Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan Go Publik di BEI

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN

WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN

PERKEBUNAN DAN PERTAMBANGAN

GO PUBLIK DI BEI

Oleh:

NAMA : GRATIA M. SITUMORANG NIM : 060503036

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan Go Publik di BEI”, adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 14 April 2010 Yang Membuat Pernyataan,

Gratia M. Situmorang NIM: 060503036


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Bapa yang Maha Pengasih atas kasih setia dan anugerah-Nya yang telah memampukan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi ini berjudul : “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan Go Publik di BEI”. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini peneliti mendapat bimbingan, bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih.

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs.Abikusno Dharsuky, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra.Sri Mulyani, MBA, Ak dan Bapak Drs.Wahidin Yasin, MSi, Ak selaku dosen penguji dan pembanding yang telah memberikan masukan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.


(4)

5. Orangtua peneliti yang terkasih, Ayahanda Manogar Situmorang dan Ibunda Hotmariani Simbolon yang senantiasa memotivasi dan mendoakan peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.

6. Teman-teman di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara serta semua pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti menerima saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Sekian dan terima kasih. Semoga bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 14 April 2010 Peneliti,

Gratia M. Situmorang NIM: 060503036


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, antara lain variabel laba (rugi), likuiditas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP), dan audit report lag pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2006 hingga tahun 2008.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website yang digunakan adalah metode purposive sampling. Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel laba (rugi) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien sebesar -0.521 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.616, variabel likuiditas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien sebesar -0.007 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.352, variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien sebesar 0.000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.204, variabel umur perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien sebesar -0.070 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.450, sedangkan variabel reputasi KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien 3.556 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.007, dan audit report lag berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien sebesar -0.106 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.006.

Kata kunci : laba (rugi) bersih, likuiditas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi Kantor Akuntan Publik, audit report lag, ketepatan waktu pelaporan keuangan


(6)

ABSTRACT

The objective of this research is to investigate the influence of the net profit (loss), the liquidity, the firm size, the firm age, the reputation of certified public accountant (CPA), and audit report lag toward the Timeliness on agriculture and mining company listed on Indonesia Stock Exchange between 2006 to 2008. Data that used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on website www.idx.co.id

The result of this research shows that the net profit (loss) has negative and not significant correlation to the timeliness with coefficient is -0.521 and significance level is 0.616, the liquidity has negative and not significant correlation to the timeliness with coefficient is -0.007 and significance level is 0.352, the firm size has positive but not significant correlation to the timeliness with coefficient is 0.000 and significance level is 0.204, the firm age has negative and not significant correlation to the timeliness with coefficient is -0.070 and significance level is 0.450, the reputation of certified public accountant has positive and significant correlation to the timeliness with coefficient is 3.556 and significance level is 0.007, and audit report lag has negative and significant correlation to the timeliness with coefficient is -0.106 and significance level is 0.006.

. Sampling method that used in this research is purposive sampling method. Analysis model that used is logistic regression.

Keyword : net profit (loss), liquidity, firm size, firm age, reputation of certified public accountant, audit report lag, timeliness


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT ……… v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ………. x

DAFTAR LAMPIRAN ………. xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ………... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan... 9

2. Auditing ………. 10

a. Definisi Auditing ... 10

b. Audit Laporan Keuangan ... 10

c. Tujuan Audit ... 11


(8)

3. Teori Kepatuhan ………... 12

4. Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan …... 14

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan a. Laba (Rugi) Bersih... 15

b. Rasio Likuiditas... 16

c. Ukuran Perusahaan... 17

d. Umur Perusahaan.……… 18

e. Reputasi Kantor Akuntan Publik... 18

f. Audit Report Lag. ……… 20

B. Penelitian Terdahulu ... 21

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual... 23

2. Hipotesis... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian... 26

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 26

C. Jenis dan Sumber Data... 28

D. Metode Pengumpulan Data... 29

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel …….. 29

F. Metode Analisis Data …………... 31


(9)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian... 35

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Uji Data ………... 36

a. Uji Asumsi Klasik ………... 36

1). Uji Multikolonieritas ... 36

2). Uji Autokorelasi …... 37

b. Menguji Model Fit ………. 39

c. Menguji Kelayakan Model Regresi ... 41

2. Hasil Pengujian Hipotesis ……….. 42

a. Matriks Klasifikasi ... 45

b. Menguji Koefisien Regresi ……….. 46

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 52

B. Keterbatasan Penelitian ……….. 53

C. Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA... 55


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Kantor Akuntan Publik Big Four ... 19

