26
BAB III PENAFSIRAN AL-JASHASH DAN AL-QURTUBI TERHADAP SURAT
AL-BAQARAH : 221 A.
Penafsiran al-Jashash terhadap surat al-Baqarah : 221
Al-Jashash banyak menukil pendapat ulama sebelum menyatakan pendapatnya seputar hukum menikahi orang musyrik. Dalil yang dijadikan
sandaran adalah firman Allah SWT:
Artinya : ”Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka
beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-
orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya perintah-
perintah-
Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. Q.S. Al- Baqarah ayat 221.
Mengenai firman Allah SWT :
“dan janganlah kamu menikahi wanita-
wanita musyrik sebelum mereka beriman”, Ali bin Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Dalam hal ini, Allah SWT telah
mengharamkan untuk menikahi wanita-wanita musyrik .” Al-Jashash menukil
hadis yang diriwayatkan dari Ibn Umar yang mengatakan bahwa kata “Musyrik”
dalam surat al-Baqarah 221 masih bersifat umum, sehingga mencakup setiap orang kafir dan ahlul kitab, baik itu wanita maupun laki-laki.
1
Seperti firman Allah :
Artinya: “Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik
mengatakan bahwa mereka tidak akan meninggalkan agamanya sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata”. Q.S. Al-Bayyinah : 1
Ibn Umar ketika ditanya tentang menikahi wanita-wanita musyrik, Ibn Umar menjawab bahwa Allah telah mengharamkannya, termasuk wanita Yahudi
dan Nasrani haram untuk dinikahi oleh orang muslim, ketika ia ditanya tentang keharamannya, kemudian Ibnu Umar menjawab bahwa ia tidak mengetahui dari
perbuatan syirik yang lebih besar daripada seseorang yang mengatakan bahwa tuhannya adalah Isa atau salah satu dari hamba Allah.
2
Al-Jashash menjelaskan bahwa Indikasi dilarangnya pernikahan dengan wanita musyrik karena mereka
akan mengajak orang yang menikahinya ke neraka. Firman Allah :
“Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu”. Al-Jashash menjelaskan bahwa memilih seorang
budak yang beriman lebih dianjurkan daripada seorang wanita musyrik yang memiliki kelebihan dan derajat.
Al-Jashash mengutip pendapat as- Suddi mengatakan: “Ayat ini turun
berkenaan dengan Abdullah bin Rowahah yang mempunyai seorang budak wanita berkulit hitam. Suatu ketika Abdullah bin Rowahah marah dan menamparnya, lalu
1
Al-Jashash, Bab Nikah al-Musyrikat, h. 15
2
Al-Jashash, Bab Nikah al-Musyrikat, h. 15.
ia merasa takut dan mendatangi Rasulullah SAW dan menceritakan peristiwa yang terjadi di antara mereka berdua Abdullah bin Rowahah dan budaknya.
Maka Rasulullah SAW bertanya: “Bagaimana budak itu?” Abdullah bin Rowahah menjawab: “Ia berpuasa, shalat, berwudhu’ dengan sebaik-baiknya, dan
mengucapkan syahadat bahwa tidak ada illah yang berhak disembah selain Allah SWT dan engkau adalah Rasul-
Nya.” Kemudian Rasulullah bersabda: “Wahai Abu Abdullah, wanita itu adalah mukminah.” Abdullah bin Rowahah
mengatakan: “Demi Allah yang mengutusmu dengan hak, aku akan memerdekakan dan menikahinya.” Setelah itu Abdullah pun melakukan
sumpahnya itu, maka beberapa orang dari kalangan kaum Muslimin mencelanya serta berujar: “Apakah ia menikahi budaknya sendiri?” Padahal kebiasaan mereka
menikah dengan orang-orang musyrikin atau menikahkan anak-anak mereka dengan orang-orang musyrikin, karena menginginkan kemuliaan leluhur mereka.
