Al-Ghazali Rekonstruksi Pemikiran Para Tokoh Mengenai Pembangunan Ekonomi
aliran lainnya seperti mazhab Syifi‟i dan Asy‟ari menjadi tertekan, bahkan banyak korban dan tokoh-tokohnya.
49
Ayah Al-Ghazali wafat ketika ia masih kecil, sehingga untuk pendidikan formal diperolehnya di Madrasah setelah dianjurkan oleh para
sufi yang mengasuhnya, karena ia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhannya sendiri. Ia belajar fiqh dari Ahmad Ibnu Muhammad ar-
Razkan at-Thusi di Thus dan tasawwuf dari Yusuf an- Nasaj, kemudian hinggà 470 H. Al-Ghazali, belajar ilmu-ilmu dasar yang lain, termasuk
bahasa Persia dan Arab pada Nasr al-Ismâil di Jurjin. Pada usia 20 tahun telah menguasai beberapa ilmu-ilmu dasar dan dua bahasa pokok yang lazim
dipergunakan oleh masyarakat ilmiah ketika itu, sehingga dua bahasa ini mengantarkan dalam memahami buku-buku ilmiah secara otodidak. Tahun
473 H. Al- Ghazâli pergi ke Naizabur untuk belajar di Madrasah an- Nizamiah, ketika itu Imam al-Haramain Diya ad-Din al-Juwaini 478 H.
bertindak sebagai kepala dan tenaga pengajar di sana.
50
2. Pemikiran Al-Ghazali
Walaupun Al-Ghazali lebih dikenal sebagai tokoh sufi yang termashur, namun tidak sedikit karya-karyanya yang membahas tentang
masalah-masalah yang terjadi ditengah masyarakat, diantaranya masalah ekonomi. Pemikiran Al-Ghazali mengenai ekonomi boleh dikatakan
49
H. Hadi Mutamam, “Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali dan Metode Ijtihadnya dalam Al-
Muatashfa”, Mazahib, vol. IX. No. 1, Juni 2007. Hal 13
50
ibid
pemikiran yang orisinal karena pemikirannya telah terkonsep jauh sebelum teori-teori ekonomi yang berkaitan konsep maslahah, dengan pasar, evolusi
uang, serta aktivitas produksi disusun oleh ilmuwan ekonomi Barat. Diantara banyak pemikiran dalam bidang ekonomi yang paling
menonjol adalah pemikiran tentang konsep maqasid al- syari‟ah. Konsep ini
secara langsung disebutkan baik dalam qur‟an maupun hadits serta telah dibahas oleh banyak ilmuwan muslim.
51
Seluruh alasan s yar‟i yang
mendasarinya, yang mana disepakati oleh sebagian besar para ulama adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia jalb al-mashalih serta prinsip
menjauhkan manusia dari segala bahaya daf‟u al-mafashid. Al-Ghazali
merumuskan maqasid al- syari‟ah kedalam lima kategori utama sebagaimana
terdapat dalam perkataanya “ Tujuan utama syari‟ah adalah meningkatkan kesejahteraan manusia, yang terletak pada perlindungan iman, hidup, akal,
keturunan dan harta. Apa saja yang menetapkan perlindungan kelima hal ini merupakan kemaslahatan umum dan diinginkan, juga apapun yang menyakiti
mereka berarti melawan kemaslahatan public dan tidak diinginkan.”
52
Pemikiran Al-Ghazali jika kita cermati, telah menembus batasan ruang dan waktu. Pemikirannya bisa diaplikasikan dimana saja dan kapan saja.
