Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun

(1)

PERILAKU IBU PRIMIPARA DALAM MERAWAT BAYI

BARU LAHIR di KELURAHAN SUKARAJA KECAMATAN

MEDAN MAIMUN

SKRIPSI

Oleh

Erpinaria Saragih 081121040

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Nama Mahasiswa : Erpinaria Saragih

Nim : 081121040

Fakultas : Keperawatan

Tahun : 2009

Tanggal Lulus :

Pembimbing Penguji I

Erniyati, S.Kp, MNS Siti Saidah, S.Kp,M.Kep.Sp.Mat

NIP 19671208 199903 2001 NIP 19750327 200012 2001

Penguji II

Ellyta Aizar, SKp

NIP 19741013 200012 2001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Desember 2009 Pembantu Dekan I FKep USU

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun ”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada ibu Erniyati, S.Kp.MNS selaku dosen pembimbing dan sekaligus sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan sumbangan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapakn terima kasih kepada Bapak dr.Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Wan Azmi AP selaku Lurah Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun beserta seluruh staf pegawai Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun yang telah memberikan waktu dan tempat melaksanakan penelitian ini dan kepada Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Terkhusus buat Ibunda tercinta Mantaria br Sipayung, yang telah memberikan dorongan moril dan semangat yang tidak ternilai, terima kasih yang tak terhingga atas segala doa dan kasih sayang yang telah diberikan. Istimewa buat pacarku tercinta Sudarsono Purba, SP yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta semangat yang tidak ternilai harganya, juga yang tak pernah berhenti


(4)

memberi dorongan dalam menghadapi semua permasalahan dan yang menjadi alasan bagi saya untuk terus maju dan berusaha, terima kasih yang tak terhingga atas segala doa, cinta dan kasih sayang yang telah diberikan. Kepada kakak dan abangku yang tersayang yang memberikan dukungan dan motivasinya. Sahabat-sahabat terbaikku “ Leli, Dame, Ratna dan Sr. Benedicta beserta seluruh teman-temanku mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Jalur B stambuk 2008 yang telah memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.

Medan, Desember 2009 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Lembar Pengesahan ... ii

Ucapan Terima kasih ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema... viii

Abstrak ... ix

BAB 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 4

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Perilaku ... 6

2.1.1. Defenisi Perilaku ... 6

2.1.2. Klasifikasi Perilaku ... 6

2.1.3. Faktor-faktor yang Berperan dalam Pembentukan Perilaku ... 8

2.1.4. Domain Perilaku ... 9

2.2. Adaptasi Kehidupan Ekstra Uteri ... 13

2.2.1. Permulaan Respirasi ... 14

2.2.2. Perubahan Sirkulasi ... 14

2.2.3. Thermoregulasi ... 15

2.2.4. Adaptasi sistem Gastrointestinal ... 15

2.3.Perawatan Bayi Baru Lahir ... 17

2.3.1. Perawatan kulit ... 17

2.3.2. Memandikan bayi ... 17

2.3.3. Merawat tali pusat ... 19

2.3.4. Mengganti popok ... 19

2.3.5. Menyusui bayi ... 21

2.3.6. Imunisasi ... 24

BAB 3. Kerangka Konsep Penelitian 3.1Kerangka Konsep Penelitian ... 25


(6)

BAB 4. Metodologi Penelitian

4.1. Desain Penelitian ... 27

4.1. Populasi dan Sampel ... 27

4.2.1 Populasi ... 27

4.2.2 Sampel ... 27

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.4. Pertimbangan Etik ... 28

4.5. Instrumen Penelitian ... 29

4.5.1. Kuesioner Penelitian ... 29

4.5.2. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 30

4.6.Pengumpulan Data ... 30

4.7.Analisa data ... 31

BAB 5. Hasil dan Pembahasan 5.1. Hasil Penelitian ... 33

5.2. Pembahasan ... 37

BAB 6. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan ... 40

6.2. Saran ... 41

Daftar Pustaka... 43

Lampiran-lampiran 1.Lembar persetujuan menjadi responden... ... 46

2.Jadwal Penelitian... ... 47

3.Taksasi Dana... 48

4.Instrumen Penelitian... . 49


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden

(n=20) 34

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan perilaku

Ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir 35 Tabel 5.3. Distribusi kategori perilaku responden berdasarkan karakteristik


(8)

DAFTAR SKEMA


(9)

Judul : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

Peneliti : Erpinaria Saragih Program : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009

ABSTRAK

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.Perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir adalah keseluruhan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2009 dengan desain penelitian deskriptif dengan tehnik pengambilan sampel total sampling yaitu bahwa yang menjadi responden adalah ibu primipara yang memiliki bayi yang berusia dibawah 1 tahun sebanyak 20 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu primipara memiliki perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir (90%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan, khususnya yang berkaitan dengan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.


(10)

Judul : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

Peneliti : Erpinaria Saragih Program : S1 Keperawatan Tahun Akademik : 2008/2009

ABSTRAK

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.Perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir adalah keseluruhan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2009 dengan desain penelitian deskriptif dengan tehnik pengambilan sampel total sampling yaitu bahwa yang menjadi responden adalah ibu primipara yang memiliki bayi yang berusia dibawah 1 tahun sebanyak 20 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu primipara memiliki perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir (90%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan, khususnya yang berkaitan dengan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup (Hincllif, 1999). Angka ini merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa. Tingginya angka kematian bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal kurang baik, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut.

SUSENAS (2005) menunjukkan bahwa AKB di Indonesia adalah 35 bayi per 1000 kelahiran hidup, sedangkan AKB di propinsi Sumatera Utara mencapai 44 bayi per 1000 kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa AKB di propinsi Sumatera Utara masih di atas angka rata-rata nasional. Padahal pada tahun 2015 Indonesia telah menargetkan AKB menurun menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran hidup (Syafei, dikutip dari kompas 2008).

Rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS) Indonesia 2001-2010, dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010, mempunyai visi “ Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman dan bayi yang dilahirkan hidup sehat”. Sedangkan salah satu misi MPS adalah mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Perlu adanya program kesehatan ibu dan bayi baru lahir (BBL) yang dapat menurunkan AKB (Syafei, dikutip dari kompas 2008).

Periode BBL (neonatal) adalah masa 28 hari pertama kehidupan manusia. Pada masa ini terjadi proses penyesuaian sistem tubuh bayi dari kehidupan intra uteri ke kehidupan


(12)

ekstra uteri. Masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian karena pada masa ini terdapat mortalitas paling tinggi (Rudolf, 2006). Penyebab kematian bayi ini adalah berat badan lahir rendah, asfiksia, tetanus, infeksi dan masalah pemberian Asi (Syafei, dikutip dari kompas 2008).

Bayi normal yang dilahirkan di rumah sakit maupun di klinik bersalin biasanya hanya mendapat perawatan selama 2-3 hari. Perawatan selanjutnya di rumah sepenuhnya dilakukan oleh ibu. Bagi ibu yang pertama kali melahirkan, merawat bayi baru lahir merupakan hal yang tidak mudah. Walaupun demikian setiap ibu harus mengetahui cara perawatan bayi secara benar dan sehat karena hal tersebut merupakan syarat mutlak sebagai orangtua (Pudjiaji, 1992). Perilaku ibu dalam melakukan perawatan bayi baru lahir dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh ibu yang didapat dari orangtuanya (tradisi), tenaga kesehatan dan media cetak. Dengan demikian perilaku ibu dalam merawat bayi baru lahir sangat menentukan kesehatan bayinya.

Salah satu akses untuk mengatasi masalah perawatan bayi baru lahir adalah melalui pelayanan-pelayanan kesehatan yang banyak dijangkau oleh masyarakat pengguna yang mengadakan program peningkatan perilaku ibu tentang perawatan yang aman dan tepat bagi bayi baru lahir. Fenomena yang terlihat di kota Medan bahwa masyarakat ekonomi menengah ke bawah untuk kebutuhan pelayanan persalinan dan perawatan bayi baru lahir banyak menggunakan klinik bersalin. Program yang dapat mengkondisikan perilaku ibu untuk dapat melakukan perawatan bayi baru lahir yang aman dan tepat seharusnya sudah menjadi salah satu kebijakan pemerintah untuk menjamin terwujudnya perilaku sehat dan peningkatan derajat kesehatan bayi baru lahir (Barbara, 2002). Keberhasilan program peningkatan perilaku ibu acuannya disesuaikan dengan kondisi awal perilaku yang akan


(13)

diubah tentang perawatan BBL sehingga perlu diketahui bagaimana gambaran perilaku ibu dalam perawatan BBL.

Dengan mengintegrasikan defenisi perilaku menurut Notoatmodjo (2003) dapat diketahui bahwa perilaku ibu dalam perawatan bayi baru lahir dapat dipelajari. Perilaku ibu dalam perawatan BBL merupakan perilaku ibu untuk mempertahankan kesehatan bayinya. Perilaku ibu dalam perawatan BBL yang kurang baik dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi, selain itu dapat juga menyebabkan kesakitan dan bahkan kematian pada bayi. Dengan demikian perilaku ibu yang baik dalam perawatan bayi diharapkan dapat membantu mengurangi angka kesakitan pada bayi sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahreni (2006) bahwa pendidikan kesehatan efektif terhadap perubahan perilaku ibu primipara dalam perawatan tali pusat bayinya.

Medan merupakan ibukota propinsi Sumatera Utara yang masih memiliki daerah kumuh. Diantaranya adalah pemukiman di wilayah pinggiran sungai Deli yang mencakup Kelurahan Sukaraja yang terdapat di tengah kota Medan. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa sebagian besar penduduknya adalah masyarakat urban yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah dan tempat tinggal dengan bangunan yang semi permanen serta tingkat pendidikan yang masih rendah. Akses pelayanan kesehatan yang terdekat yang sering digunakan oleh penduduk di daerah ini adalah klinik bersalin Sam, klinik bersalin Wina dan klinik bersalin Dona.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa perlu untuk melakukan suatu penelitian untuk mendapatkan gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.


(14)

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat BBL di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat BBL di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun?

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Riset Keperawatan

Hasil penelitian dapat menjadi informasi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat BBL.

1.4.2. Praktek dan Pendidikan Keperawatan Maternitas

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan pengetahuan mengenai pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir sehingga akan memperkaya pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Defenisi Perilaku

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.

Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (dikutip dari Notoatmodjo, 2003).

Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon.

2.1.2. Klasifikasi perilaku

Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a). Perilaku tertutup

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas.


(16)

b). Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.

Menurut Notoatmodjo (1993) bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.

2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk perilaku manusia yang ada di dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri dari, lingkungan pertama adalah lingkungan alam yang bersifat fisik dan akan mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan alam tersebut. Sedangkan lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku manusia.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behaviour) menurut Becker (1979, dikutip dari Notoatmodjo, 2003) sebagai berikut:

1. Perilaku kesehatan, yaitu tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.


(17)

2. Perilaku sakit, yakni segala tindakan seseorang yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya termasuk juga pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut.

3. Perilaku peran sakit, yakni segala tindakan seseorang yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.

2.1.3. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku

Menurut Notoatmodjo (1993) faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1. Faktor internal

Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut:

a. Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda.

b. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.

c. Penguatan positif/ positive reinforcement menyebabkan satu perilaku tertentu cenderung untuk diulang kembali.

d. Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak menyenangkan.


(18)

2. Faktor eksternal

Faktor-faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang disajikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2003) menurut Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni :

1. Faktor predisposisi (predisposing faktor).

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dfan sebagainya.

2. Faktor pemungkin (enabling faktor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.

3. Faktor penguat (reinforcing faktor)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, suami dalam memberikan dukungannya kepada ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

2.1.4. Domain Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku dalam tiga domain yaitu terdiri dari domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor. Dalam


(19)

perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk pengukuran hasil maka ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan (Dikutip dari Notoatmodjo, 1993). Tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti domain kognitif dan domain psikomotor.

a). Pengetahuan (Kognitif)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan suatu domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang. Suatu penelitian mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mampu bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Notoatmodjo, 1993).

Sebelum orang berperilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yang dimulai dari kesadaran adanya stimulus kemudian ada rasa tertarik. Setelah itu terjadi pertimbangan dalam batin bagaimana dampak negatif positif dari stimulus. Hasil pemikiran yang positif akan membawa subyek untuk memulai mencoba dan akhirnya dalam dirinya sudah terbentuk suatu perilaku baru. Adopsi perilaku yang didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif terhadap stimulus akan membentuk perilaku baru yang mampu bertahan lama (Notoatmodjo, 1993).

Menurut Notoatmodjo (1993) domain kognitif pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yaitu:


(20)

1.Tahu (Know)

Yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2.Memahami ( Comprehension)

Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Kata kerja yang biasa dipakai menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek dan sebagainya.

3.Aplikasi (Aplication)

Yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah.

4.Analisis (Analysis)

Yaitu suatu kemampuan untuk untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya dapat menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, mengelompokkan dan sebagainya.

5.Sintetis (Syntetis)

Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian informasi sebagai suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat


(21)

menyusun, dapat merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6.Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

b). Tindakan (Practice)

Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi ( Notoatmodjo, 1993).

Tindakan atau perilaku kesehatan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

Adapun tingkatan-tingkatan dalam tindakan atau praktek adalah: 1. Persepsi (Percepion)

Yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.


(22)

Yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoption)

Yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.2. Adaptasi Kehidupan Ekstra Uteri

Neonatus adalah bayi baru lahir, khususnya bayi yang berusia dibawah 1 bulan. Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi dilahirkan, selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Periode neonatal merupakan saat yang paling berbahaya bagi bayi (Hinchliff, 1999). Bayi harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri (Gorrie et al, dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

Masa transisi dari periode fetus ke kehidupan baru lahir merupakan periode kritis karena mereka harus beradaptasi terhadap lingkungan baru. Mekanisme hemodinamik dan thermoregulasi mendukung keberhasilan beradaptasi dengan lingkungan ekstra uteri (Simpson & Creehan, dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).


(23)

Pernafasan awal memungkinkan terjadi karena adanya perangsangan pada pusat nafas di medula oblongata oleh faktor kimia, thermal/ sensori dan mekanis. Saat lahir infant berpindah dari lingkungan yang hangat, dari dalam cairan amnion uterus ke lingkungan yang suhunya sekitar 20 0F lebih dingin. Serabut saraf sensori yang ada dikulit berespon terhadap perubahan suhu yang mendadak ini dengan mengirimkan impuls ke otak untuk menstimuli pernafasan. Respirasi selanjutnya ( setelah RR awal) dipertahankan dengan adanya surfaktan, cairan sisa yang masih ada di dalam paru (alveoli), berpindah kedalam rongga interstitial ( paru), dan akan diabsorbsi kedalam sistem sirkulasi & limfatik. Absorbsi terjadi dalam beberapa jam sampai paling lama 24 jam. Pada BBL yang lahir dengan SC jumlah cairan sisa mungkin lebih banyak terutama pada 6 jam pertama kelahiran dibanding BBL yang lahir pervaginam.

2.2.2. Perubahan sirkulasi

Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi selanjutnya. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat diklem adalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik. Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah paru terbuka. Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik, tetapi menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah di sisi kiri jantung menyebabkan foramen ovale menutup. Duktus arteriosus yang mengalirkan darah plasenta teroksigenasi ke otak dalam kehidupan janin sekarang tidak lagi diperlukan. Dalam 48 jam duktus itu mengecil dan secara fungsional menutup akibat penurunan kadar prostaglandin E2 yang sebelumnya disuplai oleh plasenta.


