Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian Pada PT.Jasaraharja Putera Cabang Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN TERHADAP ASURANSI KERUGIAN
PADA PT. JASARAHARJA PUTERA CABANG MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
LIA PERMATA SARI
040501033
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan 2008
(2)
ABSTRACT
This search is tittle “Analysis Factors Non Life Insurance Demand of PT. Jasaraharja Putera Medan.” This search used 45 responders. The goals of this search to know weather there area two ways relationship (influence each other), one way relationship or no relationship all between income, knowledge and age to non life insurance demand PT. Jasaraharja Putera Medan.
This search use linier analysis regretion. Data is processed by use Eviews 4.1. The result of hypothesis show that if income, knowledge and age increase causes non life insurance demand increase too in PT. Jasaraharja Putera Medan.
Then, after knowing the relationship between this variables, the OLS method can be used to do the estimation. The result of estimation show that income and knowledge as real influence to general insurance demand, but ages show that unreal influence to non life insurance demand of PT. Jasaraharja Putera Medan.
(3)
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Asuransi Kerugian pada PT. Jasaraharja Putera cabang Medan.” Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 45 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan timbal balik (saling mempengaruhi satu sama lain), hubungan satu arah atau tidak ada hubungan sama sekali antara pendapatan, usia dan pendidikan terhadap permintaan asuransi kerugian PT. Jasaraharja Putera cabang Medan.
Penelitian ini menggunakan model analisa regresi linier. Data yang ada di proses dengan menggunakan Eviews. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan tingkat usia maka semakin tinggi pula permintaan terhadap asuransi kerugian PT. Jasaraharja Putera cabang Medan.
Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, kaedah OLS digunakan untuk melakukan estimasi. Hasil estimasi menunjukkan tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap permintaan asuransi kerugian PT. Jasaraharja Putera cabang Medan, sedangkan tingkat usia tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan asuransi kerugian PT. Jasaraharja Putera cabang Medan.
(4)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabbil a’lamin penulis panjatkan puji dan syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skrispsi ini. Dan shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, keluarga beliau, sahabat serta orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir.
Adapun skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian pada PT. Jasaraharja Putera Cabang Medan,” adalah sebagai salah satu pelaksanaan akademis untuk memenuhi syarat perkuliahan di jenjang studi Strata 1 dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini, disebabkan keterbatasan penulis. Untuk itu penulis memohon maaf, kritik serta saran yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan memotivasi penulis agar lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangsih wawasan dan pemikiran bagi seluruh pihak yang membacanya.
Ucapan terima kasih akan disampaikan penulis kepada seluruh pihak yang telah membantu secara moril dan materil dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, yaitu:
(5)
1. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Drs. H. Ahmad Mulyadi dan
Ibunda Marhaeni Diana, Spd atas cinta, kasih sayang, doa, perhatian dan
dukungan tidak terbatas pada penulis.
2. Mbak Ima & Mas Edi untuk doa, kasih sayang dan semangat dari jauh
yang tak pernah henti kepada penulis.
3. Keponakan penulis Nafisa Zulaikha Putri untuk keceriaan dan
kebahagiaan baru yang muncul akibat kehadirannya dihidup penulis. 4. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, ME.c selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, MSi selaku dosen pembimbing penulis yang
telah memberikan bantuan bimbingan saran, masukan, kritikan dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Sahat Silaen, MSi selaku dosen penguji I yang telah banyak
memberikan petunjuk, saran, dan kritik yang membangun pada penulis. 8. Bapak Drs. Jonathan Sinuhaji, MSi selaku dosen penguji II sekaligus
dosen wali yang juga telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.
9. Seluruh staf pengajar dan karyawan pada Departemen Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dan memberikan masukan mengenai materi dalam skripsi ini.
(6)
10.Bapak Irvansyah Putra, selaku wakil dari PT. Jasaraharja Putera cabang
Medan atas bimbingan dan kerjasamanya mengijinkan, memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan riset skripsi ini.
11.Keluarga besar penulis, Alm. Uwo, Ibu’, Uwa’, Nenek, Mama Lia,
Ilman, Risa, Bang Ikhwan & Kak Santi, Bang Zuhri & Kak Endang, Kak Rina & Bang Em, Intan, Virna dan yang lainnya atas kasih sayang, doa, cinta dan perhatian tiada akhir untuk penulis.
12.Echy, Lala dan Piciya, tiga nyawa takdirku, cermin tak berbelahku,
sahabat terbaik penulis untuk suka duka, perhatian, kasih sayang dan arti persahabatan tulus yang kalian berikan.
13.Thia, Amel dan Chifa, untuk dukungan dan doa dari jauh serta our magic
words “Kitakan selalu menjalin sebaris kata penuh makna ini
*Persahabatan Kita*”
14.Adi, Dafi, Irfan dan Hera (‘PowerRangers’ ku), Emma, Sonya, Campall, Windi, Dewi, Hikma, Lindy. “Jika aku dapat menarik pelangi dari langit, aku akan membentuk nama kalian, dan kukembalikan ke langit
lagi, agar orang-orang tahu, betapa cerianya hidupku, memiliki kalian
sebagai teman-teman terbaikku”
15.Teman-teman di Ekonomi Pembangunan khususnya angkatan 2004
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan warna dan kebersamaan pada setiap hari yang kita lewati bersama.
(7)
16.Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
17.Aoelia Zulkarnein, I put you as the last one on my thank you list because I stopped looking when I have found you.
Semoga Allah membalas segala budi dan pengorbanan yang telah diberikan.
Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Medan, Juni 2008 Penulis
(8)
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Hipotesis ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Asuransi... 7
2.1.1 Sejarah Singkat Assuransi ... 7
2.1.2 Pengertian Asuransi ... 9 2.1.3 Manfaat Asuransi ... 10
2.1.4 Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi ... 11
2.1.5 Jenis Usaha Perasuransian ... 14
(9)
2.2 Asuransi Kerugian ... 15
2.3 Polis dan Premi Asuransi ... 17
2.3.1 Polis Asuransi ... 17
2.3.2 Premi Asuransi ... 18
2.4 Permintaan ... 19
2.4.1 Pengertian Konsep Permintaan ... 19
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ... 20
2.4.3 Hukum Permintaan ... 22
2.4.4 Skedul dan Kurva Permintaan ... 23
2.4.5 Elastisitas Permintaan ... 25
2.4.6 Jenis Elastisitas Permintaan ... 26
2.4.7 Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan ... 30
2.5 Jasa ... 31
2.5.1 Pengertian Jasa ... 31
2.5.2 Macam-Macam Jasa ... 34
(10)
2.6 Pendapatan ... 35
2.7 Pendidikan ... 37
2.7.1 Jenjang Pendidikan ... 39
2.7.2 Jalur Pendidikan ... 40
2.7.3 Jenis Pendidikan ... 41
2.7.4 Kualitas Pendidikan ... 42
2.8 Usia ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian ... 46
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 46
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 47
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.5 Pengolahan Data ... 48
3.6 Model Analisis Data ... 48
3.7 Hipotesis Model ... 49
(11)
3.8 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 49
3.8.1 Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 49
3.8.2 Uji F-statistik (Uji Keseluruhan) ... 50
3.8.3 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 51
3.9 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 51
3.9.1 Multikolinearity ... 51
3.9.2 Heterokedastisitas ... 52
3.10 Defenisi Operasional ... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Asuransi Jasaraharja Putera ... 54
4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 54
4.1.2 Struktur Organisasi ... 56
4.1.3 Bidang Kegiatan Perusahaan ... 57
4.1.4 JP-ASPRI ... 61
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 64
(12)
4.2.1 Karakteristik Responden ... 64
4.3 Analisis Permintaan Asuransi Kerugian ... 67
4.3.1 Hasil Estimasi Model ... 67
4.3.2 Interpretasi Model ... 69
4.4 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)... 70
4.4.1 Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 70
4.4.2 Uji F-statistik (Uji Keseluruhan) ... 74
4.4.3 Koefisien Determinasi (R-Square) ... 75
4.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 75
4.5.1 Multikolinearity ... 75
4.5.2 Heterokedastisitas ... 77
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(13)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Skedul Permintaan Barang X 24
4.1 AKD. Exclusive
61
4.2 AKD. Karyawan / Umum
62
4.3 AKD. Pelajar / Mahasiswa
62
4.4 Tingkat Jumlah Pendapatan Pemegang Polis 65
4.5 Tingkat Pendidikan Pemegang Polis
66
4.6 Tingkat Usia Pemegang Polis 67
4.7 Hasil Regresi Linier Berganda 68
4.8 White Heterokedasticity Test 77
(14)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kurva Permintaan
23
2.2 Kurva Permintaan Barang X
25
2.3 Kurva Permintaan Elastis
27
2.4 Kurva Permintaan In-Elastis
27
2.5 Kurva Permintaan Elastisitas Kesatuan
27
2.6 Kurva Permintaan Elastis Sempurna
28
2.7 Kurva Permintaan In-Elastis Sempurna
28
4.1 Uji t Variabel Variabel Tingkat Pendapatan
71
4.2 Uji t Variabel Tingkat Pendidikan
72
4.3 Uji t Variabel Tingkat Usia
73
4.4 Uji F-Statistik
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Variabel Regresi Lampiran 2 Hasil Regresi
Lampiran 3 Uji Multikolinearitas Lampiran 4 Uji Heterokedastisitas Lampiran 5 Kuisioner Penelitian
Lampiran 6 Data Responden Hasil Kuisioner
Lampiran 7 Struktur Organisasi PT. Jasaraharja Putera cabang Medan Lampiran 8 Surat Izin Riset
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kebutuhan akan jaminan dan perlindungan dirasakan semakin nyata. Hal ini tentunya berkaitan dengan semakin tingginya risiko yang dihadapi masyarakat yang dapat berupa kerugian pada jiwa maupun kerugian secara finansial. Kemajuan zaman dan perkembangan teknologi yang canggih termasuk perkembangan transportasi juga memacu timbulnya hal-hal negatif dan secara tidak langsung mengancam kehidupan manusia saat ini dan timbulnya risiko-risiko kecelakaan diri.
