Analisa Faktor Penyebab Stres Dan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 Dalam Menghadapi Pendidikan Profesi NERS

(1)

ANALISA FAKTOR PENYEBAB STRES DAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN USU ANGKATAN

2006 DALAM MENGHADAPI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SKRIPSI

Oleh

Rianti Pramita

071101005

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Analisa Faktor Penyebab Stres dan Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners.”

Dalam penyusunan proposal ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, SKp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan II, dan Ikhsanudin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat serta selalu sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS sebagai dosen penguji I dan Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep Ns, M.Kep, sebagai dosen Penguji II yang telah berkenan menyediakan waktu dan memberikan masukan-masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

5. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen Fakultas Keperawatn USU yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan.

6. Bapak Achmad Fathi S.Kep MNS yang telah bersedia melakukan uji validitas.

7. Kedua orangtua yang penulis sayangi Ayah Hafnar Jani Siregar SH MM dan Mama Ratna Daulay S.Pd yang tidak pernah berhenti dalam membimbing, menghibur, memperhatikan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

8. Abang dan adik-adik yang penulis sayangi Dodi Pramana S.Pd, Nanda Febinahara, Aulia Rahman yang selalu menghibur dan memberikan semangat kepada penulis.

9. Senior yang penulis sayangi yaitu Rahmad Edi Sembiring S.Kep yang selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan telah membantu dalam pengambilan data.

10. Kedua Bapak dan Ibu di Binjai yang penulis sayangi yaitu Bapak Rahim Sembiring dan Ibu A.N Sinuraya yang selalu memperhatikan dan memberi semangat kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat yang penulis sayangi Melati Ramadani, Tri Ratna Ritonga, Erwina Irwan, Rini Lestari, Yutiva Irnanda, Novinda Sari yang senantiasa menghibur dan memberikan semangat kepada penulis dan juga teman-teman seperjuangan stambuk 2007 yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.


(5)

12. Seluruh mahasiswa keperawatan stambuk 2006 yang telah bersedia menjadi responden penelitian dan meluangkan waktu untuk membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan maupun percetakan. Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan skripsi yang akan datang dapat dianggap perbaikan. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel. ... ix

Daftar Skema ... x

Abstrak ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah. ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

4.1 Bagi Mahasiswa Profesi. ... 7

4.2 Bagi Institusi Pendidikan. ... 7

4.3 Bagi Rumah Sakit. ... 8

4.4 Bagi Peneliti ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stres ... 9

2.1.1 Defenisi Stres ... 9

2.1.2 Gejala Stres ... 10

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Stres ... 11

2.1.4 Tahapan Stres ... 16

2.1.5 Cara Mengatasi Stres ... 18

2.2 Konsep Mekanisme Koping ... 19

2.2.1 Defenisi Mekanisme Koping ... 19

2.2.2 Penggolongan Mekanisme Koping. ... 20

2.2.3 Respon Koping ... 22

2.2.4 Sumber Koping. ... 23

2.3 Program Pendidikan Ners ... 24

2.4 Faktor Stres Mahasiswa Program Pendidikan Ners ... 27

2.5 Mekanisme Koping Mahasiswa Program Pendidikan Ners... 29

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 31

3.2 Kerangka Penelitian ... 33

3.3 Defenisi Operasional ... 35

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian. ... 38

4.2 Populasi dan Sampel ... 38


(7)

4.4 Pertimbanagn Etik ... 39

4.5 Instrumen Penelitian ... 39

4.6 Validitas ... 41

4.7 Reliabilitas ... 41

4.8 Teknik Pengumpulan Data ... 41

4.9 Analisa Data ... 42

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian.. ... 44

5.1.1 Karakteristik Responden. ... 44

5.1.2Distribusi Frekuensi dan Persentase Faktor-faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners. ... 46

5.1.3Distribusi Frekuensi dan Persentase Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners. ... 49

5.1.4Faktor Dominan Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 52

5.1.5Faktor Dominan Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 5.2.Pembahasan... 55

5.2.1Faktor –faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners. ... 55

5.2.2Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 59

5.2.3 Faktor Dominan Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 61

5.2.4 Faktor Dominan Mekanisme Koping Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 62

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 65


(8)

Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Taksasi Dana

4. Surat Izin Pengumpulan Data 5. Surat Izin Penelitian

6. Hasil Pengolahan Data dengan Komputerisasi 7. Hasil Metode Backward

8. Hasil Reliabilitas 9. Jadwal Penelitian 10. Riwayat Hidup


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden .... 45 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden

tentang Faktor-faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 47 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden

tentang Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners. ... 50 Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linier Ganda dengan Metode ( Backward )

tentang Faktor-faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners.. ... 52 Tabel 5. Hasil Uji Regresi Linier Ganda dengan Metode ( Backward )

tentang Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 54


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Analisa Faktor Penyebab Stres dan

Mekanisme Koping Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners ... 34


(11)

Judul : Analisa Faktor Penyebab Stres dan Mekanisme Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan

2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners Nama Mahasiswa : Rianti Pramita

Nim : 071101005

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

ABSTRAK

Pendidikan Profesi Ners merupakan transformasi untuk menjadi perawat profesional. Stressor dapat terjadi yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan kerja dan kondisi personal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stres dan mekanisme koping mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners serta mengatahui faktor penyebab stres dan mekanisme koping yang paling dominan. Desain penelitian adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling. Sampel sebanyak 51 orang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Februari 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner stres dan mekanisme koping mahasiswa keperawatan USU yang meliputi data demografi dan pertanyaan terkait stres dan mekanisme koping mahasiswa profesi USU. Kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisa deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentase serta analisis regresi linier ganda dengan metode backward untuk faktor dominan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres akibat kondisi sosial ekonomi dari faktor kondisi personal merupakan faktor dominan penyebab stres mahasiswa pendidikan profesi ners dengan diperoleh nilai P-value=0,005. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa faktor kondisi personal yaitu kondisi sosial ekonomi menimbulkan stres pada mahasiswa dan menggunakan mekanisme koping planful problem solving. Institusi pendidikan keperawatan USU agar dapat memberikan penjelasan yang baik pada mahasiswa tentang pendidikan profesi ners, juga mengenalkan dan mengakrabkan mahasiswa pada lingkungan rumah sakit, salah satunya dengan mengadakan kunjungan/pertemuan dari pihak rumah sakit.


(12)

Title : Analisis of causal factors in stress and coping mechanisms USU students force nursing profession in dealing with education profession 2006 ners.

Researches : Rianti Pramita

Nim : 071101005

Faculty : Undergraduate Nursing Year of Academic : 2011

ABSTRACT

Profession education ners a transformation to become a professional nurse. Stressors may occur as result of working conditions and personal circumstances. The purpose of this study is to identity factors that cause stress and coping mechanisms of the nursing profession USU student class of 2006 in the face of professional education nurse and to know factors causing stress and coping mechanisms of the most dominant. The study design is descriptive exploratory. Sampling using the total sampling. Sample as many as 51 people. The research was conducted on February 2,2011. The data was collected using a questionnaire of stress and coping mechanisms USU nursing students which includes demographic data and questions related to stress and coping mechanisms profession USU students. Then the processed data obtained by using descriptive analysis to determine the frequency and percentage distributions and multiple linear regression analysis with backward method for the dominant factor. The results showed that the stress caused by socio-economic conditions of the personal condition factor is the dominant factor causing stress professions education student nurses with values obtained P-value=0,005. The conclusion from this study indicate that the factor of personal condition that is socio-economic conditions cause stress on students and using planful problem solving coping mechanisms. USU nursing education institusions in order to provide a good explanation to students about the education profession nurses, also introduce and familiarize students to the hospital environment, one with a visit/meeting of the hospital.


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua tahap pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar S.Kep. dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners (Ns). Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti, karena keduanya merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep. Mata kuliah pada tahap ini terbagi menjadi kelompok mata kuliah yang sifatnya umum, mata kuliah penunjang seperti mata kuliah medis yang secara tidak langsung menunjang mata kuliah keperawatan dan mata kuliah keahlian berupa mata kuliah keperawatan. Sedangkan pada tahap profesi mahasiswa mengaplikasikan teori-teori dan konsep-konsep yang telah didapat selama tahap akademik yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya selama pada tahap akademik (Nursalam 2008).

Program profesi merupakan proses transformasi mahasiswa menjadi seorang perawat professional. Dengan kata lain peserta didik dengan perilaku awal sebagai mahasiswa keperawatan, setelah menjalani program profesi ia akan memiliki perilaku sebagai perawat profesional. Dalam fase ini, peserta didik mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat profesional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan/asuhan keperawatan.


