah, Landasan Hukum Murabahah, Jenis-Jenis Murabahah, Tujuan dan Manfaat Murabahah, serta Penelitian Terdahulu, Analisis dan Kesimpulannya.

BAB III Gambaran Umum, pada bab ini berisi, Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Produk dan Layanan, serta Statistik Deskriptif Laporan Keuangan PT Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi.


(28)

BAB IV Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah, pada bab ini membahas tentang Faktor Penyebab Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi, Analisis Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah yang dilakukan Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi, dan Upaya Mengurangi Pembiayaan Murabahah Bermasalah serta Kesimpulan dari Kedua Bank Tersebut.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pembiayaan Bermasalah dan Murabahah

1. Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Credere yang berarti percaya. Oleh karena itu dasar pemikiran persetujuan pemberian pembiayaan oleh suatu lembaga keuangan kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan5. Menurut Undang-Undang No 10 tahun 1998 pasal 1 butir 12, pembiayaan adalah penyediaan barang atau uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan pembagian hasil keuntungan6.

Pembiayaan dalam arti luas artinya financing yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan yaitu pendanaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan, seperti bank syariah kepada nasabah.

5

Moh Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Perbankan; Konsep, Teknik dan Kasus, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), Edisi I, h. 1

6


(30)

Jadi yang dimaksud dengan pembiayaan adalah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak memperolehnya7. Pembiayaan dalam kamus bahasa Indonesia artinya perbuatan dalam membiayai atau membiayakan sesuatu8.

Sedangkan pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang berpotensi tidak mampu mengembalikan pembiayaan berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui dan ditetapkan bersama secara tiba-tiba tanpa menunjukkan tanda-tanda terlebih dahulu9.

Menurut Veithzhal pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang di inginkan pihak bank seperti pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian10.

7

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), cet III, h. 185

8

W.J.S Porwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), cet X, h. 136

9

Rasjim Wiraatmadja,” Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah”, Majalah

Info Bank, Jakarta, 1997, h. 41

10

H.Veuthzhal Rivai, dan Andria Permanda Veithzhal,B,ACT, Credit Management

Handbook; Teori, Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah,


(31)

2. Prosedur Pemberian Pembiayaan

Dalam setiap pemberian pembiayaan diperlukan adanya pertimbangan serta adanya prinsip kehati-hatian agar kepercayaan benar-benar terwujud, sehingga pembiayaan yang diberikan dapat mengenai sasaran dan terjaminnya pengembalian pembiayaan tepat waktu sesuai kesepakatan.

Tidak kembalinya pembiayaan yang telah diberikan merupakan salah satu risiko bank dalam penyaluran pembiayaan Risiko tersebut dapat diperkecil dengan melakukan analisa pembiayaan yang tujuannya menilai seberapa besar kemampuan dan kesediaan debitur dalam mengembalikan pembiayaan dan membayar margin keuntungan serta bagi hasilnya.

Analisa pembiayaan merupakan salah satu tahapan dalam pemberian pembiayaan. Adapun tahapannya sebagai berikut11:

a. Persiapan Pembiayaan (Financing Preparation) adalah kegiatan tahap permulaan dengan maksud saling mengetahui informasi antara calon debitur dengan bank, yang dilakukan melalui wawancara. Seperti syarat pengajuan pembiayaan serta keadaan usaha nasabah.

b. Analisa Pembiayaan (Financing Analysis) merupakan langkah penting untuk realisasi pembiayaan yang bertujuan menilai kelayakan calon debitur, menekan risiko tidak terbayarnya pembiayaan dan menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak. Dapat dilakukan melalui pendekatan

11

Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 91


(32)

seperti: pendekatan jaminan, karakter, kemampuan pelunasan nasabah, studi kelayakan dan fungsi bank.

Selain itu dapat dianalisa menggunakan prinsip 5C, yaitu caracter, capacity, capital, condition of economic dan collateral yang berguna untuk memberikan informasi tentang keadaan nasabah12.

c. Keputusan Pembiayaan (Financing Decision), merupakan langkah dari pejabat bank untuk menerima atau menolak pembiayaan yang diajukan. Pemutus pembiayaan adalah seorang pejabat atau komite yang khusus diberi wewenang untuk memutuskan pembiayaan.

d. Pelaksanaan dan administrasi pembiayaan (Financing Realization and administration). Tahap pelaksanaan pembiayaan merupakan langkah yang ditempuh setelah dilakukan keputusan pembiayaan. Hal ini dilakukan setelah calon debitur mempelajari dan menyetujui isi keputusan pembiayaan. Kemudian kedua belah pihak menanda tangani perjanjian pembiayaan beserta lampirannya. Sedangkan administrasi dilakukan dengan penerimaan keputusan dan penyampaiana kepada debitur13.

e. Supervisi pembiayaan dan pembinaan debitur (Financing Supervision and follow up) adalah upaya penanganan pembiayaan yang telah

12

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 246

13

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta: Ekonosia, Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004), Edisi I, h. 214


(33)

diberikan bank dengan memantau usaha yang dijalankan debitur dan memberikan saran agar pengembaliannya berjalan dengan baik.

3. Macam-Macam Pembiayaan

a. Pembiayaan menurut tujuannya, dibagi menjadi: pembiayaan modal kerja, investasi dan konsumtif.

b. Pembiayaan menurut jangka waktunya, yaitu: pembiayaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif. Aktiva produktif dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut:

a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, meliputi musyarakah dan mudharabah.

b. Pembiayaan dengan prinsip sewa, meliputi Ijarah dan IMBT.

c. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli meliputi murabahah, salam dan istishna’.

d. Surat berharga syariah adalah surat bukti investasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan di pasar uang atau pasar modal seperti obligasi syariah, wesel dan lainnya.

e. Penempatan adalah penanaman dana bank syariah kepada bank syariah lainnya dalam bentuk giro, tabungan wadiah, deposito berjangka dan bentuk penempatan lainnya berdasarkan prinsip syariah.


(34)

f. Penyertaan modal sementara adalah penyertaan modal bank syariah dalam perusahaan untuk mengatasi kegagalan pembiayaan.

g. Penyertaan modal adalah penanaman dana bank syariah dalam bentuk saham perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah.

h. Transaksi rekening administrasi adalah komitmen dan kontijensi (off Balance Sheet) berdasarkan prinsip syariah seperti bank garansi, Letter of credit (L/C) dan lainnya.

i. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek dengan pinsip wadi’ah.

Sedangkan jenis aktiva tidak produktif dalam bentuk pembiayaan qardh, artinya penyediaan dana yang mewajibkan peminjam hanya membayar pokoknya saja, baik dengan cicilan maupun sekaligus dalam jangka waktu tertentu14.

4. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

a. Tujuan pembiayaan, antara lain: memperoleh bagi hasil dari modal yang disimpannya; memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya; membantu mengembangkan usaha; memperoleh barang yang dibutuhkan; mengurangi pengangguran; membiayai pembangunan negara dari penghasilan pajak; dapat meneruskan dan mengembangkan

14

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 25


(35)

usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya, sehingga makin banyak masyarakat yang dapat dilayani.

b. Fungsi pembiayaan antara lain: meningkatkan daya guna uang dan barang; meningkatkan peredaran uang; menjaga stabilitas ekonomi; meningkatkan pendapatan nasional; penghubung ekonomi Internasional; menimbulkan kegairahan berusaha dan memperlancar produksi serta konsumsi, sehingga tingkat hidup masyarakat meningkat15.

5. Penyebab Pembiayaan Bermasalah

a. Kurang mendasari prinsip kehati-hatian yang dapat dilihat dari sikap dan tindakan yang sangat agresif akibat adanya persaingan16.

b. Rendahnya kemampuan dan ketajaman pihak bank dalam menganalisa data nasabah.

c. Lemahnya sistem informasi, pengawasan dan administrasi pembiayaan. d. Campur tangan yang berlebihan dari pemegang saham dalam keputusan

pembiayaan. Sehingga menyimpang dari azas pembiayaan yang ada17. e. Pengikatan jaminan yang kurang sempurna.

15

Indra Darmawan, SE, Pengantar Uang dan Perbankan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), cet I, h. 92

16

M Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial; Teknik, Konsep dan Kasus, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 1999), h. 264

17

Siswanto Sutojo, Mengenai Kredit Bermasalah, (Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1997), cet I, h. 22


(36)

f. Nasabah mengalami penipuan dalam menjalankan usaha dan juga tidak baik dalam mengelola perusahaan.

g. Adanya perubahan peraturan Pemerintah, kondisi dan situasi ekonomi. h. Terjadi bencana alam yang meluluh lantarkan usaha.

i. Adanya risiko bisnis yang sulit dielakkan18. 6. Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah

a. Sebelum realisasi pembiayaan. Dalam tahap ini berdasarkan persetujuan nasabah, bank melakukan penutupan atau pengikatan asuransi. Hal ini dilakukan untuk mencegah pembiayaan bermasalah.

b. Setelah realisasi pembiayaan. Bagi bank pencairan pembiayaan merupakan episode terakhir dari permohonan nasabah yang selanjutnya merupakan awal pemantauan pembiayaan. Dalam tahap ini pencairan dana di arahkan untuk usaha yang disebutkan dalam pengajuan pembiayaan agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan dana pembiayaan.

7. Pengertian Murabahah

Menurut istilah fiqh, murabahah adalah bentuk jual-beli barang dengan tambahan harga atas harga pembelian yang pertama secara jujur. Penjual

18

Drs H Malayu SP Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), h. 106


(37)

harus memberi tahukan harga pokok yang dibeli dengan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan19.

8. Rukun dan Syarat Murabahah

Dalam praktek perbankan syariah, murabahah disamakan dengan praktek jual-beli. Sehingga rukun dan syaratnya sama dengan jual-beli. Menurut jumhur rukun jual-beli antara lain:

a. Ada orang yang berakad. Dalam hal ini adanya penjual dan pembeli dengan syarat antara lain: baligh dan berakal serta orang yang berakad adalah orang yang berbeda. Artinya sesorang tidak boleh bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus pembeli.

b. Ada lafal ijab dan qabul dengan syarat: qabul sesuai dengan ijab dan ijab qabul dilakukan dalam satu tempat. Artinya kedua belah pihak dalam melakukan transaksi jual-beli berada dalam satu tempat dan membicarakan hal yang sama.

c. Ada barang yang diperjual belikan, dengan syarat: barang yang diperjual-belikan milik penjual; dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia; barang yang diperjual-belikan ada pada saat akad atau tidak ada tetapi penjual sanggup untuk mengadakan barang tersebut.

d. Ada nilai tukar pengganti barang (harga barang)20.

19

Muhammad Rifa’I, Konsep Perbankan Syariah, (Semarang: CV Wicaksana, 2002), h. 61

20


(38)

Para ulama fiqh membedakan nilai tukar ini ke dalam dua macam yaitu as-saman dan as-si’r. As-saman artinya harga pasar yang berlaku di tengah masyarakat secara aktual. Sedangkan as-si’r artinya modal barang yang seharusnya diterima pedagang sebelum dijual kepada konsumen.

Adapun syaratnya antara lain: harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas; dapat diserahkan pada waktu akad. Jika harga barang dibayar dikemudian hari, maka harus jelas waktu pembayarannya; jika jual-beli dilakukan dengan tukar barang (barter), maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan syara’.

9. Landasan Hukum Murabahah

a. Terdapat dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi: ﺏ

Artinya :”……dan Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba….(QS Al-Baqarah: 275)

Dan juga dalam QS An-Nisa ayat 29 yang berbunyi:

ﺏ ﺏ ! " #ی % &'ی ی

#( )* + , , -. /

)0 1 ﺏ , 2 ,. 34ﻥ 67 ! # 89

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu”(QS An- Nisa: 29)


(39)

b. Al-Hadits yang artinya: Dari Rafi’ Bahwasanya Rasulullah SAW ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik? Rasulullah menjawab:”Pekerjaan orang yang dengan tangannya sendiri dan semua jual-beli yang mabrur”. (Riwayat Al Bazar dan Dishahihkan oleh Al-Hakim)21.

Ada juga hadits riwayat Aisyah r.a “Bahwa ketika Rasulullah SAW ingin hijrah, Abu Bakar membeli dua ekor unta, kemudian Rasulullah berkata serahkan salah satunya untukku (dengan harga yang sepandan). Abu Bakar menjawab:”ya ini untukmu tanpa sesuatu apapun, kemudian Rasulullah mengatakan kalau tanpa harga jual (tsaman), maka tidak jadi saya ambil”.(HR Bukhari dan Ahmad)

c. Ijma Ulama, Menurut Abdullah Saeed mengatakan bahwa Al-Quran tidak membuat acuan langsung berkenaan dengan murabahah, walaupun tidak ada acuan didalamnya tentang menjual, keuntungan, kerugian dan perdagangan. Demikian juga tidak ada hadits yang memiliki acuan langsung kepada murabahah. Para ahli hukum harus membenarkan murabahah berdasarkan landasan lain.

