c. Diadakan tindakan penghukuman Adami Chazawi, 2002: 78
Moeljatno membedakan unsur tindak pidana berdasarkan perbuatan dan pelaku dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu :
1. Unsur subjektif berupa : a. Perbuatan manusia
b. Mengandung unsur kesalahan
2. Unsur objektif berupa : a. Bersifat melawan hukum
b. Ada aturannya Moeljatno, 1993: 64
Berdasarkan pendapat para sarjana di atas, walaupun pendapat dari rumusan berbeda-beda namun pada hakekatnya ada persamaannya, ialah tidak memisahkan antara unsur-unsur
mengenai perbuatannya dengan unsur yang mengenai diri orangnya pelaku. Merumuskan suatu perbuatan pidana maka perlu ditegaskan secara jelas hal-hal yang menjadi unsur-unsurnya.
Seseorang hanya dapat dipidana karena telah melakukan suatu tindak pidana, apabila jelas telah memenuhi unsur-unsur didalamnya yaitu unsur perbuatan, melawan hukum, kesalahan, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
E. Pengertian Tindak Pidana Korupsi
Korupsi adalah istilah yang cukup dikenal orang dimana-mana termasuk di Indonesia dan pada tahun 1957 gejala sosial ini mendapat istilah resmi dalam hukum pidana. Garis besar kata
korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus, kata corruption berasal dari bahasa latin corrumpere. Dari bahasa latin itulah turun kebanyak Bahasa Eropa seperti inggris :
corruption, corrupt, Prancis : corruption, Belanda : corruptie korruptie, dan dalam Bahasa Indonesia diserap menjadi Korupsi. Arti harfiah dari kata korupsi adalah kebusukan, keburukan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.
Dasar hukum tindak pidana korupsi adalah : Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 diundangkan tanggal 29 Maret 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan pada tahun 1999
diubah dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Kemudian pada tanggal 21 November 2001 diundangkan dan disahkan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Menurut Andi Hamzah 2003: 51 korupsi dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : a.
Korupsi antara lain disebabkan karena kurangnya kesadaran dan kepatuhan hukum diberbagai bidang kehidupan,
b. Korupsi timbul karena ketidaktertiban didalam mekanisme administrasi pemerintah,
c. Korupsi sebagai salah satu pengaruh dari meningkatnya volume pembangunan secara
relatif cepat, sehingga pengelolaan, pengendalian dan pengawasan mekanisme taat usaha negara menjadi semakin komplek dan unit yang membuat akses dari birokrasi
terutama pada aparatur-aparatur pelayanan sosial seperti bagian pemberian izin dan berbagai keputusan, akses inilah yang melahirkan berbagai pola korupsi,
d. Masalah kependudukan, kemiskinan, pendidikan dan lapangan kerja dan akibat
kurangnya gaji pegawai dan buruh.
Pengertian korupsi tergantung dari sudut pandang setiap orang apa dan bagaimana korupsi itu mengejawantah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hal ini ditandai dengan belum
terdapat keseragaman dalam merumuskan pengertian korupsi, menurut W. Sangaji 1999: 9 mengemukakan korupsi corruption adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang
menyuap orang atau kelompok lain untuk mempermudah keinginannya dan mempengaruhi penerima untuk memberikan pertimbangan khusus guna mengabulkan permohonannya. Lebih
lanjut beliau menyatakan definisi tersebut dapat dikembangkan sebagai berikut : a. Korupsi adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang memberikan hadiah
berupa uang maupun benda kepada si penerima untuk memenuhi keinginannya,
b. Korupsi adalah seseorang atau sekelompok orang meminta imbalan dalam menjalankan kewajibannya,
c. Korupsi adalah mereka yang menggelapkan dan menggunakan uang negara atau milik umum untuk kepentingan pribadi,
d. Korupsi merupakan perbuatan-perbuatan manusia yang dapat merugikan keuangan dan perekonomian negara,
e. Korupsi merupakan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain sebagai akibat pertimbangan yang ilegal.
