islamiyah, 7 tafsir pada masa penulisan, transliterasi penyalinan dan penerjemahan al-Qur’an kedalam berbagai bahasa asing non Arab.
4
Berbeda dari al-Maraghi, Muhammad Husayn al-Dzahabi memilih sejarah tafsir ketiga marhalah, yaitu: periode Nabi dan Sahabat, thabiin, dan
pembukuan tafsir. Namun dalam makalah ini penulis akan memilih fase-fase perkembangan al-Qur’an kedalam empat periode besar, yakni periode Nabi
Saw, periode mutaqaddimin. Periode mutaakhkhirin, dan kontemporer modren.
5
1. Tafsir pada Masa Nabi Muhammad Saw. tahun dari kenabian hingga 11 H610 M
Seperti di tegaskan al-Qur’an, tugas utama dan pertama dari kenabian kerasulan dari Nabi Muhammad Saw. adalah untuk menyampaikan
al-Qur’an. Namun, berbarengan dengan itu, berdasarkan al-Qur’an pula Nabi Saw. diberi otoritas untuk meneragkan atau tepatnya menafsirkan al-Qur’an.
Sehubungan dengan itu, maka memang sungguh amat tepat penobatan Nabi Saw. oleh para ahli tafsir dan ilmu-ilmu al-Qur’an sebagai qari’, hafizh dan
terutama mufassir pertama al-mufassir al-awwal the first interpreter dalam sejarah tafsri al-Qur’an.
6
Tugas-tugas penyampaian, penghafalan, pembacaan, dan penafsiran al-Qur’an yang di bebankan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. itu
dapat di simpulkan dari deretan ayat-ayat di bawah ini.
4 Ibid. hal. 319 5 Ibid
6 Ibid. hal. 320
Artinya: “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan
itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”QS.Al- Ma’idah:67
Artinya: “Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu Al Quran. tidak ada seorangpun yang dapat merobah
kalimat-kalimat-Nya. dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya.”QS.Al-Kahfi:27
Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab Al Quran dan Dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”QS. Al- Ankabut:45
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya di dadamu dan membuatmu pandai membacanya. Apabila kami
Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.”QS. Al-Qiyamah: 17-18
Artinya: “Keterangan-keterangan mukjizat dan kitab-kitab. dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan.”QS. Al-Nahl: 44
Artinya: “Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab Al Quran ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang
mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”QS. Al-Nahl: 64
Ayat-ayat diatas jelas memerintahkan Nabi Muhammad Saw. supaya menyampaikan, membaca, menghafal, dan menafsirkan Al-Qur’an. Nabi
telah melaksanakan tugas-tugas Qur’aniyyah itu dengan prima. Baik sebagai pembaca dan penghafal al-Qur’an qari’ dan hafiz, maupun sebagai
penyampai risalah mubaligh al-risalah dan penjelas mubayyin al-Qur’an. Bahkan lebih dari itu, beliau telah menyelesaikan tugas sucinya sacredd
mission mengamalkan dan mempraktikkan ajaran-ajaran al-Qur’an selama lebih kurang 23 tahun.
7
Nabi mendapatkan pengajaran al-Qur’an berikut penjelasannya dari Allah Swt. dan atau malaikat Jibril seperti dapat di ketahui dari ayat-ayat
berikut:
7 Ibid
Artinya: “ Tuhan yang Maha pemurah, Yang Telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.”QS.Ar-
Rahman:1-4
Penafsiran al-Qur’an yang dibangun Rasulullah Saw. ialah menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an dan menafsirkan al-Qur’an dengan
pemahaman beliau sendiri yang kemudian populer dengan sebutan dengan al- Sunnah atau al-Hadist, jika al-Qur’an bersifat murni semata-mata wahyu
Allah, baik teksnaskah lafal ataupun maknanya, maka al-Hadist kecuali Hadis Qudsi- pada hakikatnya merupakan hasil pemahaman beliau dari ayat-
ayat al-Qur’an.
8
Selanjutnya, timbul perbedaan pendapat dikalangan ulama berkaitan dengan ayat-ayat al-Qur’an yang di tafsirkan oleh Rasulullah Saw. perbedaan
tersebut di kelompokkan menjadi dua:
9
1. Rasulullah menjelaskan tentang makna al-Qur’an sebagaimana beliau menjelaskan kosakata al-Qur’an. Demikian pendapat Ibnu Taimiyah
dalam muqaddimah berdasarkan Surah Al-Nahl:44. Alasan pokok yang menjadi argumen mereka adalah sebagai berikut:
a. Surah al-Nahl:44, penjelasan harus mencakup kosakata dan makna. b. Hadis Abu Abdurrahman As-Sulami yang menjelaskan bahwa ketika
mereka belajar sepuluh ayat, mereka harus mengamalkannya terlebih dahulu.
c. Hadis Anas bin Malik yang menyatakan bahwa setiap lelaki apabila membaca al-Baqarah dan Ali-Imran, menjadi agung diantara kami.
d. Muqaddimah karya Ibnu Taimiyah , maksud dari setiap kalam adalah mngetahui makna-maknanya, bukan sekedar tahu kosakata.