Risiko-risiko diatas merupakan ketidakpastian yang dapat menimbulkan kerugian dan ketidaknyamanan hidup karena pada intinya tidak semua hal dapat berjalan sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak dari kerugian tersebut dapat dilakukan dengan banyak metode, salah satunya adalah dengan mengalihkan kepada pihak lain, yakni perusahaan asuransi. Asuransi merupakan metode yang paling banyak dipakai karena asuransi menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap risiko yang dihadapi perorangan maupun risiko yang dihadapi perusahaan.
Kebutuhan akan jasa perasuransian sendiri semakin dirasakan, baik oleh perorangan maupun dunia usaha di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan industri dan jumlah perusahaan asuransi di Indonesia yang terus bertambah. Data terakhir yang diperoleh dari Direktorat Asuransi menunjukkan
(17)
jumlah perusahaan perasuransian di Indonesia per 31 Agustus 2006 adalah 413 perusahaan meningkat 56 perusahaan dari periode 31 Agustus 2003 yang hanya berjumlah 357 perusahaan Ke 413 perusahaan ini memiliki izin usaha untuk beroperasi di Indonesia, terdiri atas 157 perusahaan asuransi & perusahaan reasuransi, dan 256 perusahaan penunjang asuransi. Perusahaan asuransi dan reasuransi terdiri dari 51 perusahaan asuransi jiwa, 97 perusahaan asuransi kerugian, 4 perusahaan reasuransi, 2 perusahaan penyelenggara program asuransi sosial & Jamsostek, dan 3 perusahaan penyelenggara asuransi untuk PNS dan TNI & Polri. Perusahaan penunjang usaha asuransi per 30 Agustus 2006 ada 256 perusahaan, terdiri dari 154 perusahaan pialang asuransi, 29 perusahaan pialang reasuransi, 30 perusahaan adjuster asuransi, 34 konsultan aktuaria dan 9 agen asuransi.
Jumlah premi bruto industri asuransi pada tahun 2005 mencapai Rp 45,36 triliun, meningkat 10% dari angka tahun sebelumnya Rp 41,40 triliun. Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan rata-rata premi bruto adalah sekitar 23%. Kenaikan premi bruto tertinggi pada tahun 2005 dialami oleh sektor asuransi Jiwa (20%), diikuti oleh asuransi sosial dan jamsostek (14%) serta asuransi PNS dan Polri (13%). Asuransi kerugian dan reasuransi mengalami penurunan 4%. Kontribusi terbesar terhadap premi bruto industri asuransi tahun 2005 adalah premi asuransi jiwa (49,6%), diikuti premi asuransi kerugian dan reasuransi (35,5%), perusahaan penyelenggara program asuransi untuk PNS dan TNI/ Polri (10,1%); dan premi yang diterima perusahaan penyelenggara program asuransi sosial dan jamsostek termasuk JHT (5,2%). (Sumber: Direktorat Asuransi, depkeu).
(18)
Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata cara kehidupan rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko yang mendasar, seperti: risiko kematian atau risiko atas harta benda yang dimiliki. Begitu juga dengan dunia usaha, dimana dalam menjalankan kegiatan menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan usahanya.
Risiko yang dihadapi oleh perseorangan maupun perusahaan bermacam-macam. Seperti: risiko kecelakaan, kematian, kerugian, kebakaran, kegagalan suatu kegiatan, dan lain-lain. Karena itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang perasuransian, terdapat 3 jenis usaha perasuransian, yaitu: (1) Asuransi Kerugian (non life insurance), (2) Asuransi Jiwa (life insurance), dan (3) Reasuransi (reinsurance). Tiap-tiap jenis tersebut mempunyai spesialisasi di bidangnya masing-masing.
Di dalam skripsi ini penulis hanya membahas mengenai asuransi kerugian yang terdapat pada PT. Jasaraharja Putera, cabang Medan. Dimana PT. Asuransi Jasaraharja Putera yang dikenal sebagai JP Insurance yang didirikan 27 November 1993, kini semakin berkibar sebagai perusahaan asuransi yang sehat dan solid. Berkembang atas dasar kepuasan nasabah, pada 2006 JP Insurance berhasil membukukan Laba Setelah Pajak Rp 31,25 miliar dan Hasil Underwriting Rp 106,04 miliar serta Total Pendapatan Premi Bruto Rp 251,37 miliar. Selain itu, basis bisnis yang kuat telah memungkinkan JP Insurance meningkatkan Jumlah Aktiva menjadi Rp 279,82 miliar dari Rp 240,07 miliar pada tahun sebelumnya.
Karena banyaknya produk dari asuransi kerugian tersebut, maka penulis membatasi pada satu produk yaitu produk Asuransi Kecelakaan Pribadi atau
(19)
dalam usahanya disebut dengan JP-ASPRI. Sebagai salah satu lembaga penghimpun dana dari masyarakat, perusahaan tersebut mempunyai visi menjadi “Perusahaan Asuransi Terkemuka di Indonesia” dengan indikator keberhasilan yang harus dicapai perusahaan adalah menempatkan diri pada level 10 sampai dengan 5 besar di deretan Perusahaan Asuransi Kerugian dari segi Gross Premium
Income, Net Underwriting Result dan Profit. Oleh karena itu, perusahaan tersebut
berusaha memberikan pelayanan dan fasilitas terbaik bagi pemakai jasanya dan selalu memberikan nilai tambah kepada para shareholder nya agar dapat tetap bertahan dengan menampilkan diri secara berbeda sebagai yang terbaik dan terdepan dibanding dengan pesaingnya. Nilai-nilai asuransi yang belum memasyarakat di Indonesia dijadikan tantangan oleh PT. Jasaraharja Putera untuk lebih berperan secara proaktif dalam meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya proteksi asuransi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan menuangkannya di dalam penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian pada PT. Jasaraharja Putera Cabang Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
(20)
permintaan terhadap asuransi kerugian pada PT. Jasaraharja Putera cabang Medan.
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang ada, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris. Hal ini berarti pula bahwa hipotesis yang ada bukan berarti jawaban akhir, namun menjadi kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya.
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap asuransi kerugian pada PT. Jasaraharja Putera cabang Medan ialah tingkat pendapatan, pendidikan dan usia.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tingkat pendapatan, pendidikan dan usia pemegang polis terhadap jumlah permintaan asuransi kerugian pada PT. Jasaraharja Putera cabang Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
(21)
1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan yang berguna bagi pengambilan keputusan di masa yang akan datang dan juga sebagai referensi.
3. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi kalangan akademis dan peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian sejenis.