10.Jenis-Jenis Murabahah

a. Murabahah Konsumtif Multiguna (MKM). b. Murabahah Konsumtif Rumah (MKR). c. Murabahah Konsumtif Kendaraan (MKK). 11.Tujuan dan Manfaat Murabahah

a. Tujuan murabahah bagi bank antara lain: meningkatkan peranan bank syariah dan pelayanan serta prosedur yang lebih sederhana tanpa menghilangkan prinsip kehati-hatian; meningkatkan pendapatan bank;

21

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughu al Maram min Adilah al-Ahkam, (Beirut: Muassasah al-Royan, 2000), h.158


(40)

menolong nasabah yang tidak memiliki keuangan cukup untuk pembayaran tunai.

Sedangkan tujuan bagi nasabah yaitu: mencari pembiayaan untuk pemenuhan pengadaan asset atau modal usaha; mencari pengalaman dalam berhubungan dengan bank; nasabah melakukan pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan.

b. Manfaat murabahah bagi bank antara lain: memperoleh keuntungan dari selisih harga jual dengan harga beli barang tersebut; memiliki sistem yang sangat sederhana, sehingga memudahkan administrasinya.

Sedangkan manfaat bagi nasabah yaitu: menambah modal usaha; memperoleh sarana produksi secara terus menerus; meningkatkan pendapatan yang diperoleh sebagai akibat dari pertambahan modal tersebut.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Diah Agustina Prameswari dengan judul “Peranan Studi Kelayakan Pembinaan Terhadap Tingkat Non Performing Financing (NPF)”, (Studi Kasus pada BPRS Harta Insan Karimah). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007, dengan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Dengan analisa regulasi, diketahui bahwa BPRS menerima pembiayaan dengan risiko rendah dan keuntungan tinggi seperti bidang usaha sembako, laudry, lapak. Karena ada perputaran yang cepat dan biaya operasional rendah serta merupakan kebutuhan primer (sembako).


(41)

Selain itu pembiayaan dengan risiko dan keuntungan rendah juga didanai, seperti usaha percetakan. Karena terdapat biaya operasional yang rendah dan jarang menerima order per bulan.

Sedangkan pembiayaan dengan risiko dan keuntungan tinggi, seperti bidang usaha kontraktor dan material tidak diterima, karena biaya operasional yang relatif besar sehingga tidak dapat diminimalisir.

Selain itu pembiayaan dengan risiko tinggi dan keuntungan rendah juga tidak diterima, seperti bidang usaha tekstil, angkutan umum, salon dan konveksi. Karena terdapat biaya operasional yang lebih besar dari pendapatan, banyaknya pesaing yang kompetitif serta terjadinya penurunan terhadap minat masyarakat.

b. Dengan analisa ekonomi, melalui perhitungan Payback Periode (PP), Net Present Value (NPV) dan Profitability Indeks (PI), dengan asumsi: 1) Pembiayaan diterima jika nilai PP lebih kecil dari umur investasi.

Dengan rumus : Investasi Kas Bersih

2) Pembiayaan diterima jika nilai NPV lebih besar dari 1. Dengan rumus: PV kas bersih – Investasi

3) Pembiayaan diterima jika nilai PI lebih besar dari 1. Dengan rumus : PV kas bersih


(42)

Dengan analisa ekonomi tersebut, dapat terlihat nasabah mana yang patut diberikan pembiayaan dan yang tidak. Namun hal yang terjadi di lapangan bahwa ada nasabah yang seharusnya ditolak justru diterima. Oleh karena itu muncullah pembiayaan bermasalah dikarenakan kurangnya analisa mengenai laporan keuangan.

c. Keuntungan nasabah menurun, dikarenakan: daya beli masyarakat menurun, harga jual dan inflasi meningkat, volume barang tidak semuanya terjual, barang bukan merupakan kebutuhan pokok.

d. Dilihat dari Profitabiliti Indeks (PI), terjadinya kenaikan biaya disebabkan oleh: biaya bahan baku dari supplier dan perawatannya meningkat, biaya sewa tempat usaha dan tenaga kerja meningkat, serta biaya konsumsi dan rumah tangga juga meningkat.

e. Dari keuntungan yang diperoleh nasabah, dapat dilihat bahwa pada jenis usaha produksi, tingkat keuntungan yang diperoleh nasabah rendah. Hal ini dikarenakan: biaya produksi yang fluktuatif; memiliki risiko tinggi; volume produksi tinggi yang tidak sebanding dengan jumlah barang yang terjual; produksi dilakukan secara massal; adanya pasar yang sangat kompetitif; harga jual tinggi dibandingkan dengan harga barang import yang memiliki kualitas sama.

2. Agus faizin, dengan judul ”Tinjauan Hukum Islam Terhadap Konsep Restrukturisasi Pembiayaan Mudharabah Non Performing dan Pengaruhnya terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP),


(43)

Analisis fiqh dan keuangan” (Studi Kasus pada BNI Syariah). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007, dengan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Penggolongan pembiayaan mudharabah bermasalah didasarkan atas derajat kolektabilitas, yaitu prospek usaha, kinerja nasabah dan kemampuan membayar angsuran pokok ditambah margin bagi hasil. Jika prospek usaha, kinerja nasabah menurun serta menunggak selama 90 hari, maka restrukturisasi ini dapat dilakukan.

b. Restrukturisasi pada BNI Syariah, dilakukan pada nasabah yang masih memiliki bisnis dan kondisi keuangan yang masih dapat diperbaiki. Dan ada risiko bisnis yang bukan disebabkan oleh kelalaian mudharib dalam mengelola dana, seperti huru hara, bencana alam. Dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas pembiayaan ulang, penundaan pembayaran dengan memperpanjang jatuh tempo, memperkecil margin bagi hasil dan merubah sistem pembiayaan dari profit and loss sharing menjadi revenue sharing.

c. Restrukturisasi dengan menambahkan pokok pembiayaan dan pengurangan margin dapat mempengaruhi PPAP yang harus dibentuk. Sedangkan dengan penambahan waktu tidak mempengaruhi PPAP. d. Dalam pengakuan laba setelah adanya restrukturisasi menggunakan cash

basis yang sesuai dengan PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) yaitu pengakuan pendapatan pada pembiayaan bermasalah diakui pada saat laba tersebut benar terjadi.


(44)

3. Muhammad Irfansyah, dengan judul “Pengaruh Jumlah Pembiayaan yang Disalurkan Terhadap Tingkat Rasio Non Performing Financing (NPF)” (Studi Kasus pada PT Bank DKI Syariah). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2007, dengan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Jumlah pembiayaan yang disalurkan dengan tingkat rasio NPF mempunyai hubungan positif atau keterkaitan yang dapat dilihat dengan menggunakan korelasi product moment yaitu untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel.