W.J.S Poerwadarminta 1998: 524 dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, berpendapat bahwa Korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan
sebagainya. Perbuatan-perbuatan korupsi dilakukan bukan saja oleh Pegawai Negeri tetapi juga meliputi
orang-orang yang menangani proses pemberian pelayanan yang menerima gaji atau upah dari suatu hukum yang meminta bantuan dari keuangan negara atau daerah atau badan hukum yang
mempergunakan secara ilegal. Pengertian korupsi yang dipergunakan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia adalah pengertian
korupsi dalam arti yang luas meliputi perbuatan-perbuatan yang merugikan dan perekonomian yang dapat dituntut dan dipidana berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Peraturan perundangan-undangan yang berlaku saat ini yang mengatur mengenai perbuatan- perbuatan yang bersifat koruptif yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Keuangan negara yang dimaksud adalah kekayaan negara dalam bentuk apapun yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak
dan kewajiban yang timbul karena : a. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan mempertanggungjawabkan pejabat lembaga
negara yang baik ditingkat pusat maupun daerah. b. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan mempertanggungjawabkan Badan Usaha Milik
NegaraBadan Usaha Milik Daerah, Yayasan, Badan Hukum dan Perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.
Perekonomian negara adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada
kebijakan pemerintah baik ditingkat daerah maupun ditingkat pusat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran dan
kesejahteraan pada seluruh kehidupan rakyat. Jenis korupsi pada umumnya terdapat di dunia ini meliputi tiga macam pola yaitu:
a. Untuk negara-negara Asia Tenggara pada umumnya koruptor memanfaatkan dana-dana yang didapat dari perbuatan korupsi untuk kepentingan konsumsi.
b. Untuk negara-negara yang sudah maju pada umumnya dan dari hasil korupsi dipergunakan untuk kepentingan politik.
c. Bentuk campuran dana korupsi dipergunakan untuk kepentingan politik sekaligus untuk kepentingan konsumsi.
Pengertian tindak pidana korupsi dapat kita lihat dalam penjabaran pasal Pasal 2 sampai dengan 12 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu :
1 Pasal 2 menyatakan : 1 Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dapat dipidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling
lama 20 dua puluh tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah.
2 Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
2 Pasal 3 menyatakan : Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling sedikit 1 satu tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta
rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah.
3 Pasal 5 menyatakan : 1 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lama
tahun atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah setiap orang :
a. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat
atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya, atau;
b. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya. 2 Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
4 Pasal 6 menyatakan : 1 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima
belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 seratus lima puluh juta
rupiah dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah setiap orang yang :
a. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maskud untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili atau,
b. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokad untuk menghadiri sidang
pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
2 Bagi Hakim yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a atau advokad yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
5 Pasal 7 menyatakan : 1 Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 7 tujuh
tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 350.000.000,00 tiga ratus lima puluh juta rupiah :
a. Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan
curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang atau keselamatan negara dalam keadaan perang,
b. Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, c. Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang atau,
d. Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia dengans sengaja membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c, 2 Bagi orang yang menerima penyerahan barang bangunan atau orang yang menerima
penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dan membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 huruf a atau huruf c, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
6 Pasal 8 menyatakan : Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 15 lima belas
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 tujuh ratus lima puluh juta rupiah, pegawai negeri atau
orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga
yang disimpan karena jabatannya atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
7 Pasal 9 menyatakan : Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah pegawai negeri atau orang selain
pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu dengan sengaja memalsukan buku-buku atau daftar-daftar yang
khusus pemeriksaan administrasi.
8 Pasal 10 menyatakan : Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 dua tahun dan paling lama 7 tujuh tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 350.000.000,00 tiga ratus lima puluh juta rupiah pegawai negeri atau orang selain
pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja :
a. Menggelapkan, menghancurkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat
yang berwenang yang dikuasai karena jalannya atau; b. Membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan atau membuat tidak
dipakai barang, akta, surat atau daftar tersebut atau; c. Membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak
dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar tersebut. 9 Pasal 11 menyatakan :
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling
banyak Rp. 250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah
atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
10 Pasal 12 menyatakan : Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat
tahun dan paling lama 20 dua puluh dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah :
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya,
b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya,
c. Hakim yang menerima hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa tindak pidana korupsi adalah suatu perbuatan yang dilakukan seseorang dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi
dengan cara melawan hukum. Dalam perkembangannya pada Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, tindak pidana korupsi tidak hanya dilakukan oleh pegawai negeri tetapi juga meliputi
orang-orang yang menangani proses pemberian layanan yang menerima gaji atau upah dari suatu hukum yang meminta bantuan dari keuangan negara atau daerah atau badan hukum yang
mempergunakan secara ilegal. Selain itu juga dapat dikenakan kepada aparat penegak hukum lainnya seperti advokad, polisi, jaksa dan hakim yang menerima janji, pemberian hadiah untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu karena jabatannya.
F. Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana