PENDAHULUAN Mekanisme Koping, dan Kesiapan Melaksanakan Kolaborasi Mahasiswa Profesi Ners dan Mahasiswa Profesi Dokter USU

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang Salah satu hal yang menjadi tantangan bagi institusi kesehatan adalah bagaimana agar bisa mendayagunakan tenaga kerja kesehatan yang ada secara optimal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien, keluarga, dan masyarakat serta menyelesaikan permasalahan kesehatan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan IPEC, 2011. Berbagai permasalahan kesehatan yang ada tidak dapat diatasi hanya dengan sistem uniprofesional. Kontribusi dan interaksi dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu keperawatan dan kedokteran sangat membantu dalam penyelesaian berbagai masalah kesehatan WHO, 2010. Tatanan klinik merupakan lingkungan yang ideal bagi mahasiswa profesi ners dan profesi dokter untuk mempelajari kompetensi yang diperlukan dalam bekerja dengan profesi kesehatan lain secara efektif Lait et al., 2010. Pada kenyataannya interaksi antar anggota disiplin kesehatan masih sangat minim Sieglar and Withney, 2000. Penelitian yang dilakukan oleh Pramita 2011 menemukan bahwa mahasiswa profesi ners mengalami kesulitan saat berhadapan dengan masalah- masalah nyata, seperti masalah interpersonal selama menjalani pendidikan profesi. Masalah interpersonal ini termasuk kolaborasi dengan profesi kesehatan lain antara dokter dengan perawat yang ada di rumah sakit. Hal tersebut menjadi tuntutan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa profesi. Tuntutan ini menimbulkan kendala psikologis Universitas Sumatera Utara 2 yang membutuhkan penyesuaian atau mekanisme koping Lazarus Folkman, 1984. Mekanisme koping digunakan untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan kehilangan. Mekanisme koping bukan hanya satu kejadian yang terjadi dengan sendirinya, karena koping juga melibatkan lingkungan. Koping muncul untuk mengatasi tuntutan lingkungan internal dan eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu, baik itu fokus pada masalah maupun emosi Lazarus Folkman, 1984. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan kolaborasi antara perawat dan dokter secara profesional terus berkembang. Masalah pasien yang kini semakin kompleks dan menyita waktu membutuhkan penanganan yang lebih efektif dan efisien, selain itu semakin meningkatnya biaya kesehatan menyebabkan rumah sakit merumuskan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satunya melalui peningkatan pendekatan berbagai profesi kesehatan Cooper, 2007. Menurut Keith 2008, kunci pelayanan yang komprehensif dengan biaya yang efisien adalah dengan meningkatkan kolaborasi yang efektif antar tenaga kesehatan. Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat melaksanakan praktik bersama sebagai kolega. Bekerja saling kertergantungan dalam batasan- batasan lingkup kerja dan peran masing-masing dengan berbagai nilai-nilai dan saling mengakui serta menghargai terhadap setiap anggota profesional yang berkonstribusi dalam merawat individu keluarga dan masyarakat American Medical Assosiation, 1994. Penelitian yang dilakukan oleh Amaludin 2006, dalam Tarigan Universitas Sumatera Utara 3 2010 tentang pelaksanaan kolaborasi perawat dengan dokter di Rumah Sakit Dr. Mohammad Husin Palembang, didapatkan hasil 51,3. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kolaborasi yang termasuk dalam kategori baik, tetapi dengan persentasi yang rendah. Oleh sebab itu, mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan termasuk profesi ners dan profesi dokter harus diperkenalkan praktik kolaborasi sejak dini. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kolaborasi antar tenaga kesehatan setelah menjadi seorang profesional WHO, 2010. WHO mengakui bahwa kolaborasi antar profesi kesehatan, termasuk profesi ners dan profesi dokter dalam pendidikan dan praktek merupakan suatu strategi yang inovatif untuk memperbaiki mutu pelayanan kesehatan. Hasil penelitian pada 42 negara yang telah menerapkan praktik kolaborasi menunjukkan bahwa praktik kolaborasi dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan, penggunaan sumber daya klinis yang sesuai, dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan serta keselamatan pasien. Disamping itu, praktik kolaborasi dapat menurunkan total komplikasi yang dialami pasien, jangka waktu rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan, biaya rumah sakit, rata-rata clinical error, dan rata-rata jumlah kematian pasien WHO, 2010. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa mahasiswa profesi ners USU yang sedang menjalani pendidikan profesi di rumah sakit, menunjukkan bahwa kolaborasi dengan profesi kesehatan lain mulai terjadi pada tahap pendidikan profesi ners tersebut. Selama menjalani proses pendidikan Universitas Sumatera Utara 4 profesi, mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan akan saling bertemu. Tidak bisa dihindari bahwa praktik kolaborasi yang tidak terencana telah terjadi dengan sendirinya tanpa disadari oleh kolaborator yang sedang menjalaninya, termasuk mahasiswa profesi ners dan profesi dokter. Hal tersebut menunjukkan bahwa fenomena yang ada di USU adalah belum ada praktik kolaborasi yang terencana antara berbagai profesi kesehatan, termasuk profesi ners dan profesi dokter. Sehingga mahasiswa profesi ners dan profesi dokter harus dipersiapkan sejak dini beberapa pendekatan untuk melaksanakan kolaborasi setelah menjadi seorang profesional nanti. Pendekatan kompetensi interprofesional pada dasarnya menekankan pada kebiasaan-kebiasaan esensial yang merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang membuat mahasiswa siap untuk melaksanakan praktik kolaborasi WHO, 2010. Antusiasme dan kemauan mahasiswa profesi ners dan profesi dokter terhadap sesuatu yang baru dapat dijadikan sebagai patokan kesiapan. Kesiapan merupakan sikap psikologis yang harus dimiliki seseorang sebelum melakukan sesuatu Slameto, 2003. Yusuf 2002 menjelaskan bahwa ada tiga aspek mengenai kesiapan, yaitu aspek pemahaman, aspek penghayatan, dan aspek kesediaan. Aspek pemahaman, yaitu kondisi dimana seseorang mengetahui dan mengerti kejadian yang dialaminya bisa dijadikan sebagai saah satu jaminan bahwa dia akan merasa siap menghadapi hal-hal yang terjadi. Aspek penghayatan, yaitu kondisi dimana seseorang siap secara alami bahwa segala hal yang terjadi secara alami hamper menimpa semua orang adalah segala sesuatu yang wajar, normal, dan tidak perlu dikhawatirkan. Aspek Universitas Sumatera Utara 5 kesediaan, yaitu kondisi dimana seseorang sanggup atau rela untuk berbuat sesuatu sehingga dapat mengalami secara langsung segala hal yang seharusnya dialami sebagai salah satu proses kehidupan. Berdasarkan fenomena yang ada dan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana mekanisme koping, dan kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter semester akhir yang nantinya akan menjadi tenaga kesehatan profesional. 2. Perumusan masalah Bagaimana mekanisme koping, dan kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU? 3. Pertanyaan penelitian a. Bagaimana mekanisme koping dalam melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU? b. Bagaimana kesiapan dalam melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU? 4. Tujuan penelitian 4.1.Tujuan umum Universitas Sumatera Utara 6 Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis mekanisme koping, dan kesiapan melaksanakan kolaborasi pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU.