(14)

Melalui pendidikan program profesi diharapkan dapat terbentuk kemampuan akademik dan professional serta kemampuan mengembangkan keterampilan dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan professional dan dapat bersosialisasi dengan peran profesionalnya. Oleh karena itu diperlukan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dan fasilitas belajar serta komunitas profesional yang kondusif, baik dirumah sakit, pendidikan maupun di komunitas (Nursalam 2008).

Stres telah menjadi mimpi buruk bagi mahasiswa. Salah satunya banyak di alami oleh mahasiswa yang sedang menjalani profesi. Menurut Sugiono (2006), melaporkan bahwa mahasiswa yang sedang menjalani kegiatan profesi pada jurusan akuntan publik mengeluh stres karena beban kuliah yang banyak dan anggapan bahwa karir sebagai seorang akuntan publik akan menghasilkan gaji yang kecil apabila belum mempunyai pengalaman. Demikian juga pada mahasiswa yang mengambil program studi kedokteran dengan adanya metoda pembelajaran PBL (Problem Based Learning) menuntut pendidikan yang penuh kompetensi dan praktek klinik yang ketat tidak jarang mahasiswanya mengalami stres. Kondisi stres ini dapat memicu terjadinya kegagalan dalam menempuh profesi. Kondisi stres juga mendorong terjadinya perubahan perilaku pada mahasiswa profesi seperti penurunan minat dan aktifitas, penurunan energi, tidak masuk atau terlambat kerja, cenderung mengekspresikan pandangan sinis pada orang lain, perasaan marah, malu, kecewa, frustasi, bingung, putus asa serta melemahkan tanggungjawab (Abraham& Skalay, 1997).

Menurut Mahat (1998), dan Chapman & Orb (2000), menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa banyak mahasiswa mengalami kesulitan dan


(15)

mengalami kondisi yang memicu stres saat berhadapan dengan masalah-masalah nyata selama menjalani pembelajaran profesi. Pembelajaran pada program profesi dapat memicu stres karena menjadi kegiatan yang sulit bagi mahasiswa. Umumnya kesulitan-kesulitan yang ada berkaitan pada masalah interpersonal, perasaan frustasi dan perasaan lelah yang muncul pada saat kebutuhan mahasiswa tidak teridentifikasi dengan baik, serta situasi nyata di lapangan yang tidak sekedar menggambarkan situasi di teori.

Seperti halnya mahasiswa profesi psikologis dan mahasiswa kedokteran dimana manusia sebagai objek pelayanan, mahasiswa keperawatan juga mengalami kondisi yang memungkinkan terjadinya stres. Penelitian yang dilakukan oleh Hadiyanto (2006), didapatkan data sebanyak 3% mahasiswa mengalami stres berat dan akan bertambah jika institusi pendidikan tidak melakukan pencegahan stres pada mahasiswa keperawatan.

Jenjang program profesi ners adalah program yang harus ditempuh setelah mahasiswa menyelesaikan program akademik. Pada program profesi pembelajarannya lebih ditekankan pada pelaksanaan praktek baik ditatanan rumah sakit maupun komunitas. Mahasiswa program ners tidak saja berasal dari mahasiswa regular (lulusan SMA-jalur A), namun juga dari para mahasiswa yang sudah bekerja di institusi pendidikan maupun pelayanan dan mereka merupakan lulusan SPK maupun D3 keperawatan (dikenal dengan lintas jalur B) (Finn, King & Thornburn, 2000). Menurut peneliti, hal ini menarik, karena mahasiswa jalur B memiliki motivasi dan semangat mencari ilmu yang tinggi yang dapat menimbulkan stres pada mahasiswa reguler.


(16)

Perbedaan ini menimbulkan stres karena jalur A merasa kemampuan yang dimiliki lebih rendah dibanding jalur B. Hal ini dapat terjadi karena mahasiswa jalur A sebelumnya tidak pernah memperoleh pengalaman praktek baik di Rumah Sakit maupun di komunitas. Mahasiswa regular menghadapi peristiwa-peristiwa yang diluar perkiraan saat berhadapan dengan kondisi nyata di lapangan karena sebelumnya belum pernah mereka temukan seperti respon klien yang tidak diharapkan, kondisi pasien yang tiba-tiba berubah dan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. Sementara mahasiswa jalur B telah mendapatkannya ketika mereka belajar di SPK atau D3 keperawatan. Sehingga kalau saja stres terjadi pada mahasiswa jalur B, maka mekanisme untuk beradaptasi pada stres yang terjadi memungkinkan lebih baik jika dibandingkan mahasiswa jalur A. Dari hasil penelitiannya disebuah Rumah Sakit besar menemukan data bahwa mahasiswa regular (pemula) lebih idealis. Mahasiswa regular berkehendak apa yang diperoleh selama pendidikan benar-benar diaplikasikan di Rumah Sakit, namun kenyataannya tidak terjadi sehingga mahasiswa regular mengalami stres (Finn, King & Thornburn, 2000).

Faktor stres lain yang dialami mahasiswa regular adalah pemahaman mahasiswa yang terbatas terhadap tugas profesi, lingkungan baru, pengalaman pertama berinteraksi dengan pasien dan perannya sebagai perawat yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien, serta keharusan bertanggung jawab pada perawat ruangan. Mahasiswa regular yang belum memiliki gambaran tentang realitas di lahan praktek menyebabkan mahasiswa merasa tertekan ketika berhadapan dengan pasien, prosedur perawatan, teman sejawat yang sebagian besar belum memahami tujuan pembelajaran dan keterbatasan mahasiswa di lahan


(17)

praktek membuat mahasiswa regular stres dan frustasi (Syahreni & Waluyanti, 2007).

Mahasiswa profesi ners dari lintas jalur berbeda dengan mahasiswa profesi ners dari kelas regular. Mahasiswa lintas jalur biasanya lebih memiliki pengalaman klinik dibanding mahasiswa regular. Pengalaman yang sudah mereka miliki dapat membantu dalam pelaksanaan praktek profesi, dibandingkan mahasiswa pemula yang belum pernah ke lahan praktek, sehingga mahasiswa lintas jalur cenderung menganggap praktek di Rumah Sakit sebagai suatu kerutinan dan hal yang biasa (Psathas, 2000).

Universitas Sumatera Utara adalah salah satu universitas di Sumatera yang memiliki Fakultas Keperawatan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah membuka program ners baik dari kelas regular dan kelas lintas jalur. Mahasiswa angkatan 2006 memiliki jumlah mahasiswa regular sebanyak 51 orang yang sekarang sedang menjalani pendidikan profesi diberbagai rumah sakit di Sumatera Utara (Data mahasiswa 30 Agustus 2010).

Stres yang terjadi pada mahasiswa perlu dicarikan solusi penanganan lebih dini agar tidak berkembang menjadi stres yang hebat. Hal ini bisa dilakukan dengan pengenalan dan kewaspadaan tentang stres secara tepat sehingga nantinya individu menganggap stres adalah bagian dari tantangan dan bukanlah akhir dari segalanya yang tidak bisa dipecahkan (Sunaryo, 2004). Tindakan inilah yang kemudian dikenal dengan mekanisme koping terhadap stres.

Mekanisme koping merupakan mekanisme yang muncul akibat terjadinya stres pada diri individu yang akan mempermudah terjadinya proses adaptasi. Mekanisme koping sebagai suatu cara yang dilakukan individu dalam


(18)

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam (Kelliat, 1998). Namun demikian setiap orang mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengatasi stres (Dewe, 1989). Bila mekanisme penanggulangan ini berhasil, maka individu dapat beradaptasi dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi bila mekanisme koping gagal artinya individu gagal untuk beradaptasi maka akan timbul gangguan kesehatan baik berupa gangguan fisik, psikologis maupun perilaku (Kelliat, 1998). Bila hal ini terjadi pada mahasiswa yang sedang melakukan praktek di tatanan pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Komunitas) maka dapat mempengaruhi prestasi dan kualitas kinerja yang dilakukan.