Maka Allah SWT menurunkan ayat
ْ ْت ْعأ ْ ك ْشُ ٌ ْيخ ٌ ْ ُ ٌ ِ
“Seungguhnya wanita budak yang beriman itu lebih baik daripada wanita musrik, walaupun ia menarik hatimu
”.
3
Firman Allah SWT :
“dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin
sebelum mereka beriman ”. Al-Jashash menjelaskan bahwa wanita musyrik dan
laki-laki musyrik haram untuk dinikahi, karena ajakan mereka ke neraka menjadi alasan tegas diharamkannya menikah dengan mereka.
4
3
Al-Jashash, Bab Nikah al-Musyrikat, h. 17; lihat pula Ibn Katsir, Lubab at-Tafsir min Ibni Katsir, Alih Bahasa M. Abdu al-Ghofar E.M, cet. ke-1 Jakarta, Pustaka Imam al-
Syafi’i, 2009, jilid I, hlm. 427.
4
Al-Jashash, Bab Nikah al-Musyrikat, h. 18.
Didalam kitab fiqih madzhab Hanbali disebutkan juga bahwa tidak ada perbedaan pendapat dalam pelarangan seorang wanita muslimah yang menikah
dengan seorang laki-laki musyrikkafir.
ى عت َ ل ق ل حب ف ك ح لس لحي َ ىتح يك ش ح ت َ
ي ه ح س ه ق
ه لح ه َ ك يف فَخ لع َ
.
Artinya : “tidak dihalalkan bagi wanita muslimah menikah dengan laki-laki kafir,
karena ayat larangan ini [dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman.] dan juga ayat ini
[mereka wanita-wanita Muslimah tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka], dan kami tidak mengetahui
adanya perbedaan tentang ini diantara ulama”
5
Imam Al-Kasai dari kalangan ulama Madzhab Hanafi, menegaskan larangannya bagi wanita Muslimah dilarang untuk menikah dengan laki-laki
musyrik. Beliau berkata:
ى عت ه ْ ق ف ْ ْ ْ ح ْ إ ز ي َف {
ْ ي ىتح يك ْش ْ ح ْ ت َ {
“dilarang menikahkan wanita Muslimah kepada laki-laki kafir, karena ayat larangan ini [dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan
wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman. ”
لج زع ه ْ قب ي ْْ خآ يف {
ر َ ى إ عْ ي ك أ }
ت ْ ْ عْ ي ْ هَ ِ ر َ ج ي ْف ْ َ ِ ر َ ى إ ٌء ع ْف ْ ى إ ء عُ ْف ْ ى إ
“diakhir ayat, Allah mengatakan: [mereka orang kafir mengajak ke neraka], karena mereka mengajakan untuk menjadi kafir. Dan ajakan menjadi kafir ialah
ajakan menuju neraka. Karena orang kafir telah pasti untuk mereka adalah neraka.
”
6
Firman Allah SWT :
“mereka orang musyrik mengajak ke neraka
”. Menurut al-Jashash menikahi wanita musyrik diawal
Islam tidak dilarang oleh al- Qur’an, sampai turunnya ayat
5
Kitab Al-Syarhu Al-Kabir Juz 7, h.507
6
Imam al- Kasa’i, Bada’iu Al-Shona’i, juz 2, h. 271
pengharaman ayat ini karena adanya ajakan orang musyrik kepada kita agar terjatuh ke neraka menunjukkan bahwa makna ayat ini
menjadi illat
7
diharamkannya menikahi wanita dan laki-laki musyrik. al-Jashash menambahkan pula bahwa kebolehan untuk menikahi wanita
musyrik di awal Islam, tidak ada illat yang mengharamkan pernikahan tersebut, namun layak diingat bahwa potongan ayat berikutnya Al-Baqarah : 221 Allah
telah berfirman dalam redaksi yang sama untuk mengharamkan menikahi wanita musyrik tersebut, karena dikhawatirkan bahwa wanita musyrik tersebut akan
mengajak ke neraka.