(22)
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Asuransi
2.1.1 Sejarah Singkat Asuransi
Konsep asuransi sebenarnya sudah dikenal sejak zaman sebelum masehi dimana manusia pada masa itu telah menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman, antara lain kekurangan bahan makanan.
Pada tahun 2000 sebelum masehi para saudagar dan aktor di Italia membentuk Collegia Tennirium, yaitu semacam lembaga asuransi yang bertujuan membantu para janda dan anak-anak yatim dari para anggota yang meninggal. Perkumpulan serupa yaitu Collegia Nititum kemudian berdiri dengan beranggotakan para budak belian yang diperbantukan pada ketentaraan kerajaan Romawi.
Konsep dari perkumpulan ini, setiap anggota mengumpulkan sejumlah iuran dan bila salah seorang mengalami nasib sial (unfortunate) maka biaya pemakamannya akan dibayar oleh anggota yang bernasib baik (fortunate) dengan menggunakan dana yang telah dikumpulkan sebelumnya.
Perkumpulan semacam ini merupakan salah satu konsep awal timbulnya asuransi, yaitu orang yang beruntung atau bernasib baik membantu orang-orang yang tidak beruntung.
Perusahaan-perusahaan asuransi, baru timbul secara khusus mulai abad 18 dan pada abad 19 mulai berkembang sehingga bentuknya menjadi seperti
(23)
sekarang ini. Menurut Dr. Klaus Gerathewohl terdapat dua tahap perkembangan asuransi dan perusahaan asuransi, pertama yaitu tahapan yang dimulai dari tahun 1820, yaitu terbatas pada pendirian perusahaan-perusahaan asuransi, yang nanti berposisi sebagai penanggung pertama. Sedangkan tahapan yang kedua, yaitu dimulai pada tahun 1850 yang ditandai dengan mulai berdirinya perusahaan reasuransi atau dapat digolongkan sebagai professional reinsurance company.
Di Indonesia sendiri, asuransi sebagai suatu lembaga maupun sebagai suatu kegiatan merupakan sesuatu yang relatif baru, karena asuransi itu sendiri bukan sesuatu yang ”asli” yang berasal dari bumi Indonesia. Asuransi tersebut datang bersamaan dengan datangnya bangsa Belanda ke Indonesia. Asuransi baik sebagai suatu lembaga maupun sebagai suatu bagian kegiatan perdagangan dalam tata perekonomian orang-orang Belanda dibawa ke sini sebagai suatu kebutuhan mereka. Asuransi dipergunakan sebagai suatu lembaga yang menjamin kepentingan mereka dalam bidang perdagangan dan perekonomian.
Secara formal, masuknya asuransi dan lembaga asuransi di Indonesia ialah sejak berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Belanda di Indonesia pada tahun 1848. Berlakunya KUH Dagang Belanda di Indonesia adalah atas dasar asas konkordansi yang dimuat dalam Stb 1943 No.23, yang diundangkan pada tanggal 30 April 1847, dan mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 1848.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa asuransi dan lembaga asuransi masuk dalam tata pergaulan hukum di Indonesia bersamaan dengan berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Belanda) yang berlaku di Indonesia sebagaimana yang tersebut di atas. Hal ini dapat pula dipakai sebagai suatu bukti
(24)
bahwa asuransi dan lembaga asuransi yang semula sebagai lembaga asing mulai dikenal di Indonesia.
2.1.2 Pengertian Asuransi
Istilah asuransi dalam perkembangannya di Indonesia berasal dari kata Belanda assurantie yang kemudian menjadi “asuransi” dalam bahasa Indonesia. Namun istilah assurantie itu sendiri sebenarnya bukanlah istilah asli bahasa Belanda akan tetapi berasal dari bahasa Latin yaitu assecurare yang berarti “meyakinkan orang”. Kata ini kemudian dikenal dalam bahasa Perancis sebagai
assurance.
Pengertian Asuransi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246:
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi
karena suatu peristiwa tak tertentu.
Definisi Asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab I, Pasal 1:
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
(25)
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan pada meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Dari definisi tersebut, asuransi jelas merupakan salah satu cara pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang mengalami musibah, yang dananya diambil dari iuran premi seluruh peserta asuransi.
2.1.3 Manfaat Asuransi
Asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi tertanggung (insured) antara lain sebagai berikut:
• Rasa aman dan perlindungan. Dengan memiliki polis asuransi maka
tertanggung akan terhindar dari kerugian-kerugian yang mungkin timbul.
• Meningkatkan efisiensi karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.
• Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
• Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang sebagai tabungan karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar (khusus berlaku untuk asuransi jiwa).
(26)
• Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi (bekerja), dengan kata lain asuransi dapat berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.
2.1.4 Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi
Industri asuransi, baik asuransi umum maupun asuransi jiwa memiliki prinsip-prinsip yang menjadi pedoman bagi seluruh penyelenggaraan kegiatan perasuransian dimanapun berada. Prinsip-prinsip asuransi ini kadang-kadang disebut sebagai doktrin asuransi meliputi hal-hal sebagi berikut:
1. Insurable Interest (kepentingan yang dipertanggungkan)
Insurable Interest pada prinsipnya merupakan hal berdasarkan hukum
untuk mempertanggungjawabkan suatu risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dan sesuatu yang dipertanggungkan.
2. Utmost Good Faith (kejujuran sempurna)
Seorang tertanggung berkewajiban untuk memberitahukan sejelas-jelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta penting berkaitan dengan obyek yang diasuransikan. Prinsip ini juga berlaku bagi penanggung, yang juga harus menjelaskan risiko-risiko yang dijamin maupun yang dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas dan teliti.
Kewajiban untuk memberikan fakta-fakta penting tersebut berlaku:
• Sejak perjanjian mengenai perjanjian asuransi dibicarakan sampai kontrak asuransi selesai dibuat/disepakati.
(27)
• Pada saat perpanjangan kontrak asuransi.
• Pada saat terjadi perubahan pada kontrak asuransi dan mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan perubahan-perubahan tersebut.
3. Indemnity (indemnitas)
Indemnity berarti mengembalikan posisi finansial tertanggung setelah
terjadi kerugian seperti pada posisi sebelum terjadinya kerugian tersebut.
Jika suatu obyek yang diasuransikan terkena musibah sehingga menimbulkan kerugian maka penanggung akan memberikan ganti rugi untuk mengembalikan posisi keuangan tertanggung setelah terjadi kerugian menjadi sama dengan sesaat sebelum terjadi kerugian. Beberapa cara ganti yang berlaku:
• Pembayaran secara tunai, atau
• Perbaikan, atau
• Penggantian, atau
• Pemulihan kembali. 4. Subrogation (Subrogasi)
Subrogasi pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian.
Prinsip Subrogasi diatur dalam Pasal 284 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang berbunyi: “Apabila seseorang penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maka penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian pada tertanggung”.
(28)
5. Contribution (kontribusi)
Prinsip kontribusi pada dasarnya adalah suatu prinsip dimana penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing penanggung belum tentu sama besar.
Seseorang dapat saja mengasuransikan harta benda yang sama pada beberapa perusahaan asuransi. Namun bila terjadi kerugian atas objek yang diasuransikan maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi.
Prinsip kontribusi berarti bahwa apabila penanggung telah membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka penanggung yang membayar ganti rugi yang pertama tersebut berhak menuntut perusahaan asuransi lain yang terlibat dalam suatu pertanggungan untuk membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding dengan jumlah pertanggungan yang ditutupnya.
6. Proxima Causa (Kausa Proksimal)
Proxima Causa adalah suatu sebab aktif dan efisien yang mengakibatkan
terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu kekuatan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independen.
Jika kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah atau kecelakaan maka yang dilakukan oleh penanggung pertama kali adalah mencari sebab-sebab
(29)
yang aktif dan efisien yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus sehingga pada akhirnya terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut.
Suatu prinsip yang digunakan untuk mencari penyebab kerugian yang aktif dan efisien adalah “Unbroken Chain of Events”, yaitu suatu rangkaian mata rantai peristiwa yang tidak terputus. Sebagai contoh, kasus klaim kecelakaan diri berikut ini:
• Seseorang mengendarai kendaraan di jalan tol dengan kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik.
• Korban luka parah dan dibawa ke rumah sakit.
• Tidak lama kemudian korban meninggal dunia.
Dari peristiwa tersebut diketahui bahwa kausa proksimalnya adalah korban mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik. Melalui kausa proksimal akan dapat diketahui apakah penyebab terjadinya musibah atau kecelakaan tersebut dijamin dalam kondisi polis asuransi atau tidak.
2.1.5 Jenis Usaha Perasuransian
Penggolongan asuransi dapat dilakukan dengan melihat aspek jenis usahanya. Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, jenis usaha perasuransian meliputi:
(30)
a. Asuransi Kerugian (non life insurance), yaitu usaha yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti;
b. Asuransi Jiwa (life insurance), yaitu usaha yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya sesorang yang dipertanggungkan;
c. Reasuransi (reinsurance), yaitu usaha yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau perusahaan asuransi jiwa.
2. Usaha penunjang usaha asuransi terdiri dari:
a. Pialang Asuransi yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.
b. Pialang reasuransi yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
c. Penilai kerugian asuransi yaitu usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipertanggungkan.
d. Konsultan akturia yaitu usaha yang memberikan jasa konsultan akturia. e. Agen Asuransi yaitu pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam
rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
(31)
Usaha asuransi kerugian menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Sedangkan perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan yang hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang usaha asuransi kerugian termasuk reasuransi. Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tersebut perusahaan asuransi kerugian tidak diperkenankan melakukan kegiatan di luar usaha asuransi kerugian dan reasuransi. Asuransi kerugian dibeberapa negara juga disebut general insurance yang terdiri dari asuransi kebakaran, pengangkutan laut dan udara, kendaraan bermotor, kompensasi bagi pegawai, profesi, jaminan dan sebagainya.
Usaha asuransi kerugian dalam praktiknya di Indonesia dapat dibagi sebagai berikut:
1. Asuransi kebakaran 2. Asuransi pengangkutan
3. Asuransi aneka yaitu jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan ke dalam asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan. Jenis asuransi aneka ini antara lain meliputi:
a. Asuransi kendaraan bermotor b. Asuransi kecelakaan diri c. Pencurian
d. Uang dalam pengangkutan e. Uang dalam penyimpanan
(32)
f. Kecurangan g. dan sebagainya.
2.3 Polis dan Premi Asuransi 2.3.1 Polis Asuransi
Menurut ketentuan Pasal 255 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis. Polis asuransi yaitu bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian asuransi. (Y.Sri Susilo, 2000:209) Polis memegang peranan penting untuk menjaga konsistensi pertanggungjawaban baik pihak penanggung maupun tertanggung. Dengan adanya polis asuransi, perjanjian antara kedua belah pihak mendapatkan kekuatan secara hukum. Dengan memiliki polis asuransi tersebut maka pihak tertanggung memiliki jaminan bahwa pihak penanggung akan mengganti kerugian yang mungkin dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tidak terduga. Polis tersebut merupakan bukti autentik yang dapat digunakan oleh tertanggung untuk mengajukan klaim apabila pihak penanggung mengabaikan tanggung jawabnya. Polis asuransi juga berfungsi sebagai bukti pembayaran premi kepada penanggung.
Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut:
Nomor polis
Nama dan alamat tertanggung
Uraian resiko
(33)
Jangka waktu pertanggungan
Besar premi, bea materai, dan lain-lain
Bahaya-bahaya yang dijaminkan
Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor polisi, nomor rangka dan nomor mesin kendaraan
2.3.2 Premi Asuransi
Premi asuransi adalah merupakan kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. (Y. Sri Susilo, 2000:219) Jumlah premi sangat tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat risiko jumlah nilai pertanggungan. Apabila kemungkinan terjadinya risiko kerugian sangat tinggi, pihak penanggung tentu saja akan memperhitungkan tingkat premi yang jauh lebih tinggi daripada pertanggungan yang kemungkinan terjadinya kerugian kecil. Selain itu biasanya pihak penanggung juga memperhitungkan nilai waktu dan uang yang dibayarkan oleh pihak tertanggung. Periodisasi pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang sudah dituangkan di dalam polis asuransi. Periodisasi dapat bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan.
Yang dijual oleh perusahaan asuransi adalah janji-janji yang dicantumkan dalam suatu kontrak yang dikenal dengan sebutan polis. Kontrak asuransi merumuskan kapan perusahaan asuransi akan membayar yang ditanggung dan jumlah yang akan dibayarkan. Akan tetapi, masalah pembuatan kontrak asuransi bukan hanya membuat konsep instrumen hukum. Penyusunan dokumen itu
(34)
didahului oleh analisis yang intensif terhadap perekonomian dan pertimbangan-pertimbangan teknis.
2.4 Permintaan
2.4.1 Pengertian Konsep Permintaan
Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas. Jadi tidak semua kebutuhan akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat mengkonsumsi barang/jasa yang ia butuhkan. Sementara itu, yang dimaksud dengan kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsikan barang dan jasa.
Yang dimaksud dengan permintaan adalah jumlah barang yang diminta konsumen pada suatu waktu, yang didukung oleh daya beli. Yang dimaksud daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli sejumlah barang yang diinginkan, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Namun demikian daya beli tersebut juga relatif terbatas seperti halnya sumber-sumber ekonomi lainnya.
Selain itu Tati Suhartati dan Joesron Fathurrozi (2002) juga memaparkan pengertian permintaan dari kacamata ilmu ekonomi yaitu berbagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Definisi ini menunjukkan jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga, artinya dalam berbagai tingkat harga terdapat sejumlah barang yang diminta.
(35)
Lincolin Arsyad (1991) menyatakan permintaan adalah suatu skedul atau kurva yang menggambarkan hubungan antara berbagai kuantitas suatu barang yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga, ceteris paribus. Sepanjang suatu kurva permintaan atau skedul permintaan hanya harga dan kuantitas yang berubah-ubah.
Definisi di atas menunjukkan jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga, artinya dalam berbagai tingkat harga terdapat sejumlah barang yang diminta, sehingga hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang yang diminta ini dapat disajikan dalam kurva permintaan.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Permintaan seseorang atau suatu masyarakat terhadap suatu produk di pasaran ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2004) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, yaitu:
1. Harga Barang Itu Sendiri
Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika harga suatu barang semakin mahal, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan menurun. Hal ini membawa kita ke hukum permintaan, yang menyatakan “Bila harga suatu barang naik, ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta akan berkurang, dan sebaliknya”.
(36)
Harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tetapi kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan dua macam barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap).
3. Tingkat Pendapatan Perkapita
Tingkat pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.
4. Selera atau Kebiasaan Konsumen
Selera atau kebiasaan konsumen juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang. Selera konsumen dapat disebabkan oleh perubahan umur, perubahan pendapatan, perubahan lingkungan, dan sebagainya.
5. Jumlah Penduduk
Permintaan suatu barang berhubungan positif dengan jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk, maka kebutuhan akan bertambah, sehingga permintaan terhadap barang akan meningkat.
6. Perkiraan Harga di Masa Mendatang
Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik di masa mendatang, maka kita cenderung membeli barang itu sekarang sehingga
(37)
mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini dengan alasan guna menghemat belanja di masa mendatang.
7. Distribusi Pendapatan
Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun.
8. Usaha-Usaha Produsen Meningkatkan Penjualan
Dalam perekonomian yang modern, bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Seperti halnya iklan, memungkinkan masyarakat untuk mengenal suatu barang baru atau menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut. Untuk barang-barang yang sudah lama, pengiklanan akan mengingatkan orang tentang adanya barang tersebut dan menarik minat untuk membeli. Promosi penjualan lainnya, seperti pemberian hadiah kepada pembeli dan potongan harga apabila membeli suatu barang.
2.4.3 Hukum Permintaan
Hukum permintaan menjelaskan sifat keterkaitan diantara permintaan sesuatu barang dengan harganya. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan bahwa semakin rendah harga sesuatu barang, maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, dan sebaliknya semakin tinggi harga sesuatu barang, maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sadono Sukirno, 1995:76).
(38)
Lincolin Arsyad (1991) secara sederhana menyatakan hukum permintaan adalah hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta adalah berbanding terbalik. Jika harga naik, kuantitas yang diminta turun, seperti yang dilukiskan dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Jumlah (Q) 2000
1000
500
50 75 100 0
Harga (P)
Kurva Permintaan
Hubungan yang terbalik antara harga dan kuantitas yang diminta tersebut dapat dijelaskan dengan cara sebagai berikut: pertama, jika harga suatu barang mengalami kenaikan, maka konsumen akan mencari barang pengganti (substitusi) yang memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi daripada barang yang pertama. Kedua, jika harga naik, pendapatan akan membatasi pembelian lebih lanjut.
2.4.4 Skedul dan Kurva Permintaan
Menurut Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo (2006) skedul permintaan adalah suatu cara untuk menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga, yang ditunjukkan dengan tabulasi angka-angka harga maupun jumlah permintaan.
Disamping dapat diungkapkan dalam bentuk tabel, permintaan akan suatu barang dari seorang konsumen dapat pula diungkapkan dalam bentuk grafik atau
(39)
dalam bentuk persamaan matematik. Kalau sebuah permintaan diungkapkan dalam bentuk grafik tepatnya disebut kurva permintaan atau garis permintaan apabila permintaan tersebut bentuknya dalam grafik merupakan garis lurus. Sedangkan apabila permintaan diungkapkan dalam bentuk persamaan matematik maka dapat disebut sebagai fungsi permintaan.
Katakanlah permintaan terhadap suatu barang X hanya dipengaruhi oleh harganya. Dengan mengubah-ubah harga, sementara pendapatan perorangan, selera, harga barang-barang lain dianggap tetap (ceteris paribus), maka diperoleh skedul permintaan perorangan terhadap barang tersebut. Penyajian kombinasi-kombinasi harga dan kuantitas yang dipilih konsumen dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1
Skedul Permintaan Barang X
Titik Harga per unit (Rupiah) Jumlah yang diminta (unit)
A 12000 20
B 10000 40
C 8000 60
D 6000 80
E 4000 100
(40)
Sedangkan kurva permintaan menunjukkan hubungan fungsional antara harga dan jumlah barang yang diminta. Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva yang bersifat demikian disebabkan adanya keterkaitan diantara harga dan jumlah yang diminta, dimana kurva permintaan tersebut mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Kalau yang satunya naik (misalnya harga) maka yang lainnya turun (misalnya jumlah yang diminta) (Sadono Sukirno, 1986:80). Dengan menggunakan data-data numerik pada tabel 2.1 skedul permintaan di atas maka dapat digambarkan kurva permintaannya sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kurva Permintaan Barang X
0 Harga (P)
20 40 60 80 100 120 2000
4000 6000 8000 10000 12000
Jumlah yang diminta (Q)
Kurva permintaan merupakan tempat titik-titik yang masing-masing menggambarkan tingkat maksimum pembelian pada harga tertentu, ceteris
(41)
atas garis itu tidak mungkin terjadi jika kondisi permintaan diketahui, maksudnya bahwa di bawah kurva harga dan jumlah barang yang diminta merupakan titik-titik dari kepuasan pembeli sedangkan di atas kurva bukan merupakan permintaan pokok lagi.
2.4.5 Elastisitas Permintaan
Elastisitas adalah derajat kepekaan kuantitas yang diminta atau ditawarkan
terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan atau penawaran (Lincolin Arsyad, 1991:47).
Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya, ceteris paribus.
Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga (price elasticity of demand). Sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity), dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity) (Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2004:55).
2.4.6 Jenis-Jenis Elastisitas Permintaan 1. Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)
Elastisitas harga (Ep) adalah persentase perubahan kuantitas yang diminta
(42)
Ep = % Perubahan jumlah barang yang diminta % Perubahan harga
Atau Ep = p Q ∂ ∂ % % = ) / ( ) / ( P P Q Q ∂ ∂ = P Q Q P ∂ ∂ ×
1. Permintaan Elastis (Ed > 1) Angka elastisitas harga (Eh)
Permintaan dikatakan elastis apabila persentase perubahan jumlah barang yang diminta lebih besar dari persentase perubahan harganya.
Gambar 2.3 Permintaan Elastis Q B P A P1 P2
Q1 Q2
0
2. Permintaan In-Elastis (Ed < 1)
Permintaan in-elastis ini dapat terjadi apabila persentase permintaan lebih kecil dari persentase perubahan harga.
Gambar 2.4 Permintaan In-Elastis
(43)
Q B
P
A P1
P2
Q1 Q2
0
3. Permintaan Elastisitas Kesatuan (Unitary Elasticity) (Ed = 1)
Permintaan elastisitas kesatuan terjadi apabila persentase perubahan permintaan sama dengan persentase perubahan harga.
Gambar 2.5
Permintaan Elastisitas Kesatuan
Q B
P A P1
P2
Q1 Q2
0
4. Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ~)
Permintaan elastis sempurna terjadi apabila pada harga jumlah barang yang diminta tidak terbatas atau dengan kata lain pada harga berapa pun, banyaknya suatu barang akan habis dibeli (terjual).
Gambar 2.6
(44)
Q D P
0
5. Permintaan In-Elastis Sempurna (Ed = 0)
Pada keadaan ini orang/ konsumen tidak akan merubah permintaannya pada tingkat harga berapa pun.
Gambar 2.7
Permintaan In-Elastis Sempurna
Q D
P
0
2. Elastisitas Silang (Cross Elasticity)
Elastisitas silang (Ec) adalah persentase perubahan jumlah barang yang
diminta, sebagai akibat adanya perubahan harga barang lain (yang memiliki hubungan baik saling melengkapi ataupun saling menggantikan) sebesar 1%.
Ec = % Perubahan Permintaan Barang A % Perubahan Harga Barang B
(45)
Ec = Py Qx ∂ ∂ % % = ) / ( ) / ( Py Py Qx Qx ∂ ∂ = Py Qx Qx Py ∂ ∂ ×
Nilai Ec mencerminkan hubungan antara barang X dengan Y. Bila Ec > 0, X merupakan substitusi Y. Kenaikan harga Y menyebabkan harga relatif X lebih murah, sehingga permintaan terhadap X meningkat. Jika nilai Ec < 0 menunjukkan hubungan X dan Y adalah komplementer. X hanya bisa digunakan bersama-sama Y. Kenaikan harga Y menyebabkan permintaan terhadap Y menurun, yang menyebabkan permintaan terhadap X ikut menurun.
3. Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan jumlah barang yang
diminta sebagai akibat adanya perubahan pendapatan (income) riil konsumen sebesar 1%.
Ei =
% Perubahan Jumlah Barang yang diminta % Perubahan Pendapatan
Atau Ei = I Q ∂ ∂ % % = ) / ( ) / ( I I Q Q ∂ ∂
(46)
=
I Q Q
I
∂ ∂ ×
Umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan (nyata) akan meningkatkan permintaan. Makin besar nilai Ei, elastisitas pendapatannya makin besar. Barang dengan Ei > 0 merupakan barang normal. Bila nilai Ei antara 0 sampai 1, barang tersebut merupakan kebutuhan pokok. Barang dengan nilai Ei > 1 merupakan barang mewah. Ada barang dengan Ei < 0. Permintaan terhadap barang tersebut justru menurun pada saat pendapatan nyata meningkat. Barang ini disebut barang inferior.
2.4.7 Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan
Ada beberapa faktor yang menimbulkan perbedaan dalam elastisitas permintaan berbagai barang, yang terpenting adalah (Sadono Sukirno, 1995:109):
• Banyaknya barang pengganti yang tersedia
Di dalam suatu perekonomian terdapat banyak barang yang dapat digantikan dengan barang-barang lain yang sejenis dengannya. Tetapi ada pula yang sukar mencari penggantinya. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan elastisitas diantara berbagai barang. Sekiranya sesuatu barang mempunyai
banyak barang pengganti permintaannya cenderung untuk bersifat elastis,
yaitu perubahan harga yang kecil akan menimbulkan perubahan yang besar terhadap permintaan.
• Presentasi pendapatan yang dibelanjakan
(47)
tersebut.. Semakin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli sesuatu barang, maka semakin elastis permintaan terhadap barang tersebut.
• Jangka waktu analisis
Jangka waktu di dalam permintaan terhadap sesuatu barang juga mempunyai pengaruh terhadap elastisitas. Makin lama jangka waktu dimana permintaan itu dianalisis, makin elastis sifat permintaan sesuatu barang.
2.5 Jasa
2.5.1 Pengertian Jasa
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang pengertian jasa, antara lain menurut:
Philip Kotler: Jasa sebagai suatu tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak lain yang secara prinsip Intangibel dan tidak menyebabkan
perpindahan kepemilikan apapun. Produksinya bisa ya dan bisa tidak terikat
pada suatu produk fisik.