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ………. 21

Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel ……..………. 27

Tabel 3.2 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian …………... 27

Tabel 3.3 Identifikasi Variabel Penelitian ... 30

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ………... 34

Tabel 4.1 Sampel Penelitian ………... 35

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolonieritas .………... 37

Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi ……… 38

Tabel 4.4 Nilai -2 Log Likelihood awal ………. 39

Tabel 4.5 Nilai -2 Log Likelihood akhir ……… 40

Tabel 4.6 Nilai Hosmer and Lemeshow Test………. 41

Tabel 4.7 Contigency Hosmer and Lemeshow Test……… 42

Tabel 4.8 Ikhtisar Pengolahan Data ……… 43

Tabel 4.9 Model Summary……….. 44

Tabel 4.10 Matriks Klasifikasi ……….. 45


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nama Judul Halaman

Lampiran i Daftar Populasi ... 57 Lampiran ii Data-data Perusahaan ... 58 Lampiran ii Logistic Regression ... 62


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, antara lain variabel laba (rugi), likuiditas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP), dan audit report lag pada perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2006 hingga tahun 2008.

Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan auditor independen yang dipublikasikan melalui website yang digunakan adalah metode purposive sampling. Model analisis yang digunakan adalah regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel laba (rugi) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien sebesar -0.521 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.616, variabel likuiditas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien sebesar -0.007 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.352, variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien sebesar 0.000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.204, variabel umur perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien sebesar -0.070 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.450, sedangkan variabel reputasi KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien 3.556 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.007, dan audit report lag berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketepatan waktu dengan nilai koefisien sebesar -0.106 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.006.

Kata kunci : laba (rugi) bersih, likuiditas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi Kantor Akuntan Publik, audit report lag, ketepatan waktu pelaporan keuangan


(14)

ABSTRACT

The objective of this research is to investigate the influence of the net profit (loss), the liquidity, the firm size, the firm age, the reputation of certified public accountant (CPA), and audit report lag toward the Timeliness on agriculture and mining company listed on Indonesia Stock Exchange between 2006 to 2008. Data that used in this research is financial statement and independent audit report from each company that published on website www.idx.co.id

The result of this research shows that the net profit (loss) has negative and not significant correlation to the timeliness with coefficient is -0.521 and significance level is 0.616, the liquidity has negative and not significant correlation to the timeliness with coefficient is -0.007 and significance level is 0.352, the firm size has positive but not significant correlation to the timeliness with coefficient is 0.000 and significance level is 0.204, the firm age has negative and not significant correlation to the timeliness with coefficient is -0.070 and significance level is 0.450, the reputation of certified public accountant has positive and significant correlation to the timeliness with coefficient is 3.556 and significance level is 0.007, and audit report lag has negative and significant correlation to the timeliness with coefficient is -0.106 and significance level is 0.006.

. Sampling method that used in this research is purposive sampling method. Analysis model that used is logistic regression.

Keyword : net profit (loss), liquidity, firm size, firm age, reputation of certified public accountant, audit report lag, timeliness


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pasar modal di Indonesia menyebabkan adanya permintaan akan transparansi kondisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun untuk memenuhi kebutuhan para pengguna, misalnya sebelum memutuskan untuk berinvestasi, investor memerlukan informasi laporan keuangan yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia. Ketepatan waktu merupakan salah satu elemen pokok dalam laporan keuangan tersebut. Manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya (SAK, 2007:1.7). Ketepatan waktu pelaporan keuangan dapat mempengaruhi nilai informasi suatu laporan keuangan. Informasi akan mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada para pengguna. Informasi yang disajikan tidak tepat waktu dapat mengurangi, bahkan menghilangkan kemampuannya sebagai alat bantu prediksi bagi pengguna.

Dalam memenuhi prinsip keterbukaan sesuai dengan pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan mengumumkan kepada masyarakat. Tuntutan akan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangannya diatur dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dengan Nomor


(16)

Peraturan X.K.2 yaitu paling lambat akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Perusahaan publik yang tidak dapat menyampaikan laporan keuangan tahunan sesuai aturan akan dikenakan sanksi mulai dari peringatan hingga suspensi, dan apabila terlambat menyampaikan laporan keuangan akan dikenakan sanksi administratif berupa denda paling banyak Rp 500.000.000.

