Analisis Perbandingan Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah

hanya untuk mengurusi satu nasabah, padahal masih banyak nasabah yang perlu di perhatikan. Begitu juga penyelesaian dengan menggunakan pihak ketiga. Meskipun cara ini cepat dan efektif, namun tetap ada kelemahannya antara lain cara yang digunakan oleh debt collector itu biasanya menggunakan kekerasan, sehingga pihak bank harus mempertanggung jawabkannya di hadapan hukum. Oleh karena itu BPRS Wakalumi tidak menggunakan jalur hukum ataupun dengan pihak ketiga dalam menyelesaikan masalahnya.

C. Analisis Perbandingan Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah

Pada Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi Baik Bank DKI Syariah maupun BPRS Wakalumi Syariah dalam menangani pembiayaan bermasalah dilihat dari penyebabnya dan juga dari jenis kolektabilitasnya. Dilihat dari penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah dalam menanganinya tidak ada beda, karena penyebab tersebut juga terjadi pada Bank DKI Syariah maupun BPRS Wakalumi. Tetapi jika dilihat dari jenis kolektabilitas ada sedikit perbedaan yang dapat terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.10 Penanganan Berdasarkan Jenis Kolektabilitas kolektabilitas Bank DKI Syariah BPRS Wakalumi Lancar 1 Pemantauan usaha maupun kondisi keuangan nasabah, sehingga penyebab pembiayaan bermasalah dapat Memberikan surat teguran atau menelfon untuk membayar angsuran dan melakukan terdeteksi sedini mungkin. pemantauan baik dari kondisi keuangan, usaha maupun persediaan yang dimilikinya. Dalam Perhatian khusus 2 Memberikan surat teguran atau menelfon untuk memberitahukan saatnya mengangsur; Mengunjungi tempat usaha maupun rumah nasabah; dan melakukan upaya preventif seperti restrukturing. Tidak ada kolektabilitas jenis ini. Oleh karena itu cara penanganannya masuk ke dalam kolektabilitas lancar Kurang lancar 3 Memberikan surat teguran kepada nasabah; Memberikan pembinaan atau pelatihan; Mengunjungi tempat usaha; dan melakukan upaya penyehatan seperti restrukturing, sama seperti pembiayaan dalam perhatian khusus. Kunjungan pejabat bank ke tempat usaha; Memberikan surat peringatan untuk membayar tepat waktu; melakukan upaya preventif berupa restrukturing maupun reschedhuling. Diragukan 4 Revitalisasi melalui restructuring, mengalihkan pembiayaan dalam bentuk Qardhul Hasan. Kunjungan ke tempat usaha maupun rumah nasabah; memberikan surat peringatan; melakukan upaya revitalisasi berupa restruktur atau reschedhul. Macet 5 Mengeksekusi jaminan mengambil alih jaminan; Hapus buku; Jika hal tersebut tidak berhasil dalam waktu 1 tahun, pihak bank menyerahkan jaminan tersebut ke KP3LN Kantor Pemutus Penyelesaian Piutang dan Lelang Negara untuk diselesaikan; kemudian dilakukan hapus tagih. Mengeksekusi jaminan yaitu penyitaan barang jaminan, yang tentunya cara ini ditempuh jika cara-cara seperti di atas sudah ditempuh dan tidak berhasil untuk melunasi sisa pembiayaan. Kedua bank tersebut jika diketahui nasabah mulai membayar cicilan tidak tepat waktu atau terdapat tunggakan, sudah melakukan tindakan pencegahan pembiayaan bermasalah dengan cara memberikan surat teguran atau menelfon untuk memberitahukan waktunya pembayaran dan melakukan kunjungan ke tempat usaha ataupun rumah nasabah untuk mengetahui sebab tunggakan dan mencari alternative jalan keluar. Pada dasarnya penanganan dini terhadap munculnya pembiayaan bermasalah pada kedua bank tersebut sudah dilakukan dengan baik agar tidak terjadi kerugian yang lebih besar lagi bagi pihak bank. Jika tunggakan terjadi 3 bulan berturut-turut, pihak bank melakukan restruktur maupun rescedhul tergantung kesepakatan nasabah dengan bank 28 . Dari kajian pustaka yang penulis lakukan, diketahui bahwa bank lain BMI, BTN, BRI, BNI, BPRS Harta Insan Karimah, dan BPRS Risalah Umat dalam menangani pembiayaan bermasalah sama dengan bank yang penulis teliti Bank DKI Syariah dan BPRS Wakalumi, yaitu dengan memberikan surat teguran atau menelfon untuk memberitahukan waktunya pembayaran dan melakukan kunjungan langsung ke nasabah. Setelah itu baru dilakukan eksekusi jaminan. Jika belum berhasil juga baru dilakukan hapus buku dan hapus tagih. Tetapi pada kenyataannya jarang bank yang melakukan hapus buku, karena hal tersebut merugikan pihak bank. Oleh karena itu penanganan secara dini pembiayaan bermaslah merupakan hal yang penting dilakukan agar tidak terjadi masalah besar di kemudian hari bagi bank.

D. Upaya Mengurangi Pembiayaan Murabahah Bermasalah