Leonard L. Berry: Jasa itu sebagai deeds (tindakan prosedur, aktivitas); proses-proses dan unjuk kerja yang intangible.
Adrian Payne: Jasa sebagai aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai atau manfaat) intangibel yang berkaitan dengannya, yang melibatkan
sejumlah interaksi dengan konsumen atau dengan barang-barang milik dan tidak
(48)
dan produksi suatu jasa bisa saja atau bisa juga tidak mempunyai kaitan
fisik.(Yazid, 1992:2).
J. Supranto: Jasa merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dirasakan daripada dimiliki serta pemakai jasa lebih dapat
berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa.
Winardi: Jasa sebagai aktivitas keuntungan atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Basu Swastha: Jasa adalah barang yang tidak kentara atau intangible product yang dibeli dan dijual di pasar melalui transaksi pertukaran yang memuaskan.
Unsur penting yang terdapat pada setiap pengertian diatas adalah bahwa jasa merupakan produk yang tidak kentara atau bukan suatu produksi. Apabila kita mempertukarkan uang dengan sesuatu yang tidak berwujud berarti kita telah membeli jasa. Dalam kaitannya dalam membeli jasa biasanya kita diberi dengan sesuatu kentara seperti karcis, tiket, polis dan sebagainya. Apabila membeli karcis, hal ini yang diartikan bahwa kita membeli karcis tersebut, tetapi itu adalah sebagai bukti bahwa kepadanya akan diberi suatu hiburan yang bersifat tontonan, misal film, pertandingan olahraga. Demikian pula dengan asuransi, yang berarti kita membeli asuransi atau pertanggungan.
Jasa dapat diklasifikasikan atas 4 yaitu:
a. Jasa diarahkan kepada badan manusia, jasa yang diberikan merupakan tindakan nyata yang diarahkan konsumen. Tindakan ini dapat diarahkan kepada badan manusia, seperti: perawatan kesehatan, transportasi penumpang, salon kecantikan, klinik olahraga, restoran, pemotongan rambut, dan lain-lain.
(49)
b. Jasa dituju kepada barang dan kepemilikan fisik yang lain. Tindakan nyata yang diarahkan kepada barang atau sesuatu yang dimilki konsumen, seperti: pengantaran barang dengan pesawat, perbaikan dan pemeliharaan, peralatan industri, jasa penjagaan (gudang, rumah) laundry dan dry cleaning, pertamanan, dan lain-lain.
c. Jasa diarahkan kepada mental manusia. Tindakan tidak nyata yang diarahkan kepada intelektualitas konsumen, seperti: pendidikan, penyiaran, jasa, informasi, teater, dan lain-lain.
d. Jasa diarahkan kepada intangibel. Tindakan tidak nyata dilakukan terhadap aset intangibel konsumen, speti: asuransi, investasi di bank, jasa hukum, dan lain-lain. (Yazid, 1999:37).
Menurut J. Supranto dalam bukunya Manajemen Pemasaran, mengutip pendapat dari Phillip Kotler karakteristik jasa adalah sebagai berikut:
1. Intangibel (tidak berwujud)
Suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan dinikmati sebelum dibeli oleh konsumen.
2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)
Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan pada pihak lainnya, maka dia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut.
(50)
Jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung dari siapa penyedia jasa, penerima jasa dan kondisi dimana jasa tersebut diberikan.
4. Perish ability (tidak tahan lama)
Daya tahan suatu jasa tergantung suatu situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor (1997:228)
2.5.2 Macam-Macam Jasa
Berkaitan dengan macam jasa, Aubrey Wilson dalam buku Pemasaran Jasa mengutip pendapat dari Green Field, membedakan jasa dalam dua kelompok yaitu:
1. Jasa untuk konsumen
Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh rumah tangga dan pribadi sesuai dengan kemampuan rumah tangga
2. Jasa untuk produsen
Sebagai jasa yang dimanfaatkan oleh organisasi industri atau lembaga.
Jasa untuk konsumen digambarkan sebagai pengeluaran oleh orang
perorang dan bukan organisasi, yang tidak mengakibatkan adanya kepemilikan barang. Antara lain menyangkut perawatan pribadi, kesejahteraan (asuransi perumahan), hiburan dan transport.
(51)
Jasa untuk produsen dapat dikategorikan menjadi:
1. Jasa peralatan, yaitu semua pelayanan jasa yang ada kaitannya dengan instalasi, penyelenggaraan perawatan dan perbaikan pabrik, alat pelengkap dan alat operasi, berkas dan perabotan.
2. Jasa pemberian kemudahan, yaitu semua pelayanan jasa untuk menyediakan sarana operasi dan organisasi yang produktif termasuk pengadaan uang, penyimpanan, pengangkutan, promosi dan asuransi.
3. Jasa berupa nasehat dan konsultasi, yaitu semua pelayanan jasa dengan menyampaikan keahlian dan kecakapan khusus maupun umum termasuk penasehat penggunaan dan pencarian sumber-sumber daya, riset, pendidikan, organisasi dan pemasaran. (1982:20).
2.6 Pendapatan
Dalam ilmu ekonomi, istilah pendapatan mengandung arti yaitu hasil dari pekerjaan seseorang yang dikeluarkannya untuk mengkonsumsi suatu barang atau jasa dan selebihnya ditabung dan bentuk singkatnya yaitu:
Y = C + S Dimana : Y = Pendapatan (income)
C = Konsumsi (consumption) S = Tabungan (saving)
Pengertian pendapatan dan penerimaan menurut Biro Pusat Satatistik dibedakan dalam:
(52)
1. Pendapatan faktor yang didistribusikan, yang dibagi lagi menurut sumbernya menjadi:
• Penghasilan gaji dan upah
• Penghasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas
• Penghasilan dari pemilikan harta
2. Transfer yang bersifat redistributif, terutama terjadi dari transfer pendapatan yang tidak mengikat dan biasanya bukan merupakan imbalan atas penyerahan barang, jasa atau harta milik.
Hans Dieter Evers (1996:88) merinci pendapatan terdiri atas: 1. Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan dari:
• Dari usaha sendiri, meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi atau penjualan dari kerajinan rumah.
• Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari harta milik tanah.
• Keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial. 2. Pendapatan berupa barang, yaitu pendapatan berupa:
• Pendapatan pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan dalam batas pengobatan, transportasi dan pemukiman.
• Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah, antara lain pemakaian barang yang diproduksi di rumah atau sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.
(53)
• Penerimaan yang bukan pendapatan, yaitu pengambilan tabungan, penjualan barang-barang, penagihan piutang, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah, warisan atau menang judi.
Pendapatan masayarakat adalah hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dari sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga uang berlaku di faktor produksi.
Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukannya, jenis kegiatan yang mengikutsertakan modal atau ketrampilan, mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya mampu memberikan pendapatan yang lebih besar.
2.7 Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.
Ada dua hal yang paling berpengaruh terhadap jumlah atau tingkat pendidikan, yakni:
(54)
1. Harapan bagi seorang siswa yang lebih terdidik untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih baik pada sektor modern di masa yang akan datang (hal ini merupakan manfaat pendidikan individual (private benefits of
education) bagi siswa dan/atau keluarganya, serta
2. Biaya-biaya pendidikan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, yang harus dikeluarkan atau ditanggung oleh siswa dan/atau keluarganya.
Permintaan atas tingkat pendidikan yang dianggap harus dicapai untuk mendapatkan pekerjaan berpenghasilan tinggi di sektor modern bagi seseorang (dan selanjutnya bagi segenap anggota masyarakat secara keseluruhan) sangat ditentukan oleh kombinasi pengaruh dari empat variabel berikut ini:
1. Selisih atau perbedaan upah atau pendapatan antara sektor modern dengan sektor tradisional.
Selisih tingkat upah antara pekerjaan di sektor modern dan sektor tradisional (atau kota-desa) sangat tinggi, artinya peluang bekerja di sektor modern yang berpenghasilan lebih tinggi tersebut jauh lebih terarah kepada mereka yang berpendidikan sekolah menengah; sedangkan mereka yang berpendidikan sekolah dasar harus puas bekerja di sektor tradisional dengan tingkat upah yang hanya separuh dari tingkat upah di sektor modern.