Karena t hit lebih besar dari t tab, maka dapat disimpulan menolak H0, artinya variabel x (pembiayaan yang disalurkan terhadap y (tingkat rasio NPF) terdapat hubungan positif.

Kemudian dapat dilihat menggunakan analisa regresi linear sederhana, dengan kesimpulan:

1) Mempunyai hubungan positif, artinya penambahan jumlah pembiayaan yang disalurkan akan merubah tingkat rasio NPF. 2) Koefisien regresi (0,0000067), artinya setiap adanya peningkatan

jumlah pembiayaan yang disalurkan sebesar 1%, maka akan meningkatkan NPF sebesar 0,0000067%.

3) Ketika jumlah pembiayaan yang disalurkan sebesar 0, maka tingkat NPF sebesar 0,0039.


(45)

b. Faktor yang mempengaruhi timbulnya NPF antara lain: kurang tajamnya analisa diawal pengajuan pembiayaan oleh bank, kurang ketatnya monitoring dan terganggunya usaha nasabah karena situasi politik.

Timbulnya NPF akan berdampak buruk bagi bank maupun nasabah, antara lain: tingkat kesejahteraan dan pendapatan bank mengalami penurunan serta nama nasabah akan buruk (black list) pada bank lain. c. Penaganan pembiayaan NPF dilakukan dengan melihat kolektabilitas:

1) Pembiayaan lancar, dengan melakukan pemantauan usaha.

2) Pembiayaan dalam perhatian khusus, dengan memberikan surat teguran.

3) Pembiayaan kurang lancar dan diragukan, dengan melakukan penagihan sesering mungkin dan memberikan saran serta solusi bagi usahanya.

4) Pembiayaan macet, melakukan reschedhuling atau restrukturing dan eksekusi jaminan.

d. Anggapan yang menyatakan bahwa tingkat NPF dapat diatasi dengan memperbanyak jumlah pembiayaan itu tidak benar. Karena hanya akan menurunkan tingkat NPF dalam jangka pendek saja, sedangkan dalam jangka panjang akan meningkatkan NPF.

4. Diyani Alawiah, dengan judul “Analisa Pembiayaan Bermasalah dan Pengaruhnya terhadap likuiditas” (Studi Kasus pada PT Bank BRI,


(46)

Persero, Tbk). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2005, dengan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Dengan menggunakan hubungan korelasi didapat yang berarti antara pembiayaan bermasalah (x) dengan likuiditas (y), terdapat hubungan positif yang kuat.

b. Keeratan hubungan dihitung menggunakan KD (koefisien determinasi), KD = (0,49) = 0,24 yang berarti 24% dari likuiditas dipengaruhi oleh NPF, sedangkan sisanya 76% dipengaruhi oleh faktor lain.

c. Dalam menyalurkan pembiayaan Bank BRI Syariah lebih mengutamakan pada sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tujuannya untuk mengurangi NPF.

d. Keberhasilan dalam menyalurkan pembiayaan terlihat dalam peningkatan aktiva dari tahun ke tahun. Jika tidak ada peningkatan, maka bank gagal dalam menyalurkan pembiayaan. Kemudian dapat juga dilakukan melalui pemantauan.

e. Untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah, dapat dilakukan dengan memberikan saran kepada nasabah untuk melakukan merger, joint ventura, take over manajemen, akuisisi atau aliansi dengan perusahaan lain yang lebih baik, agar pengembalian pembiayaan menjadi lancar.


(47)

5. Churmah, dengan judul “Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah dalam Rangka Meningkatkan Aktifitas Perbankan Islam” (Studi kasus pada Bank Muamalat Indonesia). Penelitian dilakukan pada tahun 2003, dengan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Faktor penyebab pembiayaan bermasalah antara lain: tidak ada pemisahan yang jelas antara hutang usaha dengan hutang pribadi; debitur kurang berpengalaman dan keterampilan dalam bidang keuangan dan pengelolaan pemasaran; adanya unsur kesengajaan dengan memberikan data dan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan; kurangnya I’tikad yang baik dari debitur dalam hal pembayaran; dan terjadinya bencana alam.

b. Langkah penyelesaian pembiayaan bermasalah antara lain:

1) Dalam proses pemberian pembiayaan harus mengikuti prosedur pembiayaan yang sehat, termasuk prosedur persetujuan pembiayaan, prosedur dokumentasi dan administrasi pembiayaan.

2) Identifikasi masalah yang menyebabkan pembiayaan bermasalah dengan cara mendapatkan data perusahaan masa lalu dalam hal aspek keuangan, pemasaran, manajemen dan produksi.

3) Melakukan tindakan berupa: collection, yaitu penagihan secara intensif disertai dengan surat peringatan pengambil alihan atas jaminan; rescedhuling atau reconditioning; likuidasi (eksekusi jaminan); dan hapus buku.


(48)

Selain penanganan melalui jalur hukum, dilakukan penanganan dengan mengembangkan SDI, untuk menumbuhkan budaya kerja yang mendukung pemasaran dan tingkat pelayanan.

6. Puguh Dwi Maryono, dengan judul “Penjadwalan ulang (Rescedhuling) Alternative Terbaik Dalam Rangka Menekan Pembiayaan Macet dan Meningkatkan Kualitas Aktiva Produktif pada Bank BTN”. Penelitian dilakukan pada tahun 2000, dengan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Rescedhuling dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

1) Penjadwalan Ulang Sisa Tunggakan (PUST), dimana sisa tunggakan dijadwal ulang untuk dibayar secara angsuran, sedangkan sisa pinjaman tetap berjalan sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun jangka waktu. Sehingga debitur membayar 2 jenis angsuran, yaitu angsuran regular atas pokok pinjaman dan angsuran tunggakan. 2) Penjadwalan Ulang Sisa Pinjaman (PUSP), dimana sisa tunggakan yang ada ditambahkan pada sisa pokok pinjaman sehingga menjadi sisa pinjaman baru. Kemudian sisa pinjaman baru dijadwalkan kembali massa angsurannya. Penjadwalan ini dibagi 2 berdasarkan massa angsurannya, yaitu:

a) PUSP I, dimana angsuran baru tetap sama dengan angsuran sebelumnya, sehingga angsuran bulannya lebih tinggi.

b) PUSP II, dimana angsuran baru lebih panjang dari angsuran sebelumnya, sehingga angsuran bulannya lebih kecil.


(49)

Bank BTN Syariah menggunakan Penjadwalan Ulang Sisa Tunggakan. Dengan perhitungan Kualitan Aktiva Produktif (KAP), sebelum dilakukan rescedhuling memiliki nilai KAP sebesar 58,2 (kurang sehat). Setelah dilakukan rescedhuling nilai KAP menjadi 67,4 (cukup sehat).

