h. Sarana dan Prasarana Kantor Tabel 1. Sarana dan Prasarana Kantor
No Nama Barang
Jumlah
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 Mesin Tik
Mesin Hitung Lemari Sorok
Lemari Arsip Filling Kabinet
Kursi Tamu Kursi PutarSandaran
Kursi Lipat Stenlis Meja Setengah Biro
Jam Dinding AC Ruangan
Komputer Pesawat Telepon
7 Buah 4 Buah
5 Buah 8 Buah
9 Buah 8 Buah
9 Buah 35 Buah
35 Buah 7 Buah
6 Buah 15 Buah
8 Buah Sumber : Dinas Sosial kota Bandar Lampung
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Identitas Informan
Informan dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria yang diungkapkan oleh Faisal 1990:57-58 yaitu Pegawai Dinas Sosial Kota Bandar Lampung pada
Sub Dinas Rehabilitasi Sosial yang berjumlah 2 orang, Pekerja Sosial di eks lokalisasi Pemandangan yang berjumlah 1 orang, Ketua RT sekaligus mucikari di
eks lokalisasi pemandangan yang berjumlah 1 orang dan Para binaan Dinas Sosial Kota Bandar Lampung yang berjumlah 5 orang.
b. Identitas Informan Pegawai Dinas Sosial Kota Bandar Lampung Sub
Dinas Rehabilitasi Sosial
Kepala Sub Dinas Rehabilitasi Sosial Sub Dinas Rehabilitasi Sosial pada Dinas Sosial Kota Bandar Lampung dipimpin
oleh Kepala Sub Dinas Rehabilitasi Sosial Kasubdin Rehabsos yang bernama Alwan Latief, S.E. Fungsi pokok Sub Dinas Rehabilitasi Sosial ini adalah
perumusan dan melaksanakan kebijakan dibidang pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Dimana posisi jabatan ini bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Sosial.
Pendidikan terakhir yang dimiliki adalah Strata I.
Kepala Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial Kasi RTS Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial ini dipimpin oleh Kepala Seksi Rehabilitasi Tuna
Sosial Kasi RTS yang bernama Ir. Purwadi, MM. Tugas pokok Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial ini meliputi pelayanan, rehabilitasi, pemyuluhan,
pemberian bantuan, pembinaan lanjut serta pelaksanaan kebijakan teknis dibidang kesejahteraan sosial.
c. Identitas Informan Pekerja Sosial dan Ketua RT di eks lokalisasi
Pemandangan
Pekerja Sosial
Pekerja sosial di eks lokalisasi Pemandangan ini bernama Astuti. Astuti adalah Pekerja Sosial yang ada di eks lokalisasi Pemandangan sejak tahun 2005. Tugas
pokok dari Pekerja Sosial ini adalah sebagai pembina dan memfasilitasi hubungan Dinas Sosial dengan warga yang ada di eks lokalisasi Pemandangan. Pendidikan
terakhir yang dimiliki oleh Astuti adalah SLTA, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diberikan oleh Dinas Sosial.
Ketua RT 27, LK. II, Pemandangan
Kamarudin atau lebih sering disapa Pak Kamak merupakan Ketua RT 27, Lingkungan II, Pemandangan, Kelurahan Way Lunik, Kecamatan Teluk Betung
Selatan, pria berusia 60 tahun ini juga berprofesi sebagai Mucikari di eks lokalisasi Pemandangan. Tugasnya adalah mengkoordinir seluruh warga yang ada
di eks lokalisasi Pemandangan yang sebagian besar berprofesi sebagai Wanita
Tuna Susila, selain itu Pak Kamak memiliki tugas yang sama dengan Pekerja Sosial yaitu memfasilitasi hubungan Dinas Sosial dengan warganya.
d. Hasil
Selama kurun waktu antara tahun 2007-2011 Dinas Sosial telah melakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap Wanita Tuna Susila sebanyak 4 kali, yaitu
di tahun 2007 sebanyak 70 orang binaan, tahun 2008 sebanyak 35 orang binaan, tahun 2009 sebanyak 30 orang binaan, dan tahun 2010 sebanyak 33 orang binaan.
Model pembinaan yang diberikan pada tahun 2007 sampai 2010, memiliki kesamaan bentuk dalam hal materi pembinaan yang diberikan. Dari jumlah ini
yang masih berdomisili di eks lokalisasi Pemandangan sampai sekarang hanya ada 11 orang merupakan mantan binaan yang diantaranya sekarang sudah memiliki
pekerjaan dan tidak lagi berprofesi sebagai WTS. Sebelum membahas bagian ini terlebih dahulu harus diketahui apakah Pekerja
Sosial, dan Ketua RT di eks lokalisasi Pemandangan sebagai informan sensitif terhadap pembinaan dan pemberdayaan Wanita Tuna Susila atau tidak. Untuk
mengetahuinya berikut wawancara dengan informan dari Pekerja Sosial, dan Ketua RT di eks lokalisasi Pemandangan:
Pekerja Sosial di eks lokalisasi Pemandangan Astuti, Mengatakan:
ā€¯Wanita Tuna Susila yang ada disini tidak semuanya berasal dari dalam provinsi Lampung, mereka juga berasal dari latar belakang yang berbeda-
beda. Ada yang sudah mempunyai keluarga dan suami yang juga bekerja tetapi istrinya tetap saja berprofesi sebagai WTS, ada yang menjadi korban
trafficking, ada yang memang sudah menjadi profesi secara turun-temurun tetapi yang pasti rata- rata mereka masih berusia muda. Sangat
disayangkan seharusnya mereka bisa memiliki profesi yang lebih baik,