2. Probabilitas keberhasilan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor modern dengan adanya pendidikan.
Para pemilik badan usaha yang menghadapi banyaknya pelamar, cenderung untuk memliih calon pekerja berdasarkan tingkat pendidikan (ijazah). Mereka
(55)
akan memilih calon yang berlatar pendidikan sekolah menengah daripada sekolah dasar walaupun mungkin pekerjaan yang tersedia sebenarnya dapat dikerjakan oleh orang-orang yang berpendidikan sekolah dasar.
3. Biaya pendidikan langsung yang harus ditanggung siswa / keluarganya. 4. Biaya tidak langsung atau biaya oportunitas dari pendidikan.
2.7.1 Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan terdiri dari:
1. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
3. Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
4. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
(56)
2.7.2 Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan itu terdiri dari:
1. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi.
2. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan dasar dan pendidikan lanjutan.
Pendidikan Dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan
fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Alquran (TPA) maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah merupakan pendidikan dasar.
Pendidikan Lanjutan meliputi program paket C (setara SLA), kursus,
pendidikan vokasi, latihan keterampilan lain baik dilaksanakan secara terogranisasi maupun tidak terorganisasi.
Pendidikan Non Formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) sebagai pangkalan program yang dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih kecil dari kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang berlaku umum merupakan padanan dari Community Learning Center (CLC) yang menjadi bagian komponen dari Community Center.
(57)
3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
2.7.3 Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan terdiri dari:
1. Pendidikan dasar merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
2. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
3. Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
4. Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
5. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
(58)
6. Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
7. Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).
2.7.4 Kualitas pendidikan
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu:
1. Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Daerah dan juga sekolah yang berada di garis depan. Dalam hal ini, intervensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik. 2. Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya. Dimana, masyarakat
merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
2.8 Usia
Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku
(59)
sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut struktur umur dan jenis kelamin. Struktur umur penduduk dapat dilihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir. Misalnya Ani lahir pada bulan Januari tahun 1998 dan Sensus 2000 dilaksanakan pada bulan Juli. Jadi pada saat Sensus 2000 dilaksanakan Ani berusia 2 tahun 6 bulan, tetapi dalam perhitungan demografi Ani dicatat sebagai berumur 2 tahun saja.
Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan.
Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu penduduk yang belum produktif (usia 14 tahun) termasuk bayi dan anak (usia 0-4 tahun) dan penduduk yang dianggap kurang produktif (65 tahun ke atas). Juga dapat dilihat berapa persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk usia produktif atau yang berusia 15-64 tahun.
(60)
Pembangunan nasional selama ini telah memberikan kehidupan yang lebih baik, terutama perkembangan iptek di bidang kesehatan telah mempengaruhi kehidupan masyarakat. Hal tersebut memberikan dampak pada usia harapan manusia Indonesia yang makin panjang. Berdasarkan UU Nomor 4 Tahun 1965, seseorang dianggap lansia bila berusia 55 tahun. Hal ini sesuai dengan usia pensiun seorang pegawai negeri, terutama pegawai negeri sipil (PNS). Namun, dalam perjalanan zaman, UU Nomor 4 Tahun 1965 telah diganti dengan dengan UU No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Dalam undang-undang tersebut dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Penetapan batas usia lansia ini atas pertimbangan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah usia makin bertambah. Seiring dengan tingginya usia harapan hidup manusia Indonesia maka berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statisitik Indonesia mengenai Estimasi Angka Harapan Hidup 2000-2005 diperoleh periode tahun 2000-2005 usia harapan hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) mencapai 67,8 tahun, maka pada periode tahun 2020-2025 diperkirakan rata rata usia harapan hidup menjadi lebih dari 73,6 tahun. Di Sumatera Utara sendiri usia harapan hidup penduduknya pada tahun 2005 mencapai 68,6 tahun dan pada akhir proyeksi tahun 2025 diperkirakan rata-rata usia harapan hidup penduduk Sumatera Utara mencapai 74 tahun.
(61)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Jasaraharja Putera yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto No.142, Medan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari wawancara terstruktur (in depth interview) kepada responden dan pengambil keputusan di PT. Jasaraharja Putera dengan observasi terhadap responden yang diwawancarai.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data tambahan yang menjadi data pendukung data primer. Diperoleh dari pihak berwenang PT. Jasaraharja Putera pada kurun waktu tahun 2007 juga dari bulletin, informasi, buku, majalah, jurnal, juga website-website yang berkaitan dengan penelitian.
(62)
Populasi yang dipilih oleh penulis yaitu para pemegang polis asuransi kecelakaan pribadi pada PT. Jasaraharja Putera cabang Medan dengan jumlah sampel adalah sebanyak 45 orang responden. Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan metode pengambilan sampel dengan cara simple random sampling.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kuisioner
Penulis membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Kuesioner ini ditujukan pada bagian yang berwenang. Jawaban atas pertanyaan ini digunakan sebagai pelengkap dan pendukung kebenaran data yang ada.
2. Wawancara
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan lengkap, penulis mengajukan wawancara dengan pihak-pihak yang kompeten memberikan data dan informasi yang diperlukan.
3. Observasi
Cara ini dilakukan dengan mengamati langsung objek yang diteliti dan membuat catatan-catatan hasil pengamatan.
(63)
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Eviews 4.1.
3.6 Model Analisis Data
Model analisis yang dipergunakan untuk menulis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan polis asuransi kerugian pada PT. Jasaraharja Putera, cabang Medan adalah model ekonometrik dengan teknik analisis menggunakan model kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS).
Model persamaannya adalah sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3) ... (1)
Dengan spesifikasi model sebagai berikut:
Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3 + µ ... (2)
Dimana:
Y = Permintaan Asuransi Kerugian, diukur berdasarkan nilai premi
per tahun (Rp) = Intercept
1, 2, 3 = Koefisien Regresi
X1 = Tingkat Pendapatan (Rp/tahun)
X2 = Tingkat Strata Pendidikan (diberi nilai/skors)
SMA = 1 D3 = 2
S1 = 3
S2 = 4
(1)
Lia Permata Sari : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian Pada PT.Jasaraharja Putera Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
6.
Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai variasi produk asuransi yang
ditawarkan PT. Jasaraharja Putera cabang Medan
a.
Sangat tidak bervariasi
b.
Tidak bervariasi
c.
Bervariasi
d.
Sangat Bervariasi
7.
Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai kemudahan persyaratan yang
diperlukan untuk menjadi pemegang polis asuransi kerugian PT. Jasaraharja
Putera cabang Medan
a.
Sangat tidak mudah
b.
Tidak mudah
c.
Mudah
d.
Sangat mudah
Alasan,
______________________________________________________________
______________________________________________________________
8.
Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai manfaat dari polis asuransi kerugian
yang ditawarkan PT. Jasaraharja Putera cabang Medan
a.
Sangat tidak bermanfaat
b.
Tidak bermanfaat
c.
Bermanfaat
d.
Sangat bermanfaat
Alasan,
______________________________________________________________
______________________________________________________________
9.
Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai kesesuaian besar premi yang
dibayarkan dengan manfaat yang diperoleh dari PT. Jasaraharja Putera cabang
Medan
(2)
Lia Permata Sari : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian Pada PT.Jasaraharja Putera Cabang Medan, 2008.
USU Repository © 2009
a.
Sangat tidak sesuai
b.
Tidak sesuai
c.
Sesuai
d.