(24)

Bayi baru lahir dilahirkan dengan nilai konsentrasi hematokrit/hemoglobin yang tinggi. Konsentrasi hemoglobin normal memiliki rentang dari 13,7-20gr/dl.

2.2.3. Thermoregulasi

Suatu tugas penting lain infant adalah berhubungan dengan thermoregulasi, mempertahankan suhu tubuh. Neonati harus memproduksi dan mempertahankan panas yang cukup untuk mencegah stres dingin, dimana hal ini dapat merupakan efek serius dan fatal. Proses kehilangan panas dapat terjadi dengan cara evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi. Pada BBL thermoregulasi dengan menggigil tidak efektif sehingga untuk memproduksi panas ada oksidasi lemak coklat (brown fat) yaitu jaringan coklat adiposa yang digunakan pada minggu-minggu pertama kehidupan dan tidak ada lagi pada infant yang lebih tua.

Suhu normal lingkungan pada untuk perawatan bayi baru lahir adalah 32-340C. 2.2.4. Adaptasi sistem gastrointestinal

Bayi baru lahir (BBL/newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan mengabsorbsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini (Gorrie,et al, dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

a. Lambung

Kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB saat lahir, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. Bising usus dalam keadaan normal dapat di dengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan sistem saraf simpatis merangsang peristaltik.


(25)

Saat lahir saluran cerna steril, sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke dalam saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan, sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir. Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds,et al., dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

b. Enzim-enzim pencernaan

Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, lemak sederhana ada pada minggu ke 36-38 usia gestasi. Lemak yang ada dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat pada susu formula, meskipun protein dan laktosa yang terdapat dalam susu bayi, keduanya dapat dicerna dengan baik (Gorrie et al., dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

c. Feses (Stools)

Feses pertama yang diekskresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau setelah lahir, jika tidak keluar dalam 36-48 jam bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi abdomen dan kemungkinan dicurigai obstruksi (Gorrie et al., dikutip dari majalah Rufaidah, 2004).

2.3. Perawatan Bayi Baru Lahir

Lingkup perawatan bayi baru lahir yang digunakan acuan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai literatur. Menurut Mc.Kinney., et al (2000) lingkup perawatan lanjut bayi baru lahir yang perlu diketahui oleh ibu dan dapat dilakukannya secara


(26)

mandiri dikelompokkan dalam 6 kategori yaitu: perawatan kulit, memandikan, perawatan tali pusat, mengganti popok, menyusui, dan imunisasi.

2.3.1. Perawatan kulit

Pada kulit bayi baru lahir dapat terjadi ruam kecil / ruam popok yang menyerupai seperti gigitan serangga. Ruam popok dikenal dengan sebutan diaper rash karena gangguan kulit ini timbul di daerah yang tertutup popok yaitu sekitar alat kelamin, bokong, serta pangkal paha bagian dalam. Tanda-tanda ruam popok adalah kulit di sekitar daerah tersebut meradang, berwarna kemerahan kadang lecet. Biasanya, ruam kulit ini membuat bayi merasa gatal dan tidak nyaman. Penyebab ruam popok biasanya karena kulit bayi lembab dan terpapar cukup lama oleh urine atau kotoran atau kulit teriritasi oleh detergen atau bahan kimia yang terdapat pada popok. Ruam kecil tersebut bisa menghilang tanpa diberi pengobatan. Ruam tersebut sebaiknya tidak perlu diberikan lotion atau cream karena dapat menimbulkan iritasi pada kulit ( Mc.Kinney, et al. 2000).

2.3.2. Memandikan bayi

Memandikan bayi adalah membersihkan tubuh bayi dari segala kotoran dengan menggunakan air dan sabun. Memandikan bayi dapat dilakukan dengan mandi rendam dan mandi dengan dilap. Adapun tujuannya adalah supaya kulit bayi bersih, bayi merasa nyaman dan dapat mencegah terjadinya infeksi kulit.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memandikan bayi menurut Johnson (2005) adalah :

a. Memandikan bayi bisa dilakukan setelah suhu tubuh bayi stabil yaitu sedikitnya 4 sampai 6 jam setelah kelahiran.


(27)

c. Penggunaan parfum, lotion, bedak dan bahan kimia lain harus dihindari karena dapat menyebabkan ruam di kulit.

Berikut adalah langkah-langkah memandikan bayi yang bisa dijadikan pedoman bagi ibu menurut Corol dan Theodora (2003) yaitu:

a. Isi ember mandi bayi dengan air hangat dengan suhu 36.5- 38 0C. Periksakehangatan air adalah dengan cara mencelupkan pergelangan tangan ibu ke dalam ember mandi tersebut.

b. Buka pakaian bayi di atas kasur atau matras.

c. Tutup bayi dengan handuk dengan cara menyilangkan handuk diatas tubuh bayi antara satu sisi dengan sisi lainnya.

d. Basuh muka bayi secara perlahan dengan lap muka, bersihkan matanya dengan lap bersih.

e. Cucilah rambutnya perlahan-lahan dengan shampo bayi dan cuci bersih dengan waslap.

f. Sabuni seluruh tubuh bayi, secara perlahan-lahan balikkan tubuh bayi hingga tangan anda mengenai dagunya, lalu sabuni punggung bayi dan bilas perlahan-lahan.

g. Pastikan semua sabun telah terbilas bersih saat anda mengangkat bayi, dan perlahan-lahan letakkan bayi diatas handuk bersih, keringkan dan senyaman mungkin pastikan ibu sudah mengeringkan bagian-bagian lipatan tubuhnya.

2.3.3. Merawat Tali Pusat

Perawatan tali pusat diperlukan untuk mencegah tali pusat menjadi media berkembangnya mikroorganisme patogen, seperti staphylococcus aureus atau clostridia. Perawatan tali pusat yang paling baik dilakukan dengan mengeringkan tali pusat dengan


(28)

kasa steril, lalu membersihkan bagian sekeliling pangkal tali pusat dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi alkohol 70%, setelah itu tali pusat dibungkus dengan kasa

steril yang kering (Suririnah, 2009). Tali pusat sebaiknya tidak dibungkus dengan balutan yang basah atau balutan yang kedap udara karena dapat menjadi media pertumbuhan kuman (Rudolf, 2006)

2.3.4.Mengganti popok

Frekuensi berkemih dan buang air besar bayi baru lahir lebih sering. Oleh karena itu popok harus diganti sesegera mungkin bila kotor, baik karena air kemih maupun kotoran. Kulit yang terkena air kemih dan kotoran harus segera dibersihkan baik dengan air, maupun lap (baby wipe). Sisa urine yang mengenai kulit dapat menimbulkan ruam terutama bila ada organisme dari feses yang memecah urea menjadi amonia. Ruam pada kulit biasanya timbul dalam bulan pertama.

Menurut Johnson (2005), alat-alat yang perlu dipersiapkan untuk mengganti popok bayi adalah popok bersih, baskom kecil / kapas cebok / lap, tempat popok kotor / keranjang, krim pelindung (jika ada). Setelah alat tersedia ibu mencuci tangan. Bila menggunakan air, tuangkan air hangat ke dalam baskom kemudian baringkan bayi di


(29)

tempat yang aman dan datar misalnya di atas kasur atau matras dan bila perlu letakkan handuk di bawah bayi. Buka pakaian bayi seperlunya untuk dapat membuka popok, setelah itu buka popok yang kotor dan letakkan di satu sisi. Dengan tangan nondominan, pegang pergelangan kaki bayi secara hati-hati, angkat sampai kakinya lurus dan bokong terangkat agar dapat dilakukan pembersihan pada area genitalia. Dengan tangan dominan, bersihkan genitalia dengan kapas cebok atau lap yang dibasahi dengan air dari arah depan ke belakang sebelum daerah perineum untuk mengurangi resiko infeksi. Buang kapas cebok atau lap, kemudian lakukan hal yang sama pada sisi lain, sampai daerah genitalia benar-benar bersih. Bersihkan lipatan pangkal paha dan paha kemudian bokong. Bila menggunakan air, tepuk-tepuk area tersebut dengan handuk sampai kering. Bila memakai krim pelindung, oleskan di area genitalia dan bokong. Letakkan popok di bawah bayi, kemudian pasang popok tersebut, kemudian pakaikan kembali pakaian bayi.

2.3.4. Menyusui Bayi

Secara alamiah menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi, hal ini menimbulkan hubungan yang sangat penting untuk pertumbuhan psikologis bayi yang sehat. Keunggulan ASI perlu ditunjang oleh cara pemberian yang benar, misalnya persiapan dan tehnik menyusui yang tepat, posisi menyusui, lama dan frekuensi menyusui. Sehingga diperlukan usaha-usaha / pengelolaan (manajemen laktasi) yang benar agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya (Soetjiningsih, 1997).


(30)

Cara terbaik dalam mempersiapkan pemberian ASI adalah keadaan kejiwaan ibu yang sedapat mungkin tenang dan tidak menghadapi banyak permasalahan. Kecemasan, ketakutan, perasaan tidak aman atau ketegangan dapat menghambat produksi ASI. Faktor-faktor tersebut merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin yang selanjutnya akan menghambat transportasi oksitosin ke dalam payudara akibatnya produksi ASI menurun (Farrer, 1999).

b. Tehnik menyusui

Tehnik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya bayi enggan menyusui. Untukl itu diperlukan pengetahuan mengenai tehnik menyusui yang benar (Hamilton, 1995).

Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar areola. Cara tersebut bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu (Soetjiningsih, 1997). Ibu duduk dengan santai dan nyaman pada kursi yang mempunyai sandaran punggung, gunakan bantal untuk mengganjal bokong bayi. Mulai menyusui dari payudara kanan dengan meletakkan kepala bayi pada siku kanan bagian dalam dengan posisi badan bayi menghadap badan ibunya. Tangan kanan memegang bokong dan paha bayi (Manuaba, 1999).

Sangga payudara kanan dengan tangan kiri, tetapi tidak di bagian areola. Sentuh mulut bayi dengan puting susu untuk memberi rangsangan. Bila bayi membuka mulut masukkan seluruh puting sebanyak mungkin sampai daerah areola tertutupi. Dekap bayi hingga ujung hidung bayi menyentuh payudara, ibu menekan sedikit payudara sehingga bayi dapat bernapas (Manuaba, 1999).


(31)

Setelah selesai menyusui kurang lebih 10-15 menit, lepaskan hisapan bayi dengan menekan sedikit dagunya atau memasukkan jari kelingking yang bersih ke sudut mulut bayi. Sebelum menyusui dengan payudara yang satu lagi, sendawakan bayi untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (Jumiarni, 1994).

Bayi disendawakan dengan cara menggendong bayi dalam keadaan tegak, bersandar ke pundak ibu, lalu tepuk-tepuk punggung bayi perlahan-lahan atau telungkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu gosok-gosok punggung bayi (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 1994).

c. Posisi menyusui

Ada beberapa posisi yang digunakan dalam menyusui. Ibu harus menemukan posisi yang paling sesuai baginya. Bayi harus berada dalam posisi yang nyaman untuk mempermudah keadaan dan tidak harus memutar kepala tau meregangkan lehernya untuk dapat menjangkau puting (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 1994).

Posisi menyusui yang biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring. Pada ASI yang memancar (penuh), posisi ibu saat menyusui dengan berbaring, bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, dan tangan sedikit menahan kepala bayi. Dengan posisi tersebut, bayi harus menghisap ASI melawan gaya berat sehingga mengurangi pancaran ASI yang deras dan bayi terhindar dari tersedak saat menyusui (Soetjiningsih, 1997).

d. Lama dan frekuensi menyususi

Bayi baru lahir harus diberi ASI setiap 2 sampai 3 jam dengan jumlah total 8 sampai 12 kali dalam 24 jam atau sesuai dengan permintaan bayi. Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand ), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya.


(32)

Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, dan sebagainya). Lama menyusui biasanya kurang lebih 10-15 menit. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan Asi dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam (Farrer, 1999).

2.3.5. Imunisasi

Setiap bayi yang lahir harus diimunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya penyakit infeksi.. Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu. Ada 2 jenis kekebalan yang bekerja dalam tubuh yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

Ada 5 jenis imunisasi dasar yang harus diberikan pada bayi yaitu BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Jadwal pemberian imunisasi pada bayi yaitu BCG diberikan 1 kali pada umur 0-11 bulan, DPT diberikan 3 kali pada umur 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu, Polio diberikan 4 kali pada umur 0-11 bulan dengan interval minimal4 minggu, Campak diberikan 1 kali pada umur 9-11 bulan, Hepatitis B diberikan 3 kali pada umur 0-11 bulan. Imunisasi yang seharusnya diberikan kepada bayi baru lahir yang terkait dengan penelitian ini adalah BCG, Polio dan Hepatitis B. (Suci, 2007)


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Keterangan:

: Diteliti : Diabaikan

Skema 1. Kerangka konsep penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Ada 2 faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku yaitu : faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu pendidikan, motivasi, persepsi, pengalaman dan faktor eksternal yaitu

Faktor internal: - Pendidikan - Motivasi - Persepsi - Pengalaman Pengetahuan ibu primipara dalam merawat BBL Tindakan ibu primipara dalam merawat BBL Faktor eksternal: - Lingkungan -Ekonomi -Kebudayaan -Informasi Tidak mendukung pemeliharaan kesehatan BBL: -Cukup -Kurang baik Sikap ibu primipara dalam merawat BBL Perilaku ibu primipara dalam merawat BBL Mendukung pemeliharaan kesehatan BBL: - Baik


(34)

lingkungan, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Peneliti akan meneliti variabel pengetahuan dan tindakan mengenai perawatan bayi baru lahir. Pengetahuan yang harus diketahui oleh ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir meliputi: perawatan kulit, memandikan, perawatan tali pusat, mengganti popok, menyusui dan imunisasi pada bayi baru lahir sedangkan tindakan yang harus diketahui oleh ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir adalah mengganti popok, memandikan, perawatan tali pusat dan menyusui.

3.2. Variabel Penelitian N

o

Variabel Defenisi Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala Ukur 1. Perilaku

merawat bayi baru lahir 1.Pengetahu an merawat bayi baru lahir. 2.Tindakan merawat bayi baru lahir.

Defenisi konseptual :

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005).

Defenisi operasional:

Perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir adalah keseluruhan pengetahuan dan tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

1.Pengetahuan ibu primipara dalam merawat

bayi baru lahir adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah ibu primipara melakukan penginderaan dalam merawat bayi baru lahir.

2.Tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir adalah respon atau reaksi konkret ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

Kuesi oner

1.Mendukung kesehatan BBL: baik (skor perilaku 39-56) 2.Tidak

mendukung kesehatan BBL: -cukup (skor perilaku 20-38) -kurang baik ( skor perilaku 0-19)

-Pengetahuan baik (skor 14-20) -Pengetahuan cukup (skor 7-13) -Pengetahuan kurang baik (skor 0-6) -Tindakan baik (skor 25-36) -Tindakan cukup (skor 13-24) -Tindakan kurang baik (skor 0-12)


(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Desain ini digunakan untuk mendapatkan gambaran perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu primipara yang memiliki bayi dan bertempat tinggal di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

4.2.2. Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

purposive sampling, dimana pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau

sifat-sifat tertentu yang ada sangkut pautnya dengan penelitian (Nursalam, 2003). Peneliti menyusun kriteria responden yaitu: ibu primipara yang memiliki bayi yang berumur di bawah 1 tahun, dapat berbahasa Indonesia serta bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara total sampling, dimana seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian (Arikunto, 2006). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 orang.