2. Rasulullah hanya sedikit menjelaskan makna al-Qur’an kepada para sahabat. Demikian pendapat al-Khuwayyi dan as-Suyuthi. Alasan pokok
yang menjadi argumen mereka adalah sebagai berikut:
8 Ibid. hal.322 9 Samsurrohman. Pengantar Ilmu Tafir. Jakarta:Amzah.2014 hal. 48
a. Riwayat dari Aisyah yang menyataan bahwa Nabi Saw. hanya menjelaskan dan menafsirkan beberapa ayat yang di ajarkan Jibril.
b. Allah memerintahkan manusia untuk berfikir, mengerti maksud kalam-kalam-Nya, dan melakukan istinbath, yaitu berupaya
menemukan penafsiran baru serta makna yang lebih sesuai dengan kondisi masanya.
c. Apabila Nabi menjelaskan seluruh makna al-Qur’an, do’a beliau kepada Ibnu Abbas tidak ada gunanya, karena manusia memiliki
batasan pengetahuan yang sama. Mendapatkan perbedaan pendapat dua kubu tersebut, kita dapat
pastikan bahwa Rasulullah Saw. tidak menafsirkan seluruh makna ayat al- Qur’an. Kesimpulan tersebut berdasarkan beberapa alasan berikut.
10
1. ada sebagian ayat yang pemahamannya didasarkan pada pengetahuan tentang kebahasaan. Hal ini tidak membutuhkan penjelasan dari
Rasulullah. Contonya, ketika Ibnu Abbas menafsirkan kata ya’mahuna al- Baqarah:15, ia berkata, “Yataraddaduna mereka terombang-ambing.”
2. Sebagian ayat ada yang mudah untuk di pahami sehingga tidak membutuhkan penjelasan Nabi. Misalnya, ayat berikut ini.
Artinya: “ Diharamkan atas kamu mengawini ibu-ibumu..... QS. An- Nisa’:23
3. Sebagian ayat ada yang penjelasannya hanya di ketahui oleh Allah, seperti terjadinya hari kiamat. Oleh sebab itu, setiap Nabi di tanya kapan terjadi
kiamat, beliau hanya menjelaskan tanda-tanda datangnya. Dalam Surah Luqman 31 ayat 34 dikemukakan bahwa hanya Allah yang mengetahui
tentang hari kiamat. 4. Ada sebagian ayat yang tidak bermanfaat untuk diketahui lebih jauh,
seperti warna anjing Ashabul Al-Kahfi dan bentuk tongkat Nabi Musa.
10 Ibid. hal. 50
Rasulullah tidak pernah menafsirkan hingga keluar dari batasan hingga akhirnya cendrung tidak bermanfaat. Kebanyakan tafsir Rasulullah
merupakan penjelasan mengenai sesuatu yang global, menerangkan perkara yang sulit, mengkhususkan yang umum, memberikan batasan untuk hal-hal
yang muthlak, dan menjelaskan makna kata.
11
Sehubungan dengan itu, berikut ini contoh-contoh tafsir yang dilakukan oleh Nabi Saw.
12
1. menjelaskan hal yang sulit. Misalnya, riwayat dari Ibnu Abbas yang berkata, “Ada seseorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw.
‘Bagaimana pendapat engkau tentang firman Allah kama anzalna ‘ala al- muqtasimin sebagaimana [kami telah memberi peringatan], kami telah
menurunkan [azab] kepada orang yang memilah-milah [Kitab Allah]. QS. Al-Hijr:90? Nabi menjawab, ‘Mereka adalah kaum yahudi dan
Nasrani.’ Laki-laki itu bertanya lagi, ‘Alladzi ja’alu al-qur’an ‘idhin [yaitu]orang-orang yang telah menjadikan al-qur’an itu terbagi-bagi.
QS. Al-Hijr : 91. Apa ‘idhin itu? Nabi menjawab, ‘Orang-orang yang beriman dengan sebagian dan kufur dengan sebagian lainnya.’”
Contohnya lainnya adalah penjelasan Nabi tentang benang putih dan benang hitam sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat
187. Nabi menjelaskan bahwa maksudnya adalah terang siang dan gelapnya malam.
2. Memberikan batasan. Misalnya firman Allah potonglah tangan keduanya QS. Al-Ma’idah:38, Nabi memberikan batasan dengan memotong tangan
kanan. 3. Memberikan suri tauladan. Misalnya, Nabi memerintahkan untuk
mencontoh cara shalat yang dilakukannya sebagaimana dalam hadis berikut.
11 Ibid. hal. 51 12 Ibid
امممك اولممصو مممهورمو مهوممملعف مممكيلهأ ىلا اوعجرا ىلصأ ينومتيأر
Pulanglah kepada keluarga kalian, ajarilah dan perintahkan mereka, dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat. HR. Al-Bukhari
Nabi sebagai pembawa risalah banyak memberikan kesempatan untuk menjelaskan makna-makna al-Qur’an yang belum dipahami secara memadai
oleh sahabat dalam berbagai kondisi, seperti dalam perjalanan, mukim. Perang, atau damai. Sementara itu, tafsir pada masa beliau belum di bukukan
sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri, tetapi baru disampaikan melalui riwayat.
13
B. Periode Mutaqaddimin Abad ke 1-4 H7-11 M