Prinsip Utama dalam Ekonomi Pembangunan Islam

mana mereka tidak memiliki kontrol, sehingga meraka tidak bertangung jawab terhadap apa yang terjadi disekeliling mereka dan tidak perlu khawatir dengan ketidak adilan yang terjadi. 32 Akan tetapi, jika keyakinannya bahwa manusia dan apapun yang dimilikinya diciptakan oleh Maha Pencipta dan mereka bertanggung jawab kepada-Nya, mereka mungkin tidak menganggap diri mereka benar-benar bebas untuk berkehendak sesuka hati atau seperti pion yang tak berdaya di papan catur sejarah. Lebih dari itu, mereka memiliki misi yang harus dijalankan, dan harus memanfaatkan sumber daya yang terbatas, serta saling peduli satu sama lain dan lingkungannya dalam rangka menjalankan misinya. 33 Oleh karena cara pandang sangat mempengaruhi hasil akhir dari suatu sistem yang diterapkan maka Islam harus memiliki pandangan-dunia yang holistik mencangkup unsur kemanusian dan ketuhanan. Menurut Chapra prinsip utama dalam ekonomi pembangunan Islam adalah tauhid, khilafah, dan „adalah. Sementara menurut Khurshid Ahmad prinsip utama atau landasan filosofi ekonomi pembangunan Islam ada empat 4 yaitu; tauhid, rububiyyah, khilafah, dan tazkiyah. Sedangkan Aidit Ghazali 1990 dalam bukunya “Development: An Islamic Perspective” membagi filosofi dasar menjadi lima 5 yaitu; tauhid uluhiyah, tauhid rububiyyah,khilafah, tazkiyyah 32 Umer Chapra, Islam and Economic Development, Islamabad Islamic Reseach Institute Press : 1993. Hal. 33 Ibid an-nas, dan al-falah. Walaupun terdapat beberapa perbedaan namun pada dasarnya memiliki persamaan sumber yaitu Qur‟an dan Hadits dan juga tujuan yang sama yakni maqa shid syari‟ah. Prinsip-prinsip ekonomi pembangunan dalam Islam yaitu; 34 1. Tauhid Ulihiyyah, yaitu percaya pada Kemahatunggalan Allah dan semua yang di alam semesta merupakan kepunyaan-Nya. Dalam konteks upaya pembangunan manusia harus sadar bahwa semua sumber daya yang tersedia adalah kepunyaan-Nya sehingga tidak boleh hanya dimanfaatkan untuk pemenuhan kepentingan pribadi. 2. Tauhid Rububiyyah, yaitu percaya bahwa tuhan sendirilah yang menenrukan keberlanjutan dan hidup dari ciptaanya serta menurut siapa saja yang percaya kepada-Nya kepada kesuksesan. Dalam konteks upaya pembangunan, manusia harus sadar bahwa pencapaian tujuan-tujuan pembangunan tidak hanya bergantung pada upayanya sendiri, tetapi juga pada pertolongan Tuhan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Pada satu titik ekstrem, sikap fatalistic tidak dibenarkan sementara pada titik ekstrem lainnya, kepercayaan sepenuhnya pada upaya-upaya manusia sendiri dianggap tidak adil bagi Sang Pencipta. 3. Khilafah, yaitu peranan manusia sebagai wakil Tuhan di bumi. Di samping sebagai wakil atas segala sumber daya yang diamanatkan 34 Mudrajat Kuncoro, Ph.D, Masalah, Kebijakan, dan Politik: Ekonomika Pembanguan, Jakarta : Penerbit Erlangga2010 hal. 23-24 kepadanya, manusia yang beriman juga harus menjalankan tanggung jawabnya sebagai pemberi teladan atau contoh yang baik bagi manusia lainnya. 4. Tazkiyyah an-nas, ini merujuk kepada pertumbuhan dan penyucian manusia sebagai prasyarat yang diperlukan sebelum manusia menjalankana tanggung jawab yang ditugaskan kepadanya. Manusia adalah agen perubahan dan pembangunan agent of change and development. Oleh karena itu, perubahan dan pembangunan apa pun yang terjadi sebagai akibat upaya manusia ditujukan bagi kebaikan lain dan tidak hanya bagi pemenuhan kepentingan pribadi. 5. Al-falah, yaitu konsep keberhasilan dalam Islam bahwa keberhasilan apa pun yang dicapai di kehidupan dunia akan mempengaruhi keberhasilan di akhirat sepanjang keberhasilan yang dicapai semasa hidup di dunia tidak menyalahi petunjuk atau bimbingan yang telah Tuhan tetapkan. Oleh karena itu, tidak ada dikotomi di antara upaya-upaya bagi pembangunan di dunia ataupun persiapan bagi kehidupan akhirat. 6. „Adalah, tanpa disertai keadilan sosio-ekonomi, persaudaraan yang merupakan satu bagian integral dari konsep-konsep sebelumnya akan tetap menjadi konsep yang tidak memiliki substansi. Rasulullah sangat tegas dalam menghadapi perihal keadilan, bahkan Rasulullah menyamakan ketidakadilan dengan dzulm “kegelapan mutlak”. Ibnu Taimiyah juga menegaskan akan pentingnya keadilan. “Tuhan menegakkan negeri yang adil meskipun kafir, tetapi tidak menegakkan negeri yang tidak adil meskipun beriman. 35 Sementara untuk mewujudkan keadilan tersebut setidaknya harus dilakukan dengan cara ; 1 pemenuhan kebutuhan, 2 penghasilan yang diperoleh dari sumber yang baik, 3 distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil, 4 pertumbuhan dan stabilitas. 36