(36)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Dengan pertimbangan bahwa penduduk di daerah tersebut merupakan masyarakat urban yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah dan tempat tinggal dengan bangunan yang semi permanen serta tingkat pendidikan yang masih rendah. Selain itu daerah ini terdapat di tengah kota Medan yang merupakan salah satu kota metropolitan sehingga daerah ini dapat menjadi representatif dan belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama di daerah tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan pada November 2009.

4.4. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian mengajukan surat permohonan kepada Lurah Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan, peneliti memulai penelitian dengan menekankan masalah etik. Kepada responden yang memenuhi kriteria sampel, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, hanya nomor kode yang digunakan sehingga kerahasiaan semua informasi yang diberikan responden tetap terjaga.


(37)

4.5. Instrumen Penelitian

4.5.1. Kuesioner Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan kepustakaan tentang perawatan bayi baru lahir.

Kuesioner tentang perilaku ibu primipara mengenai perawatan bayi baru lahir terdiri dari dua bagian yaitu pengetahuan dan tindakan. Kuesioner ini terstruktur, jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup (closed-ended) menggunakan

dichotomy question (Nursalam, 2003) yaitu jenis kuesioner tertutup dengan pilihan

jawaban ya dan tidak.

Kuesioner untuk menilai pengetahuan terdiri dari 20 pernyataan dikotomi,untuk pernyataan positif jika ibu menjawab benar maka diberi nilai satu (skor ═ 1), sedangkan jika menjawab salah diberi nilai nol (skor = 0). Sedangkan untuk pernyataan negatif jika ibu menjawab benar diberi nilai nol (skor = 0) dan jika menjawab salah diberi nilai satu (skor = 1).

Kuesioner tindakan terdiri atas 36 pernyataan. Jika ibu melakukan tindakan yang sesuai dengan pernyataan maka diberi nilai 1 (skor = 1) sedangkan jika ibu tidak melakukan yang sesuai dengan pernyataan maka diberi nilai nol (skor = 0).

4.5.2. Validitas dan Reliabilitas instrumen

Peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian. Validitas instrumen diuji oleh orang yang ahli di bidangnya. Instrumen penelitian ini telah diperiksa oleh seorang praktisi akademik departemen maternitas dan


(38)

anak Fakultas Keperawatan USU dan telah dinyatakan valid. Selain itu instrumen penelitian ini juga telah diperiksa oleh praktisi kesehatan yang bekerja di Puskesmas sebagai penanggung jawab MTBS (Manajemen Terpadu Bayi Sakit) dan dinyatakan valid. Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki kelebihan yaitu pemberian instrumen kepada satu subyek studi (Dempsey & Dempsey, 2002). Menurut Polit & Hungler (1995) kuesioner akan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,7. Instrumen penelitian telah diuji dengan menggunakan bantuan komputer dengan chrombach alfa. Hasil uji reliabilitas instrumen yaitu 0,789 yang berarti kuesioner reliabel.

4.6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Setelah mendapatkan surat ijin melakukan penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, peneliti mengajukan surat kepada Lurah Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

2) Setelah mendapatkan ijin dari Lurah Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun, peneliti melakukan pendekatan dengan calon responden untuk mendapatkan persetujuannya sebagai sampel penelitian.

3) Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara pada responden yang diteliti dengan menggunakan kuesioner.


(39)

4) Peneliti menanyakan apakah calon responden bersedia dalam penelitian ini. 5) Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani surat persetujuan. 6) Responden menjawab pernyataan yang terdapat pada lembaran kuesioner sesuai

dengan petunjuk pada masing-masing bagian.

7) Mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dirasakan/ dialami/ dilakukan oleh responden.

8) Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Apabila ada yang tidak lengkap, telah diselesaikan saat itu juga.

4.7. Analisa Data

Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama mengecek kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa jawaban telah diisi, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 15.0.

Untuk menganalisa variabel perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir akan dianalisis dengan menggunakan skala ordinal dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi dan persentase dengan nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 56. Berdasarkan rumus statistika p =rentang dibagi dengan banyak kelas (Sudjana, 1992). Dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang ( nilai tertinggi dikurang nilai terendah) sebesar 56 dibagi atas tiga kategori kelas yaitu perilaku yang mendukung pemeliharaan kesehatan BBL ( baik), perilaku yang tidak mendukung pemeliharaan


(40)

kesehatan BBL (cukup dan kurang baik) maka diperoleh panjang kelas sebesar sembilan belas (19).

Dengan p = 19, dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, perilaku dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut :

0 – 19 = perilaku kurang baik 20 – 38 = perilaku cukup 39 – 56 = perilaku baik


(41)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Pengumpulan data dilakukan pada bulan November 2009 dan jumlah seluruh responden dalam penelitian ini sebanyak 20 orang.

Berikut ini dijabarkan deskripsi dan persentase karakteristik responden dan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

5.1.1. Deskripsi karakteristik responden

Pada tabel 5.1 dapat dilihat data tentang karakteristik responden yang meliputi usia, suku, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan. Data yang diperoleh menunjukkan mayoritas responden berada pada kelompok usia 20-22 tahun (n=7, 35%). Separuh responden suku Jawa (n=10, 50%), mayoritas responden beragama Islam (n=18, 90%), berpendidikan SMU/Sederajat (n=16, 80%), dan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga (n=17, 85%). Pendapatan keluarga separuhnya berada pada kisaran Rp.800.000 - Rp.1.600.000 (n=10, 50%).

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=20) Karakteristik responden Frekuensi Persentase


(42)

Usia : 17 - 19 20- 22 23 – 25 26 – 28 29 - 31

3 7 6 3 1 15 35 30 15 5 Suku : Batak Jawa Melayu Lain-lain 2 10 4 4 10 50 20 20 Agama : Islam Protestan 18 2 90 10 Pendidikan terakhir :

SD SLTP SMU/Sederajat Sarjana 2 1 16 1 10 5 80 5 Pekerjaan : Wiraswasta IRT 3 17 15 85 Penghasilan : < Rp.800.000 Rp.800.000- Rp.1.600.00 >Rp.1.600.000 8 10 2 40 50 10

5.1.2. Deskripsi perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku baik (n=18, 90%) dan sebagian kecil memiliki perilaku cukup (n=2,


(43)

10%). Perilaku baik ini didukung oleh tindakan yang baik dari ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir tetapi tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir

Perilaku ibu primipara dalam merawat BBL Frekuensi Persentase

Pengetahuan : Baik 6 30

Cukup 14 70

Tindakan : Baik 20 100

Cukup 0 0

Perilaku : Baik 18 90

Cukup 2 10

5.1.3. Kategori perilaku responden berdasarkan karakteristik responden

Dari hasil penelitian pada tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar responden yang memiliki perilaku baik berada dalam rentang usia 20-35 tahun (n=16,80%) berpendidikan SMU/Sederajat (n=16, 80%) dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (n=15, 75%).

Tabel 5.3. Distribusi kategori perilaku responden berdasarkan karakteristik responden

Karakteristik responden Perilaku

Cukup Baik

Usia: <20 tahun 1 2

20-35 tahun 1 16


(44)

SMU/Sederajat 0 16

SLTP 0 1

SD 2 0

Pekerjaan : IRT 2 15

Wiraswasta 0 3

5.2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini dijabarkan hasil penelitian tentang perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir (n=18, 90%) dan perilaku cukup (n=2, 10%). Dari hasil penelitian terhadap tindakan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir terlihat bahwa hampir seluruh tindakan dilaksanakan dengan benar, namun tindakan tersebut tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai. Dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki skor pengetahuan dalam merawat bayi baru lahir rendah sedangkan skor tindakan dalam merawat bayi baru lahir tinggi (lihat tabel 5.2).


