Peranan Job Order Costing Method Dalam Menetapkan Harga Pokok Produksi Pada UD Delima Jaya Perabot Medan

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S-1)

Pada Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

SUCI WIDYA PASARIBU 100907012

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

  UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh: Nama : Suci Widya Pasaribu

NIM : 100907012

Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Peranan Job Order Costing Method Dalam Menetapkan Harga Pokok Produksi Pada UD Delima Jaya Perabot Medan

Medan, Juni 2014

Dosen pembimbing Ketua Program Studi

M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA NIP. 19791005 200501 1 002 NIP. 19590816 198601 1 001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Badaruddin. M,Si NIP. 19680525 199203 1 002


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan pertolongan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat teriring salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing dan membawa kita kejalan yang lurus dan di ridhoi Allah SWT.

Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Melalui Skripsi ini, penulis mencoba memberikan gambaran Peranan Job Order Costing Method dalam menetapkan harga pokok produksi pada Usaha Dagang Delima Jaya Perabot Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih selama proses penyelesaian skripsi dan juga selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, penulis banyak menerima tuntunan, bantuan dan petunjuk serta motivasi dari berbagai pihak. Menyadari hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. dr. Badaruddin, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(4)

  3. Bapak Arifin Nasution, S.Sos, MSP selaku Sekretaris Jurusan Program

Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan juga selaku dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, bimbingan, motivasi, kesabaran dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Dosen-dosen Administrasi Niaga/Bisnis, yang telah banyak membantu dan mendidik penulis selama penulis menjalankan perkuliahan di USU.

5. Seluruh Staf Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Khususnya staf jurusanAdministrasi Bisnis, Khususnya kak Siswati Saragih yang selalu memberikan bantuan pada penulis selama menjalani kuliah.

6. Kepada pemilik Usaha Dagang Delima Jaya Perabot Bapak Amaluddin yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan mempermudah penulis dalam mencari informasi.

7. Yang terakhir namun yang terutama, terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua yang sangat penulis cintai: Bapak Drs. H. Darwin Pasaribu dan Ibu Deliarni BA atas segala kasih sayang juga materi yang diberikan sehingga penulis bisa meraih gelar sarjana. Kepada abang saya M. Afif Pasaribu, SE, adik saya Dwiki Ramadhana Pasaribu dan kakak saya Meiny Ramadhani, SH.

8. Orang yang kusayang sebagai motivator untuk menyelesaikan skripsi ini Rahadian Fitriansyah, Santi Wilda Sari, Amd, Liza Azura Saleh, Dissy Octri Aldillah, SE, Elsa Julianti Arya Putri, Diana Novita Sari, Rifan Iskandar Gultom.


(5)

9. Seluruh teman-teman Kuliah di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Terutama Elsa Sariska Manik, S.AB, Iis Ariska, S.AB, Ruth Rennova Desterra Sitorus, S.AB, Novia Yuni Artha Nainggolan, S.AB, Vandy Jufri Marpaung, S.AB, Agus Septiyan Sitorus, S.AB, dan yang lain-lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

10.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, dukungan, motivasi, dan perhatian, serta selalu mengingatkan penulis untuk tetap semangat dan jangan menyerah.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkenan untuk membaca dan menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Untuk itu penulis sangat menghargai dan menerima adanya saran dan masukan yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Medan, Juni 2014 Penulis


(6)

  ROLE OF THE JOB ORDER COSTING METHOD IN DETERMINING

THE COST OF PRODUCTION IN UD DELIMA JAYA FURNITURE

ABSTRACT

Cost accounting has a very important role in a company, because it gives some information about the cost, which is very useful information for management in planning, control and decision making.

One needs the information can be obtained through the use of Job Oder Costing Method, which is one method of collecting the cost of production which is based on the cost of production orders. Order cost method gives an overview of the cost of each part so that the aim of the use of Job Order Costing Method is another not only for purposes of determining the profits to be expected. Thus, the role of Job Order Costing Method in the calculation of the cost of production is to provide sufficient data, classifying, summarizing and define the techniques and procedures of financing.

With respect to this research, the authors take the title “ The Role of Job Order Costing Method in Determining the Cost of Production in UD Delima Jaya Furniture field. According to the author choose the title, the authors identify the problem if the Job Order Costing Method has been implemented properly by the company?

The intent and purpose of this study was to determine how the implementation of the Job Order Costing Method and determination of the Cost of Production is carried out within the company and to find out how the role of Job Order Costing Method in determining Cost of Production. As for the methods used in the form of qualitative descriptive method to collect data and literature studies.

Thus, based on the research conducted, that the Job Order Costing Method is applied to UD Delima Jaya Furniture are adequate, visible with the applicable requirements in determining the cost of production based on existing orders in this case looks a separation of costs into the cost of production direct production consisting of: direct material costs and direct labor costs and indirect production costs consist primarily of costs other than the cost of materials and direct labor costs. Determining the cost of each booking made at the time the order is completed.


(7)

PERANAN JOB ORDER COSTING METHOD DALAM MENETAPKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UD DELIMA JAYA PERABOT

Nama : Suci Widya Pasaribu NIM : 100907012

Jurusan : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis Pembimbing : M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP

ABSTRAK

Akuntansi Biaya mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena memberikan suatu informasi mengenai biaya, dimana informasi ini sangat berguna bagi manajemen dalam hal perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.

Kebutuhan informasi tersebut salah satunya bisa diperoleh melalui penggunaan Job Order Costing Method, yang merupakan salah satu metode pengumpulan biaya produksi dimana biaya produksinya didasarkan atas pesanan. Metode harga pokok pesanan memberikan gambaran harga pokok tiap-tiap pesanan sehingga maksud daripada penggunaan Job Order Costing Method adalah tidak lain hanya untuk keperluan menentukan besarnya laba yang diharapkan. Dengan demikian, peranan Job Order Costing Method dalam perhitungan harga pokok produksi adalah menyediakan data yang memadai, mengelompokkan, mengikhtisarkan dan menetapkan teknik-teknik serta prosedur pembiayaannya.

Sehubungan dengan penelitian ini, maka penulis mengambil judul “Peranan Job Order Costing Method Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Pada UD Delima Jaya Perabot Medan. Sesuai dengan judul yang penulis pilih,


(8)

  maka penulis mengidentifikasikan masalah Apakah Job Order Costing Method telah diterapkan dengan baik oleh perusahaan ?

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Job Order Costing Method dan penentuan Harga Pokok Produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan ini serta untuk mengetahui bagaimana peranan Job Order Costing Method dalam menetapkan Harga Pokok Produksi. Adapun metode yang digunakan berupa metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data dan studi kepustakaan.

Dengan demikian, berdasarkan pada penelitian yang dilakukan, bahwa Job Order Costing Method yang diterapkan di UD Delima Jaya Perabot ini telah memadai, terlihat dengan diterapkannya persyaratan-persyaratan dalam penetapan harga pokok produksi berdasarkan pesanan yang ada dalam hal ini terlihat adanya pemisahan biaya produksi menjadi biaya produksi langsung yang terdiri dari: biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung serta biaya produksi tidak langsung yang terdiri dari biaya-biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Penentuan harga pokok setiap pesanan dilakukan pada saat pesanan tersebut selesai.


(9)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KERANGKA TEORI ... 9

2.1 Akuntansi Biaya ... 9

2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya ... 9

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya... 10

2.1.3 Sistem Akuntansi Biaya ... 12

2.1.3.1 Sistem Biaya Yang Ditentukan Dimuka ... 12

2.1.3.2 Sistem Biaya Historis atau Sebenarnya ... 14

2.2 Biaya ... 15

2.2.1 Pengertian Biaya ... 16

2.2.2 Penggolongan Biaya ... 18

2.3 Biaya Produksi ... 22

2.4 Job Order Costing ... 23

2.4.1 Pengertian Job Order Costing ... 23

2.4.2 Karakteristik Job Order Costing Method ... 26

2.4.3 Manfaat Job Order Costing Method ... 27

2.4.4 Keuntungan dan Kelemahan Job Order Costing Method ... 28

2.4.5 Jurnal Perhitungan Pada Job Order Costing Method ... 33


(10)

 

2.4.5.2 Akuntansi Biaya Tenaga Kerja ... 35

2.4.5.3 Akuntansi Biaya Overhead Pabrik ... 36

2.4.5.4 Akuntansi Produk Selesai ... 37

2.5 Harga Pokok Produksi ... 37

2.5.1 Pengertian Harga Pokok Produksi ... 38

2.5.2 Manfaat Harga Pokok Produksi ... 40

2.5.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi ... 40

2.5.3.1 Metode Harga Pokok Pesanan ... 40

2.5.3.2 Metode Harga Pokok Proses ... 42

2.5.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produk ... 45

2.5.4.1 Full Costing ... 45

2.5.4.2 Variabel Costing ... 45

2.5.5 Unsur yang Mempengaruhi Harga Pokok Berdasarkan Pesanan... 46

2.6 Peranan Job Order Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi ... 50

BAB III METODE PENELITIAN ... 52

3.1 Bentuk Penelitian ... 52

3.2 Lokasi Penelitian ... 52

3.3 Informan Penelitian ... 52

3.4 Defenisi Konsep ... 53

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.6 Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 57

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57

4.1.1 Sejarah dan Profil Singkat Usaha Dagang Delima Jaya Perabot ... 57

4.1.2 Visi dan Misi ... 57

4.1.3 Struktur Organisasi ... 58

4.1.4 Deskripsi Tugas dan Fungsi Bidang ... 60

4.1.5 Aktivitas Perusahaan ... 61

4.2 Penyajian Data ... 62

4.2.1 Karakteristik Informan ... 62

4.2.2 Informan Penelitian ... 63


(11)

4.3.1 Biaya Produksi Langsung ... 64

4.3.1.1 Biaya Bahan Baku ... 64

4.3.1.2 Biaya Tenaga Kerja ... 65

4.3.2 Biaya Produksi Tidak Langsung ... 66

4.3.2.1 Biaya Bahan Penolong ... 66

4.3.2.2 Biaya Overhead Pabrik ... 68

4.3.3 Informasi Biaya Non Produksi ... 69

4.3.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 70

4.3.4.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Perusahaan ... 70

4.3.4.2 Perhitungan Harga Jual ... 71

BAB V PENUTUP ... 74

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ... 76


(12)

  DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.2 Jenis Kelamin Informan ... 62

4.3 Tingkat Pendidikan Informan ... 62

4.4 Usia Informan ... 63

4.5 Informan Penelitian ... 63

4.6 Biaya Bahan Baku untuk Jenis Lemari ... 65

4.7 Biaya Tenaga Kerja Langsung untuk 10 unit Lemari ... 66

4.8 Biaya Bahan Baku Penolong untuk 10 unit Lemari ... 67

4.9 Biaya Overhead Pabrik untuk 10 unit Lemari ... 68


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 76 Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian ... 79


(14)

  ROLE OF THE JOB ORDER COSTING METHOD IN DETERMINING

THE COST OF PRODUCTION IN UD DELIMA JAYA FURNITURE

ABSTRACT

Cost accounting has a very important role in a company, because it gives some information about the cost, which is very useful information for management in planning, control and decision making.

One needs the information can be obtained through the use of Job Oder Costing Method, which is one method of collecting the cost of production which is based on the cost of production orders. Order cost method gives an overview of the cost of each part so that the aim of the use of Job Order Costing Method is another not only for purposes of determining the profits to be expected. Thus, the role of Job Order Costing Method in the calculation of the cost of production is to provide sufficient data, classifying, summarizing and define the techniques and procedures of financing.

With respect to this research, the authors take the title “ The Role of Job Order Costing Method in Determining the Cost of Production in UD Delima Jaya Furniture field. According to the author choose the title, the authors identify the problem if the Job Order Costing Method has been implemented properly by the company?

The intent and purpose of this study was to determine how the implementation of the Job Order Costing Method and determination of the Cost of Production is carried out within the company and to find out how the role of Job Order Costing Method in determining Cost of Production. As for the methods used in the form of qualitative descriptive method to collect data and literature studies.

Thus, based on the research conducted, that the Job Order Costing Method is applied to UD Delima Jaya Furniture are adequate, visible with the applicable requirements in determining the cost of production based on existing orders in this case looks a separation of costs into the cost of production direct production consisting of: direct material costs and direct labor costs and indirect production costs consist primarily of costs other than the cost of materials and direct labor costs. Determining the cost of each booking made at the time the order is completed.


(15)

PERANAN JOB ORDER COSTING METHOD DALAM MENETAPKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA UD DELIMA JAYA PERABOT

Nama : Suci Widya Pasaribu NIM : 100907012

Jurusan : Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis Pembimbing : M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP

ABSTRAK

Akuntansi Biaya mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena memberikan suatu informasi mengenai biaya, dimana informasi ini sangat berguna bagi manajemen dalam hal perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.

Kebutuhan informasi tersebut salah satunya bisa diperoleh melalui penggunaan Job Order Costing Method, yang merupakan salah satu metode pengumpulan biaya produksi dimana biaya produksinya didasarkan atas pesanan. Metode harga pokok pesanan memberikan gambaran harga pokok tiap-tiap pesanan sehingga maksud daripada penggunaan Job Order Costing Method adalah tidak lain hanya untuk keperluan menentukan besarnya laba yang diharapkan. Dengan demikian, peranan Job Order Costing Method dalam perhitungan harga pokok produksi adalah menyediakan data yang memadai, mengelompokkan, mengikhtisarkan dan menetapkan teknik-teknik serta prosedur pembiayaannya.

Sehubungan dengan penelitian ini, maka penulis mengambil judul “Peranan Job Order Costing Method Dalam Menentukan Harga Pokok Produksi Pada UD Delima Jaya Perabot Medan. Sesuai dengan judul yang penulis pilih,


(16)

  maka penulis mengidentifikasikan masalah Apakah Job Order Costing Method telah diterapkan dengan baik oleh perusahaan ?

Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Job Order Costing Method dan penentuan Harga Pokok Produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan ini serta untuk mengetahui bagaimana peranan Job Order Costing Method dalam menetapkan Harga Pokok Produksi. Adapun metode yang digunakan berupa metode deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data dan studi kepustakaan.

Dengan demikian, berdasarkan pada penelitian yang dilakukan, bahwa Job Order Costing Method yang diterapkan di UD Delima Jaya Perabot ini telah memadai, terlihat dengan diterapkannya persyaratan-persyaratan dalam penetapan harga pokok produksi berdasarkan pesanan yang ada dalam hal ini terlihat adanya pemisahan biaya produksi menjadi biaya produksi langsung yang terdiri dari: biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung serta biaya produksi tidak langsung yang terdiri dari biaya-biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Penentuan harga pokok setiap pesanan dilakukan pada saat pesanan tersebut selesai.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Banyak usaha yang dijalankan oleh masyarakat dewasa ini berkaitan dengan peluang usaha yang sedikit yang disebabkan oleh sumber daya manusia yang sangat terbatas dan pendirian tanpa izin usaha yang membuat masyarakat lebih leluasa untuk mendirikan usaha tersebut. Izin usaha sangatlah diperlukan oleh masyarakat agar usaha yang didirikan tersebut legal. Tujuan utama suatu usaha didirikan untuk memenuhi kebutuhan manusia yaitu untuk mendapatkan kebutuhan yang layak. Dengan adanya kebutuhan yang layak maka dimungkinkan suatu usaha dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya bahkan dapat mengembangkan usahanya untuk lebih maju dan berkembang. Dan banyak masyarakat yang berusaha untuk mengembangkan usahanya agar mendapatkan laba yang optimal. Untuk mendapatkan laba yang optimal tersebut, maka volume penjualan harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Perusahaan manufaktur maupun jasa pada umumnya mempunyai tujuan untuk memperoleh laba yang maksimal dengan melakukan proses manajemen yang baik, efektif, dan efisien dan memanfaatkan peran manajer melalui proses perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang berkaitan dengan biaya dalam organisasi. Berdasarkan fungsi pokok perusahaan, biaya digolongkan ke dalam tiga biaya utama yaitu biaya produksi, biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum (Kautsar Riza Salman, 2013:27). Dari penggolongan biaya tersebut harus diketahui bahwa perhitungan biaya produksi merupakan suatu hal penting dalam upaya merealisasi


(18)

  tujuan perusahaan. Penggolongan biaya berdasarkan hubungan dengan produk digolongkan menjadi dua biaya, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung (Baldric Siregar dkk, 2013:26). Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusur ke produk. Contoh biaya langsung adalah biaya bahan baku. Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung ditelusur ke produk. Contoh biaya tidak langsung adalah sewa peralatan pabrik.

Metode pengumpulan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan adalah Job Order Costing Method (Mardiasmo, 1994:27). Sedangkan untuk mencatat biaya-biaya yang timbul diperlukan adanya kartu-kartu biaya untuk masing-masing produk yang dikenal dengan Job Order Cost Sheet (Kartu Harga Pokok Pesanan). Kartu-kartu biaya ini merupakan catatan tambahan yang dikendalikan oleh perkiraan barang dalam proses, yang harus ditangani secara cermat untuk menghindari kesalahan dalam menghitung harga pokok produksi.

Informasi dan pengumpulan biaya produksi yang benar akan sangat menentukan perhitungan harga pokok produksi yang benar. Kemudian dengan perhitungan harga pokok produksi yang benar maka akan menghasilkan penetapan harga jual yang tepat pula. Namun jika pengumpulan biaya produksi dan perhitungan harga pokok produksi kurang tepat, maka harga jual yang ditentukan pun bisa saja mengakibatkan perusahaan tidak mampu mengklaim laba atau bahkan mengalami kerugian, selain itu juga dapat menyesatkan manajemen dalam pengambilan keputusan.


(19)

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan, ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti oleh penulis diantaranya adalah:

1. Widiyastuti (2007) dalam skripsinya berjudul Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Tas Wanita (Studi Kasus UMKM Lifera Hand Bag Collection), menyimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan masih sangat sederhana dan tidak sesuai dengan teori. Biaya overhead pabrik tidak dialokasikan ke masing-masing produk secara rinci dan tidak disesuaikan dengan pemakaian biaya secara nyata, melainkan hanya merupakan suatu estimasi biaya yang dianggarkan dalam kelompok biaya lain-lain. Selanjutnya dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode Activity Based Costing (ABC) dan menghasilkan harga pokok produksi yang lebih besar daripada metode perhitungan yang digunakan perusahaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penggunaan sumber daya yang dilakukan dalam perhitungan ABC dibandingkan dengan jika menggunakan metode perusahaan karena dalam metode ABC setiap aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi dimasukkan dalam perhitungan. Margin dari hasil penetapan harga jual yang diperoleh perusahaan berdasarkan metode perusahaan lebih besar daripada dengan metode ABC. Walaupun dengan metode ABC margin yang diperoleh rendah daripada margin yang diperoleh perusahaan, namun dengan metode ABC semua biaya produksi yang diperlukan dalam proses produksi sudah diperhitungkan sesuai dengan pemakaian biaya yang sebenarnya sehingga menghasilkan harga pokok produksi yang akurat.