Berdasarkan fenomena tersebut perlu dilakukan pengkajian apakah faktor-faktor penyebab mahasiswa mengalami stres dan bagaimana mekanisme koping yang digunakan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang analisa faktor penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap mahasiswa yang sedang menjalani profesi, dalam melaksanakan pelayanannya mahasiswa profesi belum siap menghadapi pekerjaan yang membutuhkan kecekatan, ketepatan, ketrampilan, keahlian, kesiagaan, kekuatan fisik dalam menangani pasien yang sesuai dengan jenis penyakitnya. Penanganan perawatan dapat menjadi beban bagi para mahasiswa, sehingga ini akan mempengaruhi terjadinya stres. Faktor lain yang mendukung terjadinya stres mahasiswa profesi adalah tekanan-takanan yang berasal dari tatanan pelayanan kesehatan. Namun sejauh mana beban tugas


(19)

tersebut mengakibatkan terjadinya stres belum diketahui dan mekanisme koping seperti apa yang dilakukan mahasiswa profesi juga belum jelas diketahui. Berdasarkan latar belakang tersebut, perumusan masalah penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang paling banyak menyebabkan mahasiswa program profesi ners mengalami stres dan bagaimana mekanisme koping yang paling sering digunakan oleh mahasiswa untuk menanggulangi stres tersebut?

1.3 Tujuan penelitian

1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stres pada mahasiswa program profesi ners regular Universitas Sumatera Utara.

2. Mengidentifikasi mekanisme koping mahasiswa program profesi ners regular Universitas Sumatera Utara

3. Menganalisa faktor penyebab stres dan mekanisme koping mahasiswa program profesi ners regular Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Mahasiswa Profesi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan profesi, sehingga mereka akan melakukan mekanisme penyesuaian yang baik dalam menghadapi stres.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi institusi pendidikan yang mengelenggarakan program profesi ners, dan dalam


(20)

menentukan metode pembelajaran program pre klinik yang efektif dan kondusif sebagai persiapan mahasiswa memasuki kegitan klinik (program profesi ners).

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan persiapan kebutuhan mahasiswa dalam menjalankan praktek pendidikan profesi ners.

1.4.4 Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai sumber pengetahuan bagi peneliti dan data dasar bagi peneliti selanjutnya yang membahas tentang topik yang sama.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stres

2.1.1 Defenisi stres

Stres adalah sebagai suatu hubungan yang khas antar individu dan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai suatu hal yang mengancam atau melampaui kemampuannya untuk mengatasinya sehingga membahayakan kesejahteraannya (Lazarus dan Folkman, 1984). Stres menurut Maramis (1999) adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, oleh karena itu stres dapat mengganggu keseimbangan kita. Sementara itu menurut Kelliat (1998), stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari,disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian.

Stres tidak terlepas darimana datangnya dan apa saja sumbernya. Sumber stres atau yang disebut stresor adalah suatu keadaan, situasi objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Stres yang berasal dari dalam diri disebut internal sources dan yang berasal dari luar disebut eksternal sources (Potter dan Perry, 1999).

Menurut Spielberger (2001), bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.


(22)

2.1.2 Gejala stres

Cooper dan Straw (1995) mengemukakan gejala stres fisik, perilaku, dan dalam bentuk watak. Bentuk gejala fisik oleh Cooper dan Straw (1995) ditandai dengan adanya kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah. Sementara dalam bentuk perilaku umumnya ditandai dengan perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain. Dalam bentuk gejala watak dan kepribadian biasanya tanda yang dapat dilihat adalah sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, dan kurang percaya diri menjadi rawan (Cooper dan Straw, 1995).

Tidak berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Cooper dan Straw (1995) adalah pendapat Braham dalam Handoyo (2001:68), dimana gejala stres dapat dibedakan atas gejala fisik, emosional, intelektual, dan gejala interpersonal. Gejala fisik ditandai dengan adanya sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, selera makan berubah, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, dan kehilangan energi. Sementara gejala stres yang bersifat emosional ditandai dengan marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah


(23)

menyerang, dan kelesuan mental. Braham sebagaimana dikutip oleh Handoyo (2001) menambahkan bahwa gejala stres yang bersifat intelektual umumnya ditandai dengan mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, dan pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. Sedangkan tanda stres yang bersifat interpersonal adalah acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain (Braham dalam Handoyo, 2001).

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Stres

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti, 2001). Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres.

Secara umum faktor yang menyebabkan terjadinya stres oleh Dwiyanti (2001) adalah akibat tidak adanya dukungan sosial, tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, kondisi lingkungan kerja, manajemen yang tidak sehat, tipe kepribadian, dan pengalaman pribadi.

Penyebab stres yang pertama menurut Dwiyanti (2001) yaitu tidak adanya dukungan sosial diartikan bahwa stres akan cenderung muncul pada para individu yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosial


(24)

bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, individu yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan sejawatnya akan cenderung lebih mudah terkena stres. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya.

Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan sebagai penyebab stres yang kedua menurut Dwiyanti (2001) berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Stres juga bisa terjadi ketika seorang tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya. Kondisi lingkungan kerja juga dapat memicu terjadinya stres. Kondisi fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu dingin (Margiati, 1999).

Manajemen yang tidak sehat diidentifikasi juga dapat mengakibatkan seseorang mengalami stres. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai


(25)

bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres

Tipe kepribadian seseorang dapat juga memicu terjadinya stres. Seseorang dengan kepribadian tipe A cenderung mengalami stres dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri kepribadian tipe A ini adalah sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada lebih dari satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema ketika mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan/sakit jantung

Peristiwa/pengalaman pribadi dianggap dapat juga memicu terjadinya stres. Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stres paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya, sementara yang paling rendah disebabkan oleh perpindahan tempat tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kesepian, perasaan tidak aman juga termasuk kategori ini. (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999).


(26)

Davis dan Newstrom dalam Margiati (1999) stres kerja disebabkan tugas yang terlalu banyak, terbatasnya waktu, kurang mendapatkan tanggungjawab, ambiguitas peran, perbedaan nilai, frustasi, perubahan tipe pekerjaan, dan perubahan atau konflik peran. Adanya tugas yang terlalu banyak memang tidak selalu menjadi penyebab stres, namun akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi individu. Sementara terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan mampu memicu terjadinya stres karena bila seseorang yang biasanya mempunyai kemampuan menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, individu dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan atasan. Kurang mendapat tanggungjawab yang memadai dapat menyebabkan terjadinya stres pada seseorang terutama jika hal ini menyangkut dengan hak dan kewajiban. Sementara itu ambiguitas peran menjadi penyebab stres bila seseorang agar menghasilkan performan yang baik, perlu mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk dikerjakan dan tanggungjawab dari pekerjaan mereka. Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang diharapkan dari pekerjaannya akan timbul ambiguitas peran.

Perbedaan nilai sebagai penyebab stres karena umumnya situasi ini biasanya terjadi pada individu yang mempunyai prinsip yang berkaitan dengan profesi yang digeluti maupun prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi (altruisme). Kondisi frustasi seseorang juga mampu memunculkan stres, dalam arti bila dalam lingkungan kerja, perasaan frustrasi memang bisa disebabkan


(27)

banyak faktor. Faktor yang diduga berkaitan dengan frustrasi adalah, ketidakjelasan tugas dan wewenang serta penilaian/evaluasi staf. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal tersebut tidak umum juga mampu memicu terjadinya stres terutama situasi ini bisa timbul akibat tugas atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian. Konflik peran juga mampu menimbulkan stres pada seseorang. Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu (a) konflik peran intersender, dimana individu berhadapan dengan harapan organisasi terhadapnya yang tidak konsisten dan tidak sesuai; (b) konflik peran intrasender, konflik peran ini kebanyakan terjadi pada yang menduduki jabatan di dua struktur. Akibatnya, jika masing-masing struktur memprioritaskan pekerjaan yang tidak sama, akan berdampak pada individu yang berada pada posisi dibawahnya, terutama jika mereka harus memilih salah satu alternatif.

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pemicu tetapi dari beberapa pemicu stres. Sebagian besar dari waktu manusia ditempat mereka bekerja. Lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja. Pemicu stres dipekerjaan berperan besar terhadap kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya seseorang yang bekerja. Menurut Munandar (2001) faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres dalam pekerjaan adalah: 1) Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan seperti tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan, dan faktor tugas mencakup kerja malam, beban kerja, dan resiko dan bahaya, 2) Faktor struktur dan iklim kelompok adalah terpusat pada sejauh mana individu dapat berperan serta pada support sosial. Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan


(28)

suasana hati dan perilaku negatif. Peningkatan peluang untuk berperan serta menghasilkan peningkatan produktivitas, dan peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik, 3) Faktor ciri-ciri individu sebagai faktor lainnya yang dapat memicu terjadinya stres artinya stres ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai kondisi stres. Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, dan dalam bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mencakup ciri-ciri kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan (antara lain inteligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran). Faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor pengubah ini yang menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap pembangkit stres potensial (Davis dan Newstrom dalam Margiati, 1999).

2.1.4 Tahapan Stres

Seseorang yang stres akan mengalami beberapa tahapan stres. Menurut Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres adalah sebagai berikut:

a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, mudah lelah


(29)

sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung dan perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.

c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan susah tertidur lagi, bangun terlalu pagi dan sulit tidur lagi, koordinasi tubuh terganggu, akan jatuh pingsan.

d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dngan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidakadekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.

f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda- tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, lemah, serta pingsan.

Sementara menurut Holmes & Rehe (1976) dan Wiebe & Williams (1992), tahapan stres dibagi menjadi tiga yaitu:


(30)

a. Stres ringan

Adalah stresor yang dihadapi seseorang secara teratur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari orang lain. Situasi ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.

b. Stres sedang

Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari, seperti perselisihan dengan teman.

c. Stres berat

Adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawanan terus menerus, penyakit fisik jangka panjang.

Berdasarkan tahapan stres diatas, maka harus dipahami pula tentang bagaimana cara mengatasi stres.

2.1.5 Cara Mengatasi Stres

Menurut Agus Hardjana (1994) ada 2 cara mengatasi stres yaitu:

a. Mengatasi secara negatif, seperti lari ke tempat- tempat hiburan (bioskop, diskotik), minum- minuman keras, makan banyak, minum obat penenang, gelisah, kacau pikiran, menghisap rokok berlebihan dan acuh tak acuh, menyalahkan peristiwa dan menyimpan dendam.

b. Mengatasi stres secara positif

a) Tindakan langsung (direct action), berbuat yang nyata secara khusus dan langsung, seperti meminta nasehat, mempelajari ilmu atau kecakapan baru b) Mencari informasi dengan pengetahuan yang membuat stres sehingga


(31)

c) Berpaling pada orang lain. Misal orang tua, saudara, sahabat.

d) Menerima dengan pasrah, yaitu berusaha menerima peristiwa atau keadaan apa adanya, karena dengan cara apapun kita tidak dapat mengubah sumber penyebab stresnya, kita hanya bisa melepaskan emosi dan mengurangi ketegangan seperti menangis, berteriak atau melucu, bisa juga melakukan tindakan meloncat- loncat, memukul- mukul meja atau berjalan keluar rumah untuk menghirup udara segar.

e) Proses interpsikis yaitu dengan memanfaatkan strategi kognitif atau usaha pemahaman untuk menilai kembali situasi stres yang dialami, berupa strategi merumuskan kembali secara kognitif bentuk lain dari proses intrapsikis adalah apa yang disebut oleh Sigmund Frued yaitu mekanisme pertahanan (defence mechanisme), denial (penyangkalan), penekanan (suppresi).

2.2 Konsep Mekanisme Koping

2.2.1 Pengertian Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dari perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Kelliat, 1999). Jika individu berada pada kondisi stres ia akan menggunakan berbagai cara untuk mengatasinya, individu dapat menggunakan satu atau lebih sumber koping yang tersedia (Rasmun, 2001). Sedangkan menurut Stuart (1998), mekanisme koping dapat didefenisikan sebagai segala usaha untuk mengatasi stres.


(32)

2.2.2 Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping juga dibedakan menjadi dua tipe menurut (Kozier, 2004) yaitu :

a. Mekanisme koping berfokus pada masalah (problem focused coping), meliputi usaha untuk memperbaiki suatu situasi dengan membuat perubahan atau mengambil beberapa tindakan dan usaha segera untuk mengatasi ancaman pada dirinya. Contohnya adalah negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat.

b. Mekanisme koping berfokus pada emosi (emotional focused coping), meliputi usaha-usaha dan gagasan yang mengurangi distres emosional. Mekanisme koping berfokus pada emosi tidak memperbaiki situasi tetapi seseorang sering merasa lebih baik.

Mekanisme koping juga dilihat sebagai mekanisme koping jangka pendek dan jangka panjang. Mekanisme koping jangka panjang merupakan cara konstruktif dan realistik. Sebagai contoh, dalam situasi tertentu berbicara dengan orang lain tentang masalah dan mencoba untuk menemukan lebih banyak informasi tentang situasi. Mekanisme koping yang selanjutnya adalah mekanisme koping jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stres untuk sementara tetapi merupakan cara yang tidak efektif untuk menghadapi realitas.

Sedangkan metode koping menurut Folkman & Lazarus; Folkman et al, dalam Afidarti (2006) adalah :

1. Planful problem solving (problem-focused)

Individu berusaha menganalisa situasi untuk memperoleh solusi dan kemudian mengambil tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah.


(33)

2. Confrontative coping (problem-focused)

Individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi.

3. Seeking social support (problem or emotion- focused)

Usaha individu untuk memperoleh dukungan emosional atau dukungan informasional.

4. Distancing (emotion-focused)

Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari situasi atau menciptakan pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi.

5. Escape-Avoidanceting (emotion-focused)

Menghindari masalah dengan cara berkhayal atau berpikir dengan penuh harapan tentang situasi yang dihadapi atau mengambil tindakan untuk menjauhi masalah yang dihadapi.

6. Self Control (emotion-focused)

Usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan perasaan ataupun tindakan dalam hubungannya dengan masalah.

7. Accepting responcibility (emotion-focused)

Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk memperbaikinya.

8. Positive Reappraisal (emotion-focused)

Usaha individu untuk menciptakan arti yang positif dari situasi yang dihadapi.


(34)

2.2.3 Respon Koping

Respon koping sangat berbeda antar individu dan sering berhubungan dengan persepsi individual dari kejadian yang penuh stres. Koping dapat diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala) dan pernyataan klien dalam wawancara. Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek : fisiologis dan psikososial. Reaksi fisiologis merupakan indikasi klien dalam keadaan stres.

Koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Mustikasari, 2006) yaitu; Mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif. Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Katagorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. Sedangkan mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar. Koping dapat diidentifikasi melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala) dan pernyataan klien dalam wawancara. Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek : fisiologis dan psikososial (Kelliat, 1999).

a. Reaksi fisiologis merupakan manifestasi tubuh terhadap stres. b. Reaksi psikososial terkait beberapa aspek antara lain :

1) Reaksi yang berorientasi pada ego yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental, seperti denial (menyangkal), projeksi, regresi, displacement, isolasi dan supresi.


(35)

2) Reaksi yang berkaitan dengan respon verbal seperti, menangis, tertawa, teriak, memukul dan menyepak, menggenggam, mencerca respon.

3) Reaksi yang berorientasi pada penyelesaian masalah. Jika mekanisme pertahanan mental dan respon verbal tidak menyelesaikan masalah secara tuntas karena itu perlu dikembangkan kemampuan menyelesaikan masalah. Ini merupakan koping yang perlu dikembangkan. Koping ini melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotor. Koping ini meliputi : Berbicara dengan orang lain tentang masalahnya dan mencari jalan keluar dari informasi orang lain. Mencari tahu lebih banyak tentang situasi yang dihadapi melalui buku, masmedia, atau orang ahli. Berhubungan dengan kekuatan supernatural. Melakukan ibadah secara teratur, percaya diri bertambah dan pandangan positif berkembang. Melakukan penanganan stress, misalnya latihan pernapasan, meditasi, visualisasi, otigenik, stop berpikir. Membuat berbagai alternatif tindakan dalam menangani situasi. Belajar dari pengalaman yang lalu. Tidak mengulangi kegagalan yang sama.

2.2.4 Sumber Koping

Sumber koping, pilihan, atau strategi membantu untuk menetapkan apa yang dapat dilakukan sebagaimana yang telah ditetapkan. Lazarus (1985) dalam Rasmun (2001), mengidentifikasikan lima sumber koping yang dapat membantu individu beradaptasi dengan stressor yaitu, ekonomi, keterampilan dan kemampuan, tehnik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi.

Kemampuan menyelesaikan masalah termasuk kemampuan untuk mencari informasi, identifikasi masalah, mempertimbangkan alternatif dan melaksanakan rencana. Social skill memudahkan penyelesaian masalah termasuk orang lain,


(36)

meningkatkan kemungkinan memperoleh kerjasama dan dukungan dari orang lain. Aset materi mengacu kepada keuangan, pada kenyataannya sumber keuangan meningkatkan pilihan koping seseorang dalam banyak situasi stres. Pengetahuan dan intelegensia adalah sumber koping yang lainnya yang memberikan individu melihat cara lain untuk mengatasi stres. Sumber koping juga termasuk untuk kekuatan identitas ego, komitmen untuk jaringan sosial, stabilitas kultural, suatu sistem yang stabil dari nilai dan keyakinan, orientasi pencegahan kesehatan dan genetik atau kekuatan konstitusional (Stuart, 1998).

2.3 Program Pendidikan Ners

Hasil Lokakarya Nasional dalam bidang keperawatan tahun 1983 telah menghasilkan kesepakatan nasional secara konseptual yang mengakui keperawatan di Indonesia sebagai profesi, mencakup pengertian, pelayanan keperawatan sebagai profesional dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (profesional education). Sesuai dengan hakikatnya sebagai pendidikan profesi, maka kurikulum pendidikan tinggi keperawatan disusun berdasarkan pada kerangka konsep pendidikan yang kokoh, yang mencakup: penguasaan IPTEK keperawatan, menyelesaikan masalah secara ilmiah, sikap tingkah laku dan kemampuan profesional, belajar mandiri serta belajar dimasyarakat.

Program pendidikan Ners menghasilkan Sarjana keperawatan dan profesional (Ners= First Professional Degree) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan/praktik keperawatan dasar secara mandiri. Program pendidikan Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dan landasan keprofesian yang mantap sesuai dengan sifatnya sebagai pendidikan profesi (Nursalam 2008).


(37)

Program pendidikan tahap profesi di Indonesia dikenal dengan pengajaran klinik dan lapangan, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu yang dipelajari di kelas (pada tahap akademik) ke praktik klinik. Ini merupakan suatu proses transformasi mahasiswa menjadi seorang perawat profesional yang memberi kesempatan mahasiswa untuk beradaptasi dengan perannya sebagai perawat profesional dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional disituasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik atau komunitas dengan melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar, menerapkan pendekatan proses keperawatan, menampilkan sikap profesional dan menerapkan ketrampilan profesional (Nursalam, 2008).

Pembelajaran klinik merupakan wadah untuk mahasiswa dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan terhadap klien, sesuai dengan ilmu yang diperoleh dikelas dan memodifikasi kondisi situasional dilapangan dan menganalisa kritis sehingga mendapatkan perpaduan yang sempurna dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien di rumah sakit sesuai sumber daya sarana dan prasarana (Buku Panduan Program Pendidikan Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan USU, 2007).

Tujuan dari pembelajaran profesi adalah mahasiswa mendapatkan pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien sehat dan sakit sesuai tujuan, mengaplikasikan bentuk asuhan keperawatan dengan critical thinking yang sesuai dengan sumber daya, sarana dan prasarana yang ada dilahan praktek sesuai dengan tujuan mata ajar, dan mengaplikasikan tampilan sosok dan sikap perawat profesional.


(38)

Mahasiswa yang diperkenankan mengikuti program profesi adalah mahasiswa semester IX Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan USU yang telah menyelesaikan program sarjana (S.Kep) yang talah menempuh beban studi selama tiga semester dan telah menyelesaikan SKS sarjana keperawatan.

Pelaksanaan program studi ditempuh selama satu tahun dengan total SKS kelas regular sebesar 27 SKS. Mahasiswa tetap dinas meskipun libur nasional dan melakukan praktek selama 7-8 jam setiap hari, serta pengaturan shif putaran dinas di atur oleh Klinical Instuctur atau pihak yang berwenang sesuai aturan yang berlaku di lahan praktek (Buku Panduan Program Pendidikan Profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan USU, 2007).

Ketentuan Umum bagi mahasiswa program profesi kelas regular adalah mahasiswa wajib mengikuti Kepanitriaan Umum sesuai jadwal yang telah ditetapkan, mahasiswa wajib mengikuti ujian kepanitriaan umum dengan metode ujian OSCA, presensi mahasiswa wajib hadir 100%, dengan ketentuan bila absent tanpa keterangan wajib mengganti 2x jam yang ditinggalkan. Bila ijin mengganti sesuai dengan hari yang ditinggalkan, mahasiswa wajib mengikuti penugasan mata ajar profesi terkait, dengan mendapatkan sanksi bila tidak menyelesaikan. Sanksi sesuai dengan mata ajar terkait, Seragam mahasiswa menggunakan seragam sesuai surat edaran resmi dari akademi, yaitu: seragam klinik / RS putih-putih dengan sepatu putih-putih, seragam dikomunitas/lapangan atas putih-putih bawah coklat sepatu hitam. Mengenakan atribut lengkap nama dan kartu tanda praktikan yang dikeluarkan resmi sesuai lahan praktek.


(39)

2.4 Faktor Stres Mahasiswa Program Pendidikan Ners

Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat professional yang akan melaksanakan asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan. Dalam menjalankan profesinya mahasiswa rawan terhadap stres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres perawat dengan kategori tinggi sebesar 47%, tingkat stres tinggi cenderung mengarah pada gangguan fisiologis, seperti: sering mengalami sakit kepala (pusing), tekanan darah meningkat, mengalami ketegangan dalam bekerja, sering mengalami jantung berdebar, bola mata melebar, barkeringat dingin, nyeri leher dan bahu (Ilmi, 2003).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mc. Grath dan kawan-kawan (1989) di Inggris, menemukan kesepakatan tentang sumber stres dalam bidang keperawatan yakni 67% responden menyatakan waktu tidak mencukupi untuk menyelesaikan tugas secara memuaskan, 46% batas waktu ditentukan oleh orang lain (Anonim, 2006). Stressor pada perawat cukup bervariasi. Penelitian yang dilakukan oleh Admi dengan indikator NSSS (Nursing Student’s Stres Scale) pada 46 mahasiswa keperawatan pada saat melaksanakan pendidikan profesi hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan antara level stres mahasiswa yang sudah lama atau pernah praktek dengan mahasiswa yang baru mulai praktek. Menurut NSSS (Nursing Student’s Stres Scale) terdapat enam sumber stres pada mahasiswa keperawatan yaitu tuntutan pengetahuan yang memadai (adequate knouledge), pengawasan yg ketat (close supervision), pandangan yang tidak menyenangkan (averse sights), penyebab munculnya kesakitan (causing pain), sumber daya harus memadai (insufficient resources), dan adanya masalah nyata (reality conflict) (Wang, 2009).


(40)

Demikian pula halnya pada mahasiswa keperawatan USU, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2010 didapatkan informasi secara verbal dari beberapa mahasiswa regular bahwa dalam melakukan praktik sebagai mahasiswa program ners selain melakukan asuhan keperawatan kepada klien sesuai kompetensi yang ditetapkan oleh institusi, mereka juga harus membuat tugas dalam bentuk laporan pendahuluan, makalah seminar, dan laporan data kasus. Beberapa diantaranya menyatakan bahwa tugas-tugas yang diberikan tidak jarang menyebabkan para mahasiswa menjadi sangat terbebani (Juli, komunikasi personal,20 OKtober 2010). Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 20 Oktober 2010 pada 10 mahasiswa profesi ners didapatkan 7(70%) orang mengatakan selama praktek profesi mengalami kelelahan (ngantuk dan capek) hal ini disebabkan karena banyaknya tugas berkaitan dengan laporan pendahuluan, laporan studi kasus dan laporan presentasi seminar, 2 (20%) orang menyatakan praktek profesi menyenangkan karena banyak mendapat pengalaman baru di rumah sakit. 1(10%) orang mengatakan membosankan karena rutinitas yang monoton. Informasi tambahan lainnya yaitu tidak jarang mahasiswa meminta bantuan temannya untuk mengerjakan tugas, meskipun ada juga yang tetap semangat mengerjakan tugasnya dengan kemampuan yang dimiliki.

Mahasiswa keperawatan diasumsikan bahwa banyak yang mengalami stres. Hal ini terlihat dari banyaknya keluhan-keluhan mahasiswa seperti perasaan lelah, nyeri otot dan sendi, jantung berdebar, mudah marah, sulit konsentrasi, apatis, serta nafsu makan menurun. Menurut Anoraga (2001) hal ini merupakan gejala-gejala adanya stres.


(41)

Reilly dan Oermann (2002), menyatakan bahwa program pendidikan profesi ners (rumah sakit dan komunitas) merupakan bagian penting dalam proses pendidikan mahasiswa keperawatan, karena memberikan pengalaman yang kaya kepada mahasiswa bagaimana cara belajar yang sesungguhnya. Keberhasilan pendidikan tergantung ketersediaan lahan praktek di rumah sakit harus memenuhi persyaratan, diantaranya 1) melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan yang baik (good nursing care), 2) lingkungan yang kondusife, 3) ada role model yang cukup, 4) tersedia kelengkapan sarana dan prasarana serta staf yang memadai, 5) tersedia standar pelayanan keperawatan yang lengkap. Dalam memasuki lahan praktek klinik, mahasiswa diharapkan mempersiapkan diri dengan baik, faktor-faktor kesiapan mental mahasiswa dipengaruhi oleh perkembangan, pengalaman, kepercayaan diri, dan motivasi (Minarsih, 2004).

2.5Mekanisme Koping Mahasiswa Program Pendidikan Ners

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanana profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pendidikan profesi keperawatan merupakan transformasi untuk menjadi perawat profesional yang memberi kesempatan beradaptasi untuk melaksanakan asuhan keperawatan dan menerapkan ketrampilan profesional. Stres dapat terjadi dimanapun dan pada siapapun, juga pada mahasiswa. Mahasiswa dengan kesulitan menyesuaikan diri dapat merupakan stressor tersendiri yang akan menghambat proses belajar mengajar sehingga mempengaruhi proses belajar. Manajemen stres yang dilakukan mahasiswa keperawatan dalam menghadapi stressor di lahan praktek


(42)

lebih banyak menggunakan teknik refresing sebesar 75,3%, karena teknik tersebut mungkin lebih murah dan bisa dilakukan bersama orang lain.

Menurunkan stres yang terkait dengan pekerjaan dapat menyebabkan perubahan konteks organisasional keperawatan atau pendekatan perawat individual terhadap kerja. Perbaikan lingkungan kerja dapat dipandang sebagai suatu tanggungjawab manajerial dalam upaya meminimalkan stressor yang terkait kerja. Dalam pelayanan kesehatan, perawat yang mengalami stres berat dapat kehilangan motivasi, mengalami kejenuhan yang berat dan tidak masuk kerja lebih sering (Gray & Anderson, 1981).

Setiap orang mungkin mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengurangi dampak akibat stres. Dewe (1989) meneliti respon perawat stres dan mengidentifikasi enam kategori penanggulangan, yaitu:

1. Strategi pemecahan masalah.

2. Mencoba untuk meletakkan sesuatu dalam perspektif (sebenarnya). 3. Menjaga masalah pada diri sendiri.

4. Melibatkan diri sendiri dalam pekerjaan dan bekerja lebih keras dalam waktu yang lebih lama.

5. Menerima pekerjaan apa adanya. 6. Strategi pasif.


(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1Kerangka Konsep Penelitian

Stres adalah sebagai suatu hubungan yang khas antar individu dan lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai suatu hal yang mengancam atau melampaui kemampuannya untuk mengatasimya sehingga membahayakan kesejahteraannya (Lazarus dan Folkman, 1984).

Terdapat berbagai faktor penyebab dari stres mahasiswa. Diantaranya faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti, 2001). Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Secara umum faktor yang menyebabkan terjadinya stres oleh Dwiyanti (2001) adalah akibat tidak adanya dukungan sosial, tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, kondisi lingkungan kerja, manajemen yang tidak sehat, tipe kepribadian, dan pengalaman pribadi.

Davis dan Newstrom dalam Margiati (1999) stres kerja disebabkan tugas yang terlalu banyak, terbatasnya waktu, kurang mendapatkan tanggungjawab, ambiguitas peran, perbedaan nilai, frustasi, perubahan tipe pekerjaan, dan perubahan atau konflik peran. Menurut Munandar (2001) faktor-faktor yang


(44)

dapat menimbulkan stres dalam pekerjaan adalah: 1) Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan seperti tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan, dan faktor tugas mencakup kerja malam, beban kerja, dan resiko dan bahaya, 2) Faktor struktur dan iklim kelompok adalah terpusat pada sejauh mana individu dapat berperan serta pada support sosial, 3) Faktor ciri-ciri individu sebagai faktor lainnya yang dapat memicu terjadinya stres artinya stres ditentukan pula oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai kondisi stres.

Setelah dikelompokkan berdasarkan studi pendahuluan terhadap beberapa mahasiswa dari seluruh teori terkait stress tersebut diatas, terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres yang mereka alami, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Dari kedua faktor tersebut yang termasuk faktor stres pertama yang ditimbulkan dari lingkungan kerja adalah faktor fisik dan tugas, untuk fisik misalnya kebisingan, panas, menghindari resiko dan bahaya terhadap diri sendiri dan orang lain. Sedangkan tugas mencakup menyelesaikan laporan-laporan yang harus dikumpulkan sesuai dengan waktu yang disediakan dan sangat terbatas.

Kedua, faktor personal yaitu mahasiswa profesi mengkhususkan diri pada upaya penanganan perawatan pasien atau asuhan kepada pasien dengan tuntutan tugas yang bervariasi, tergantung pada karakteristik-karakteristik tertentu dalam melaksanakan pekerjaannya. Karakteristik tersebut meliputi karakteristik tugas (yang membutuhkan kecepatan, kesiagaan, serta keterampilan), kurangnya peran serta atau partisipasi dalam melakukan tindakan dan kepercayaan yang rendah terhadap kemampuan mahasiswa (Dwiyanti, 2001).


(45)

Mekanisme penanggulangan (mekanisme koping) ialah merupakan suatu mekanisme yang dapat memodifikasi stres sedemikian rupa, sehingga kemungkinan proses adaptasi dapat dipermudah. Koping sebagai suatu cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situsi yang mengancam (Kelliat, 1998).

Bila mekanisme penanggulangan ini berhasil, maka individu dapat beradaptasi dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi bila gagal dalam beradaptasi, maka akan timbul gangguan kesehatan yang dapat berupa gangguan fisik, psikologis maupun perilaku.

3.2Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Faktor penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa program profesi ners regular angkatan 2006 Universitas Sumatera Utara.


(46)

Skema 1. Kerangka Penelitian

Sumber : Dwiyanti (2001); Departemen Tenaga Kesehatan RI (1999); Kozier (2004)

Faktor Penyebab Stres: - Lingkungan kerja:

1. Kondisi fisik

2. Manajemen rumah sakit 3. Hubungan sosial

4. Kesakitan mahasiswa 5. Kurang pengawasan - Kondisi Personal:

1. Tipe kepribadian 2. Pengalaman pribadi 3. Kondisi sosial ekonomi 4. Keterbatasan iptek 5. Konflik realitas

Mahasiswa

Program Profesi Stres

Mekanisme koping:

- Problem Focused : 1. Planful Problem Solving 2. Confrontative Coping 3. Seeking Social Support - Emotional Focused :1. Distancing

2.Escape-Avoidanceting 3. Self Control

4. Accepting Responcibility 5. Positive Reappraisal


(47)

3.3Definisi Operasional

3.3.1 Faktor Penyebab Stres

Faktor penyebab stres yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hal-hal yang dapat minimbulkan tekanan/ancaman dan ketidaknyamanan yang mengganggu kesehatan fisik maupun psikis, ketegangan emosi dan gangguan keseimbangan diri dalam melakukan suatu kegiatan yang diakibatkan oleh adanya tuntutan kehidupan yang tidak terpenuhi. Adapun faktor penyebab stres yang telah dikelompokkan berdasarkan teori yang beberapa telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan studi pendahuluan yaitu faktor penyebab stres mahasiswa profesi keperawatan dikelompokkan atas faktor lingkungan kerja dan kondisi personal. Dari faktor lingkungan kerja hal yang menimbulkan stres diantaranya yaitu berupa kondisi fisik yaitu berupa kondisi fisik rumah sakit, manajemen rumah sakit, hubungan sosial di lingkungan pekerjaan, timbulnya kesakitan bagi mahasiswa yaitu dengan adanya gangguan kondisi fisik mahasiwa dalam melakukan tindakan perawatan seperti nyeri punggung, mudah lelah, ketegangan otot, dan lain-lain. Stres yang menimbulkan ketegangan emosi yaitu kurangnya pengawasan dan bimbingan dari perawat senior yang sangat menguji mental dalam memberikan arahan dan bimbingan ketika menjalani proses belajar di rumah sakit.

Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi, kondisi sosial-ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki


(48)

merupakan sumber stres yang menimbulkan tekanan, padahal mahasiswa dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas dan hal tersebut adalah tuntutan yang belum terpenuhi dan jelas akan menimbulkan stres, dan adanya konflik realitas seperti ketidakjelasan paran dan kurangnya kesempatan melakukan tindakan keperawatan. Instrument yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor penyebab stres dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert. Skor yang digunakan untuk jawaban Selalu=4, Sering=3, Kadang-kadang=2, Tidak Pernah=1. Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala nominal.

3.3.2 Mahasiswa Program Profesi Ners

Mahasiswa program profesi ners yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan jalur A angkatan 2006 yang sedang menjalani program pendidikan profesi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi ners tidak jarang mengalami stres, apalagi bagi mahasiswa jalur A yang sama sekali tidak mempunyai pengalaman belajar langsung ke rumah sakit dan komunitas. Banyaknya faktor-faktor penyebab stres yang timbul pada mahasiswa sehingga perlu dicarikan solusi penanganannya yang disebut dengan mekanisme koping.

3.3.3 Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah suatu mekanisme atau cara untuk menanggulangi masalah dan memodifikasi stres agar dapat beradaptasi dengan mudah. Dalam menghadapi kondisi disaat stres muncul, mahasiswa keperawatan harus melakukan koping yang adaptif agar stres dapat teratasi dengan baik. Salah satu faktor stres mahasiswa keperawatan yaitu kurangnya pengawasan atau dukungan dari perawat senior atau bahkan dari dosen pembimbing, mekanisme


(49)

koping yang cocok dipakai adalah dengan cara mencari dukungan lain baik dari keluarga, teman sejawat, dan orang-orang terdekat dengan kita agar dapat beradaptasi dengan mudah bila stres tersebut muncul. Instrument yang digunakan untuk mengidentifikasi mekanisme koping dalam bentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert. Skor yang digunakan untuk jawaban Selalu=4, Sering=3, Kadang-kadang=2, Tidak Pernah=1. Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala nominal.


(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk mengetahui secara luas tentang faktor-faktor penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa program profesi ners regular angkatan 2006 Universitas Sumatera Utara.

4.2Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program profesi ners Universitas Sumatera Utara angkatan 2006 yaitu sebanyak 51 orang.

4.2.2 Sampel

Adapun tehnik pengambilan sampel dalam .penelitian ini adalah dengan cara total sampling. Pada tehnik ini peneliti mengambil keseluruhan populasi untuk dijadikan sampel sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 51 orang responden. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah terdaftar sebagai mahasiswa program pendidikan ners kelas reguler angkatan 2006 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan bersedia menjadi responden penelitian.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan pertimbangan bahwa untuk mempermudah peneliti memperoleh data yang diperlukan, serta belum pernah dilakukan penelitian tentang analisa faktor


(51)

penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa keperawatan program pendidikan profesi ners regular di Fakultas Keperawatan USU. Waktu penelitian berlangsung Januari – Pebruari 2011.

4.4Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu : 1) Self Determination, peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2) Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4) Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah kuisioner yang dibagi menjadi dua bagian.

Bagian pertama yaitu kuisioner data demografi responden yang meliputi umur, jenis kelamin dan agama.


(52)

Bagian kedua yaitu kuisioner yang berisi tentang pernyataan-pernyataan yang mengidentifikasi faktor penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa keperawatan program pendidikan ners kelas reguler angkatan 2006 USU. Kuisioner ini terdiri dari 28 pernyataan yang peneliti kembangkan dari faktor penyebab stres dan makanisme koping yang dipakai, dimana untuk faktor penyebab stres pada mahasiswa yang menjalani program profesi terdiri dari 20 pernyataan, yaitu 10 pernyataan nomor 1-10 untuk faktor stres dari lingkungan pekerjaan yang dibagi lagi atas 5 yang terdiri dari kondisi fisik adalah pernyataan nomor 1 dan 2, manajemen rumah sakit adalah pernyataan nomor 3 dan 4, hubungan sosial di lingkungan pekerjaan adalah pernyataan nomor 5 dan 6, kesakitan yang dialami mahasiswa adalah pernyataan nomor 7 dan 8, dan kurangnya pengawasan dan dukungan adalah pernyataan nomor 9 dan 10. Sedangkan pernyataan nomor 11-20 untuk faktor stres dari kondisi personal yang dibagi lagi atas 5 yang terdiri dari tipe kepribadian adalah pernyataan nomor 11 dan 12, peristiwa/pengalaman pribadi adalah pernyataan nomor 13 dan 14, kondisi sosial ekonomi keluarga adalah pernyataan nomor 15 dan 16, ketidakadekuatan pengetahuan adalah nomor 17 dan 18, dan konflik realitas adalah pernyataan nomor 19 dan 20. Serta 8 pertanyaan nomor 21-28 untuk mekanisme koping yang dipakai untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang tepat. Penilaian menggunakan skala likert, dengan jawaban Selalu=4, yang artinya senantiasa dilakukan, Sering=3, yang artinya terus menerus dilakukan tapi pernah tidak dilakukan, Kadang-kadang=2, yang artinya dilakukan hanya sekali-sekali saja, dan Tidak Pernah=1.


(53)

4.6Uji Validitas Instrumen

Instrument di buat sendiri oleh peneliti, untuk instrument baru perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmojdo, 2005). Uji validitas instrument dilakukan oleh salah satu dosen keperawatan yang berkompeten dalam bidangnya yaitu bapak Achmad Fathi S.Kep MNS.

4.7Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Notoatmojdo, 2005).

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama.

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan komputerisasi untuk analisis cronbach alpha terhadap 10 orang. Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas > 0,600 (Arikunto, 2006).

4.8Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan setelah peneliti menerima surat dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara


(54)

Setelah mendapatkan surat izin tersebut, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian, dengan mendatangi responden pada saat berada di fakultas keperawatan dan kemudian meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan prosedur pengisian kuisioner pada calon responden. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk mengisi kuesioner dengan tetap didampingi oleh peneliti.

4.9Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data. Analisa data yang dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan meggunakan teknik komputerisasi.

Metode statistik deskriptif yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit& Hungler, 2002). Pengolahan data untuk faktor-faktor penyebab stres dan mekanisme koping mahasiswa keperawatan profesi ners disajikan dalam bentuk disribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel. Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik deskriptif dengan menentukan proporsi jumlah frekuensi yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab stres dan mekanisme koping mahasiswa keperawatan profesi ners USU.


(55)

Untuk mengetahui faktor dominan penyebab stres dan mekanisme koping yang digunakan, metode statistik yang digunakan adalah regresi linear ganda dengan metode backward melalui program komputerisasi yaitu memasukkan semua variabel kedalam model, tetapi kemuadian satu persatu variabel independen di keluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan statistik tertentu. Variabel pertama yang dikeluarkan adalah variabel yang mempunyai korelasi parsial terkecil dengan variabel yang mempunyai variabel dependen. Kriteria pengeluaran atau P-out (POUT) adalah 0,10 artinya variabel yang mempunyai nilai p lebih besar atau sama dengan 0,10 dikeluarkan dari model.


(56)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisa faktor penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari Januari 2011 sampai dengan Februari 2011 dengan jumlah responden sebanyak 51 orang.

Selain menjawab pertanyaan tentang analisa faktor penyebab stres dan mekanisme koping pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden.

5.1.1 Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 51 orang. Adapun karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup usia, jenis kelamin, agama, status perkawinan, dan tempat tinggal. Dari data yang diperoleh bahwa usia mahasiswa yang paling muda yaitu 21 tahun dan yang paling tua adalah 24 tahun dengan nilai mean 22,41. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 45 orang (88,2%) dan persentasi agama Islam dan Kristen hampir sama yaitu Islam berjumlah 25 orang (49%) dan Kristen 26 orang (51%). Status perkawinan mayoritas belum kawin sebanyak 49 orang (96,1%) dan mayoritas mahasiswa tinggal di tempat kost-kostan sebanyak 34 orang (66,7%).


(57)

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners pada Januari-Pebruari 2011 (n=51).

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

6 45

11,8 88,2 Agama

Islam Kristen

25 26

49,0 51,0 Status

Kawin Tidak Kawin

2 49

3,9 96,1 Tempat Tinggal

Rumah Kost Rumah Sendiri

34 17

66,7 33,3


(58)

5.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan

USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab stres pada mahasiswa profesi keperawatan USU angkatan 2006 dalam menghadapi pendidikan profesi ners ada dua faktor yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor kondisi personal.

Dari hasil penelitian faktor lingkungan kerja diperoleh bahwa yang paling banyak menyebabkan stres pada mahasiswa pendidikan profesi ners adalah pernyataan nomor 8 yaitu dengan pekerjaan yang banyak saya merasa mengalami gangguan fisik selama masa profesi seperti kelelahan, ada 37,3% yang menyatakan sering mengalami kelelahan.

Dari hasil penelitian faktor kondisi personal diperoleh bahwa yang paling banyak menyebabkan stres adalah pernyataan nomor 16 yaitu saya merasa mengeluarkan biaya yang cukup banyak selama masa profesi, ada 52,9% yang menyatakan selalu merasa mengeluarkan biaya yang cukup banyak.