(45)

Tindakan yang tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai dapat menimbulkan perilaku yang tidak menetap. Berdasarkan catatan lapangan peneliti dijumpai hampir sebagian besar responden tinggal bersama dengan orang tua/mertua. Kemampuan responden merawat bayi baru lahir dalam penelitian ini diajarkan oleh orang tua. Hanya saja kemampuan tersebut tidak didukung oleh pengetahuan yang baik. Hal ini dapat terlihat bahwa sebagian besar ibu primipara memiliki skor pengetahuan dalam merawat bayi baru lahir yang rendah (lihat tabel 5.2). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku ibu primipara bisa menjadi tidak menetap karena tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai. Suatu penelitian mengatakan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mampu bertahan lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan (kognitif) merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Tindakan responden yang baik dalam perawatan bayi baru lahir dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi tindakan responden yang baik tersebut adalah faktor kondisi. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti, dijumpai bahwa sebagian besar responden tinggal bersama dengan orang tuanya. Terkait dalam penelitian ini, jika responden tidak tinggal lagi bersama dengan orang tuanya, kemungkinan responden akan cenderung tidak melakukan hal seperti yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Hal ini nantinya dapat menyebabkan perubahan dalam perawatan bayi selanjutnya.

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), rendahnya pengetahuan ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan sumber informasi (tradisi


(46)

dari orang tua, petugas kesehatan, dan media massa). Terkait dalam penelitian ini responden mendapatkan informasi kesehatan dari sarana pelayanan kesehatan dimana mereka bersalin. Dari hasil wawancara peneliti mendapatkan informasi bahwa sebagian besar responden bersalin di klinik bersalin yang terdekat dengan tempat tinggal mereka.

Dalam Notoatmodjo (1993) dikatakan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu pendidikan, motivasi, persepsi, pengalaman dan faktor eksternal yaitu lingkungan, ekonomi, kebudayaan dan informasi. Terkait dengan penelitian ini lingkungan mempengaruhi perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahreni (2006), bahwa lingkungan mempengaruhi perilaku ibu primipara dalam merawat tali pusat bayinya.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, dengan tindakan merawat bayi baru lahir yang tidak didasari oleh pengetahuan yang memadai diperlukan adanya upaya peningkatan pengetahuan. Upaya tersebut dapat dicapai melalui berbagai cara diantaranya yaitu melalui petugas kesehatan yang seharusnya memberikan informasi- informasi kesehatan tentang perawatan bayi baru lahir.


(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun, maka didapat kesimpulan dan saran sebagai berikut :

6.1. Kesimpulan

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh ibu primipara yang bertempat tinggal di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun sejumlah 20 orang. Dengan kriteria responden yaitu memiliki bayi berusia dibawah 1 tahun, dapat berbahasa Indonesia dengan baik serta telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Dari penelitian yang dilakukan di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun diketahui bahwa mayoritas responden memiliki perilaku baik dalam merawat bayi baru lahir dan sebagian kecilnya memiliki perilaku cukup. Hampir seluruh tindakan merawat bayi baru lahir dilaksanakan oleh responden, namun tindakan tersebut tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai. Pengetahuan yang tidak memadai tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah usia, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi. Terlihat bahwa dalam penelitian ini usia, pendidikan dan pekerjaan mempengaruhi perilaku responden dalam merawat bayi baru lahir.

6.2. Saran

a. Bagi institusi pelayanan

• Pihak institusi pelayanan seperti rumah sakit, puskesmas, tempat praktek dokter, dan bidan bahkan posyandu diharapkan dapat membuat suatu sistem pelayanan


(48)

yang komprehensif meliputi upaya promotif, preventif seperti memberikan penyuluhan kepada ibu hamil trimester II tentang perawatan bayi baru lahir karena masa perawatan saat ini singkat.

• Pihak institusi pelayanan juga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatannya dengan membuat program edukasi antenatal untuk memberikan dukungan atau informasi pada ibu hamil. Diharapkan juga dilakukan kunjungan rumah untuk memantau kondisi ibu dan bayi setelah pulang dari perawatan. b. Bagi institusi pendidikan

• Dengan hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah kepustakaan, khususnya yang berkaitan dengan perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

c. Bagi penelitian selanjutnya.

• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menggali beberapa hal lagi secara lebih mendalam seperti faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku seseorang.

• Penelitian ini dilakukan pada 20 orang ibu primipara, hal ini disebabkan karena penelitian ini hanya dilakukan pada satu kelurahan saja. Penelitian selanjutnya terkait dengan penelitian ini sebaiknya mencakup populasi yang lebih luas.

• Penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian ini diharapkan dalam meneliti tindakan agar menggunakan metode observasi supaya gambarannya lebih akurat.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. (1998). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar Azrul. (2000). Manajemen Laktasi. Jakarta : Depkes RI.

Barbara, R. S. (2002). Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC

Biro Pusat Statistika Indonesia. (2005). Survei Kesehatan Nasional. Dibuka 20 Februari 2009 dari http://www.menkokestra.go.id/content/view.php

Bobak, I. M. (et al, 1995). Maternity Nursing. Fourth Edition. St. Louis: Mosby- Year Book, Inc

Corol & Theodora. (2003). Perawatan Bayi Sehari-hari. Dibuka 7 Maret 2009 dari

Cunningham, F.G. (1995). Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta : EGC

Dempsey, P.A & Dempsey.A.D. (2002). Riset Keperawatan : Buku Ajar dan Latihan. Edisi 4. Jakarta :EGC

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta : Balai Pustaka

Effendi, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ellyta. A. (2004). Jurnal Keperawatan Rufaidah. Medan : USU Press.

Fakhrur. (2007). Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir (KIBBBLA). Dibuka pada 1 Mei 2009

dar

Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC

Gorrie, Trula Myers, et al. (1998). Foundation of Maternal-Newborn Nursing. Second Edition. Philadelphia : WB. Saunder Company


(50)

Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC Henderson, Christine. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Azis Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika

Hinchliff. (1999). Kamus Keperawatan. Edisi 17. Jakarta : EGC Johnson, Ruth. (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC Jumiarni, (1994). Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC

Kompas. (2008). Angka Kematian Bayi Masih Tinggi. Dibuka pada 14 Maret 2009 dari http://www.kompas.com.compascetak/ humaniora/ htm.

Mc. Kinney, et al. (2000). Maternal-Child Nursing. Philadelphia : WB Saunders

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan

Notoatmodjo,S. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :PT Rineka Cipta Notoatmodjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Olds, Sally B, et al. (1984). Maternal-Newborn Nursing. California: Menti Park

Polit & Hungler. (1995). Nursing Research 5th Edition: Principals and Methods.

Philedelphia: JB Lippincott

Pratiknya.W.Ahmad. (2008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran &

Kesehatan. Jakarta :PT.Raja Grafindo Persada

Prawirohardjo, Sarwono. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta :YBP-SP

Pudjiaji, S. (1992). Bayiku Sayang. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Purwanti. (2004). Konsep penerapan ASI Eksklusif. Jakarta :EGC.


(51)

Rudolf, Abraham. (2006). Buku Ajar Pediatrik. Edisi 20. Jakarta : EGC

Sahreni. (2006). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Ibu Primipara

Dalam Merawat Tali Pusat Bayinya. Medan : PSIK FK USU

Sherwen, L.N., et al. (1995). Nursing Care of the Childbering Family. Second edition. Norwalk: Connechout

Simkin, et al. (2007). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta : Penerbit Arcan

Simpson & Creehan. (2001). Perinatal Care. Edisi 2. Philadelpia : Lippincott. Soetjiningsih. (1997). ASI : Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC Suci (2007). Imunisasi Bayi 4 Bulan Pertama. Dibuka pada 15 Juni 2009 dari

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Edisi 3. Bandung : Tarsito

Stevens, et al. (2005). Pengantar Riset: Pendekatan Ilmiah Untuk Profesi Kesehatan. Jakarta : EGC

Sutomo, A.H. (2003). Pedoman Praktis Safe Motherhood . Jakarta : EGC

Suririnah, (2009). Buku pintar merawat bayi 0-12 bulan. Jakarta : Gramedia pustaka utama.