(20)

  2. Pudjiastusi (2003) meneliti tentang peranan Job Order Costing Method

dalam menetapkan Harga Pokok Produksi pada PT. Harost Irmi Bandung, perusahaan pembuat furniture berbahan rotan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya produksi, menghitung harga pokok produksi dan melihat peranan Job Order Costing dalam menetapkan harga pokok produksi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa perhitungan harga pokok produksi pada perusahaan telah menerapkan metode harga pokok berdasarkan pesanan (Job Order Costing) yang dilakukan dengan melakukan pemisahan biaya produksi menjadi biaya produksi langsung yang terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung serta biaya produksi tidak langsung yang terdiri dari biaya-biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Khusus untuk penetapan taksiran biaya overhead pabrik, perusahaan menetapkan berdasarkan pada biaya yang dibebankan langsung pada pesanan yang dilihat dari perhitungan biaya tahun buku sebelumnya. Penentuan harga pokok setiap pesanan dilakukan pada saat pesanan tersebut selesai dikerjakan.

3. Indah Fitri (2012) meneliti tentang penerapan metode Full Costing dalam menetapkan harga produksi pada peternakan ayam UD. Family Poultry Shop di Kabupaten Blitar. Hasil penelitian menyebutkan bahwa perhitungan harga pokok produksi perusahaan tidak memasukkan semua komponen biaya produksi, sehingga laba yang diterima perusahaan setiap periode belum menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti menghitung kembali harga pokok produksi menggunakan metode Full Costing dan ditemukan perbedaan yang signifikan antara perhitungan yang


(21)

dilakukan perusahaan dibandingkan dengan perhitungan menggunakan Full Costing. Harga pokok produksi yang selama ini dibebankan oleh perusahaan ternyata lebih rendah daripada perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode Full Costing. Analisis perhitungan harga jual juga dilakukan dengan menggunakan metode return on asset dan margin laba 15%. Hasilnya mengungkapkan bahwa harga jual yang selama ini diterapkan perusahaan lebih rendah dari dari harga jual yang menggunakan metode return on asset.

4. Rully Kusmawardani (2013) meneliti tentang perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode job order costing method (studi kasus pada UMKM CV.TRISTAR Aluminium). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pesanan tapi terdapat kesalahan pada penentuan biaya bahan baku dan tarif tenaga kerja langsung serta pembebanan biaya overhead. Selanjutnya dilakukan perhitungan harga pokok produksi metode Job Order Costing dengan menggunakan rata-rata harga bahan baku, rata-rata tarif tenaga kerja langsung dan pembebanan biaya overhead aktual menggunakan cost driver volume produksi. Hasil perhitungan menunjukkan perbedaaan yang signifikan dimana harga pokok produksi yang dihitung oleh perusahaan lebih rendah dari harga pokok produksi menggunakan metode Job Order Costing. Perbedaaan harga pokok produksi tentunya mempengaruhi harga jual dan laba rugi perusahaan dimana harga jual yang ditentukan dan laba yang diperoleh perusahaan terlalu rendah.


(22)

  5. Rica Marthasari (2013) meneliti tentang perhitungan biaya produksi

dengan metode full costing (studi kasus ayam bakar kaki lima jalan dr.Mansyur III Padang Bulan Medan). Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa metode tradisional dalam perhitungan biaya produksinya telah diketahui bahwa jika menggunakan bahan setengah jadi total biaya produksi ayam bakar hariannya Rp. 643.433 adalah biaya produksi per satuan atau biaya produksi per paket ayam bakar adalah Rp. 15.000. Jika menggunakan bahan baku produksi sendiri total biaya produksi ayam bakar hariannya Rp. 472.353 adalah biaya produksi per satuan atau biaya produksi per paket ayam bakar adalah Rp. 11.117. sedangkan perhitungan menggunakan metode full costing telah diketahui bahwa jika menggunakan bahan setengah jadi total biaya produksi ayam bakar hariannya Rp. 965.244 adalah biaya produksi per satuan atau biaya produksi per paket ayam bakar adalah Rp. 19.567. Jika menggunakan bahan baku produksi sendiri total biaya produksi ayam bakar hariannya Rp. 795.046 adalah biaya produksi per satuan atau biaya produksi per paket ayam bakar adalah Rp. 16.573. Keuntungannya yang ditargetkan Ayam Bakar Kaki Lima sebesar 20%.


(23)

Adapun perusahaan yang penulis teliti merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan penjualan produk jepara. UD. Delima Jaya Perabot ini melakukan proses produksinya berdasarkan pesanan (order). Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Peranan Job Order Costing Method Dalam Menetapkan Harga Pokok Produksi Pada UD. Delima Jaya Perabot Medan)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah “ Apakah Job Order Costing Method telah diterapkan pada UD.Delima Jaya Perabot di dalam menetapkan harga pokok produksi? ”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan hasil perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Job Order Costing Method telah diterapkan pada UD.Delima Jaya Perabot di dalam menetapkan harga pokok produksi.


(24)

  1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis, hasil dari penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan dan mempraktekan teori secara nyata khususnya untuk mengetahui secara pasti sampai sejauh mana peranan Job Order Costing Method berguna dalam menetapkan harga pokok produk atas dasar pesanan.

2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini berguna sebagai input berupa informasi dalam menetapkan harga pokok produknya berdasarkan Job Order Costing Method yang diharapkan pula akan memudahkan manajemen dalam mengendalikan biaya produksi dan menetapkan harga jual di masa yang akan datang.

3. Bagi pihak-pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk melakukan penelitian lebih mendalam.


(25)

BAB II

KERANGKA TEORI 2.1 Akuntansi Biaya

Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri yang terpisah dari dua tipe tersebut di atas, namun merupakan bagian dari keduanya.

Perhatian utama dari akuntansi biaya yaitu pada akumulasi dan analisis informasi yang relevan yang dilakukan oleh manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.

2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Menurut Matz dan Usry (1997:10) dala buku Cost Accounting, Planning and Control, yang dialihbahasakan oleh Sirait-Wibowo, memberikan penjelasan mengenai Cost Accounting sebagai berikut :

“Akuntansi Biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat baik keputusan rutin maupun keputusan strategik.”

Termasuk dalam kegiatan perencanaan, akuntansi biaya akan membantu manajemen membuat anggaran bagi masa depan atau menetapkan biaya bahan, upah dan gaji dimuka, dan biaya pabrikan lainnya serta pemasaran produksinya. Biaya-biaya ini dapat membantu dalam menetapkan harga dan memperlihatkan besar laba yang akan diterima dengan juga memperhitungkan persaingan dan keadaan ekonomi. Informasi biaya juga dibuat untuk membantu manajemen


(26)

  dalam masalah pembelanjaan, dan pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut pembiayaan aktiva.

Pada tingkat pengawasan, Akuntansi biaya membandingkan hasil yang dicapai dengan standard an anggaran yang dibuat sebelumnya. Untuk bisa berhasil pengawasan biaya sangat bergantung pada perencanaan biaya yang tepat bagi setiap kegiatan, fungsi dan keadaan. Melalui medium akuntansi biaya, manajemen mendapat informasi mengenai aktivitas operasional yang gagal memberikan sumbangannya bagi keseluruhan laba atau kurang efisien dalam pekerjaannya.

Adapun menurut R.A Supriyono (1992:12) dalam bukunya Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok memberikan defenisi akuntansi biaya sebagai berikut :

“Akuntansi Biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.”

Jadi dapat dikatakan bahwa akuntansi biaya merupakan alat bagi manajemen untuk melakukan perencanaan dan pengawasan kegiatan-kegiatan yang relevan dengan biaya produksi.

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan dari akuntansi biaya adalah untuk menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaannya.

Tujuan Akuntansi Biaya, menurut Mulyadi (1993:23) dalam buku Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya menyatakan :

“Tujuan Akuntansi Biaya adalah menyediakan informasi biaya utnuk kepentingan manajemen guna membantu mereka didalam mengelola perusahaan atau


(27)

bagiannya. Agar akuntansi biaya dapat mencapai tujuan tersebut biaya yang dikeluarkan oleh atau terjadi didalam perusahaan harus dicatat dan digolongkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan :

1. Penentuan harga pokok secara teliti 2. Pengendalian biaya

3. Analisis biaya-biaya

Menurut R.A Supriyono (1992:14) dalam buku Akuntansi Biaya, memperjelas tujuan atau manfaat akuntansi biaya.

“Tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu informasi biaya yang bermanfaat :

1. Perencanaan dan pengendalian

2. Penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan tepat dan teliti.

3. Pengambilan keputusan oleh manajemen.

Selanjutnya Matz dan Usry (1997:10) dalam buku Cost Accounting, Planning and Control yang dialihbahasakan oleh Sirait – Wibowo mengemukakan tujuan dan Akuntansi Biaya sebagai berikut :

1. Menyusun dan melaksanakan rencana serta anggaran operasi dalam kondisi yang ekonomis dan bersaing.

2. Biaya dan perbaikan mutu.

3. Mengendalikan jumlah persediaan secara fisik, dan membuat biaya dari masing-masing barang dan jasa yang diproduksi untuk penentuan harga dan untuk mengevaluasi prestasi suatu produk, departemen, atau divisi. 4. Menghitung biaya dan lab perusahaan untuk periode akuntansi tahunan


(28)

  5. Memilih di antara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka

panjang yang bisa menaikan pendapatan atau menurunkan biaya.

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya tujuan akuntansi biaya adalah untuk perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Perencanaan berarti menetapkan dan memelihara suatu rencana operasi yang terintegrasi dan sejalan, dengan tujuan perusahaan, dan prosedur-prosedur yang sesuai. Pengendalian berarti aktivitas mengarahkan pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan, dengan asumsi bahwa rencana tersebut sudah benar.

2.1.3 Sistem Akuntansi Biaya

Secara garis besar, Mulyadi (1993:281) mengemukakan mengenai sistem akuntansi biaya dikelompokkan menjadi dua sistem yaitu :

a. Biaya yang ditentukan dimuka (predetermined cost system) b. Sistem biaya sebenarnya (historical cost system)

2.1.3.1 Sistem Biaya Yang Ditentukan Dimuka

Sistem biaya yang ditentukan di muka merupakan sistem pembebanan harga pokok pada produk yang dihasilkan sebesar harga pokok yang ditentukan di muka sebelum proses produksi dilakukan, biasanya merupakan taksiran (estimated cost) atau standar atas biaya produksi yang mungkin akan dikeluarkan atau dibebankan (standard cost).

Menurut Mulyadi (1993:381) mendefinisikan sistem biaya taksiran sebagai berikut :


(29)

“Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang menggunakan suatu bentuk biaya yang ditentukan di muka dalam menghitung harga pokok produk yang diproduksi.”

Sistem biaya taksiran merupakan sistem penentuan biaya di muka yang memakai dasar untuk norma fisiknya terbatas pada pengalaman masa lampau. Jika tidak terjadi penyimpangan dari norma fisik tersebut, maka perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan sebab-sebabnya, apakah terjadi pemborosan, penghematan atau kesalahan dalam penafsiran norma fisiknya.

Tujuan utama dari penggunaan sistem biaya taksiran adalah: 1. Sebagai jembatan menuju sistem biaya standar

Seringkali sistem biaya taksiran sebagai jumlah menuju sistem biaya standar yang mempunyai keuntungan sebagai berikut :

a) Melatih keyakinan dalam menggunakan sistem biaya standar karena adanya beberapa kesamaan diantara kedua sistem tersebut.

b) Menyesuaikan karyawan secara bertahap terhadap sistem yang baru, agar terpelihara hubungan yang baik dengan karyawan.

2. Menghindarkan biaya yang relatif besar dalam pemakaian sistem biaya standar. Dalam perusahaan yang seringkali mengalami perubahan produk atau produksi, waktu dan biaya yang diperlukan untuk penentuan biaya standar sangat besar sehingga pemakaian biaya standar tidak ekonomis. 3. Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan.

Meskipun biaya taksiran bukan merupakan biaya seharusnya, namun perbandingan antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dapat memberikan petunjuk tentang terjadinya pemborosan sehingga dapat dipakai sebagai dasar perbaikan kegiatan.


(30)

  Untuk pengertian biaya standar, Mulyadi (1993:415) berpendapat sebagai berikut:

“Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk untuk membiayai kegiatan tertentu di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu.”

Biaya yang seharusnya dikeluarkan mengandung arti bahwa biaya yang ditentukan di muka merupakan pedoman dalam pengeluaran biaya yang sesungguhnya. Jika biaya yang sesungguhnya menyimpang dari biaya standar maka yang dianggap besar adalah biaya standar sepanjang asumsi-asumsi yang mendasari penentuannya masih belum berubah. Tujuan utama penggunaan biaya standar adalah untuk pengendalian biaya.

Dengan memakai sistem biaya dimuka akan memungkinkan manajemen untuk mengetahui sebelum produksi di mulai berupa jumlah biaya yang seharusnya terjadi dan berapa laba yang akan diperoleh sehingga dapat di analisis kegiatan perusahaan tersebut. Manajemen juga dapat menggunakan sistem biaya yang ditentukan dimuka untuk menetapkan harga jual produk sehingga harga jual akan menggambarkan nilai yang tidak terlalu tinggi serta memungkinkan perusahaan untuk bersaing di pasaran dengan tidak mengabaikan unsur-unsur perolehan suatu tingkat laba.

2.1.3.2 Sistem Biaya Historis atau Sebenarnya

Mengenai sistem biaya historis, Hammer, dkk (1997:60) yang dialihbahasakan oleh Sirait-Wibowo berpendapat bahwa :

“Dalam sistem biaya actual dan historis, biaya dicatat pada saat dikeluarkan, tetapi penyajian hasil operasi akan ditangguhkan sampai hasil operasi pabrikasi pada periode akuntansi dibentuk atau dalam perusahaan jasa sampai jasa diberikan.”


(31)

Sistem biaya sesungguhnya adalah pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sesuai dengan harga pokok produksi. Pada sistem ini, harga pokok baru dihitung pada akhir periode setelah biaya dikumpulkan.

Jika ditinjau dari tujuan pokok akuntansi biaya, maka sistem harga pokok sesungguhnya mengandung banyak kelemahan, salah satu diantaranya adalah harga pokok produk baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya sesungguhnya dikumpulkan.

Dan defenisi diatas dapat dipahami bahwa sistem ini dapat bermanfaat untuk penentuan harga pokok produk sedangkan untuk tujuan pengendalian biaya dan sebagai dasar pengambilan keputusan tidak dapat menyajikan informasi yang memadai, karena :

1. Tidak ada alat untuk mengukur prestasi pelaksanaan sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran terhadap daya guna dan hasil yang dicapai.

2. Untuk pengambilan keputusan diperlukan informasi biaya yang diperkirakan akan terjadi untuk menghasilkan produk pesanan tertentu. Data yang disajikan oleh sistem harga pokok sesungguhnya, sudah terlambat atau tidak relevan untuk tujuan tersebut.

2.2 Biaya

Keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya. Dalam konsep biaya memerlukan pengelompokkan biaya yang sesuai dengan tujuan apa informasi biaya tersebut diperlukan. Informasi biaya yang baik, tepat dan akurat diperlukan oleh setiap pemakai informasi biaya, oleh karenanya


(32)

  para manajer dituntut untuk memahami konsep biaya agar dapat mengambil keputusan dengan baik sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

2.2.1 Pengertian Biaya

Pengertian biaya telah mengalami perkembangan, sekarang biaya ditentukan oleh nilai yang dikorbankan untuk mencapai sasaran sedangkan sebelumnya biaya diartikan sebagai seluruh pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan. Istilah biaya mempunyai arti yang sangat luas, karena adanya perbedaan tujuan maka pengertiannya juga berbeda pula.

Adapun Cost sendiri didefinisikan oleh Mulyadi (1993:8) dalam buku Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, sebagai berikut:

“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tujuan tertentu.”

Dari definisi biaya tersebut di atas maka ada 4 unsur pokok dalam biaya yaitu:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Biaya diukur dengan satuan mata uang

3. Yang telah terjadi atau potensial akan terjadi 4. Pengorbanan untuk tujuan tertentu

Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan mata uang, yang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.

Di dalam perusahaan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi, ada biaya yang dikenal dengan biaya produksi atau manufacturing cost. Pada


(33)

umumnya biaya ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Pengertian biaya (cost) berbeda dengan pengertian beban (expense).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan halaman 19, yang dimaksud dengan beban adalah:

“Defenisi beban mencakup kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktifitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktifitas perusahaan yang biasa meliputi, misalnya beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan setara kas), persediaan dan aktiva tetap.”

Sedangkan pengertian biaya (cost) menurut Hammer dkk (1994:20) adalah sebagai berikut:

“Frequently the term “cost” is used synonymously with the term “expense”. However, an expenses may be defined as measured outlow of goods or service, which is matched with revenue to determine income, or …, when the term “cost” is used specifically, it should be modified by such descriptions as direct, prime, conversion, indirect, fixed, variable, controllable, product, period, joint, estimated, standard, sunk, or out-of-pocket.”

Dari definisi tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Cost (biaya) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan nilai uang dan dianggap akan membebankan manfaat di masa yang akan datang.

2. Expense (beban) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang telah kadaluarsa yang akan dibandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba.


(34)

  Bastian dan Nurlela (2009:7) mengemukakan bahwa biaya dalam akuntansi biaya diartikan dalam dua pengertian yang berbeda, yaitu biaya dalam artian cost dan biaya dalam artian expense. Biaya (Cost) adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya ini belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan dalam neraca. Sedangkan Beban (Expense) adalah biaya yang telah memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat memberikan manfaat di masa akan datang dikelompokkan sebagai harta. Biaya ini dimasukkan ke dalam Laba-Rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan.

Biaya dalam arti luas adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk obyek atau tujuan tertentu (Mardiasmo 1994:9).

2.2.2 Penggolongan Biaya

Informasi biaya disajikan untuk memenuhi keperluan pemakainya. Penggunaan informasi biaya harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan informasi biaya oleh pemakainya. Untuk tujuan penggunaan informasi biaya yang berbeda, diperlukan klasifikasi biaya yang berbeda pula. Dengan demikian, suatu klasifikasi biaya tidak dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan.

Menurut (Mardiasmo 1994:10) sesuai dengan kebutuhan pemakai informasi, biaya dapat diklasifikasi berdasarkan:

1. Fungsi kegiatan utama perusahaan


(35)

3. Periode penentuan biaya

4. Pengaruh pengambilan keputusan terhadap biaya 5. Periode pembebanan biaya terhadap pendapatan

6. Dapat atau tidaknya biaya diidentifikasikan terhadap obyek biaya 7. Dapat atau tidaknya biaya dikendalikan

Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting (Bastian dan Nurlela,2009:12).

Penggolongan biaya yang umum digunakan adalah biaya dalam hubungan dengan:

1. Produk

2. Volume produksi

3. Departemen dan pusat biaya 4. Periode Akuntansi

5. Pengambilan keputusan

Keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya bergantung pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dengan aktivitas bisnis. Studi dan analisis yang hati-hati atas dampak aktivitas bisnis terhadap biaya umumnya akan menghasilkan klasifikasi dari setiap pengeluaran.

Menurut Baldrik Siregar, dkk dalam buku Akuntansi Biaya mengklasifikasikan biaya berdasarkan pada hal-hal berikut:


(36)

  1. Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusur ke produk. Contoh biaya

langsung adalah biaya bahan baku. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli bahan baku, dapat dengan mudah ditelusur ke dalam produk. 2. Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung ditelusur ke

produk. Contoh biaya tidak langsung adalah sewa peralatan pabrik. Berdasarkan hubungan biaya dengan volume kegiatan

1. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah proporsional dengan perubahan volume kegiatan atau produksi tetapi jumlah per unitnya tidak berubah.

2. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh oleh volume kegiatan dalam kisaran volume tertentu.

3. Biaya campuran adalah biaya yang jumlahnya terpengaruh oleh volume kegiatan perusahaan tetapi tidak secara proporsional. Bila tidak ada kegiatan atau volume kegiatan nol-biaya campuran tidak akan menjadi nol, tetapi bila volume kegiatan bertambah banyak, biaya campuran akan bertambah banyak.

Berdasarkan Elemen Biaya Produksi

1. Biaya bahan baku adalah besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke dalam proses produksi untuk diubah menjadi barang jadi. Biaya bahan baku merupakan bagian penting biaya barang yang digunakan untuk memproduksi barang jadi. 2. Biaya tenaga kerja adalah besarnya biaya yang terjadi untuk menggunakan tenaga

karyawan dalam mengerjakan proses produksi. Biaya tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang secara langsung berhubungan dengan produksi barang jadi. Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah upah atau gaji tenaga kerja yang tidak berhubungan langsung dengan produksi barang jadi.


(37)

3. Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik selain biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya overhead pabrik.

Berdasarkan Fungsi Pokok Perusahaan

1. Biaya produksi terdiri atas tiga jenis biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

2. Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam rangka mengarahkan, menjalanakan, dan mengendalikan perusahaan untuk memproduksi barang jadi. Biaya administrasi dan umum meliputi biaya gaji pegawai, biaya perlengkapan, dan biaya utilitas.

3. Biaya pemasaran meliputi berbagai biaya yang terjadi untuk memasarkan produk atau jasa. Contoh biaya pemasaran adalah biaya gaji pegawai pemasaran dan biaya iklan.

Berdasarkan Hubungan Biaya dengan Proses Pokok Manajerial

1. Biaya standar (standard cost). Biaya standar adalah biaya ditentukan di muka yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu kegiatan.

2. Biaya actual (actual cost). Biaya actual adalah biaya yang sesungguhnya terjadi untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu kegiatan. 3. Biaya terkendali (controllable cost). Biaya terkendali adalah biaya yang

secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tingkat tertentu. 4. Biaya tidak terkendali (uncontrollable cost). Biaya tidak terkendali adalah

yang secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tingkatan tertentu.


(38)

  5. Biaya komitan (committed cost). Biaya committed adalah biaya yang terjadi dalam upaya mempertahankan kapasitas atau kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi, pemasaran, dan administrasi.

6. Biaya diskresioner (discretionary cost). Biaya diskresioner adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada kebijakan manajemen.

7. Biaya relevan (relevant cost). Biaya relevan adalah biaya masa depan yang berbeda antara satu alternatif dan alternatif lainnya.

8. Biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya kesempatan adalah manfaat yang dikorbankan pada saat satu alternatif keputusan dipilih dan mengabaikan alternatif lain.

2.3 Biaya Produksi

Menurut Supriyono (2011:19) biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Sedangkan Rosyidi (2004:333) mengatakan bahwa biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk dapat menghasilkan output.

Secara garis besar biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sering pula disebut prime cost atau biaya utama, sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah conversion cost atau biaya konversi, yang artinya biaya untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk.

Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa (Masiyah Kholmi dan Yunigsih, 2009:26). Biaya produksi dapat


(39)

dklasifikasikan lebih lanjut sebagai bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Bahan baku langsung merupakan bahan yang sebagian besar membentuk produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadi bagian wujud dari suatu produk yang dapat ditelusuri ke produk tersebut. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang mengubah (konversi) bahan baku langsung menjadi produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadikan jasa kepada pelanggan. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung atau semua biaya produksi tak langsung.

2.4 Job Order Costing

Perhitungan biaya produk dan jasa merupakan fungsi akuntansi biaya yang sangat penting, karena sangat mempengaruhi keberhasilan penetapan harga jual produk dan keberhasilan nilai kontrak yang ditawarkan. Dengan meningkatnya persaingan secara global, perbedaan biaya yang kecil, akan memungkinkan berpengaruh cukup besar bagi kelangsungan hidup perusahaan di masa datang.

2.4.1 Pengertian Job Order Costing

Bastian dan Nurlela (2009:61) mengemukakan bahwa perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing) adalah suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak, tumpukan produk atau pesanan pelanggan yang spesifik. Pada sistem akuntansi harga pokok (kalkulasi biaya) pesanan setiap pesanan dibuatkan satu kartu sendiri yang digunakan untuk mencatat semua pengeluaran atau pembebanan biaya pesanan


(40)

  tersebut, yaitu kartu harga pokok pesanan (job order cost sheet). Kartu harga pokok pesanan digunakan untuk mempermudah perhitungan harga pokok per pelanggan dan memberikan informasi dalam proses pengerjaan misalnya menyelesaikan pesanan sesuai dengan pesanan dan sesuai dengan tanggal yang ditentukan.

Departemen-departemen produksi dari perusahaan-perusahaan yang menggunakan sistem ini melakukan pekerjaan yang sering kali berbeda dari produk satu ke produk lainnya. Karena setiap produk atau jasa dapat membutuhkan operasi yang berbeda, cara terbaik untuk menentukan biaya dari suatu produk atau jasa adalah dengan mengakumulasikan biaya-biaya untuk suatu pekerjaan atau batch barang. Dengan demikian, dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, biaya produk atau jasa diperoleh dengan mengumpulkan dan membebankan biaya-biaya pada pekerjaan atau pesanan pelanggan tertentu untuk satu atau lebih produk.

Produksi atau pembuatan pesanan spesifik dikenal dengan Job Order Sistem. R.A. Supriyono (1992:36) dalam buku Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, memberikan definisi Job Order Cost Sistem, sebagai berikut :

“Metode Harga Pokok Pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya.”

Dalam kalkulasi biaya Job Order, setiap job atau pesanan adalah suatu satuan akuntansi yang dibebankan biaya bahan, upah dan biaya overhead dengan menggunakan nomor-nomor order, biaya untuk setiap pesanan yang dikerjakan untuk pelanggan tertentu dicatat dalam suatu kartu yang disebut kartu biaya Job


(41)

Order (Job Order Cost Sheet) kartu induknya disusun untuk mengumpulkan semua biaya bahan, upah, dan biaya overhead yang dibebankan khusus pada pesanan yang bersangkutan.

Pesanan yang diselenggarakan atas dasar spesifikasi khusus dari pelanggan memungkinkan penjabaran laba atau rugi untuk setiap pemesanan. Dimana pesanan itu menyangkut produksi suatu jumlah persediaan barang, maka kalkulasi Job Order memungkinkan dijabarkannya biaya satuan untuk keperluan kalkulasi biaya atau harga pokok persediaan.

Menurut Mulyadi (1993:24) dalam buku Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian Biaya, mengemukakan syarat-syarat penggunaan metode harga pokok pesanan sebagai berikut:

1. Bahwa masing-masing pesanan pekerjaan atau produk dapat dipisahkan identitasnya secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individual.

2. Bahwa biaya produksi harus dipisahkan ke dalam dua golongan, yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, sedangkan biaya produksi tidak langsung terdiri dari biaya-biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

3. Bahwa biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan atau diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan yang bersangkutan, sedangkan biaya produksi tidak langsung (overhead) dibebankan pada pesanan tertentu atas dasar tarif yang ditentukan dimuka (Predetermined rate).


(42)

  4. Bahwa harga pokok tiap-tiap pesanan ditentukan pada saat pesanan

selesai.

5. Bahwa harga pokok persatuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.

2.4.2 Karakteristik Job Order Costing Method

Menurut Kautsar Riza Salman (2013:62) dalam buku Akuntansi Biaya: Pendekatan Product Costing karakteristik dari biaya pesanan adalah sebagai berikut:

1. Sistem ini diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan pesanan dalam bentuk produk atau jasa yang beraneka ragam dan berbeda antara pesanan yang satu dengan yang lain, atau dengan kata lain produk yang dihasilkan heterogen.

2. Biaya produksi diakumulasi ke masing-masing pesanan (job). Pesanan dapat berupa produk atau sekelompok produk (batch of goods).

3. Biaya per unit produk dihitung dengan cara membagi total biaya pesanan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dari pesanan tersebut.

4. Di dalam sistem biaya pesanan terdapat kartu biaya pesanan sebagai dokumen yang digunakan mengakumulasi biaya ke dalam pesanan tertentu.