Adanya regulasi seharusnya memacu perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan tepat waktu, akan tetapi fenomena yang terjadi pada kenyataannya setiap tahun ketepatan waktu pelaporan keuangan mengalami penurunan, sementara regulasi yang berlaku pada periode tersebut masih sama dan belum mengalami perubahan. Regulasi tidak dapat menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu pada setiap periode, untuk itu perlu diperhatikan lebih jauh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan tersebut.

Laporan keuangan yang disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) merupakan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik bersertifikat dan disertai opini (pendapat) audit. Informasi dalam laporan keuangan tersebut merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan, akan tetapi opini (pendapat) audit merupakan tanggung jawab auditor. Salah satu bentuk profesionalitas auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Jika pelaporan keuangan tidak dilakukan secara tepat waktu, perusahaan tersebut akan dikenakan sanksi berupa denda dan hal ini tentu akan merugikan perusahaan, selain itu tingkat relevansi dan keandalan laporan keuangan tersebut dapat


(17)

berkurang, untuk itulah auditor selalu mengusahakan ketepatan waktu tetapi tidak mengabaikan obyektivitas dan independensinya.

Laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (SAK, 2007:3). Sebuah laporan keuangan memberikan banyak informasi kepada beragam pengguna untuk berbagai kepentingan. Melalui laporan keuangan dapat diketahui kondisi keuangan selama periode tersebut apakah perusahaan mengalami laba atau rugi, bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, seberapa besar perusahaan tersebut, sudah berapa lama perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia, siapa auditor yang mengaudit dan dari Kantor Akuntan Publik mana, berapa lama proses pengauditan, dan informasi lainnya. Keseluruhan informasi tersebut kemungkinan dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan yaitu paling lambat pada akhir bulan ketiga.

Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dari total penjualan. Perusahaan besar memiliki total penjualan yang tinggi dan sebaliknya perusahaan kecil memiliki total penjualan yang lebih rendah. Perusahaan besar biasanya segera menerbitkan laporan keuangan untuk menunjukkan tingginya permintaan dan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian Christina Dwi Astuti (2007) dan Sistya Rachmawati (2008) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu, akan tetapi menurut penelitian Ambar Wijayanti (2008) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.


(18)

Umur perusahaan dapat diukur berdasarkan berapa lama sebuah perusahaan publik telah terdaftar dalam pasar modal Bursa Efek Indonesia, dibandingkan dengan perusahaan yang baru terdaftar, perusahaan yang sudah lama terdaftar (berumur banyak) di Bursa Efek Indonesia cenderung dapat menyelesaikan pelaporan keuangan tepat waktu karena memiliki keterampilan dan pengalaman yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Renny Catrinasari (2006) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu, akan tetapi hasil penelitian Christina Dwi Astuti (2007) dan Ambar Wijayanti (2008) menyatakan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu.

Pada umumnya perusahaan memilih menggunakan jasa auditor independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan tersebut. Perusahaan yang tidak menggunakan jasa auditor independen kemungkinan besar akan memiliki laporan keuangan dengan tingkat kredibilitas yang sangat kecil. KAP dengan reputasi baik biasanya memiliki tenaga spesialis yang khusus menangani kewajiban perusahaan publik menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan regulasi Badan Pegawas Pasar Modal sehingga KAP Big Four biasanya lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangan dibandingkan dengan

KAP non Big Four. Hal ini sesuai dengan penelitian Christina Dwi Astuti (2007) yang menyatakan bahwa Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap ketepatan waktu, akan tetapi menurut penelitian Ambar Wijayanti (2008) kualitas kantor audit tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.


(19)

Adanya ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian terdahulu dengan variabel independen umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan reputasi Kantor Akuntan Publik menjadi motivasi bagi peneliti untuk melakukan replikasi terhadap beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ini mengacu pada penelitian Christina Dwi Astuti (2008) dengan hasil penelitian variabel ukuran perusahaan dan reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Penelitian ini merupakan replikasi, tetapi supaya terdapat perbedaan dengan penelitian terdahulu dibuatlah penambahan tiga variabel independen lain yaitu variabel laba (rugi), rasio likuiditas yang diproksikan dengan rasio lancar (current ratio), dan audit report lag.

Perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik (good news) biasanya akan segera menerbitkan laporan keuangan untuk menarik perhatian investor, kreditor, pelanggan, dan pengguna lain. Perusahaan dengan kondisi laba cenderung segera menerbitkan laporan keuangan untuk menggambarkan kondisi operasional perusahaan selama periode tersebut. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi cenderung memiliki kondisi keuangan yang baik karena dapat segera mencairkan aktiva (harta) yang tersedia untuk melunasi hutang (kewajiban) ketika jatuh tempo, sehingga dapat tepat waktu dalam pelaporan keuangan. Peningkatan akan kebutuhan informasi yang akurat dan tepat waktu mempengaruhi permintaan akan audit laporan keuangan. Proses penyelesaian audit laporan keuangan terjadi pada rentang waktu yang disebut dengan audit report lag, yang diukur sejak tanggal tahun tutup buku yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditan. Lamanya pengauditan dapat mempengaruhi ketepatan waktu


(20)

pelaporan keuangan, semakin cepat proses pengauditan laporan keuangan, semakin cepat pula pelaporannya, dan sebaliknya proses pengauditan yang lambat dapat mengakibatkan ketidaktepatan waktu pelaporan keuangan.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2006 sampai dengan 2008. Alasan peneliti dalam pemilihan kedua jenis perusahaan tersebut adalah, pertama berdasarkan kutipan informasi Surat Kabar Kompas (8 Januari 2010), ”dari sepuluh indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia terdapat empat sektor yang menguat, yaitu perkebunan, pertambangan, industri

dasar, dan konstruksi. Keempat sektor ini semakin diminati para investor,

khususnya investor asing di Indonesia. Indeks sektor perkebunan mencatat

penguatan tertinggi yaitu 4 % ” dan kedua karena Indonesia dikenal sebagai

negara agraris dan memiliki sumber daya alam yang cukup kaya. Penyebaran perusahaan perkebunan dan pertambangan di Indonesia dan luasnya lahan merupakan tuntutan tersendiri bagi perusahaan untuk mengusahakan ketepatan waktu pelaporan keuangan supaya informasi laporan keuangan yang disajikan tetap relevan dan andal, sehingga laporan keuangan tersebut tetap bermanfaat bagi pengguna informasi. Selain itu menurut peneliti kedua jenis perusahaan ini termasuk perusahaan yang masih jarang digunakan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul skripsi, ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan Go Publik di BEI.”


(21)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah laba (rugi) bersih perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu?

2. Apakah likuiditas perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu? 3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu? 4. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu?

5. Apakah reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) berpengaruh terhadap ketepatan waktu?

6. Apakah audit report lag berpengaruh terhadap ketepatan waktu?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menguji pengaruh laba (rugi) bersih perusahaan terhadap ketepatan waktu;

2. Untuk menguji pengaruh likuiditas perusahaan terhadap ketepatan waktu; 3. Untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap ketepatan waktu; 4. Untuk menguji pengaruh umur perusahaan terhadap ketepatan waktu; 5. Untuk menguji pengaruh reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap

ketepatan waktu;


(22)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi Peneliti, sebagai wadah mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teori yang telah dipelajari selama kuliah, serta menambah wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. 2. Bagi Investor, sebagai gambaran tentang pentingnya ketepatan waktu

berkaitan dengan relevansi dan keandalan informasi laporan keuangan. 3. Bagi Pihak Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dan motivasi dalam

upaya meningkatkan ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. 4. Bagi Akademisi, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan

Perkembangan perusahaan go publik di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai kebutuhan utama setiap perusahaan. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya permintaan perusahaan akan jasa akuntan. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengguna. Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas, serta catatan-catatan laporan keuangan. Laporan keuangan dapat menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan selama periode tersebut. Informasi dalam laporan keuangan merupakan tanggung jawab pihak manajemen dan laporan keuangan harus disajikan secara wajar.

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan (SAK, 2007:1). Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi suatu perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (SAK, 2007:3). Pelaporan keuangan hendaknya memberikan informasi yang berguna bagi para


(24)

calon investor dan kreditor, maupun yang sudah ada, dan para pengguna lainnya dalam membuat investasi, kredit, dan keputusan-keputusan lain yang serupa secara rasional (Belkaoui, 2006:233).

2. Auditing

a. Definisi Auditing

Auditing menurut Arens (2008:4) didefinisikan sebagai ”pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan”.

Boynton (2002:5) mendefinisikan auditing sebagai:

Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

b. Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan (financial statement audit) dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan (informasi yang diverifikasi) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu (Arens, 2008:18). Biasanya kriteria yang berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Produk dari proses audit adalah laporan audit, yang merupakan bagian dari laporan keuangan (Wild, 2005:91). Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Perusahaan umumnya memilih menggunakan jasa auditor independen untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan


(25)

tersebut, namun apabila perusahaan memutuskan untuk tidak menggunakan auditor independen, maka laporan keuangan tersebut akan memiliki kredibilitas yang sangat kecil.

c. Tujuan Audit

Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang diperiksa menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang bersifat materiil, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Tujuan utama audit laporan keuangan bukan untuk menciptakan informasi baru, melainkan untuk menambah keandalan laporan keuangan yang telah disusun oleh mananjemen (Boynton, 2002:50). d. Standar Auditing

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetapkan standar-standar audit untuk profesi yaitu Standar Auditing Berlaku Umum. Standar ini adalah standar auditing yang paling dikenal. Di Indonesia, standar ini terdiri dari Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan. Standar ini diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) No. 01 (2001 par.27) sebagai berikut :

1. Standar Umum

Standar umum berhubungan dengan kualifikasi atau seorang auditor dan kualitas pekerjaan seorang auditor, yaitu :

a) Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai seorang auditor,

b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor,

c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan

Standar pekerjaan lapangan berhubungan dengan pelaksaan pekerjaan audit di lapangan, yaitu :


(26)

a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten, harus disupervisi dengan semestinya,

b) Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan,

c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan

Standar ini berhubungan dengan masalah pengkomunikasian hasil-hasil audit, yaitu :

a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,

b) Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya,

c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor,

d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

3. Teori Kepatuhan

Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Regulasi tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory) Baron dan Bryne (1991: 387) dinyatakan bahwa :

Obedience is a form of social influence in which one or more persons are ordered to do something, and they do it. It is in a sense, the most direct form


(27)

of social influence. Several strategies can help reduce the occurance of destructive obedience. These include reminding individuals that they share in the responsibility for any harm produced, reminding them that beyond some point obedience is inappropriate, calling into question the motives of authority figures.

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 paragraf 38, suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 (empat) bulan setelah tanggal neraca (SAK, 2007:1.7), akan tetapi bagi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dituntut untuk mematuhi peraturan berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Nomor 36/PM/2003, tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dengan Nomor Peraturan X.K.2 :

Laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang pada pokoknya adalah Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal yang ditetapkan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).

Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban dalam menyampaikan laporan keuangan berkala akan dikenakan sanksi sesuai dengan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-307/BEJ/07-2004, tentang Peraturan Nomor I-H Tentang Sanksi : Khusus bagi Perusahaan Tercatat yang terlambat menyampaikan Laporan Keuangan, Peraturan Nomor I-E tentang Kewajiban Penyampaian Laporan dikenakan sanksi mulai dari Peringatan I sampai dengan peringatan III disertai denda sebesar Rp 50.000.000 sampai Rp 150.000.000,


(28)

bahkan akan dikenakan suspensi. Pengenaaan sanksi tersebut dilakukan dengan proses-proses tertentu sesuai peraturan.

Perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan akan dikenakan sanksi administratif berupa denda berdasarkan ketentuan Pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa ”emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).”

4. Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

Tepat waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Rachmawati, 2008). Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 24 (SAK, 2007:5) laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para pengguna. Keempat karakterisktik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat dibandingkan. Dalam paragraf 43 (SAK, 2007:8) dinyatakan bahwa tepat waktu merupakan salah satu kendala informasi yang relevan dan andal :