51
Beberapa tokoh yang sangat terkemuka telah me nguraikan tentang maqasid al- Sharī„ah
mereka adalah : al- M turīdī d.333945, al- Sh shī d.365975, al-B qill nī d. 4031012, al-Juwaynī
d.4781085, al- Ghaz lī d.505111, Fakhr al-Dīn al-R zī d. 6061209, al- midī d. 6311234, „Izz
al- Dīn „Abd al-Sal m d. 6601252, Ibn Taymiyyah d. 7281327, al-Sh tībī d. 7901388 and Ibn
„ shūr d.13931973
52
M Umer Chapra, The Islamic of Development in the Light of Maqasid Al- Shari‟ah, Jeddah
Islamic Research and Training Institute, IDB 2007, hal. 5-6
Misalnya sekarang sedang berkembang paradigm pembangunan inklusif inclusive
development
53
, pembangunan
berkelanjutan sustainable
development
54
, dan juga MDG‟s Millennium Development Goals
55
, semua paradigm pembangunan itu telah terangkum semua dalam konsep maqasid
syariah. Semua ulama sepakat dengan lima kategori dalam konsep maqasid
syari‟ah, namun terdapat perbedaan dalam menempatkan point mana yang diutamakan, akan tetapi sebenarnya kelima point tersebut memiliki keutamaan
yang sama jadi penempatan urutan tidak berarti apapun, itu hanya tergantung dari sudut pandang para ulama saja. Hal terpenting adalah pemihaman dan
pengimplementasian maqasid syariah dalam segala aspek kehidupan dan khususnya dalam pembangunan ekonomi. Kelima aspek maqasid syariah jika
disederhanakan akan menjadi dua komponen besar, yaitu, komponen non- material manusia diwakili oleh perlunya menjaga iman hifdz din dan
komponen materiil manusia yang terwakili oleh menjaga hidup, akal, keturunan, dan harta.
53
Pembangunan inklusif adalah pembangunan yang melibatkan seluruh unsur masyarakat tanpa pengecualian, mamberikan akses yang sama untuk ikut serta ataupun meninkmati hasil
pembangunan
54
Pembangunan berkelanjutan dimaknai sebagai pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan masa kini dengan tidak mengorbankan kebutuhan generasi penerus akibat dari kerusakan
lingkungan.
55
MDGs adalah kesepakatan yang ditanda tangani oleh kepala negara atau perwakilannya dari 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000. Tujuan dari kesepakatan ini adalah
peningkatan kesejahteraan dan pembangunan masyarakat dunia pada tahun 2015. Kesepakatan itu terdapat dalam butir-butir diantaranya, penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan dasar
untuk semua, kesetaraan gender, pelestarian lingkungan dan peningkatan kualitas kesehatan.
a. Urgensi Menjaga Iman hifdz din
Kata hifdz din diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi faith, kemudian dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi kepercayaan atau
iman. Iman menjadi salah satu unsur dalam maqasid syariah karena memang manusia membutuhkan sebuah kepercayaan. Manusia memerlukan suatu
bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Tetapi selain kepercayaan itu dianut karena
kebutuhan dalam waktu yang sama juga harus merupakan kebenaran.
56
Kepercayaan akan menghasilkan tata nilai guna menopang kehidupan yang kemudian dalam tahapan lebih tinggi akan menghasilkan kebudayaan.
Misalnya kepercayaan akan adanya Tuhan penguasa semesta akan berimplikasi pada kehidupan dan melahirkan sebuah nilai, yaitu, bahwa segala
sesuatu yang ada di bumi dan dimiliki manusia sesungguhnya milik Tuhan. Sehingga segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia mendapat pengawasan
dari Tuhan dan harus dipertanggung jawabkan. Kepercayaan dalam islam dibahas dalam ajaran tauhid yang
mengajarkan kepercayaan selain percaya pada eksistensi Tuhan, juga harus percaya bahwa Tuhan menurunkan aturan-aturan melalui Rasul-rasulnya,
serta melalui kitab-kitab sucinya. Memegang teguh ajaran tauhid akan
56
Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam
menghasilkan nilai atau perilaku atau akhlak
57
mulia yang pada akhirnya akan membangun peradaban yang tinggi, seperti, sikap saling menolong, peduli
pada lingkungan dan lain-lain. Tuhan menciptakan manusia bukan hanya terdiri dari unsur fisik saja
melainkan unsur rahani juga. Keduanya telah diakui eksistensinya, keduanya juga membutuhkan asupan tersendiri. Jika tubuh manusia membutuhkan
makanan untuk bertahan hidup dan berkembang, pakaian dan papan untuk berlindung, maka jiwa manusia membutuhkan sebuah kepercayaan yang benar
untuk memenuhi kebutuhannya. Sangat jelas bahwa aspek hifzd din sangat penting dalam
pembangunan. Karena dengan menjadikan kepercayaan atau agama sebagai unsur penting dalam pembangunan telah menjadikan pembangunan sebagi
konsep yang utuh, yakni meliputi kebutuhan manusia baik fisik maupun non- fisik.