Menurut Mardiasmo (1994:27) karakteristik metode harga pokok pesanan adalah sebagai berikut:


(43)

2. Penentuan harga pokok produk setiap produk pesanan dilakukan setelah produk tersebut selesai dikerjakan.

3. Harga pokok per unit produk pesanan dihitung dengan cara membagi harga pokok produk pesanan dengan jumlah unit produk pesanan yang bersangkutan.

2.4.3 Manfaat Job Order Costing Method

Penentuan biaya pesanan sangat bermanfaat untuk penetapan harga jual dan pengendalian biaya. Umumnya calon pelanggan selalu meminta estimasi biaya terlebih dahulu sebelum mereka memesan, dan seringkali mereka memesan atau memberi pekerjaan, membandingkannya dengan pesaing. Oleh sebab itu perusahaan harus dapat mengestimasi biaya secara akurat agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dan menghasilkan laba yang optimal (Bastian dan Nurlela 2009:62).

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, Mulyadi (1993:41) dalam bukunya Akuntansi Biaya menyatakan bahwa informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk:

1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. 2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan. 3. Memantau realisasi biaya produksi.

4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.

5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca


(44)

  Jadi, dalam penentuan perhitungan harga pokok secara pesanan perusahaan perlu memperhatikan penggunaan sumber daya untuk masing-masing pesanan.

2.4.4 Keuntungan dan Kelemahan Job Order Costing Method

Menurut Mulyadi (1993:48), Job Order Costing Method akan memberikan keuntungan sebagai berikut:

1. Memberikan struktur yang lengkap dalam hal ini terbatas, terbatas pada Direct Cost yaitu Direct Material dan Direct Labour.

2. Tepat, lengkap, historis, sederhana dan mampu diperbandingkan.

Ketepatan dihasilkan karena direct cost diidentifikasikan pada masing-masing order, kelengkapan dihasilkan dari semua biaya-biaya, direct dan indirect dikorelasikan kepada produksi dan kemudian dibebankan kepada Cost Of Sales Job Order Cost memberikan catatan historis dengan mengkalkulasikan semua biaya-biaya yang terjadi dalam memproduksi suatu pesanan spesifik sederhana dihasilkan dari kenyataan, bahwa pencatatan direct material dan direct labour hours adalah dengan mengikuti sistem pelaporan yang telah ada yaitu planning production dan scheduling purposes. Sistem ini juga menyediakan dasar untuk membandingkan suatu Job Cost dengan yang lain atau dengan Cost Estimate.

3. Meningkatkan kemampuan untuk mengatur dan mengevaluasi prestasi historis dari bagian-bagian operasi, product lines, departemen fungsional dan staf manajemen dalam organisasi.


(45)

4. Kemampuan untuk mengendalikan operasi berjalan dengan mendeteksi dan menganalisa penyimpangan-penyimpangan atas kecenderungan historis dalam pola biaya.

5. Penambahan kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan di masa yang akan datang dalam organisasi.

Sedangkan kerugian dari Job Order Costing Method adalah timbulnya pemborosan yang terjadi dalam memproduksi suatu pesanan atau kelompok pesanan dibebankan dalam Job Cost-nya, pemborosan ini tidak dipisahkan sehingga tidak memungkinkan suatu perbandingan dengan biaya-biaya yang seharusnya terjadi. Dengan kata lain biaya-biya tidak dapat dipisahkan dengan suatu produk atau kelompok lain.

Metode akumulasi Job Order biasanya paralel dengan metode produksi yang digunakan, yaitu proses produksi pesanan diurutkan menurut lay out pabrik oleh perencana produksi. Data biaya yang harus dilaporkan meliputi direct material dan direct labor (bahan langsung dan tenaga kerja langsung). Hal yang dilakukan pertama kali adalah membuat Job Order. Number atau nomor pesanan yang dilakukan oleh perencana produksi sebagai perintah-perintah produksi. Produksi dimulai dengan:

1. diterimanya order atau pesanan 2. dikeluarkannya perintah produksi

Setelah perusahaan menerima order dari langganan atau pemesan yang berisi jenis produk dengan spesifikasi yang dikehendaki pemesan, maka kemudian dibuat perintah produksi untuk membuat produk sesuai dengan apa yang dikehendaki pemesan.


(46)

  Order produksi diberi nomor identitas untuk memudahkan identifikasi biaya-biaya produksi yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi atau pembuatan produk yang dipesan tersebut. Nomor itu harus dicantumkan pada setiap laporan biaya dari pemesan. Dalam hal ini dipergunkan Job Order Cost Sheet untuk mengumpulkan biaya-biaya produksi seperti order.

Menurut Hartanto (1992:242) dalam buku Akuntansi Biaya, Perhitungan Harga Pokok Produk, memberikan pengertian Job Order Cost Sheet sebagai berikut :

“Kartu harga pokok tidak lain adalah suatu formulir yang didalam sistem harga pokok pesanan digunakan untuk mencatat informasi tentang nomor order produksi/pesanan, spesifikasi produk, dan ringkasan data biaya produksi yang diperlukan untuk menyesuaikan suatu pesanan.”

Job Order Sheet mempunyai bentuk, isi dan susunan yang berbeda untuk setiap pesanan. Tetapi pada umumnya Job Order Cost Sheet dibuat untuk mengetahui laba dan digunakan untuk membandingkan biaya sebenarnya dengan biaya standar, juga sebagai pembanding dengan biaya-biaya terdahulu dari pesanan yang sama.

Rincian Job Order Cost Sheet harus dirancang dengan tepat dan teratur sehingga manajemen dapat memperoleh informasi biaya-biaya dengan cepat. Berikut ini adalah contoh Job Order Cost Sheet (Kartu Biaya Pesanan)


(47)

KARTU BIAYA PESANAN

Perusahaan ABC No. Pesanan :

Jl.Seturan Jaya Yogyakarta

Pemesan : Tgl Pesan :

Jenis Produk : Tgl Dikerjakan :

Spesifikasi : Tgl. Diambil :

Jumlah : Tgl. Selesai :

BIAYA BAHAN BAKU

Tanggal No Bon Barang Subtotal Total

BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG Tanggal Jumlah Tenaga

Kerja

Subtotal Total

BIAYA OVERHEAD PABRIK Tanggal Jumlah Jam Kerja

Mesin

Subtotal Total

Penjualan xxxx Biaya Produksi

Biaya Bahan Baku xxxx Biaya Tenaga Kerja Langsung xxxx Biaya Overhead Pabrik xxxx

Total Biaya Produksi xxxx Laba Kotor xxxx Biaya Pemasaran xxxx

Biaya Administrasi dan Umum xxxx

Jumlah (xxxx) Laba Operasi xxxx Sumber : Baldric, dkk., 2013:46-47

Menurut Matz dan Usry (1997:85) dalam buku Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian yang dialih bahasakan oleh Wibowo-Sirait, menyatakan :


(48)

  “Kendati beberapa jenis pekerjaan atau pesanan diproses di pabrik secara serentak, namun setiap karut biaya dirancang hanya untuk mengumpulkan biaya bahan, tenaga kerja dan overhead pabrik yang dibebankan ke masing-masing pekerjaan. Dalam setiap kartu biaya dicantumkan nomor pesanan atau produksi. Nomor ini juga akan tertera dalam setiap surat permintaan bahan dan kartu jam kerja yang digunakan untuk suatu pekerjaan.”

Kartu biaya itu akan merupakan ikhtisar dari seluruh biaya dan selanjutnya merupakan catatan pelengkap serta control dengan perkiraan barang dalam proses. Pesanan yang diselenggarakan atas dasar spesifikasi khusus dari pelanggan yang memungkinkan penjabaran laba atau rugi untuk setiap pesanan.

Adakalanya pihak manajemen harus membuat keputusan apakah akan menerima atau menolak pesanan tersebut. Untuk pengambilan keputusan tersebut, manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang akan diterima tersebut. Informasi total harga pokok pesanan memberikan dasar perhitungan bagi manajemen adalah di dalam menerima pesanan perusahaan tidak mengalami kerugian. Tanpa memiliki informasi total harga pokok pesanan, manajemen tidak memiliki jaminan apakah harga yang diminta oleh pemesan dapat mendatangkan laba rugi perusahaan.

Departemen yang menggunakan bahan langsung (Direct Material) dan tenaga kerja langsung (Direct Labour) harus mempertanggungjawabkan biaya bahan dan tenaga kerja yang bersangkutan. Dalam pemakaian bahan yang diperhatikan untuk pengawasan dan tanggung jawab adalah formulir permintaan bahan (Material Requisition), yaitu dokumen yang digunakan untuk memberitahukan banyaknya setiap jenis bahan secara individual dalam proses produksi suatu pesanan. Sedangkan untuk tenaga kerja langsung dalam pengumpulan data biaya tenaga kerja digunakan jam kerja (Job Time Ticket) bagi


(49)

pekerja langsung digunakan untuk dua tujuan. Satu salinan digunakan untuk memposting pada Job Order Cost Sheet, salinan berikutnya untuk menentukan pertanggungjawaban departemen. Pimpinan departemen membuat catatan mengenai pemakaian bahan langsung dan upah langsung dengan membuat ikhtisar harian atau mingguan dan material requisition yang dibebankan pada departemen.

Job Cost Sheet juga memberikan fungsi pengendalian atau pengawasan. Perbandingan dilakukan antara perdiksi dari Job Cost Sheet dan Cost yang akhirnya dibebankan pada Job (pesanan) yang bersangkutan. Penyimpangan-penyimpangan di analisis untuk mengetahui penyebabnya.

2.4.5 Jurnal Perhitungan Pada Job Order Costing Method

Menurut Bastian dan Nurlela (2009:64) perhitungan biaya berdasarkan pesanan hanya membutuhkan delapan bentuk ayat jurnal akuntansi untuk setiap elemen biaya: pembelian bahan baku, penggunaan bahan baku, pencatatan gaji dan upah, pendistribusian beban gaji dan upah, pencatatan biaya overhead pabrik sesungguhnya, pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan, pencatatan penyelesaian pesanan, penjualan produk yang dipesan.

2.4.5.1 Akuntansi Biaya Bahan Baku & Bahan Penolong

Pengolahan bahan baku dan penolong dalam proses produksi mencakup kegiatan pemesanan, pembelian, penyimpanan dan pemakaian bahan. Kegiatan akuntansi yang diperlukan dalam hal ini adalah:


(50)

  a. pembelian bahan

b. pemakaian bahan Akuntansi pembelian bahan

Harga pemerolehan bahan baku & bahan penolong dicatat ke dalam buku Jurnal berdasarkan faktur pembelian. Rekening yang digunakan untuk mencatat transaksi pembelian tersebut adalah Persediaan Bahan Baku, Persediaan Bahan Penolong, dan Kas atau Utang Dagang. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembelian bahan baku & bahan penolong adalah sebagai berikut:

Persediaan Bahan Baku Rp. xxxx Kas/ Utang dagang Rp. xxxx (Untuk mencatat pembelian bahan baku secara tunai dan kredit) Persediaan Bahan Penolong Rp. xxxx

Kas/Utang Dagang Rp. xxxx

(Untuk mencatat pembelian bahan baku penolong secara tunai atau kredit) Akuntansi pemakaian bahan

Bahan baku dan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi dicatat berdasarkan Bukti Pemakaian Barang. Rekening yang digunakan untuk mencatat pemakaian bahan dalam proses produksi adalah Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku, Proses-Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya, Persediaan Bahan Baku dan Persediaan Bahan Penolong. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp. xxxx

Persediaan Bahan Baku Rp. xxxx


(51)

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. xxxx

Persediaan Bahan Penolong Rp. xxxx (Untuk mencatat pemakaian bahan baku penolong dalam proses produksi)

2.4.5.2 Akuntansi Biaya Tenaga Kerja

Prosedur pencatatan biaya tenaga kerja, meliputi perhitungan gaji, pendistribusian ke masing-masing bagian. Proses perhitungan sampai dengan pendistribusian dan pembayaran berdasarkan kehadiran, jumlah dan pembayaran kepada masing-masing tenaga kerja berdasarkan bagian masing-masing. Proses pencatatan terjadinya gaji dengan mendebit beban gaji, dan mengkredit utang beban gaji. Sedangkan untuk pendistribusian gaji ke bagian yang berhubungan biaya pabrikasi, dengan mendebit produk dalam proses, pengendali overhead pabrik dan mengkredit beban gaji.

Jurnal:

Biaya Tenaga Kerja yang Terjadi

Beban Gaji Rp. xxx

Beban Gaji yang masih harus dibayar Rp. xxx Distribusi Biaya Tenaga Kerja

Produk Dalam Proses Rp. xxx

Beban Gaji Rp. xxx

Pengendali Overhead Pabrik Rp. xxx


(52)

  2.4.5.3 Akuntansi Biaya Overhead Pabrik

Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dapat diidentifikasi langsung ke setiap pesanan dan dapat diukur secara lebih akurat. Sedangkan untuk biaya overhead pabrik lebih sulit, karena membutuhkan perhitungan yang lebih rumit, mengingat jenis biaya ini sangat beragam yaitu semua biaya yang berhubungan dengan proses pabrikasi, selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Maka perhitungan dan pembebanan ke pesanan tertentu memerlukan dasar tersendiri seperti jam kerja langsung, jam kerja mesin, biaya tenaga kerja, biaya bahan baku langsung dan unit produksi. Pencatatan untuk biaya overhead pabrik dapat dilakukan dua langkah yaitu saat terjadi overhead pabrik sesungguhnya (actual) dan pada saat pembebanan overhead pabrik ke pesanan.

Jurnal:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya (Aktual)

Pengendali Overhead Pabrik Rp. xxx

Akumulasi Penyusutan Mesin Rp. xxx

Pengendali Overhead Pabrik Rp. xxx

Asuransi Biaya Dimuka Rp. xxx

Biaya Overhead Pabrik dibebankan

Produk Dalam Proses Rp. xxx

Overhead Pabrik dibebankan Rp. xxx

Overhead Pabrik Dibebankan Rp. xxx

Pengendali Overhead Pabrik Rp. xxx


(53)

2.4.5.4 Akuntansi Produk Selesai

Pada perhitungan berdasarkan pesanan, kadangkala produk yang sudah selesai langsung dapat dikrim kepemesan tanpa dibukukan sebagai persediaan produk jadi.

Jurnal:

Penyerahan langsung ke pemesan

Piutang Usaha Rp. xxx

Penjualan Rp. xxx

Harga Pokok Penjualan Rp. xxx

Produk Dalam Proses Rp. xxx

Mengisi persediaan produk jadi

Produk Selesai Rp. xxx

Produk Dalam Proses Rp. xxx

2.5 Harga Pokok Produksi

Harga pokok produk atau jasa merupakan akumulasi biaya-biaya yang dibebankan kepada produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Informasi mengenai harga pokok produk atau jasa dan biaya-biaya lainnya disajikan untuk akuntansi biaya secara terinci untuk setiap produk dan bagian organisasi.

2.5.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi (manufacturing cost atau production cost atau factory cost) yaitu jumlah dari biaya pemakaian bahan baku langsung (direct material cost), upah langsung (direct labor) dan biaya-biaya produksi tidak


(54)

  langsung (factory overhead cost). Selama suatu periode accounting, bagian dari biaya produksi yang merupakan barang-barang yang sudah selesai diprodusir dipindahkan ke persediaan barang-barang jadi (finished goods inventory), sedangkan barang-barang yang belum selesai diprodusir tetap tinggal dalam barang-barang dalam proses (work in process).

Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir (Bastian Bustami dan Nurlela 2009:49). Harga pokok produksi terikat pada waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir.

Menurut Matz dan Usry (1997:59) dalam bukunya Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian yang dialihbahasakan oleh Wibowo-Sirait bahwa untuk penggunaan internal diperlukan informasi tambahan. Karena itu, biasanya disusun suatu skedul pendukung untuk harga pokok penjualan dengan bagian-bagian sebagai berikut:

1. Bagian bahan langsung terdiri dari persediaan awal bahan, pembelian dan persediaan akhir bahan, disertai dengan penyesuaian untuk bahan tidak langsung yang ditambahkan ke overhead pabrik. Bagian ini mengidentifikasi biaya bahan yang menjadi bagian dari barang jadi.

2. Bagian pekerja langsung menunjukkan biaya pekerja yang dapat secara langsung diidentifikasi terhadap barang-barang yang diproduksi.

3. Overhead pabrik mencakup semua biaya tidak langsung yang terlibat dalam proses pabrikasi suatu barang.


(55)

4. Biaya pabrikasi total yang dikeluarkan selama periode itu harus disesuaikan untuk persediaan barang dalam proses pada awal dan akhir periode itu.

5. Harga pokok produksi selama periode itu harus disesuaikan untuk persediaan barang jadi pada awal dan akhir periode.

Menurut Mulyadi (1993:42) dalam bukunya Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok Produk memberikan pengertian sebagai berikut :

“Jadi harga pokok produk merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi untuk memperoleh suatu produk. Produk merupakan suatu output dari suatu proses produksi. Biaya-biaya yang terjadi pada suatu proses produksi umumnya terjadi dari biaya material ditambah dengan Conversion Cost, sehingga harga pokok produk meliputi unsur biaya yang sama.”

Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa harga pokok produk merupakan suatu pengorbanan dari sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi untuk memperoleh penghasilan sehingga informasi mengenai harga pokok produk dapat digunakan sebagai dasar penentu harga jual produk disamping sebagai dasar untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pengelolaan perusahaan.

2.5.2 Manfaat Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (1993:37) dalam bukunya Akuntansi Biaya memberikan tujuan dari pemberian harga pokok produksi adalah untuk menentukan jumlah biaya per unit produk jadi, selain itu juga mempunyai tujuan-tujuan lain yaitu:

1. Menentukan harga jual produk 2. Menilai persediaan


(56)

  4. Sebagai dasar untuk pengambilan keputusan

5. Sebagai alat perencanaan dan pengendalian

2.5.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Menurut Mardiasmo (1994:27) dalam buku Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok Produksi, mengemukakan bahwa terdapat dua jenis prosedur akumulasi biaya dalam pengumpulan harga pokok produksi, yaitu:

a. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method) b. Metode Harga Pokok Proses (Process Costing Method)

Penerapan metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan menjadi produk selesai yang akan mempengaruhi metode pengumpulan harga pokok yang digunakan.

2.5.3.1 Metode Harga Pokok Pesanan

Metode harga pokok pesanan yaitu metode pengumpulan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Karakteristik metode harga pokok pesanan adalah sebagai berikut:

a. Harga pokok produk dihitung setiap produk pesanan

b. Penentuan harga pokok setiap produk pesanan dilakukan setelah produk tersebut selesai dikerjakan.

c. Harga pokok per unit produk pesanan dihitung dengan cara membagi harga pokok produk pesanan dengan jumlah unit produk pesanan yang bersangkutan.