Thompson, Elanor. (1995). Introduction to Maternity and Pediatric Nursing 2nd Edition.

USA: WB Saunders

Wahyuni, Arlinda. (2004). Statistik Kesehatan. Medan: FK USU Weller. (2005). Kamus Saku Perawat. Edisi 22. Jakarta :EGC


(52)

Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Judul penelitian : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun.

Peneliti : Erpinaria Saragih

Saya telah diminta dan bersedia untuk berperan dalam penelitian yang berjudul” Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun”.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir.

Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi sangat kecil dan saya mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa adanya sanksi atau paksaan. Adapun catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan dan semua berkas hanya digunakan untuk keperluan pengolahan data dan akan dimusnahkan bila tidak dipergunakan lagi.

Dengan demikian, secara suka rela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini. Dan atas kerjasama yang baik saya ucapkan terima kasih.

Medan, November 2009

Peneliti, Responden,


(53)

Lampiran 2

Taksasi Dana Penelitian

1. Fotocopy materi pembelian buku untuk literatur Rp 350.000 2. Pembelian 1 buah flashdisk Rp 80.000

3. Rental komputer dan print Rp 250.000

4. Biaya internet Rp 100.000

5. Transportasi Rp 400.000

6. Biaya tak terduga

Jumlah : Rp.1.360.000


(54)

Lampiran 3

INSTRUMEN PENELITIAN Bagian 1. Data Demografi

Kode Responden: Petunjuk pengisian:

1. Berilah tanda check list (√) pada salah satu tanda kurung sesuai dengan jawaban responden.

2. Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Usia :

2. Suku bangsa : ( ) Batak ( ) Lain-lain

( ) Jawa Sebutkan:... ( ) Melayu

3. Agama : ( ) Islam

( ) Katolik ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Budha

4. Pendidikan Terakhir : ( ) Tidak Sekolah ( ) SD

( ) SLTP

( ) SMU/Sederajat ( ) Diploma ( ) Sarjana

5.Pekerjaan : ( ) Pegawai Negeri ( ) Buruh ( ) Pegawai Swasta ( ) Lain-lain

( ) Wiraswasta Sebutkan:...

( ) IRT

6. Penghasilan : ( ) < Rp.800.000

( ) Rp.800.000 - Rp.1.600.000 ( )

>

Rp.1.600.000.


(55)

Bagian 2. Kuesioner perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir. Pengetahuan

No Pernyataan Ya Tidak

1 Ruam pada kulit bayi baru lahir dapat menghilang tanpa diberi pengobatan.

2 Memberi lotion atau cream pada ruam dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

3 Ruam pada kulit bayi baru lahir sebaiknya diberi cream untuk menghindari infeksi.

4 Sewaktu memandikan bayi, bayi dijaga agar tetap hangat. 5 Menghindari penggunaan bedak setelah bayi dimandikan. 6 Rambut bayi baru lahir tidak perlu dicuci karena tidak

kotor.

7 Perawatan tali pusat diperlukan untuk mencegah tali pusat menjadi tempat berkembangnya kuman.

8 Perawatan tali pusat yang baik yaitu membersihkannya dengan menggunakan kasa steril yang di basahi larutan alkohol 70%.

9 Sebaiknya tali pusat dibungkus dengan kasa steril yang dibasahi dengan alkohol 70%.

10 Bayi baru lahir biasanya lebih sering berkemih dan buang air besar.

11 Ruam popok dapat terjadi karena kulit kontak dengan sisa urine atau kotoran.

12 Mengganti popok yang sudah kotor tidak dapat mencegah lecet atau ruam pada kulit bayi baru lahir.

13 Menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi.


(56)

yang sehat.

15 Sebaiknya bayi baru lahir menyusui sesuai keinginan ibu. 16 Menyusui sebaiknya tanpa dijadwal atau sesuai keinginan

bayi (on demand).

17 Sebelum pulang dari RS / klinik bayi baru lahir harus diberikan imunisasi BCG dan Hepatitis B.

18 Setiap bayi baru lahir harus diimunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya penyakit infeksi.

19 Bayi baru lahir perlu mendapatkan imunisasi BCG ulangan pada bulan berilkutnya.

20 Imunisasi yang seharusnya diberikan pada bayi baru lahir yaitu BCG, DPT, Polio dan Hepatitis B.

2.2. Tindakan

No Pernyataan Dilaksanakan

Ya Tidak

1 Mengganti popok bayi:

Menyiapkan alat-alat yaitu: popok bersih, baskom kecil/kapas cebok/lap, air hangat, keranjang.

2 Mencuci tangan.

3 Membaringkan bayi di tempat yang aman dan datar misal di atas kasur / matras.

4 Buka pakaian bayi seperlunya, setelah itu buka popok yang kotor dan letakkan di keranjang.

5 Dengan tangan non dominan, pegang pergelangan kaki bayi secara hati-hati, angkat sampai kakinya lurus dan bokong terangkat agar dapat dilakukan pembersihan pada alat genitalia.


(57)

kapas cebok atau lap yang dibasahi dengan air hangat dengan arah depan ke belakang sebelum daerah perineum.

7 Buang kapas cebok atau lap, kemudian lakukan hal yang sama pada sisi lain, sampai daerah genitalia bersih.

8 Bersihkan lipatan pangkal paha, paha dan bokong kemudian lap sampai kering.

9. Letakkan popok di bawah bayi, kemudian pasang popok tersebut dan pakaikan kembali pakaian bayi. 10. Memandikan bayi:

Menyiapkan alat-alat yaitu: pakaian bayi yang bersih (bedong, baju, kaos kaki, sarung tangan, topi, popok), ember mandi ,air hangat, sabun, shampo, handuk, waslap.

11 Mengisi ember mandi dengan air hangat dengan suhu 36,5-380C.

12. Periksa kehangatan air dengan mencelupkan pergelangan tangan ibu ke dalam ember mandi.

13 Membuka pakaian bayi di atas kasur / matras.

14 Menutup bayi dengan handuk dengan cara menyilangkan handuk di atas tubuh bayi.

15 Membersihkan mata bayi dengan lap bersih, kemudian membasuh mukanya secara perlahan.

16 Mencuci rambut bayi perlahan-lahan dengan shampo dan melapnya bersih dengan waslap.

17 Sabuni seluruh tubuh bayi, secara perlahan-lahan balikkan tubuh bayi lalu sabuni punggung bayi dan lap dengan waslap.


(58)

dengan bersih

19 Meletakkan bayi di atas handuk yang bersih, kemudian melapnya sampai kering.

20 Memasang pakaian bayi 21 Merawat tali pusat:

Menyiapkan alat-alat yaitu: kasa steril, alkohol 70%. 22 Mencuci tangan.

23 Mengeringkan tali pusat dan daerah sekitarnya dengan kasa steril.

24 Membersihkan pangkal tali pusat dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi dengan alkohol 70%.

25 Membungkus tali pusat dengan kasa steril yang kering. 26 Menyusui bayi:

Membuat posisi ibu yang nyaman untuk menyusui. 27 Mengeluarkan sedikit ASI kemudian mengoleskannya

pada puting dan sekitar areola.

28 Meletakkan kepala bayi pada siku kanan bagian dalam dengan posisi badan bayi menghadap ibu.

29 Tangan kanan memegang bokong dan paha bayi. 30 Menyangga payudara kanan dengan tangan kiri.

31 Menyentuh mulut bayi dengan puting susu untuk memberi rangsangan.

32 Bila bayi sudah membuka mulut, memasukkan seluruh puting susu sampai daerah areola tertutupi.

33 Mendekap bayi hingga ujung hidung dan dagunya menyentuh payudara.

34 Setelah selesai menyusui di payudara kanan, melepaskan hisapan bayi dengan menekan sedikit dagunya atau memasukkan jari kelingking ke sudut


(59)

mulut bayi.