Adapun keuntungan rescedhuling bagi bank antara lain: ada kepastian yang jelas dalam penyelesaian kredit macet; akan menaikkan KAP; terhindar dari write off; tidak perlu adanya perhatian secara khusus; menghemat biaya pengawasan.

Sedangkan keuntungan bagi debitur, antara lain: tidak perlu menyediakan dana besar untuk melunasi tunggakan; dapat mengangsur sesuai kemampuan; terhindar penyitaan barang jaminan; dan modal usaha tidak perlu untuk membayar angsuran.

7. Ifah Latifah, dengan judul “Peranan Account Officer Dalam Menekan Pembiayaan Bermasalah” (Studi Kasus pada PT BPRS Harta Insan Karimah). Penelitian dilakukan pada tahun 2007, dengan hasil penelitian: a. Faktor penyebab pembiayaan bermasalah, antara lain:

1) Faktor intern, seperti petugas (Account Officer) dan system. Account Officer kurang baik dalam menganalisis data calon nasabah. Sistem seperti pengawasan yang kurang intensif dari AO, sehingga permasalahan tidak terdeteksi secepat mungkin.

2) Faktor eksternal, seperti: kondisi usaha yang sedang menurun, adanya I’tikad yang kurang baik dari nasabah dalam hal


(50)

pembayaran, nasabah kurang mampu dalam mengelola usaha, kebijakan Pemerintah yang kadang tidak memihak pada perkembangan usaha kecil dan menengah, sehingga menyulitkan berkembangnya usaha nasabah dan terjadi bencana alam.

b. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Account Officer, antara lain: memproses calon nasabah sehingga menjadi nasabah dan membinanya; mengadakan dan menghadiri pertemuan dengan nasabah; membuat anggaran kegiatan pemasaran dan promosi dan rencana kerja; melakukan pendekatan pemasaran dengan nasabah; membuat analisa pembiayaan, surat keputusan dan penutupan asuransi; serta meneliti dan melaporkan aktivitas yang tidak normal.

c. Analisis dan proses kerja Account Officer, antara lain: menganalisa permohonan pembiayaan dengan menggunakan prinsip 5 C serta aspek management, pemasaran, teknis, keuangan, yuridis dan sosio ekonomi; mengumpulkan persyaratan administrasi; pembuatan proposal analisa pembiayaan, dengan langsung survey ke lapangan untuk melihat, menganalisa dan menilai kelayakan usaha calon nasabah; memutuskan pembiayaan dan pembuatan Media Pencairan Pembiayaan (MPP); serta penanda tanganan dan realisasi pembiayaan.

d. Usaha Account Officer dalam mencegah pembiayaan bermasalah: berhati-hati dalam pemberian pembiayaan dengan mengikuti prosedur dengan baik; melakukan pendekatan kepada nasabah dengan melakukan


(51)

kunjungan ke tempat usaha atau rumah nasabah untuk melihat penyebab permasalahan; mengadakan pengawasan secara terus menerus mengenai penggunaan pembiayaan dan pengawasan terhadap perkembangan mutu usaha, gejala awal pembiayaan bermasalah, perkembangan cadangan penghapusan pembiayaan, dan sebagainya; restrukturing atau rescedhuling; dan write off .

8. Mahmudah, dengan judul “Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah” (Studi kasus pada BNI Syariah), Penelitian dilakukan tahun 2005, dengan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Faktor penyebab pembiayaan bermasalah dari sisi bank antara lain: kurang tajamnya analisa pada data keuangan; tidak terpenuhinya kelengkapan persyaratan minimal yang seharusnya; lemahnya pemantauan terhadap perkembangan usaha, laporan keuangan dan kunjungan ke lokasi usaha; adanya persaingan antar bank syariah; penyimpangan atas system dan prosedur yang berlaku.

Sedangkan dari sisi nasabah antara lain: kondisi usaha yang sedang menurun; adanya kondisi dan situasi yang berubah-ubah sehingga merubah sikap dan prilaku nasabah; terjadi PHK dengan nasabah.

b. Penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan cara: melakukan pendekatan kepada nasabah untuk mengetahui penyebabnya; collection, yaitu penagihan secara intensif yang dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu: penagihan dengan persuasive melalui pengiriman surat peringatan


(52)

atas tunggakan, dan penagihan secara langsung dengan mendatangi langsung nasabah; rescedhuling; memberikan diskon atau potongan yang dikenal dengan istilah PPDM (Pemotongan Pelunasan Dalam Murabahah), berupa pemotongan pada margin saja bukan pada pokok dan eksekusi jaminan serta Hapus buku

Jika terjadi perselisihan antar kedua belah pihak, maka diselesaikan melalui BASYARNAS. Hal ini dilakukan jika dalam akad disebutkan bahwa jika terjadi perselisihan, penyelesaiannya diserahkan melalui BASYARNAS.

1. Analisis Penelitian Terdahulu:

Dari hasil penelitian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum diberikan pembiayaan, pihak bank harus menganalisa terlebih dahulu khususnya kondisi keuangan nasabah. Agar dapat dilihat kemampuan nasabah dalam mengangsur pembiayaan.

Kemudian dilakukan pemantauan usaha maupun keuangannya agar penyebab pembiayaan bermasalah dapat terdeteksi sedini mungkin. Setelah ada pembayaran yang tidak tepat waktu, bank memberikan surat peringatan. Tetapi jika sudah ada tunggakan, bank melakukan restruktur atau rescedhul untuk mengatasinya. Jika belum menyelesaikan pembiayaan dilakukan eksekusi jaminan dan hapus buku atau hapus tagih.

Dalam penelitian yang dilakukan penulis, hanya membandingkan cara penyelesaian pembiayaan bermasalah yang telah diteliti oleh peneliti


(53)

sebelumnya. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan, bahwa ternyata penanganan pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh beberapa bank itu sama.

2. Kesimpulan Penelitian Terdahulu

Dari beberapa bank yang sudah diteliti oleh peneliti sebelumnya seperti BMI, BTN, BNI, BPRS Harta Insan Karimah, dan BPRS Risalah Ummat, dalam menangani pembiayaan bermasalah itu sama.

Hal ini dapat dilihat sebelum pemberian pembiayaan dilakukan, bank harus melakukan analisa terhadap data-data nasabah terlebih dahulu, khususnya laporan keuangan, agar diketahui kemampuannya dalam mengangsur pembiayaan baik itu laporan keuangan usaha ataupun pribadi. Kemudian setelah diketahui nasabah sudah menunggak, bank melakukan rescedhuling sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi pembiayaan bermasalah yang juga dapat meningkatkan kualitas aktiva produktif (KAP).