4.2. Tujuan khusus

a. Menganalisis mekanisme koping dalam melaksanakan kolaborasi yang berfokus pada masalah problem focused coping pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU. b. Menganalisis mekanisme koping dalam melaksanakan kolaborasi yang berfokus pada emosi emotion focused coping pada mahasiswa ners dan mahasiswa profesi dokter USU. c. Menganalisis kesiapan dalam melaksanakan kolaborasi yang terdiri dari aspek pemahaman, aspek penghayatan, dan aspek kesediaan pada mahasiswa profesi ners dan mahasiswa profesi dokter USU. 5. Manfaat penelitian 5.1. Praktik keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada mahasiswa keperawatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan dengan melaksanakan kolaborasi yang terintegrasi dengan profesi kesehatan lain yang sering bersinggungan di rumah sakit. Dan menjadikan mahasiswa Universitas Sumatera Utara 7 profesi menjadi tenaga kesehatan profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. 5.2. Pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sumber informasi yang berguna bagi mahasiswa keperawatan terutama pada mahasiswa yang melaksanakan pembelajaran klinik untuk dapat mempersiapkan diri sebelum melakukan praktik klinik di rumah sakit, yakni dengan memperkenalkan praktik kolaborasi sejak dini.

5.3. Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kolaborasi terintegrasi dengan berbagai profesi kesehatan. Universitas Sumatera Utara 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA