15
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AL-JASHASH DAN AL-QURTHUBI
A. Sekilas Tentang al-Jashash dan Tafsir Ahkam al-Qur’an
1. Riwayat Hidup
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ahmad Ibn Ali Al-Razi, yang terkenal dengan sebutan Al-Jashash.
1
Ia lahir di Baghdad tahun 305 H. Beliau merupakan seorang ahli tafsir dan ahli ushul fiqih ternama yang terkenal dengan
panggilan Al-Jashash penjual kapur rumah. Beliau disebut demikian, karena dalam mencari nafkah hidup ia bekerja sebagai pembuat dan penjual kapur
rumah.
2
Pada masanya ia adalah imam pengikut madzhab Hanafi, beliau berguru kepada Abu Sahal Al-Zujaj, Abu Al-Hasan Al-Harakhi, dan kepada orang alim
fiqih lainnya pada saat itu. Proses belajarnya menetap di baghdad, dan perjalanan mencari ilmunya pun berakhir di sana. Al-Jashash berguru tentang zuhud kepada
Imam Al-Harakhi, saat Al-Jashash mencapai maqam zuhud, beliau diminta untuk menjadi seorang penghulu qadhi, tapi ia tolak. Dan ketika diminta lagi ia tetap
tidak menerimanya.
3
Al-Jashash adalah salah seorang Imam fiqih Hanafi pada abad ke 4 H, dan kitabnya Ahkam al-
Qur’an dipandang sebagai kitab fiqih terpenting, terutama bagi pengikut mazhab Hanafi. Al-Jashash terlalu fanatik buta terhadap mazhab
Hanafi sehingga mendorongnya untuk maksakan penafsiran ayat dan
1
Muhammad Husain Al Zahabi, Al Tafsir wa Al Mufassiruun, Mesir: Daar Al Maktabah Al Harisah, 1976, h. 485.
2
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992, h. 485.
3
Muhammad Husain Al Zahabi, Al Tafsir wa Al Mufassiruun , h. 485.
penakwilannya, guna mendukung mazhabnya, ia sangat ekstrim dalam menyanggah mereka yang tidak sependapat dengannya dan bahkan berlebih-
lebihan dalam menta’wilkan sehingga menyebabkan pembaca tidak suka meneruskan bacaannya, karena ungkapan-ungkapannya dalam membicarakan
mazhab lain sangat pedas.
4
Al-Jashash tergolong seorang ulama pilihan yang alim. Banyak ulama lain yang mengembalikan permasalahan yang berkaitan dengan
mazhab Hanafi kepadanya berdasarkan bukti dan dalil yang ada. Al-Jashash wafat tahun 370 H.
5
2. Profil Tafsir Ahkam al-Qur’an
Al- Qur’an al-Karim itu laksana samudra ilmu dan keunikannya tidak akan
pernah sirna sampai kapanpun, banyak sekali para ulama yang mengkaji al- Qur’an
sampai saat ini, sehingga lahirlah bermacam-macam tafsir dengan metode yang beraneka ragam. Kitab-kitab tafsir yang memenuhi perpustakaan merupakan bukti
nyata yang menunjukkan betapa tingginya semangat dan besarnya perhatian para ulama untuk menggali dan memahami kandungan makna-makna kitab suci al-
Qur’an.
6
Dalam perkembangan berikutnya, bersamaan dengan kehadiran buku-buku tafsir al-
Qur’an yang bersifat umum atau keseluruhan, lahir pula sejumlah kitab tafsir yang lebih berorientasi kepada hukum, bahkan lebih dari itu ada yang
membatasi pembahasan kitab tafsirnya khusus pada ayat-ayat hukum. Kitab-kitab inilah yang kemudian populer dengan sebutan kitab tafsir ayat ahkam atau tafsir
4
Manna’ Khalil Al-Qattan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Terj. Mudzakir, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antara Nusa, 2000, Cet. V, h. 518.
5
Muhammad Husain Al-Zahabi, Al Tafsir wa Al Mufassiruun, h. 439.
6
Abd. Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudlu’iy, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996, h. 1.
ahkam.
7
Salah satunya kitab Tafsir Ahkam yang tergolong tua dan terdiri atas tiga jilid, dengan tebal halaman secara keseluruhan masing-masing 540 halaman, jilid
1 diatur daftar isi 494 halaman, jilid 2 dan 479 halaman, untuk jilid 3 yang tanpa halaman daftar isi. Kitab ini disusun oleh Imam Hujj Al-Islam Abi Bakr Ahmad
bin Ali Al-Razi Al-Jashash 305-370 H, salah seorang ahli fiqih dari kalangan mazhab Hanafi.
8
Kitab tafsir Ahkam al- Qur’an karya Al-Jashash termasuk dalam tafsir bi
al-m a’tsur bi al-riwayah, yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, dengan
perkataan sahabat atau dengan apa yang dikatakan tokoh- tokoh besar tabi’in,
disamping itu ia juga mengemukakan beberapa pendapat berdasarkan pada pemikirannya.
9
Tafsir Ahkam al- Qur’an karya Al-Jashash dikategorikan pada tafsir yang
menggunakan metode analitik tahlili yakni menafsirkan ayat-ayat al-Q ur’an
dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-maknanya yang tercakup di dalamnya
sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.
10
Tafsir Ahkam al- Qur’an karya Al-Jashash ini termasuk tafsir yang
bercorak fiqih. Al-Jashash membatasi diri pada ayat yang berhubungan dengan
7
Moh. Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam, Jakarta: Rajawali Pers, 2001, h. 141. Prof. Dr. Drs. KH. MA, SH
8
Moh. Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam, h. 142.
9
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al- qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2000, h. 32-33.
10
Ahmad Arif Junaidi, Pembaharuan Metodologi Tafsir Al- qur’an, Semarang: Gunung
Jati, 2001, h. 27-28.
hukum-hukum cabang masalah-masalah furu’iyah dengan menjelaskan
maknanya dengan hadis dan mengutip beberapa pendapat Imam mazhab.
11
Tafsir Ahkam al- Qur’an ini sesungguhnya lebih layak dikategorikan dalam
kelompok buku-buku fiqih. Selain pemaparannya tidak pernah menunjukkan nomor ayat yang hendak ditafsirkan, juga daftar isinya yang lebih
memperkenalkan tema-tema yang akan dibahas daripada ayat al-Q ur’annya
sendiri, karenanya para pembaca sedikit mengalami kesulitan dan harus bersabar ketika mencari tafsir ayat-ayat tertentu dalam Tafsir Ahkam al-
Qur’an. Sehubungan dengan itu Muhammad Husain Al-Dzahabi berkomentar
bahwa penyimpangan Al-Jashash yang terlalu fanatik terhadap mazhab Hanafi itu dalam membahas masalah-masalah fiqhiyah dan khilafiyah sering meluas dan
melebar sehingga pengalihan arah pembicaraannya sering-sering dirasakan tidak lagi sesuai dengan ayat yang dibicarakan.
12
Apabila dibaca dan dikaji Tafsir Ahkam al- Qur’an ini merupakan salah
satu karya tafsir yang menggunakan metode tafsir tahlili.
13
Biasanya mufassir menguraikan makna yang dikandung oleh al-Q
ur’an, ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai dengan urutannya di dalam mushaf. Uraian tersebut menyangkut
berbagai aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan seperti pengertian kosakata, konotasi kalimatnya, latar belakang turun ayat, kaitannya dengan ayat-ayat yang
lain, baik sebelum dan sesudahnya munasabat, dan tidak ketinggalan pendapat-
11
Manna’ Khalil Al-Qattan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Terj. Mudzakir, Studi Ilmu- Ilmu Qur’an, h. 518.
12
Moh. Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam, h. 142.
13
Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al- Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 1998, h. 32.
pendapat yang telah diberikan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi, Sahabat,
para tabi’in maupun ahli tafsir lainnya.
14
Dalam kitabnya, Al-Jashash membatasi diri pada penafsiran ayat yang berhubungan dengan hukum-hukum cabang, ia mengemukakan satu atau beberapa
ayat lalu menjelaskan maknanya dengan atsar dan memaparkan masalah fiqih yang berhubungan dengannya baik hubungan itu dekat maupun jauh, serta
mengemukakan berbagai perbedaan pendapat antar mazhab sehingga pembaca merasa bahwa ia sedang membaca sebuah kitab fiqih, bukan kitab tafsir. Tafsir
Al-Jashash termasuk dalam tafsir bi al- ma’tsur bi al-riwayah yaitu menafsirkan
al- Qur’an dengan al-Qur’an, dengan perkataan sahabat atau dengan apa yang
dikatakan tabi’in, di samping itu juga beliau mengemukakan beberapa pendapat
berdasarkan pada pemikirannya.
15
3. Karya-Karya Al-Jashash
Karya-karya beliau banyak sekali, ada yang berupa bentuk buku atau kitab, diantara karya-karyanya adalah:
1. Ushul Al-Jashash 2. Tafsir Ahkam al-
Qur’an 3. Syarah Mukhtashar Al-Karkhi
4. Syarah Mukhtashar Al-Tahawi 5. Syarah jami’ Al-Saghir Wa Al-Jami’ Al-Kabir
6. Syarah Asma’ Al-Husna 7. Jawab Al-
Massa’il.
16
14
Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al- Qur’an, h. 31.
15
Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al- Qur’an, h. 31.
16
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, h 486.
B. Sekilas Tentang Al-Qurthubi dan Tafsir al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an