E. Tantangan Pembangunan dan Indikator Pembangunan

1. Tantangan Pembangunan

Tantangan dalam pembangunan di manapun dan dalam sistem apapun hampir semuanya memiliki permasalahan yang sama, yaitu; kemiskinan, ketimpangan pendapatan, pengangguran, kerusakan lingkungan, ketimpangan pembangunan, dan kerusakan moral masyarakat. a. Kemiskinan Kemiskinan adalah akar kata dari miskin dengan awalan ke dan akhiran an yang menurut kamus bahasa Indonesia mempunyai persamaan arti dengan kefakiran yang berasal dari asal kata fakir dengan awalan ke dan akhiran an. Dua kata tersebut seringkali juga disebutkan secara bergandengan; fakir miskin dengan pengertian orang yang sangat kekurangan. Al- Qur‟an memakai beberapa kata dalam menggambarkan kemiskinan, yaitu faqir, miskin, al-sail, dan al-mahrum,tetapi dua kata 35 M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, Surabaya : Risalah Gusti 1999 hal. 229- 230 36 Ibid. hal 230 yang pertama paling banyak disebutkan dalam ayat al- Qur‟an. Kata fakir dijumpa dalam al- Qur‟an sebanyak 12 kali dan kata miskin disebut sebanyak 25 kali, yang masing-masing digunakan untuk pengertian yang hampir sama. 37 b. Ketimpangan Ketimpangan dibagi menjadi dua, ketimpangan pendapatan dan ketimpangan pembangunan antar daerah. Ketimpangan pendapatan adalah kesenjangan dalam distribusi pendapatan antara antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi masyarakat dan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Sedangkan penyebab ketimpangan pembangunan antar daerah adalah konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu, misalnya di Indonesia pembangunan lebih terpusat di pulau jawa tepatnya Jakarta. Ekonomi daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi tinggi cenderung tumbuh pesat. Sedangkan daerah dengan tingkat ekonomi yang rendah cenderung mempunyai tingkat pembanguan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. c. Pengangguran Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan 37 M Amin Abdullah, Usaha Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional Ditinjau dari Agama, diakses dari www.aminabd.wordpress.com diakses pada tanggal 23 Maret 2014