Pembiayaan bermasalah dapat ditempuh melalui jalur hukum ataupun pihak debt collector, tetapi dari semua bank yang diteliti peneliti terdahulu, pembiayaan bermasalah belum ada yang sampai pada jalur hukum. Artinya pembiayaan bermasalah masih dapat diatasi sendiri


(54)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat PT Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi 1. PT Bank DKI Syariah

Bank DKI Syariah merupakan Unit Usaha Syariah (UUS) dari PT Bank DKI berdasarkan Surat Bank Indonesia No 6/ 37/ DPbS Tanggal 8 Maret 2004, yang diresmikan pada tanggal 16 Maret 2004 oleh Gubernur DKI Jakarta Bpk H Sutiyoso. Dengan bantuan modal kerja dari Bank DKI Kantor Pusat pada saat dibentuknya Unit Usaha Syariah sebesar Rp 2 milyar, Bank DKI Unit Usaha Syariah bertekad untuk dapat memberikan pelayanan kepada nasabah sebaik-baiknya berdasarkan prinsip syariah, sehingga Bank DKI Syariah diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi pengguna jasa perbankan yang mayoritas beragama Islam dalam berbisnis secara syariah.

2. BPRS Wakalumi merupakan Perseroan yang didirikan oleh anggota Yayasan Wakalumi (Wakaf Karyawan dan Alumni Muslim Citibank). Tujuan didirikannya selain sebagai unit bisnis yang profesional dan islami, juga menyediakan dana berkesinambungan yang dapat mendukung kegiatan yayasan. Perseroan resmi beroperasi secara konvensional sebagai BPR sejak 9 april 1990.

Berdasarkan akta notaris B.R.A.Y Mahyastoeti Notonagoro No 8 Tanggal 9 Juni 1994, Perseroan menyetujui Bank Muamalat sebagai


(55)

pemegang saham dengan kepemilikan sebesar 49% dan menyetujui perubahan sistem operasional menjadi syariah. Tahun 1995, Perseroan resmi beroperasi dengan sistem syariah. Dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No 016/ Kep MK/ 17/ 1995, tanggal 16 Januari 1995, maka Bank Wakalumi merupakan BPR pertama yang merubah sistem operasinya dari konvensional menjadi syariah. Tahun 2000, keterkaitan antara Bank Wakalumi dengan Bank Muamalat ditingkatkan dengan menjadikan Bank Wakalumi sebagai mitra kerja Bank Muamalat.

B. Visi dan Misi PT Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi 1. PT Bank DKI Syariah

a. Visinya “Menjadi Bank terbaik yang membanggakan.

b. Misi “Group berkinerja unggul, mitra strategis dunia bisnis dan andalan PT Bank Dki yang memberikan manfaat bagi pelayanan prima berdasarkan prinsip syariah, serta memiliki nilai-nilai komitmen, team work, profesional, disiplin, kerja keras dan integritas”.

2. PT BPRS Wakalumi

a. Visi “ BPR Syariah panutan dan sehat”

b. Misi, antara lain: memberdayakan dan mendorong ekonomi umat dengan fokus pada usaha kecil; memberikan layanan unggul dan amanah bagi para mitra usaha; memiliki sistem dan cara kerja yang unggul dengan SDI yang profesional, handal dan menjunjung tinggi ukhuwah islamiyah; manfaat optimal bagi para shareholder dan stakeholder lainnya.


(56)

C. Produk dan Layanan PT Bank DKI Syariah serta BPRS Wakalumi 1. PT Bank DKI Syariah

Bank DKI Syariah memiliki produk penghimpunan dana, berupa: giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah. Sedangkan produk penyaluran dana, berupa: pembiayaan konsumtif dalam hal pembiayaan multiguna syariah, pembiayaan pemilikan rumah dan kendaraan; pembiayaan produktif dengan skim musyarakah, mudharabah, murabahah, salam dan istishna’; pembiayaan investasi; dan pembiayaan laris.

Sedangkan layanan untuk nasabahnya berupa layanan transfer baik antar rekening atau bank; kliring; inkaso; dan jaminan bank.

2. BPRS Wakalumi

Produk penghimpunan dana terdiri dari tabungan dan deposito mudharabah. Sedangkan penyaluran dana berupa pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah dan ijarah.

Layanannya berupa penghimpunan dana dan penyaluran pembiayaan saja ke masyarakat.

D. Statistik Deskriptif Laporan Keuangan PT Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi

1. PT Bank DKI Syraiah a. Neraca


(57)

Tabel 3.1

Perkembangan Data Keuangan Bank DKI Syariah (Dalam Milyar Rupiah)

No Keterangan 2004 2005 2006 2007

1 Total Aktiva 31,16 62,14 102,59 398,13

2 DPK 14,14 16,23 32,12 155,62

3 Pembiayaan 17,62 56,51 82,97 301,84

4 Pendapatan Operasional 0,68 4,96 10,84 21,69

5 Beban Operasional 1,26 2,85 5,27 15,91

6 Laba (rugi) (0,57) 2,21 5,74 6,97

Sumber: Annual Report 2007 Bank DKI Syariah 1) Perkembangan Total Aktiva

Gambar 3.1

0 50 100 150 200 250 300 350 400

D

a

la

m

M

il

y

a

r

R

u

p

2004 2005 2006 2007

Tahun

Sumber: Annual Report 2007 Bank DKI Syariah

Keterangan: Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa setiap tahun aktiva mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu naik sebesar Rp 295,52 milyar atau 288,07%


(58)

dibandingkan tahun 2006. Hal ini disebabkan karena bank dalam kegiatan operasionalnya baik melalui layanan maupun penyaluran dana dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga bank mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut yang dapat menambah aktivanya. 2) Perkembangan Total DPK

Gambar 3.2

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Da

la

m

M

il

y

a

r

Ru

p

ia

h

2004 2005 2006 2007

Tahun

Sumber: Annual Report 2007 Bank DKI Syariah

Keterangan: Dari gambar di atas dapat disimpulkan, bahwa dana pihak ketiga dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Kenaikan terbesar juga terjadi di tahun 2007 yaitu sebesar Rp123,5 milyar atau 384,49% dibandingkan tahun 2006. Hal ini dikarenakan Bank DKI Syariah telah membuka layanan di kantor bank konvensional, sehingga pelayanannya bertambah yang akan mempengaruhi juga terhadap dana pihak ketiga yang dikumpulkan.


(59)

3) Perkembangan Total Pembiayaan Gambar 3.3

0 50 100 150 200 250 300 350

D

a

la

m

M

il

y

a

r

R

u

p

ia

h

2004 2005 2006 2007

Tahun

Sumber: Annual Report 2007 Bank DKI Syariah

Keterangan: Dari gambar di atas disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun perkembangan total pembiayaan juga mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar pula terjadi di tahun 2007 sebesar Rp 218,87 milyar atau 263,79% dibanding 2006.