(57)

Metode harga pokok pesanan merupakan harga pokok (biaya produksi) dikumpulkan atas dasar pekerjaan-pekerjaan atau pesanan-pesanan yang diterima dari langganan/pembeli mulai dari satu unit pesanan sampai kepada suatu partai besar yang diproses pada saat yang sama. Pada metode ini, masing-masing unit pesanan yang selesai di produksi pada periode yang sama, mungkin sekali berbeda harga pokok produk per unitnya.

Menurut Mulyadi (1993:41) pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.

2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini : biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.

4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya sesungguhnya ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan


(58)

  untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk :

1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. 2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan. 3. Memantau realisasi biaya produksi

4. Menghitung laba atau rugi tiap pesanan

5. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca

Jadi dalam penentuan perhitungan harga pokok secara pesanan perusahaan perlu memperhatikan penggunaan sumber daya untuk masing-masing pesanan.

2.5.3.2 Metode Harga Pokok Proses

Pada metode ini, harga pokok (biaya produksi) dikumpulkan atas dasar proses atau departemen untuk suatu periode tertentu biasanya satu bulan. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya produksi tidak langsung (overhead) yang dibebankan, dibebankan pada rekening-rekening barang dalam proses setiap departemen. Pada setiap akhir periode, total harga pokok (biaya produksi) yang terjadi pada suatu departemen dibagi dengan jumlah unit yang selesai diproduksi akan menghasilkan harga pokok per unit departemen yang bersangkutan.

Menurut Mardiasmo (1994:27) metode harga pokok proses merupakan pengumpulan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan yang


(59)

menghasilkan produk secara massa. Karakteristik metode harga pokok proses adalah sebagai berikut:

a. Harga pokok produk dihitung berdasarkan periode tertentu (umumnya satu bulan).

b. Harga pokok produk ditentukan pada akhir periode tertentu.

c. Harga pokok per unit produk dihitung dengan cara membagi harga pokok produk selesai periode dengan jumlah unit produk selesai, dalam periode yang bersangkutan.

Menurut Hartanto (1992:276) dalam buku Akuntansi Biaya, Perhitungan Harga Pokok Produk memberikan pengertian harga pokok proses sebagai berikut :

“Harga Pokok Proses merupakan suatu sistem pengumpulan biaya produksi yang dilakukan untuk setiap departemen atau pusat biaya.”

Dari pendapat ini dijelaskan, bahwa departemen didefenisikan sebagai bagian fungsional pabrik dimana kegiatan produksi itu berlangsung. Suatu departemen secara otomatis merupakan pusat biaya juga. Tetapi jika dalam suatu departemen terdapat lebih dari satu proses atau tahap pengolahan produk, maka setiap proses produksi itu disebut juga sebagai pusat biaya. Untuk tujuan penentuan harga pokok produk, biaya produksi dikumpulkan pada setiap proses tersebut.

Harga pokok dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk pada periode tertentu dengan jumlah produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan. Biaya-biaya produksi yang dikeluarkan dalam menghasilkan produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya yang mendukung berlangsung proses produksi tersebut.


(60)

  Menurut R.A Supriyono (1992:36) dalam buku Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, membandingkan karakteristik pengumpulan biaya produksi dalam metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses sebagai berikut :

SEGI PERBEDAAN

METODE HARGA POKOK PESANAN

METODE HARGA POKOK PROSES Dasar Kegiatan Pesanan langganan Untuk perbedaan yang

akan dijual

Tujuan Produksi Untuk melayani pesanan Untuk perbedaan yang akan dijual

Bentuk Produk Tergantung spesifikasi dan dapat dipisahkan identitasnya

Homogen dan standar

Biaya produksi dikumpulkan

Setiap pesanan Setiap satuan waktu

Kapan biaya produksi dihitung

Pada saat pesanan selesai Setiap satuan waktu

Menghitung harga pokok

Harga pokok pesanan jumlah produk pesanan

Harga pokok periode tertentu jumlah produk Contoh perusahaan Percetakan, perusahaan

manufaktur, kontraktor, konsultan akuntansi

Semen, kertas, PLN, penyulingan minyak, dll


(61)

2.5.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produk

Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja.

2.5.4.1 Full Costing

Full Costing adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk dengan memperhitungkan semua biaya produksi, seperti biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap (Bastian dan Nurlela 2009:40).

Menurut Mulyadi (1993:18) dalam bukunya Akuntansi Biaya memberikan defenisi full costing sebagai berikut:

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel atau tetap.”

2.5.4.2 Variabel Costing

Variabel Costing adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dalam metode ini biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya produksi tetapi biaya overhead tetap akan diperhitungkan sebagai biaya periode


(62)

  yang akan dibebankan dalam laporan laba-rugi tahun berjalan (Bastian dan Nurlela 2009:40).

Menurut Mulyadi (1993:20) dalam bukunya Akuntansi Biaya memberikan defenisi variabel costing sebagai berikut:

Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.”

2.5.5 Unsur-unsur yang Mempengaruhi Harga Pokok Berdasarkan Pesanan

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk dijual sedangkan biaya non produksi merupakan biaya diluar biaya produksi seperti biaya-biaya untuk kegiatan administrasi dan umum, biaya penelitian dan pengembangan, biaya distribusi serta biaya-biaya penjualan seperti gaji dan komisi bagian pemasaran. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya ini digunakan untuk menghitung harga pokok produk selesai dan harga pokok pada akhir periode akuntasi dalam proses.

Hal ini didukung oleh pendapat Garrison (2000:28) yang menyatakan unsur-unsur yang membentuk harga pokok adalah sebagai berikut :

“The cost of manufacturing product is made up of three basic element: 1. Direct materials

2. Direct Labour


(63)

Dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa unsur-unsur yang membentuk harga pokok adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Pada umumnya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung disebut biaya utama (prime cost) sedangkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik sering disebut dengan biaya konersi (conversion cost) karena biaya-biaya itu dikeluarkan untuk mengkonversikan atau mengubah bahan baku menjadi barang jadi.

Bahan baku langsung merupakan bahan yang dipergunakan secara langsung dan membentuk bagian integral dari produk selesai, dan biayanya dapat dibebankan secara langsung dalam biaya per unit dari produk selesai, dan biayanya dapat dibebanan secara langsung dalam biaya per unit dari produk selesai. Pertimbangan utama untuk mengelompokkan bahan ke dalam bahan langsung adalah kemudahan penelusuran bahan tersebut setelah menjadi barang jadi. Dengan demikian bahan langsung merupakan bagian dari barang jadi yang dapat diidentifikasikan secara langsung.

Besarnya biaya bahan langsung dihitung dengan cara mengalikan banyaknya bahan langsung yang digunakan dengan harga per unitnya, dimana harga per unit tersebut terdiri dari harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan langsung tersebut dalam keadaan siap untuk diolah.

Tenaga kerja langsung adalah pekerja atau karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung meliputi gaji karyawan yang dapat dibebankan langsung pada produk


(64)

  tertentu. Jadi yang dimaksud dengan biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan langsung terhadap produk tertentu.

Besar pengidentifikasian dan penggunaan tenaga kerja langsung dinyatakan dalam jam kerja atau hari kerja. Biaya tenaga kerja yang dibebankan ke dalam biaya produksi dapat dilihat dengan mengalikan tarif upah yang ditetapkan dengan jumlah jam atau hari kerja karyawan.

Untuk perusahaan yang menggunakan metode job order costing, dokumen yang digunakan untuk mengumpulkan waktu kerja karyawan adalah kehadiran karyawan di perusahaan, sedangkan kartu jam kerja adalah kartu catatan yang menyatakan waktu yang dihabiskan karyawan untuk mengerjakan suatu pesanan tertentu.

Biaya produksi tidak langsung pada umumnya merupakan unsur harga pokok yang relatif besar dengan jenis dan tingkah laku yang beraneka ragam. Biaya produksi tidak langsung adalah biaya produksi selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Yang termasuk biaya produksi tidak langsung antara lain adalah biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya produksi lainnya yang tidak dapat dibebankan pada barang hasil produksi tertentu, seperti biaya penyusutan, biaya reparasi dan biaya pemeliharaan mesin pabrik dan lain sebagainya.

Biaya produksi tidak langsung ini mempunyai dua karakteristik yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Dalam hubungannya dengan produk itu sendiri, biaya produksi tidak langsung merupakan biaya tidak langsung yang menghasilkan produk,


(1)

2 Apa saja tugas dan fungsi masing-masing bidang?

3 Apa saja tanggungjawab masing-masing bidang?

Biaya Bahan Baku

1 Apa yang dimaksud dengan biaya bahan baku?

2 Apa yang menjadi bahan baku dalam memproduksi produk dalam usaha ini?

Pemilik dan  Pekerja Usaha 

Dagang  Delima Jaya 

Perabot  Medan  3 Bagaimana penentuan bahan baku?

4 Apa yang dimaksud dengan biaya bahan penolong?

5 Apa saja yang termasuk biaya bahan penolong?

BIAYA TENAGA

KERJA

1 Apa yang dimaksud dengan biaya tenaga kerja langsung?

2 Berapa orang tenaga kerja langsung yang bekerja di UD Delima Jaya? 3 Berapa jumlah gaji yang diterima


(2)

  BIAYA

OVERHEAD PABRIK

1 Apa yang dimaksud dengan biaya overhead pabrik?

2 Apa yang menjadi biaya overhead pabrik dalam memproduksi jepara?  


(3)

(4)

  Dari sisi depan toko UD Delima Jaya Perabot


(5)

Contoh bahan baku yang sudah diampelas


(6)

  Contoh bahan baku yang sudah dicat