Tafsir Periode Muta’akhkhirin Abad ke – 4 – 12 H = 11 - 19 M

Artinya: “dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.”QS.Al-Qasash:78 Muqatil berkomentar, ayat ini selaras dengan surah ar-Rahman ayat 41.            Artinya: “Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.”QS. Ar-Rahman:41

C. Tafsir Periode Muta’akhkhirin Abad ke – 4 – 12 H = 11 - 19 M

Ekspansi Islam ke berbagai daerah Jazirah Arab maupun luar Arab, pada masa – masa Tabi’in dan tabi’ al – tabi’in semakin berkembang demikian luas. Dan pergaulan umat Islam pun dengan dunia luar yang notabene pada umumnya nonmuslimin muslihat, meskipun kemudian banyak juga yang memeluk agama Islam , kian waktu semakin kompleks. Pada zaman itu, Islam telah menguasai daerah – daerah lain yang memiliki kebudayaan lama kuno seperti Persia, Asia Tengah, India, Siria, Turki, Mesir, Etiopia, dan Afrika Selatan bahkan Islam berkembang pua di Asia tenggara terutama Indonseia di samping Malaysia, Brunei Darussalam dan lain – lain. 40 Sejak masa itu, mulailah kaum Muslimin mempelajari penegtahuan – pengetahuan yang dimiliki oleh penganut – penganut kebudayaan tersebut. Karena itu, mulailah kaum Muslimin mempelajari ilmu logika, ilmu filsafat, ilmu eksakta, ilmu hukum, ilmu ketabiban dan sebagainya, sehingga dalam beberapa waktu saja telah dapat dimiliki dan dibukukan ilmu – ilmu gaya bahasa, ilmu keindhan bahasa, dan segala hal yang berhubungan dengan bahasa. Bersamaan dengan perluasan Islam ke segenap daerah wilayah di berbagai penjuru benua itu, peradaban dan kebudayaan Islam pun semakin 40 Muhammad Amin Suma. Opcit. Hal. 327 mengalami kemajuan yang sungguh berarti. Termasuk di dalamnya dunia tafsir. Para ahli tafsir, dalam menafisrkan Al – Qur’an tidak lagi merasa cukup dengan hanya mengutip atau tepatnya mengahafal riwayat dari generasi sahabat, tabi’in, tabi al – tabi’in seperti yang diwarisinya selama ini, akan tetapi telah juga mulai berorientasi pada penafsiran Al – Qur’an yang didasarkan pada pendekatan ilmu – ilmu bahasa pada khususnya dan penalaran – penalaran ilmiah yang lain pada umumnya. Dalam kalimat lain, tafsir Al – Qur’an pada periode mutaakhkhirin ini tidak lagi hanya mengandalkan pada kekuatan tafsir bi al – matsur yang telah lama mereka warisi, akan tetapi mereka juga telah siap untuk mengembangkan tafsir bi al – dirayah dengan segala macam implikasinya. Akibatnya, tafsir Al – Qur’an pun kemudiannya berkembang demikian rupa dengan menitikberatkan pembahasan dari aspek – aspeknya yang tertentu sesuai dengan kecenderungan kelompok – kelompok mufasir itu sendiri. 41 Misalnya : a. Ada mufassirin yang lebih menekankan penafsiran Al – Qur’an dari segi bahasa terutama keindahan balaghahnya . Di antaranya tercatat nam Al – Zamakhsyari 4670 – 538 H1074-1143 M dengan karyanya al – kasysyaf dan kemudian al – Baydhawi dengan kitabnya Anwar al – Tanzil wa Asrar al – Takil sinar Al – Qur’an dan Rahasia – rahasia Penakwilannya . b. Ada golongan yang semata – mata meninjau dan menafsirkan Al – Qur’an dari segi tata bahasa, kadang – kadang mereka menggunakan syair – syair Arab jahili untuk mengukuhkan pendapat mereka , seperti al – Zajjaj dalam tafsirnya ma’ani Al – Qur’an Makna – Makna Al – Qur’an ; al – Wahidi dalam tafsirnya al – Basith pemaparan ; Abu Hayyab Muhammad bin Yusuf al – Andalusi 654 – 754 H 1256 – 1353 M dalam tafsirnya al – Bahr al – muhith Lautan yang sangat luas . c. Ada golongan yang menitik beratkan pembahasan mereka dari segi kisah- kisah dan cerita-cerita yang terdahulu termasuk berita-berita dan cerita- cerita yang berasal dari orang yahudi dan nasrani, bahkan kadang-kadang 41 Ibid. hal. 328 berasa dari kaum Zindik yang ingin merusak agama islam. Dalam menghadapi tafsir yang seperti ini sangat diperlukan penelitian dan pemeriksaan oleh kaum muslimin sendiri. Yang tekenal menafsirkan Al- Qur’an dengan sistem ini adalah al-Tsa’labi dan ‘Alauddin bin Muhammad al-Baghdadi w.741 H1340 M0, termasuk juga tafsir al Khayin w.741 H1340 M. d. Ada yang mengutamakan penafsiran ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum: menetapkan hukum-hukum fiqih. Penafsiran yang seperti ini telah dilakukan oleh al-Qurtubi w.671 H1272 M dengan tafsirnya al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an; Ibn al-‘Arabi 561-638 H1165-1240 M dengan tafsirnya Ahkam Al-Qur’an Jashshash dengan tafsirnya Ahkam Al-Qur’an; Hasan Shiddiq Khan 1248-1307 dengan tafsirnya Nail al-Maram. e. Ada golongan yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah. Ayat ini seakan-akan berlawanan dengan sifat- sifat kesucian dan ketinggian Alah. Lalu dengan penafsiran itu teranglah bahwa ayat-ayat itu tidak berlawanan dengan sifat-sifat allah. Seperti Imam al-Razy w.610 H1213 M dengan tafsirnya Mafatih al-Ghaib. f. Ada golongan menitik beratkan penafsirannya kepada isyarat-isyarat al- qur’an yang berhubungan dengan ilmu suluk dan tasawuf, seperti tafsir al- Tasturi susunan Abu Muhammad Sahl bin Abdullah al-Tasturi. g. Ada golongan yang hanya memperhatikan lafal-lafal Al-Qur’an yang gharib yang jarang terpakai dalam perkataan sehari-hari, seperti KItab Mu’jam Gharaib al-Qur’an nukilan Muhammad Fuad Abd al-Baqi dari Shahih al-Bukhari.

D. Tafsir Periode KontemporerModren Abad ke- 12 H = 19 M - Sekarang