Peningkatan ini disebabkan karena adanya peningkatan aktiva yang mengakibatkan pembiayaan yang disalurkannya juga turut meningkat. Sehingga mempengaruhinya juga terhadap pendapatan yang akan diperoleh bank di kemudian hari. Tetapi harus dilakukan dengan hati-hati dalam memilih nasabah yang akan dibiayai jangan sampai terjadi pembiayaan bermasalah nantinya.


(60)

4) Perkembangan Laba (Rugi)

Gambar 3.4

-1 0 1 2 3 4 5 6 7

D

a

la

m

M

il

y

a

r

R

u

p

ia

h

2004 2005 2006 2007

Tahun

Sumber: Annual Report 2007 Bank DKI Syariah

Keterangan: Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa di tahun 2004 Bank DKI Syariah mengalami rugi sebesar Rp 0,57 milyar, yang disebabkan karena kinerjanya yang belum mampu mengelola dana dengan baik sehingga tidak mendapatkan keuntungan dari kegiatan operasionalnya. Tetapi dari tahun 2005 sampai 2007, laba yang diperoleh Bank DKI Syariah mengalami peningkatan terus.

Peningkatan tertinggi terjadi di tahun 2006 yaitu sebesar Rp 3,53 milyar atau 159,72% dibandingkan pada tahun 2007 hanya naik sebesar Rp 1,23 milyar atau 21,42%. Hal ini disebabkan karena bank sudah baik dalam kinerja operasionalnya, sehingga banyak mendapatkan laba dari usaha tersebut.


(61)

b. Rasio Keuangan

Tabel 3.2 Perkembangan Rasio

(Dalam Persentase)

Keterangan 2004 2005 2006 2007

FDR 124,63 348,17 258,27 193,96

CAR 9,22 8,46 14,09 27,63

BOPO 185,18 57,32 48,62 73,33

ROA (7,23) 4,75 7,06 3,76

NPF 0 0,59 1,34 0,72

Sumber: Annual Report 2007 1) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan FDR, yang perkembangannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 3.5

0 50 100 150 200 250 300 350

D

a

la

m

P

e

rs

e

n

ta

s

e

2004 2005 2006 2007 Tahun


(62)

Keterangan: Dari gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2005 FDR mengalami peningkatan dari tahun 2004 sebesar 223,53%, yang disebabkan karena terjadi peningkatan dalam penyaluran pembiayaan yang tidak diimbangi dengan kenaikan DPK.

Tahun 2005 sampai 2007 FDR menurun. Penurunan terbesar terjadi di tahun 2006 yaitu sebesar 89,9% dibanding tahun 2007 hanya sebesar 64,31%. Penurunan ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan kecil. Semakin tinggi nilai FDR, maka kondisi keuangan bank semakin baik. Jika di lihat dari rasio FDR tahun 2004 sampai 2007, maka dapat disimpulkan kondisi keuangan Bank DKI Syariah sehat sekali (lebih dari 150%)22.

2) Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya baik hutang jangka pendek ataupun hutang jangka panjang. Dalam hal ini penulis menggunakan CAR atau rasio kecukupan modal untuk mengukurnya.

22

Drs Suyadi Prawirosentono, MBA, Pengantar Bisnis Modern; Studi Kasus Indonesia dan


(63)

Gambar 3.6

0 5 10 15 20 25 30

D

a

la

m

P

e

rs

e

n

ta

s

e

2004 2005 2006 2007

Tahun

Sumber: Annual Report 2007 Bank DKI Syariah

Keterangan: dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2005 nilai CAR menurun sebesar 0,76% yang disebabkan karena bank belum mampu menutupi hutangnya baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang dari modal yang dimilikinya. Sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 mengalami peningkatan sebesar 5,63% dan 13,54% yang disebabkan karena bank sudah mampu menutupi semua kewajibannya yang harus dibayar dari modal yang dimilikinya.

3) Rasio Rentabilitas/ Profitabilitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba. Dalam hal ini penulis menggunakan rasio BOPO dan ROA yang perkembangannya terlihat pada tabel di bawah ini:


(64)

Gambar 3.7 Perkembangan BOPO

0 50 100 150 200

D

a

la

m

p

e

rs

e

n

ta

s

e

2004 2005 2006 2007

Tahun

Sumber: Annual Report 2007 Bank DKI Syariah

Keterangan: Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2005 dan 2006, BOPO mengalami penurunan sebesar 127,86% dan 8,7%. Hal ini disebabkan karena bank memiliki kinerja yang sudah baik, terlihat dalam biaya operasional yang lebih rendah dari pendapatan operasionalnya. Sehingga mengakibatkan nilai BOPO rendah.

Sedangkan di tahun 2007, BOPO meningkat sebesar 24,71%, yang disebabkan karena kegiatan operasional yang dilakukan bank kurang baik sehingga menurunkan pendapatan operasionalnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin rendah nilai BOPO, semakin baik kondisi keuangan bank.


(65)

Tabel 3.8 Perkembangan ROA

-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8

D

a

la

m

P

e

rs

e

n

ta

s

e

2004 2005 2006 2007

Tahun

Sumber: Annual Report 2007 Bank DKI Syariah

Keterangan: Dari gambar di atas, dijelaskan bahwa di tahun 2005 dan 2006, nilai ROA ini meningkat sebesar 2,48% dan 2,31% , yang disebabkan karena adanya peningkatan laba yang diimbangi dengan peningkatan asset.

Sedangkan di tahun 2007, nilai ROA menurun sebesar 3,3% yang disebabkan karena bank kurang memperhatikan kenaikan laba dari asset yang dimiliki. Seharusnya jika terjadi peningkatan pada asset, maka laba juga harus ditingkatkan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai ROA, maka semakin baik kesempatan bank dalam memperoleh laba..

2. PT BPRS Wakalumi a. Neraca


(66)

Tabel 3.3

Perkembangan Data Keuangan (Dalam Ribuan Rupiah)

Keterangan 2004 2005 2006 2007 Total Aktiva 13,825,191 14,807,351 20,069,697 25,869,043 Total Pembiayaan 11,124,101 11,064,765 13,687,486 18,142,759 Total DPK 8,259,040 7,600,265 8,330,192 10,539,479 Laba Bersih 304,089 371,399 417,414 208,459

Sumber: Laporan Tahunan 2007 BPRS Wakalumi 1) Perkembangan Total aktiva

Gambar 3.9

0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000

2004 2005 2006 2007

Tahun

Sumber: Laporan Tahunan 2007 Bank DKI Syariah

Keterangan: Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa total aktiva dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi terjadi di tahun 2007 yaitu sebesar Rp 5,799,346 dibanding tahun 2005 dan 2006 yaitu sebesar Rp 982,160 dan Rp 5,262,346. Hal ini disebabkan karena bank dalam melakukan kegiatan operasional


(67)

baik menghimpun maupun menyalurkan dana sudah baik. Sehingga meningkatkan jumlah asset yang dimiliki.

