Sekilas lahirnya Tafsir Al-Qur’an

BAB II PEMBAHASAN

A. Sekilas lahirnya Tafsir Al-Qur’an

Sebelum membahas lebih jauh tentang sejarah pertumbuhan dan perkembangan tafsir, ada baiknya dikemukakan terlebih dahulu tentang lahirnya tafsir al-Qur’an itu sendiri. Kenyataan sejarah yang tidak terbantahkan oleh siapapun baik dari Barat maupun Timur, muslim maupun non-muslim bahwa penafsiran terhadap al-Qur’an telah bersemai seiring dengan perjalanan risalah dan kenabian Nabi Muhammad Saw. Hanya saja kebutuhan masyarakat muslim secara spesifik belum terasa ketika itu, dan tidak sebesar masa-masa berikutnya. 1 Sebagai pembawa risalah, Nabi Muhammad Saw. memiliki otoritas penuh terhadap penafsiran al-Qur’an. Keberadaannya sebagai penjelas dan penafsir terhadap ayat-ayat al-Qur’an, dan menjadi referensi sentral dalam berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat pada zaman tersebut. Apabila sahabat mendapatkan suatu kesulitan di dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an maka merekabisa langsung menanyakannya kepada Rasulullah Saw, lalu beliau menjelaskan apa yang masih samar pengertiannya bagi para sahabat, sehingga tidak ada lagi keraguan dan kerancuan di benak para sahabat. Misalnya ketika para sahabat mendapat kesulitan dalam memahami isi dari suatu ayat al-Qur’an, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata: “Ketika diturunkan-Nya ayat:                Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman syirik, mereka Itulah yang mendapat 1 Ali Akbar. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau : 2011 hal. 28 keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Para sahabat merasa sangat terbebani dan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan keterangan yang ada dalam ayat tersebut. Kemudian mereka bertanya dengan Nabi Saw: “Siapakah diantara kita yang tidak berbuat zalim terhadap dirinya?. Beliau menjawab: “Kezaliman disini bukanlah seperti yang kamu pahami. Tidakkah kamu mendengar apa yang diakatakan hamba yang shaleh Luqman, sebagaimana yang di sinyalir dalam ayat:      Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar. Yang dimaksud ‘Ladzulmun’ disini adalah ‘asy-syirka’ “perbuatan syirik”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim. 2 Selain dari riwayat yang telah dikemukakan, masih banyak riwayat lain yang datang dari Rasulullah Saw, adakalanya berupa sunnah qauliyah, fi’liyah dan taqririyah dijadikan rujukan penting dalam memahami isi kandungan al-Qur’an. Meskipun Rasulullah Saw tidak mengintrodusir suatu metode yang baku untuk menjelaskan terhadap apa yang ditanyakan para sahabat, namun upaya yang dilakukannya dinilai sebagai suatu penafsiran. Dengan demikian ada yang menyebut diri Rasulullah Saw, sebagai al- Mufassir al-awwal penafsir pertama. Hal demikian ditegaskan Allah Swt dalam firman-Nya:                        Artinya: “Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab Al Quran ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang 2 Ibid. hal.29 mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tafsir Al-Qur’an