b. Urgensi Menjaga Kehidupan an-nafs, Akal hifdz „aql, Keturunan an-
nasl, dan Harta al-mal Manusia diciptakan Tuhan ke muka bumi tidak lain untuk menjadi
khalifah. Tugas utama khalifah adalah untuk memakmurkan bumi. Memakmurkan dalam pembahasan ini sama pengertiannya dengan
57
Al- Ghazali dalam kitab Ihya „Ulumuddin mendefinisikan akhlak adalah suatu perangai
watak, tabiat yang menetap kuat dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perbuatan- perbuatan tertentu dari dirinya, secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan atau atau direncanakan
sebelumnya
pembangunan. Sedangkan pembangunan sangat tergantung pada kualitas manusia itu sendiri, atau menurut Ibn Khaldun “bangkit dan runtuhnya suatu
peradaban tergantung kualitas manusia.” Sehingga pembangunan yang berlandaskan prinsip
maqasid syari‟ah seharusnya mengutamakan keselamatan hidup manusia. Pembangunan harus
mengutamakan ketersediaannya kebutuhan hidup. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi baik oleh individu maupun
kelompok sosial. Para fuqaha telah membagi kebutuhan kedalam tiga kategori, yaitu, kebutuhan pokok dharuriyyat, kebutuhan sekunder
hajjiyat, dan kebutuhan tersier tahsiniat. Semua ini, seperti yang didefinisikan oleh fuqaha‟, mengacu pada barang dan jasa yang membuat
perbedaan nyata dalam kesejahteraan manusia dengan memenuhi kebutuhan tertentu, mengurangi kesulitan, atau memberikan kenyamanan.
58
Penyelenggara pembangunan harus mengutamakan pemenuhan kebutuhan dengan meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi, menjamin
tersedianya lapangan kerja, jaminan kesehatan, dan jaminan keamanan. Karena esensi maqasid syari‟ah bukan hanya pembangunan fisik yang
dihitung dengan tingkat PDB ataupun pedapatan perkapita, namun lebih mengutamakan kualitas hidup manusia. Untuk mengetahui kinerja dari faktor
58
M Umer Chapra, The Islamic of Development in the Light of Maqasid Al- Shari‟ah, Jeddah
Islamic Research and Training Institute, IDB 2007, hal. 20
perlindungan hidup hifdz nafs bisa dihitung dengan menggunakan Angka Harapan Hidup atau Life Expectancy Index.
59
Perlindungan terhadap akal hifdz „aql menjadi alat pengganda
kualitas hidup manusia. Sejatinya manusia tidak memiliki instrument alami untuk mempertahankan hidupnya. Manusia tidak seperti macan yang diberi
kecepatan lari dan taring yang kuat untuk memangsa, jerapah diberi leher yang panjang karena kebutuhannya akan daun yang muda. Manusia hanya
diberi akal sebagai bekal mempertahankan diri. Hal ini menjadi alasan mengapa
syari‟ah harus menjaga akal. Menjaga dalam konteks ini berarti mengembangkan akal dan salah
satu caranya adalah melalui pendidikan yang baik. Pendidikan harus melakukan tujuan ganda. Pertama, harus mencerahkan anggota masyarakat
tentang pandangan dunia dan nilai-nilai moral Islam serta misi mereka di dunia ini sebagai khalifah Allah. Kedua, harus memungkinkan mereka untuk
tidak hanya melakukan pekerjaan mereka secara efisien dengan bekerja keras dan teliti, tetapi juga harus memperluas pengetahuan dan basis teknologi
masyarakat. Tanpa meningkatkan moral, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan mereka serta peningkatan basis teknologi, tidak mungkin untuk
59
Humayon A Dar and Saidat F. Otiti, Construction of an Ethics-augmented Human Development Index with a Particular Reference to the OIC Member Countries, Economics Research
Paper no. 02-14: Loughborough University 2002 hal. 13
mempercepat dan mempertahankan pembangunan.
