maka anak lahir hidup akan mengalami kenaikan sebesar 1,08292E-06 satuan. Semakin tinggi status sosial ekonomi keluarga akan berpengaruh terhadap tingkat
kesehatan dan gizi keluarga kearah yang lebih baik yang pada akhirnya akan meningkatkan kesuburan. Dengan demikian tingkat fertilitas menjadi lebih tinggi
dan tingkat kematian bayi menurun. Sehingga dengan tingkat ekonomi yang tinggi akan mampu membiayai anak yang lebih banyak, baik untuk biaya hidup
maupun biaya pendidikan. Teori mikroekonomi mengenai fertilitas menyatakan bahwa semakin tinggi penghasilan keluarga, semakin tinggi pula keinginan untuk
mempunyai anak Todaro,1994:220.
6. Pengaruh Status Pekerjaan terhadap Fertilitas
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, status pekerjaan berhubungan positif terhadap jumlah kelahiran anak rata-rata tiap keluarga. Berarti wanita yang
tidak bekerja mempunyai rata-rata jumlah anak lahir hidup yang relatif lebih tinggi daripada wanita yang bekerja.
Berdasarkan hasil analisis uji satu sisi Uji-F analisis regresi linear berganda secara bersamaan status pekerjaan berpengaruh secara signifikan
terhadap fertilitas. Hal ini didukung dari hasil uji dua sisi uji-t analisis regresi berganda dimana diperoleh nilai t-hitung sebesar 4,340 lebih besar daripada nilai
t-tabel = 1,99 sehingga secara parsial status pekerjaan berpengaruh secara signifikan terhadap fertilitas.
Selain itu variabel status pekerjaan mempunyai koefisien regresi sebesar 0,569256 yang berarti mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah kelahiran
anak. Apabila jumlah wanita yang tidak bekerja naik sebesar 1 orang maka anak
lahir hidup akan mengalami kenaikan sebesar 0,569256 satuan. Seorang wanita yang bekerja tentu sangat direpotkan dalam membagi waktu antara kerja dengan
kepentingan keluarga dibandingkan mereka yang tidak bekerja. Selain itu seorang wanita yang bekerja intensitas untuk bertemu dengan pasangan suami akan
menurun dan tentu saja berpengaruh terhadap kondisi fisik. Hal ini akan berlanjut terhadap menurunnya intensitas hubungan seksual antara suami istri yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap penurunan jumlah kelahiran anak..
7. Pengaruh Umur Kawin Pertama terhadap Fertilitas
Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, umur kawin pertama berhubungan negatip terhadap jumlah kelahiran anak rata-rata tiap keluarga,
berarti semakin tua umur kawin pertama semakin sedikit kesempatan untuk memperoleh anak dalam jumlah banyak.
Berdasarkan dari hasil uji satu sisi Uji F analisis regresi linear berganda secara bersamaan umur kawin pertama berpengaruh secara signifikan
terhadap fertilitas. Dari hasil uji dua sisi uji-t analisis regresi linear berganda didapatkan nilai t-hitung sebesar –2,254 lebih kecil daripada nilai t-tabel = -1,99
sehingga secara parsial umur kawin pertama berpengaruh secara signifikan terhadap fertilitas.
Selain itu variabel umur kawin pertama mempunyai koefisien regresi sebesar –0,042641 yang berarti berpengaruh negatif terhadap jumlah kelahiran
anak. Apabila umur kawin pertama naik sebesar 1 tahun maka jumlah anak lahir hidup akan turun sebesar 0,042641 satuan. Jadi semakin meningkat umur kawin
pertama akan semakin menurun tingkat fertilitas, karena kesuburan seorang
wanita berhubungan erat dengan umurnya. Semakin tua usia kawin pertama akan semakin singkat masa reproduksi yang baik dan sehat. Selain itu resiko kehamilan
pada usia tua sangat besar yang bisa menyebabkan kematian ibu dan bayi.
8. Pengaruh Mortalitas Bayi terhadap Fertilitas