35 Menyendawakan bayi dengan cara menggendong bayi dalam keadaan tegak, bersandar ke pundak ibu, lalu tepuk-tepuk punggung bayi perlahan-lahan atau menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, dan menggosok-gosok punggung bayi.

36 Menyusui bayi dengan payudara kiri dengan cara yang sama dengan menyusui pada payudara sebelah kanan.


(60)

Lampiran 4

RIWAYAT HIDUP

Nama : Erpinaria Saragih

Tempat/tanggal lahir : Kampung Baru Pematang Raya, 23 Juli 1985 Alamat : Jln. Tali Air No.23 Padang Bulan

Riwayat pendidikan :

1. 1991-1997 SD Negeri 4 No.091318 Pematang Raya 2. 1997-2000 SLTP Negeri 2 Pematang Raya

3. 2000-2003 SMU Negeri 1 Pematang Raya 4. 2003–2006 AKPER Darmo Medan


(1)

Bagian 2. Kuesioner perilaku ibu primipara dalam merawat bayi baru lahir. Pengetahuan

No Pernyataan Ya Tidak

1 Ruam pada kulit bayi baru lahir dapat menghilang tanpa diberi pengobatan.

2 Memberi lotion atau cream pada ruam dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

3 Ruam pada kulit bayi baru lahir sebaiknya diberi cream untuk menghindari infeksi.

4 Sewaktu memandikan bayi, bayi dijaga agar tetap hangat. 5 Menghindari penggunaan bedak setelah bayi dimandikan. 6 Rambut bayi baru lahir tidak perlu dicuci karena tidak

kotor.

7 Perawatan tali pusat diperlukan untuk mencegah tali pusat menjadi tempat berkembangnya kuman.

8 Perawatan tali pusat yang baik yaitu membersihkannya dengan menggunakan kasa steril yang di basahi larutan alkohol 70%.

9 Sebaiknya tali pusat dibungkus dengan kasa steril yang dibasahi dengan alkohol 70%.

10 Bayi baru lahir biasanya lebih sering berkemih dan buang air besar.

11 Ruam popok dapat terjadi karena kulit kontak dengan sisa urine atau kotoran.

12 Mengganti popok yang sudah kotor tidak dapat mencegah lecet atau ruam pada kulit bayi baru lahir.

13 Menyusui bayi adalah cara yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi.


(2)

yang sehat.

15 Sebaiknya bayi baru lahir menyusui sesuai keinginan ibu. 16 Menyusui sebaiknya tanpa dijadwal atau sesuai keinginan

bayi (on demand).

17 Sebelum pulang dari RS / klinik bayi baru lahir harus diberikan imunisasi BCG dan Hepatitis B.

18 Setiap bayi baru lahir harus diimunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu dan mencegah terjadinya penyakit infeksi.

19 Bayi baru lahir perlu mendapatkan imunisasi BCG ulangan pada bulan berilkutnya.

20 Imunisasi yang seharusnya diberikan pada bayi baru lahir yaitu BCG, DPT, Polio dan Hepatitis B.

2.2. Tindakan

No Pernyataan Dilaksanakan

Ya Tidak

1 Mengganti popok bayi:

Menyiapkan alat-alat yaitu: popok bersih, baskom kecil/kapas cebok/lap, air hangat, keranjang.

2 Mencuci tangan.

3 Membaringkan bayi di tempat yang aman dan datar misal di atas kasur / matras.

4 Buka pakaian bayi seperlunya, setelah itu buka popok yang kotor dan letakkan di keranjang.

5 Dengan tangan non dominan, pegang pergelangan kaki bayi secara hati-hati, angkat sampai kakinya lurus dan bokong terangkat agar dapat dilakukan pembersihan pada alat genitalia.


(3)

kapas cebok atau lap yang dibasahi dengan air hangat dengan arah depan ke belakang sebelum daerah perineum.

7 Buang kapas cebok atau lap, kemudian lakukan hal yang sama pada sisi lain, sampai daerah genitalia bersih.

8 Bersihkan lipatan pangkal paha, paha dan bokong kemudian lap sampai kering.

9. Letakkan popok di bawah bayi, kemudian pasang popok tersebut dan pakaikan kembali pakaian bayi. 10. Memandikan bayi:

Menyiapkan alat-alat yaitu: pakaian bayi yang bersih (bedong, baju, kaos kaki, sarung tangan, topi, popok), ember mandi ,air hangat, sabun, shampo, handuk, waslap.

11 Mengisi ember mandi dengan air hangat dengan suhu 36,5-380C.

12. Periksa kehangatan air dengan mencelupkan pergelangan tangan ibu ke dalam ember mandi.

13 Membuka pakaian bayi di atas kasur / matras.

14 Menutup bayi dengan handuk dengan cara menyilangkan handuk di atas tubuh bayi.

15 Membersihkan mata bayi dengan lap bersih, kemudian membasuh mukanya secara perlahan.

16 Mencuci rambut bayi perlahan-lahan dengan shampo dan melapnya bersih dengan waslap.

17 Sabuni seluruh tubuh bayi, secara perlahan-lahan balikkan tubuh bayi lalu sabuni punggung bayi dan lap dengan waslap.


(4)

dengan bersih

19 Meletakkan bayi di atas handuk yang bersih, kemudian melapnya sampai kering.

20 Memasang pakaian bayi 21 Merawat tali pusat:

Menyiapkan alat-alat yaitu: kasa steril, alkohol 70%. 22 Mencuci tangan.

23 Mengeringkan tali pusat dan daerah sekitarnya dengan kasa steril.

24 Membersihkan pangkal tali pusat dengan menggunakan kasa steril yang dibasahi dengan alkohol 70%.

25 Membungkus tali pusat dengan kasa steril yang kering. 26 Menyusui bayi:

Membuat posisi ibu yang nyaman untuk menyusui. 27 Mengeluarkan sedikit ASI kemudian mengoleskannya

pada puting dan sekitar areola.

28 Meletakkan kepala bayi pada siku kanan bagian dalam dengan posisi badan bayi menghadap ibu.

29 Tangan kanan memegang bokong dan paha bayi. 30 Menyangga payudara kanan dengan tangan kiri.

31 Menyentuh mulut bayi dengan puting susu untuk memberi rangsangan.

32 Bila bayi sudah membuka mulut, memasukkan seluruh puting susu sampai daerah areola tertutupi.

33 Mendekap bayi hingga ujung hidung dan dagunya menyentuh payudara.

34 Setelah selesai menyusui di payudara kanan, melepaskan hisapan bayi dengan menekan sedikit dagunya atau memasukkan jari kelingking ke sudut


(5)

mulut bayi.

35 Menyendawakan bayi dengan cara menggendong bayi dalam keadaan tegak, bersandar ke pundak ibu, lalu tepuk-tepuk punggung bayi perlahan-lahan atau menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, dan menggosok-gosok punggung bayi.

36 Menyusui bayi dengan payudara kiri dengan cara yang sama dengan menyusui pada payudara sebelah kanan.


(6)

Lampiran 4

RIWAYAT HIDUP

Nama : Erpinaria Saragih

Tempat/tanggal lahir : Kampung Baru Pematang Raya, 23 Juli 1985 Alamat : Jln. Tali Air No.23 Padang Bulan

Riwayat pendidikan :

1. 1991-1997 SD Negeri 4 No.091318 Pematang Raya 2. 1997-2000 SLTP Negeri 2 Pematang Raya

3. 2000-2003 SMU Negeri 1 Pematang Raya 4. 2003–2006 AKPER Darmo Medan