(59)

Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Presentasi Jawaban Responden Tentang Faktor-Faktor Penyebab Stres pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam Menghadapi Pendidikan Profesi Ners pada Januari-Pebruari 2011 (n=51)

N o

PERNYATAAN TP KK SR SL

Frek (%) Frek (%) frek (%) Frek (%) 1 Saya merasa tidak nyaman

dengan kondisi ruangan di rumah sakit

4 7,8 40 78,4 7 13,7 0 0 2 Saya merasa tidak nyaman

dengan beberapa petugas kesehatan yang ada dirumah sakit

2 3,9 26 51 23 45,1 0 0

3 Saya stress karena dalam

melakukan tindakan keperawatan dituntut sikap

kecekatan, kecepatan dan kesiagaan

20 39,2 23 45,1 6 11,8 2 3,9

4 Saya merasa waktu yang diberikan tidak mencukupi untuk menyekasaikan tugas secara maksimal

4 7,4 33 64,7 9 17,6 5 9,8

5 Saya merasa kurangnya kesempatan untuk ikut berperan serta atau berpartisipasi dalam melakukan tindakan keperawatan

6 11,8 28 54,9 15 29,4 2 3,9

6 Saya sedih apabila menerima bentakan-bentakan dari perawat di ruangan

11 21,6 21 41,2 13 25,5 6 11,8

7 Saya takut melakukan tindakan beresiko seperti memasang infuse yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain

25 49 24 47,1 2 3,9 0 0

8 Dengan pekerjaan yang banyak, saya merasa mengalami gangguanfisik selama masa profesi seperti kelelahan

4 7,8 13 25,5 19 37,3 15 29,4


(1)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .828a .685 .625 .309

2 .825b .681 .629 .307

a. Predictors: (Constant), Positive Reappraisal, Self-Control, Seeking Social Support, Confrontative Coping, Accepting Responcibility, Planful Problem Solving, Distancing, Escape-Avoidanceting

b. Predictors: (Constant), Self-Control, Seeking Social Support, Confrontative Coping, Accepting Responcibility, Planful Problem Solving, Distancing, Escape-Avoidanceting

ANOVAc

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 8.702 8 1.088 11.411 .000a

Residual 4.004 42 .095

Total 12.706 50

2 Regression 8.654 7 1.236 13.118 .000b

Residual 4.052 43 .094

Total 12.706 50

a. Predictors: (Constant), Positive Reappraisal, Self-Control, Seeking Social Support, Confrontative Coping, Accepting Responcibility, Planful Problem Solving, Distancing, Escape-Avoidanceting b. Predictors: (Constant), Self-Control, Seeking Social Support, Confrontative Coping, Accepting Responcibility, Planful Problem Solving, Distancing, Escape-Avoidanceting

c. Dependent Variable: Mekanisme Koping

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -.672 .555 -1.212 .232

Planful Problem Solving .248 .084 .301 2.962 .005 Confrontative Coping .127 .062 .218 2.049 .047 Seeking Social Support .182 .052 .321 3.485 .001


(2)

Distancing .168 .145 .122 1.159 .253 Escape-Avoidanceting .208 .085 .274 2.443 .019

Self-Control .163 .089 .184 1.828 .075

Accepting Responcibility .197 .063 .325 3.125 .003 Positive Reappraisal .080 .113 .089 .714 .479

2 (Constant) -.605 .543 -1.114 .271

Planful Problem Solving .259 .082 .315 3.171 .003 Confrontative Coping .129 .062 .220 2.088 .043 Seeking Social Support .181 .052 .319 3.484 .001

Distancing .216 .128 .157 1.689 .098

Escape-Avoidanceting .183 .078 .242 2.367 .022

Self-Control .160 .089 .181 1.811 .077

Accepting Responcibility .214 .058 .353 3.667 .001 a. Dependent Variable: Mekanisme Koping

Excluded Variablesb

Model Beta In t Sig.

Partial Correlation

Collinearity Statistics Tolerance 2 Positive Reappraisal .089a .714 .479 .110 .480 a. Predictors in the Model: (Constant), Self-Control, Seeking Social Support, Confrontative Coping, Accepting Responcibility, Planful Problem Solving, Distancing, Escape-Avoidanceting


(3)

Lampiran 8

Uji Reliabilitas Kuesioner Analisa Faktor Penyebab Stres dan Mekanisme

Koping pada Mahasiswa Profesi Keperawatan USU Angkatan 2006 dalam

Menghadapi Pendidikan Profesi Ners

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0 Excluded

(a) 0 .0

Total 10 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items .811 28

Item Statistics

Mean Std. Deviation N VAR00001 2.0000 .66667 10 VAR00002 2.4000 .51640 10 VAR00003 1.9000 .56765 10 VAR00004 3.2000 .78881 10 VAR00005 2.8000 .78881 10 VAR00006 2.6000 1.26491 10 VAR00007 1.5000 .52705 10 VAR00008 2.9000 .73786 10 VAR00009 2.6000 .84327 10 VAR00010 2.5000 .84984 10 VAR00011 2.0000 .66667 10 VAR00012 2.5000 .97183 10 VAR00013 1.2000 .42164 10 VAR00014 1.7000 .82327 10 VAR00015 3.1000 .73786 10 VAR00016 3.5000 .70711 10 VAR00017 2.2000 .63246 10 VAR00018 2.6000 .96609 10 VAR00019 3.2000 .78881 10 VAR00020 2.9000 .87560 10 VAR00021 3.3000 .67495 10 VAR00022 2.4000 1.17379 10


(4)

VAR00023 3.5000 .52705 10 VAR00024 3.8000 .42164 10 VAR00025 2.1000 1.10050 10 VAR00026 3.5000 .52705 10 VAR00027 3.4000 .84327 10 VAR00028 3.3000 .94868 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted VAR00001 72.6000 81.156 -.093 .820 VAR00002 72.2000 76.622 .398 .804 VAR00003 72.7000 80.678 -.050 .817 VAR00004 71.4000 74.711 .378 .803 VAR00005 71.8000 72.622 .539 .797 VAR00006 72.0000 72.667 .289 .811 VAR00007 73.1000 77.656 .275 .808 VAR00008 71.7000 76.456 .270 .808 VAR00009 72.0000 71.111 .609 .793 VAR00010 72.1000 78.767 .066 .817 VAR00011 72.6000 76.044 .344 .805 VAR00012 72.1000 73.878 .339 .805 VAR00013 73.4000 79.600 .095 .812 VAR00014 72.9000 73.433 .452 .800 VAR00015 71.5000 69.833 .820 .786 VAR00016 71.1000 71.878 .677 .792 VAR00017 72.4000 78.267 .163 .811 VAR00018 72.0000 70.667 .547 .795 VAR00019 71.4000 73.822 .446 .801 VAR00020 71.7000 70.900 .598 .793 VAR00021 71.3000 76.456 .303 .807 VAR00022 72.2000 68.844 .527 .795 VAR00023 71.1000 74.767 .597 .799 VAR00024 70.8000 76.622 .500 hbk.803 VAR00025 72.5000 81.611 -.117 .831 VAR00026 71.1000 84.322 -.425 .826 VAR00027 71.2000 73.067 .466 .799 VAR00028 71.3000 73.789 .356 .804

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items 74.6000 80.489 8.97156 28


(5)

Lampiran 9

JADWAL PENELITIAN

No

Aktivitas Penelitian

September

2010

Oktober

2010

November

2010

Desembe

r 2010

Januari

2011

Februar

i 2011

Maret

2011

April

2011

Mei

2011

Juni

2011

Minggu Ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Pengajuan judul penelitian

2

Menyusun Bab 1

3

Menyusun Bab 2

4

Menyusun Bab 3

5

Menyusun Bab 4

6

Menyerahkan proposal

penelitian

7

Ujian sidang proposal

8

Revisi proposal penelitian

9

Uji Validitas & Reliabilitas

10 Pengumpulan data

responden

11 Analisa data

12 Pengajuan sidang skripsi

13 Ujian sidang skripsi

14 Revisi skripsi

15 Mengumpulkan skripsi


(6)

Lampiran 10

CURICULUM VITAE

Nama

: Rianti Pramita

Tempat tanggal lahir : Padangsidimpuan, 01 April 1989

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Sutan Soripada Mulia Gg. Melati 13 No.15

Riwayat Pendidikan :

SDN 144432 Sadabuan Padangsidimpuan (1995-2001)

SMP Negeri 4 Padangsidimpuan (2001-2004)

SMA Negeri 6 Padangsidimpuan (2004-2007)