“
mereka mengajak ke neraka ”
ajakan mereka untuk masuk ke neraka menjadi penegas bahaya laki-laki muslim menikahi wanita musyrik.
8
Al-Jashash menegaskan bahwa diantara larangan menikah dengan orang musyrik adalah kekhawatiran terjadinya hubungan yang kurang harmonis dengan
orang musyrik, sebab tujuan pernikahan adalah mengharuskan adanya mawadah sebagaimana firman Allah :
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.Q.S. Al-Ruum : 21
7
Illat : dasar untuk menetapkan hukum
8
Al-Jashash, Bab Nikah al-Musyrikat, h. 18.
Maka ketika ada pemberitaan bahwa tujuan pernikahan itu menjadi sebab mawaddah wa rahmah maka Rasulullah saw pun mencegah menikahi dengan
wanita musyrik, dan Rasulullah membencinya.
9
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya: “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari
akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau
Saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang Telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolongan
10
yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.
Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap limpahan rahmat-Nya. mereka Itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya
hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. Q.S. Al-Mujadillah : 22
Hal ini karena mereka orang musyrik dan kita muslim berada pada keyakinan yang berseberangan, dan seandainya terjadi perkawinan maka anak-
anaknya kelak akan tumbuh dalam kondisi pertengkaran yang terjadi dalam keluarganya dan hal ini pula akan mempengaruhi akhlak mereka yang setiap
harinya selalu berada dalam kondisi pertengkaran. Dan disini kita dapat mengatakan bahwa menikahi wanita musyrik tentu dilarang dan dibenci oleh
9
Al-Jashash, Bab Nikah al-Musyrikat, h. 18
10
yang dimaksud dengan pertolongan ialah kemauan bathin, kebersihan hati, kemenangan terhadap musuh dan lain lain.
Rasulullah saw, karena anak-anak mereka yang lahir karena pernikahan tersebut pasti cenderung akan mengikuti dan mencontoh perilaku ibunya yang musyrik.
Itu sebabnya Rasulullah saw bersabda :
يك ْش ْ هْ أ ْيب يقي لْس لك ْ ٌء ب أ
Artinya : “Aku berlepas diri dari setiap muslim yang bertempat tinggal di tengah-
tengah kaum musyrikin.”
11
Setelah penulis lihat dari riwayat-riwayat yang telah al-jashash paparkan diatas, maka penulis dapat menarik garis besar bahwa al-Jashash mengharamkan
menikahi orang musyrik karena mengikuti pendapat Ibn Umar diawal tulisan ini
12
dan sebab-sebab lain yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu bahwa
“
mereka mengajak ke neraka ”, serta hal ini dikarenakan
hilangnya sifat mawaddah dalam rumah tangga karena kekhawatiran akan terjadinya hubungan yang kurang harmonis bila kita sampai menikah dengan
musyrik karena faktor perbedaan keyakinan dan nantinya pasti akan berdampak pula kepada kondisi psikis, pertumbuhan dan perkembangan anak yang
dibesarkan dalam kondisi yang selalu menyaksikan pertengkaran rumah tangga ibu dan bapaknya, istilah seperti ini sering disebut dengan “Broken home”.
13
11
Sebagai ungkapan bahwa orang mukmin itu harusnya berbeda dengan orang kafir, atau tempat orang mukmin itu tidaklah bisa disamakan dengan tempatnya orang kafir. Hal ini seperti
dinukilkan dari Al- Khaththaby dalam “Tuhfah Al-Ahwadzy; Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy no.
1604, Ath-Thabrany no. 2261, 2262, Al- Baihaqy dalam “Asy-Syu’ab” no. 9374 secara makna, dan
juga dalam “As-Sunan” 912-13. Dan ini hadits yang hasan.
12
Lihat fote note no 2, h. 25.
13
Hal ini telah Allah SWT sampaikan pula dalam al- Qur’an surat al-Mujadillah ayat 22
B. Penafsiran al-Qurtubi terhadap surat al-Baqarah : 221