60
Untuk mengukur kinerja dari menjaga akal
hifdz „aql dapat diukur dengan menggunakan tingkat melek huruf, tingkat pendidikan, dan tingkat penguasaan tekhnologi.
Jika masyarakat memiliki tingkat pendidikan dan penguasaan tekhnologi yang tinggi maka produktivitas masyarakat akan meningkat.
Peningkatan ini akan menyebabkan penghasilan meningkat juga. Pendapatan yang meningkat memungkinkan masyarakat melakukan transaksi yang tinggi
untuk memiliki barang-barang yang diinginkan. Maka yang penting selain peningkatan pendapatan adalah perlindungan terhadap harta hifdz mal.
Perlindungan diimplementasikan dalam bentuk kebebasan untuk memiliki sesuatu atau diakuinya hak milik. Pengakuan hak milik akan menjadi insentif
bagi seseorang untuk lebih giat bekerja. Sebaliknya jika hak milik tidak diakui dan tidak dilindungi maka semangat untuk bekerja akan pudar.
Walaupun kebebasan hak milik dijamin dalam ajaran islam namun cara-cara memperolehnya harus sesuai dengan syariat. Selain itu, dalam ajaran
islam sangat ditekankan bahwa kekayaan tidak boleh hanya berputar pada orang yang kaya saja.
61
Kekayaan harus disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan dengan akad yang telah disepakati sebelumnnya. Karena
60
M Umer Chapra, The Islamic of Development in the Light of Maqasid Al- Shari‟ah, Jeddah
Islamic Research and Training Institute, IDB 2007, hal. 19
61
M Umer Chapra, The Islamic of Development in the Light of Maqasid Al- Shari‟ah, Jeddah
Islamic Research and Training Institute, IDB 2007, hal. 24
penumpukan kekayaan pada orang-orang tertentu saja akan menimbulkan kecemburuan sosial yang berakibat pada ketegangan antar masyarakat.
Untuk mempertahankan generasinya makhluk hidup secara kodrati melakukan proses reproduksi uktuk melahirkan generasi baru menggantikan
generasi lama atau menambah jumlah spesiesnya. Tentunya perlindungan keturunan hifdz nasl dalam konsep
maqasid syari‟ah bukan berarti hanya menyangkut reproduksi semata. Memang diantaranya diatur masalah
pernikahan untuk menjaga silsilah kekeluargaan yang jelas. Pemahaman menjaga keturunan seharusnya dimaknai lebih luas lagi
mengingat eksistensi manusia tidak hanya bergantung dari lahirnya keturunan baru, namun lebih bagaimana mempersiapkan generasi selanjutnya agar lebih
siap menghadapi hidup, karena tantangan zaman yang semakin sulit. “Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
kesejahteraan mereka.” Qs : An-Nisa‟: 9. Firman Allah tersebut memerintahkan kepada kita sebagai individu maupun sebagai kelompok
masyarakat atau negara untuk mempersiapkan generasi penerus sebaik mungkin. Generasi yang tercukupi kebutuhan sandang, pangan, dan papan,
memiliki keimanan kuat ditopang oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sehat jasmani, dan memiliki warisan yang cukup.
Lebih luas lagi bahwa menjaga keturunan berarti harus mengacu pada pembangunan yang berkelanjutan sustainable development. Berkelanjutan
memiliki makna
kemampuan sebuah
sistem atau
proses untuk
mempertahankan dirinya sendiri tanpa batas, sehingga pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan kualitas manusia, sosial, dan ekonomi
yang mampu mempertahankan keharmonisan alam tanpa batas dalam sistem semesta alam.
62
Terjaganya lingkungan akibat dari ekploitasi alam yang berlebihan dan pencemaran akan membuat pembangunan semakin
sustainable.