Sangat sesuai
Alasan,
______________________________________________________________
______________________________________________________________
(3)
Lia Permata Sari : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian Pada PT.Jasaraharja Putera Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 6
Data Responden Hasil Kuesioner
No Nama Responden L/P Usia Alamat Pekerjaan Pendidikan Pendapatan/Bulan Premi/Tahun Nomor Polis
1 Nurhayati P 45 Jl. Binjai Km. 13 Gg. Setia No. 70 BUMN SMA Rp 2.100.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0079
2 Jamuda F.P. Marbun L 46 Jl. Perkutut Gg. Setia Budi Medan Helvetia BUMN SMA Rp 2.500.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0094
3 Irvansyah Putra L 47 Jl. Tanjung Permai I No. 9 Swasta SMA Rp 3.000.000 Rp 70.000 06.00.1.00.000.2007.0017
4 Kandar J. Tompul L 48 Jl. Angkasa I No. 164 Helvetia Swasta SMA Rp 3.100.000 Rp 70.000 06.00.1.00.000.2007.0204
5 Sidik Yuni Handoko L 50 Jl. Setia Budi Pasar 1 Komp. Puri No. 7B Swasta SMA Rp 2.500.000 Rp 70.000 06.00.1.00.000.2007.0192
6 Suriadi L 51 Jl. Sutrisno Gg. Berlian Swasta SMA Rp 3.500.000 Rp 70.000 06.00.1.00.000.2007.0016
7 Dedek Kartini P 53 Perumahan Bumi Johor Sentosa No. 14D Swasta SMA Rp 5.000.000 Rp 70.000 06.00.1.00.000.2007.0189
8 Roslina P 37 Jl. Amal Gg. Melati VIII No. 131 BUMN SMA Rp 4.000.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0087
9 Lies Mawar Lumban Gaol P 38 Jl. Gaperta Gg. Pembangunan Ujung Medan Helvetia BUMN SMA Rp 4.500.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0098
10 Nisma P 40 Jl. Bromo Gg. Mulia No. 9A Medan BUMN D3 Rp 3.200.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0121
11 Lukman L 43 Jl. Halat No. 128 Medan BUMN D3 Rp 3.300.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0106
12 M. Yusuf L 39 Jl. Sempurna No. 16-H Medan Wiraswasta D3 Rp 2.400.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0125
13 Ramli L 40 Jl. Merak Gg. Adil No. 8-C Pasar IV Medan Sei Kambing Wiraswasta D3 Rp 2.700.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0132
14 Edison Manalu L 41 Jl. Alumunium IV No. 15 Medan Wiraswasta D3 Rp 4.300.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0065
15 Arisman L 42 Jl. SM.Raja Gg. Musyawarah No. 74-H Medan Wiraswasta D3 Rp 4.800.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0038
16 Dedy Syahputra L 43 Jl. Karya Darma No. 9-A Medan Polonia Wiraswasta D3 Rp 2.300.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0058
17 Ali Akbar L 38 Jl. AR. Hakim Gg. Amaliah No. 20-A Medan Area Wiraswasta D3 Rp 3.700.000 Rp 70.000 06.00.3.00.000.2008.0031
18 Erwin Sinaga L 39 Jl. Dame Ujung No. 01 Amplas Wiraswasta D3 Rp 4.200.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0068
19 Budiman Hutagalung L 43 Jl. Jalak XVII No. 470 Perm. Mandala Wiraswasta D3 Rp 5.000.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0051
20 Hadi Anto L 42 Jl. Amal Luhur Gg. Sunda No. 105-1 Medan Wiraswasta D3 Rp 4.600.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0075
21 Hasudungan M. Tampubolon L 41 Jl. Garpu No. 22 Medan Wiraswasta D3 Rp 2.800.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0084
22 Juliadi Tarigan L 40 Jl. J.Ginting Gg. Sahabat No. 26 P. Bulan Medan Baru Wiraswasta S1 Rp 4.300.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0097
23 Karmel Sinaga L 38 Jl. Sei Bahorok Gg. Keplor No. 9/80 Medan Swasta S1 Rp 6.000.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0103
24 Umar Said L 39 Jl. Umar No. 48 Glugur Darat I Medan Timur Swasta S1 Rp 6.300.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0187
25 Sofian Nasution L 36 Jl. Bhayangkara I No. 43 Kel. Indra Kaih Medan Tembung Swasta S1 Rp 5.800.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0168
26 Raono L 35 Jl. Abadi No. 11 Kel. Tanjung Rejo Swasta S1 Rp 7.500.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0135
27 Amir Hamzah Harahap L 34 Jl. Tuba II Gg. Pribadi No. 7 Medan Denai Swasta S1 Rp 7.800.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0032
(4)
Lia Permata Sari : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian Pada PT.Jasaraharja Putera Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009
29 Darius Bangun L 33 Jl. Coklat 9 No. 11 Perm. Simalingkar Swasta S1 Rp 6.100.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0055
30 Ferry Aidan Asmar Rambe L 31 Jl. Sakura III No. 62 Medan Helvetia Swasta S1 Rp 7.000.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0070 31 Abdul Bathin Ginting L 30 Jl. Karya Jaya Lr. XIV Gg. Mustafa II 7-F Medan BUMN S1 Rp 7.300.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0125 32 Abd. Muis L 35 Jl. Karya Setia Sei Agul Medan Barat Lk. XII (Blkg No. 39) BUMN S1 Rp 6.500.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0126 33 Adil Sumari Siregar L 35 Jl. M. Yakob Lubis Dsn. V Gg. Dame No. 4B Khalifah Tembung BUMN S1 Rp 6.800.000 Rp 140.000 06.00.3.00.000.2008.0127 34 Agus Nasution L 33 Jl. Baru Gg. Keluarga No. 6-C Lk. III Medan Tembung Swasta S1 Rp 10.000.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0128 35 Andri Gilbert Sihombing L 31 Jl. Danau Singkarak Gg. Saudara No. 68 Medan Swasta S1 Rp 12.000.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0035 36 August B. Silalahi L 29 Jl. Bunga Deli No. 11 Villa Melina Tanjung Sari Medan Swasta S1 Rp 15.000.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0040 37 Budi Setiawan L 29 Jl. Purnawirawan Ujung No. 70 Medan Estate Wiraswasta S1 Rp 16.600.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0050
38 D. Ariyanto L 36 Jl. Marelan VIII No. 10 Medan Marelan Wiraswasta S1 Rp 16.500.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0061
39 Gimin L 30 Jl. Kemiri Gg. Pinang No. 2-H Medan Wiraswasta S1 Rp 12.500.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0072
40 Hamdan L 36 Jl. Yos Sudarso No. 56 LK. IV Medan Deli Kota Bangun Swasta S1 Rp 13.100.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0077
41 Martoyo L 29 ASPOL Jl. E-8/F-4 Medan Denai Swasta S2 Rp 14.200.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0115
42 Jonsen Sinamo L 30 Jl. Mesjid Dsn. VI No. 27 BUMN S2 Rp 15.500.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0195
43 M. Fadali L 30 Jl. Platina VII Lk. II No. 20 Titi Papan Medan Deli BUMN S2 Rp 20.800.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0124
44 Muriadi L 31 Jl. Sempurna Dsn II Mawar Percut Sei Tuan Wiraswasta S2 Rp 41.600.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0121
45 Pinto Sudarso L 30 Jl. Bunga Mawar No. 10 Medan Swasta S2 Rp 35.000.000 Rp 280.000 06.00.3.00.000.2008.0131
(5)
Lia Permata Sari : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian Pada PT.Jasaraharja Putera Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009
Lampiran 7
PT. JASARAHARJA PUTERA
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
CABANG MEDAN
P.A : Sumarsono / SG2n3 PA : Pinondang Turnip, SE / SG2n6 P.A : Zulkifli / SG2n3 P.A : Andy R.Sembiring / SG2n2 P.A : Indra S Pulungan / SG2n4 P.A : Ronal Sitorus, SE/SG2n6
Rekapitulasi Pegawai
JR
JP
Jumlah
4
3
1
3
1
3
Kepala Cabang
Alfred Tares Suot, SE
Seksi
Underwriting
Abdul Muis, AAAIK / SG3n0
Seksi
Klaim
Ir.I Made Suastaya / SG2n3
Seksi
Pemasaran
Seksi
Keu dan Umum
Patar Sihotang, SE/SG3n1
Unit Layanan / KCP
P. Sidempuan
Unit Layanan / KCP
P. Siantar
Unit Layanan / KCP
Kisaran
Unit Layanan / KCP
Kabanjahe
Unit Layanan / KCP
Sibolga
Unit Layanan / KCP
R.Prapat
P.A
: Namora / SG2n1
P.A
: Dedek Kartini / SG2n3
P.A
: Khairuddin Siregar / SG2n2
P.A
: Irvansyah Putra / SG2n0
P.A
: Sidik Yuni Handoko/SG2n3
Kontrak : Kandar J. Stompul
P.A
: Lusia Butar-butar,SE / SG22n3
P.A
: Kesumawati, SE / SG2n7
Juru Mudi
: Surtadi / SG1n1
Kontrak Juru
: Atzemi
Mengetahui,
Alfred Tares Suot, SE
Kepala Cabang
Medan,
Patar Sihotang, SE
(6)
Lia Permata Sari : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian Pada PT.Jasaraharja Putera Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009