2) Perkembangan Total Pembiayaan

Gambar 3.10

0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000

D

a

la

m

R

ib

u

a

n

R

u

p

ia

h

2004 2005 2006 2007

Tahun

Sumber: Laporan Tahunan 2007 BPRS Wakalumi

Keterangan: Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa di tahun 2006 dan 2007 total pembiayaan meningkat sebesar Rp 2,622,721 dan Rp 4,455,273. Hal ini dikarenakan banyaknya permohonan pembiayaan dari nasabah untuk mengembangkan usahanya, sehingga pembiayaan yang disalurkan meningkat.

Sedangkan di tahun 2005 menurun sebesar Rp 59,338 yang disebabkan karena bank belum sepenuhnya menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat, sehingga terjadi penurunan.


(1)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Faktor penyebab pembiayaan bermasalah di kedua bank tersebut (Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi) sama, yaitu disebabkan oleh faktor eksternal. Bank DKI Syariah lebih disebabkan karena adanya PHK yang di alami nasabah dan juga penggunaan dana untuk keluarga. Sedangkan BPRS Wakalumi disebabkan pada penggunaan dana usaha untuk keluarga dan pesaing.

2. Dalam penelitian terdahulu, penanganan pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh BMI, BRI, BTN, BNI, BPRS Harta Insan Karimah dan BPRS Rísalah Ummat sama, yaitu sebelum pembiayaan diberikan, pihak bank harus melakukan analisa terlebih dahulu terutama mengenai laporan keuangan baik laporan keuangan usaha maupun pribadi. Kemudian jika terjadi tunggakan, maka dapat dilakukan rescedhul sebagai salah satu penanganan pembiayaan bermasalah. Rescedhul juga dapat meingkatkan kualitas aktiva produktif (KAP).

3. Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi dalam menangani pembiayaan murabahah bermasalah ini sama, yaitu sebelum menyetujui permohonan pembiayaan, pihak bank melakukan analisa mengenai laporan keuangan dan juga keadaan calon nasabah. Jika melihat nasabah yang mengangsur tidak tepat waktu dan mulai ada tunggakan, bank memberikan surat peringatan.


(2)

Kemudian melakukan kunjungan baik ke tempat usaha, rumah maupun kantor tempatnya bekerja. Jika sudah 3 bulan berturut-turut menunggak, pihak bank baru melakukan restruktur atau rescedhul tergantung keadaan pembiayaan dan kesepakatan. Setelah itu baru dilakukan eksekusi jaminan, hapus buku dan hapus tagih. Tetapi pada kenyataannya pihak bank hanya melakukan penanganan hanya sampai eksekusi jaminan, karena hapus buku dan hapus tagih merugikan pihak bank.

4. Upaya penanganan pembiayaan bermasalah yang dilakukan sebelum pembiayaan diberikan, dengan menganalisa data nasabah sedetail mungkin terutama mengenai laporan keuangannya Setelah pembiayaan diberikan, bank melakukan pemantauan atas usaha maupun kondisi keuangannya. Hal ini dilakukan agar penyebab pembiayaan bermasalah diketahui secepat mungkin. 5. Penanganan pembiayaan bermasalah ini tidak hanya berlaku bagi kedua bank

saja (Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi), tetapi juga pada Bank Muamalat, BTN, BNI, BPRS Harta Insan Karimah dan BPRS Risalah Umat melakukan hal yang sama. Hal ini dilakukan sebagai pencegahan dini pembiayaan bermasalah.


(3)

B. Saran

1. Dalam memilih pejabat bank dalam menangani masalah pembiayaan, harus dipilih pejabat yang memiliki kredibilitas dan kemampuan di bidang tersebut. 2. Setelah diberikan pembiayaan, bank harus melakukan pembinaan kepada

nasabah tentang usahanya tersebut.

3. Pihak bank harus menjalankan perannya sebagai mitra usaha kepada nasabah bukan sebagai peminjam dan pemilik dana yang tidak ada saling membantu diantara kedua belah pihak.

4. Perlunya monitoring yang ketat dari pejabat bank setiap bulannya, agar gejala pembiayaan bermasalah dapat terdeteksi sedini mungkin.

5. Pemantauan dari pihak bank atas pembiayaan yang disalurkan agar digunakan nasabah sesuai dengan pengajuannya.

6. Perlunya campur tangan dari Pemerintah mengenai penanganan pembiayaan bermasalah dan cara untuk mencegah agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi Nugroho, R Tjipto, Perbankan Masalah Perkreditan; Penghayatan, Analisis dan Penentuan, Jakarta: Pradnya Paramita, 1994

Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Cet I, Jakarta: Gema Insani Press, 2001

Afifi, Faisal, Strategi dan Operasional Bank, Bandung: Eresco, 1996

Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet III, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005

Bank Indonesia, Kamus Perbankan, Cet I, Jakarta: 1999

Darmawan, Indra, SE, Pengantar Uang dan Perbankan, Cet I, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992

Firdaus, Rahmat dan Ariyanti, Maya, Manajemen Perkreditan Bank Umum, Bandung: Alfabet, 2004

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cet IV, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000

---, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Agustus, 2004

Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi III, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007


(5)

Mahmoedin, AS, 100 Penyebab Kredit Macet, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995 Mauludi, Ali, Statistik I Penelitian Islam dan Sosial, Edisi I, Cet I, Jakarta: PT Prima

Heza Lestari, 2006

Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Edisi I, Jakarta: Ekonosia, Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2004

---, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005

Nurgiantoro, Burhan, dkk, Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Cet III, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004

Porwadarminto, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet X, Jakarta: Balai Pustaka, 1987

Rivai, Veithzal, MBA dan Permanda Veithzal, Andria, B, ACT, MBA, Credit Management Handbook; Teori Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi III, Yogyakarta: EKONOSIA, November, 2003

Sutojo, Siswanto, Mengenai Kredit Bermasalah, Cet I, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1997


(6)

Tjoekam, Moh, Perkreditan Bisnis Inti Perbankan; Konsep, Teknik dan Kasus, Edisi I, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999

Usman, Rahmadi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT GramediaPustaka Utama, 2003

Wiraatmadja, Rasjim, Solusi Hukum Dalam Menyelesaikan Kredit Bermasalah, Majalah Info Bank, Jakarta: 1997