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen


(29)

mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan. Menurut Belkaoui (2006:238) relevan dan andal merupakan dua kualitas utama, agar relevan informasi harus memiliki nilai prediktif dan nilai umpan balik dan sekaligus pada saat yang sama harus disampaikan pada waktu yang tepat. Salah satu tujuan kualitatif dari akuntansi keuangan adalah ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya kelambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi (Belkaoui, 2006:213). Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan faktor penting bagi kemanfaatan laporan keuangan tersebut (Givoly dan Palmon, 1982 dalam Rachmawati, 2008:1). Ketepatan waktu diukur dengan menggunakan variabel dummy, di mana kategori 0 untuk perusahaan yang tidak tepat waktu dan kategori 1 untuk perusahaan yang tepat waktu.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, antara lain :

a. Laba (Rugi) Bersih

Laporan laba rugi merupakan laporan yang paling banyak diminati oleh pihak pengguna informasi laporan keuangan karena dapat menggambarkan


(30)

kinerja keuangan (operasional) perusahaan. Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil usaha suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu (Sukrisno Agoes, 2004:3). Laporan laba rugi melaporkan dua kondisi keuangan yang disebut dengan laba atau rugi. Apabila jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah beban yang terjadi disebut dengan laba bersih (net income). Apabila jumlah beban lebih besar dari jumlah pendapatan disebut dengan rugi bersih (net loss). Pengguna laporan keuangan, termasuk investor, cenderung memperhatikan informasi laba atau rugi bersih perusahaan. Menurut Givoly dan Palmon (1982) dalam Rachmawati (2008), bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Perusahaan yang mendapatkan laba yang besar tidak ada alasan untuk menunda penerbitan laporan keuangan auditan karena ini merupakan berita baik yaitu prestasi yang dicapai cukup menggembirakan. Sebaliknya perusahaan menderita kerugian akan berusaha memperlambat penerbitan laporan keuangan auditan (Ashton, 1987 dalam Soetedjo, 2006).

b. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mencairkan aktiva yang tersedia untuk melunasi hutang (kewajiban) jangka pendek ketika jatuh tempo (Kasmir, 2009:128). Perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi merupakan kabar baik bagi perusahaan dan kemungkinan perusahaan memiliki kondisi keuangan yang baik. Perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang baik cenderung segera menerbitkan laporan


(31)

keuangannya, sehingga akan tepat waktu dalam pelaporan keuangan. Rasio likuiditas dapat diproksikan dengan rasio lancar, rasio cepat, rasio kas, dan rasio perputaran kas (Kasmir, 2009). Penelitian ini menggunakan rasio lancar (current ratio) yaitu dengan membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Ukuran perusahaan dalam kondisi baik tidak hanya sekedar likuid saja, tetapi harus memenuhi standar likuiditas tertentu sehingga tidak membahayakan kewajiban lainnya. Dalam praktiknya standar likuiditas yang baik adalah 200% atau 2:1. Namun, standar likuiditas ini tidak mutlak dilakukan karena tergantung jenis industrinya (Kasmir, 2009:131).

c. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dan dapat dinilai dari beberapa segi. Ukuran perusahaan dapat diukur berdasarkan pada total penjualan, total nilai buku aset, nilai bersih kekayaan, dan jumlah tenaga kerja (Soetedjo, 2006:79). Semakin besar nilai item-item tersebut, semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Perusahaan besar cenderung menyajikan laporan keuangan tepat waktu daripada perusahaan kecil. Menurut Dyer dan McHugh (1976) dalam Soetedjo (2006:79), perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Akan tetapi, menurut Boyton dan Kell (1996) dalam Soetedjo (2006:79), pelaporan


(32)

keuangan akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang diaudit semakin besar dan semakin luas. Hal ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang harus dilakukan.

d. Umur Perusahaan

Idealnya umur perusahaan diukur berdasarkan tanggal pada saat berdirinya perusahaan yang bersangkutan. Namun, umur perusahaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan tanggal first issue (listed)-nya perusahaan di pasar modal (Owusu dan Ansah, 2000 dalam Catrinasari, 2006:25). Umur perusahaan juga merupakan hal yang dipertimbangkan oleh investor sebelum menanamkan modalnya. Umur perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive dan menjadi bukti bahwa perusahaan tersebut mampu bersaing dan dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Perusahaan yang memiliki umur lebih tua cenderung untuk lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan dan menghasilkan informasi ketika diperluka n, karena perusahaan memiliki cukup banyak pengalaman dalam hal tersebut (Owusu dan Ansah, 2000).

e. Reputasi Kantor Akuntan Publik

Auditor eksternal merupakan mekanisme penting untuk membantu memastikan kualitas dan keandalan laporan keuangan (Wild, 2005:91). Semua laporan perusahaan publik harus diaudit oleh auditor publik bersertifikasi (certified public accountant - CPA). Menurut Miller dan Smith


(33)

(2002) dalam Tjondro (2007) berdasarkan reputasinya, Kantor Akuntan Publik (KAP) dikategorikan menjadi dua, yaitu :

1) KAP lokal dengan reputasi tidak diketahui; 2) KAP bertaraf internasional dengan reputasi baik.

Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan reputasi baik biasanya ditunjukan dengan KAP nasional yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal dan disebut sebagai Big Four, antara lain :

Tabel 2.1

Kantor Akuntan Publik Big Four

No. The Big Four KAP yang berafiliasi 1 Deloitte Touche Tohmatsu Osman, Ramli, Satrio, dan rekan 2 Ernst & Young Purwantono, Sarwoko, dan Sandjaja 3 Pricewaterhouse Coopers Haryanto Sahari dan rekan

4 KPMG Siddharta Siddharta dan Widjaja

Sumber : Tuanakotta (2007:354-356)

Menurut Arens dan Loebbecke (1996:26) :

Kantor Akuntan Publik dengan reputasi baik biasanya mempunyai klien yang harus membuat satu atau dua jenis laporan sesuai yang ditentukan Badan Pengawas Pasar Modal dengan ketentuan yang sangat kompleks. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pada umumnya mereka memiliki tenaga spesialis yang mencurahkan perhatiannya secara khusus untuk menangani masalah ini guna memenuhi persyaratan Badan Pengawas Pasar Modal.

Berdasarkan teori tersebut Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berafiliasi dengan The Big Four dapat dikatakan cenderung tepat waktu dalam pelaporan keuangan. Dalam penelitian ini reputasi KAP diukur dengan menggunakan variabel dummy, KAP yang termasuk dalam kategori berafiliasi dengan Big Four diberi kode 1 dan KAP yang tidak termasuk kategori Big Four diberi


(34)

f. Audit Report Lag

Audit Report Lag merupakan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan

audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari sejak tutup buku yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera di laporan auditor independen yaitu pada saat auditor independen tersebut meninggalkan pekerjaan lapangan audit. Dalam Standar Umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian, demikian juga dalam Standar Pekerjaan Lapangan pertama dan ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai. Adanya standar ini mengakibatkan proses pengauditan membutuhkan waktu yang relatif lama, akibatnya akuntan publik dapat menunda pengumuman laporan keuangan auditannya. Keterlambatan penyelesaian audit laporan keuangan dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan (SAK, 2007). Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan audit report lag mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, semakin cepat (semakin sedikit hari) audit report lag, maka pelaporan keuangan cenderung semakin tepat waktu,

dan sebaliknya semakin lama (semakin banyak hari) audit report lag, maka pelaporan keuangan semakin tidak tepat waktu. Apabila rentang waktu proses pengauditan selesai jauh sebelum akhir bulan ketiga, kemungkinan besar perusahaan dapat melaksanakan pelaporan keuangan tepat waktu, dan sebaliknya.


(35)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan, antara lain :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Analisis Hasil

Renny Catrinasari (2006) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Perbankan Go Publik di BEJ.

Independen : rasio gearing, profitabilitas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan struktur kepemilikan. Dependen : Ketepatan waktu Regresi Berganda Umur perusahaan berpengaruh positif dan signifikan. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap ketepatan waktu. Christina Dwi Astuti (2007) Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Laporan Keuangan. Independen: reputasi KAP, opini audit, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, leverage, umur perusahaan, profitabilitas. Dependen: Ketepatan waktu Regresi Logistik Reputasi KAP dan ukuran perusahaan berpengaruh. Sedangkan umur tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu. Sistya Rachmawati (2008) Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness Independen: profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, ukuran perusahaan, KAP Dependen: Ketepatan Waktu Regresi Berganda Solvabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh. Sedangkan KAP, profitabilitas, dan internal auditor tidak berpengaruh. Ambar Wijayanti (2008) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Independen: Debt to Equity Ratio (DER), profitabilitas, Regresi Logistik Keenam variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap


(36)

Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Publik di BEJ tahun 2004-2005. ukuran perusahaan, umur perusahaan, opini audit, kualitas kantor audit, struktur kepemilikan perusahaan. Dependen: Ketepatan Waktu ketepatan waktu pelaporan.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti membuat kerangka konseptual atas penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Pada umumnya ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan ditentukan oleh adanya berita baik atau berita buruk mengenai kondisi perusahaan, jika

Laba (Rugi) Bersih (X1) Likuiditas (X2) Ukuran Perusahaan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan (Y) Umur Perusahaan (X4) Reputasi KAP

(X5) Audit Report Lag


(37)

pengumuman laporan keuangan berisi good news maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan jika pengumuman berisi bad news maka pihak manajemen cenderung melaporkan tidak tepat waktu (Rachmawati, 2008). Perusahaan memiliki laba berarti good news sehingga perusahaan cenderung tepat waktu dalam pelaporan keuangan dan sebaliknya perusahaan mengalami rugi menjadikan perusahaan cenderung tidak tepat waktu.

Perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi merupakan good news bagi perusahaan, artinya perusahaan dapat segera mencairkan aktiva yang tersedia untuk melunasi hutang ketika jatuh tempo. Likuiditas dalam penelitian ini diukur berdasarkan rasio lancar, perusahaan dengan likuiditas tinggi menggambarkan kemungkinan perusahaan memiliki kondisi keuangan yang baik sehingga dapat tepat waktu dalam pelaporan keuangan.

Ukuran perusahaan pada penelitian ini diukur berdasarkan total penjualan, semakin besar total penjualannya, semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Perusahaan besar merupakan sorotan masyarakat dan terkait dengan lebih banyak pengguna informasi seperti investor, kreditor, pemasok, pelanggan, pemilik perusahaan, karyawan, dan sebaginya sehingga perusahaan besar cenderung mengusahakan ketepatan waktu demi keandalan dan relevansi laporan keuangan.

Umur perusahaan diukur sejak perusahaan tersebut terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia sampai tahun berjalan, semakin tinggi umur perusahaan, semakin tinggi ketepatan waktu pelaporan keuangan dan sebaliknya semakin rendah umur perusahaan, semakin rendah ketepatan waktu pelaporan keuangan.


(38)

Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) ditandai dengan apakah KAP tersebut berafiliasi atau tidak dengan KAP reputasi baik bertaraf internasional yang disebut The Big Four. Perusahaan yang menggunakan jasa auditor dari KAP tersebut merupakan good news bagi perusahaan sehingga dapat tepat waktu melakukan pelaporan keuangan dan sebaliknya.

Proses penyelesaian audit laporan keuangan terjadi pada rentang waktu yang disebut dengan audit report lag, yang diukur sejak tanggal tahun tutup buku yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditan. Lamanya pengauditan dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, semakin cepat proses pengauditan laporan keuangan, pelaporannya semakin tepat waktu dan sebaliknya proses pengauditan yang lambat dapat mengakibatkan ketidaktepatan waktu pelaporan keuangan.

2. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H1: Laba (Rugi) Bersih Perusahaan berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu; H2:Likuiditas Perusahaan berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu;

H3: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu; H4: Umur Perusahaan berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu;

H5: Reputasi Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu; H6: Audit Report Lag berpengaruh terhadap Ketepatan Waktu.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desaian kausal, yaitu untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi penelitian ini adalah perusahaan perkebunan dan pertambangan go publik yang terdaftar di BEI sejak tahun 2006 sampai 2008 yaitu sebanyak 28 perusahaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2004:73). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2004:79). Adapun kriteria pengambilan sampel penelitian ini antara lain :

1) perusahaan perkebunan dan pertambangan yang go publik dan terdaftar di BEI sebelum periode pengamatan (sejak tahun 2006 sampai 2008);


(40)

3) perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember untuk tahun 2006, 2007, 2008 dan menggunakan rupiah sebagai nilai tukar (mata uang);

4) merupakan laporan keuangan lengkap dan diaudit oleh akuntan publik bersertifikat sehingga lebih akurat dan dapat dipercaya.

Tabel 3.1

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Jumlah Akumulasi

1 Total perusahaan perkebunan dan pertambangan yang terdaftar di BEI antara tahun 2006-2008

28

2 Terdaftar setelah 1 Januari 2006 (5) 23

3 Delisting selama periode pengamatan (2006-2008) (2) 21 4 Tidak mempublikasikan laporan keuangan tahun

2006-2008 dan tidak menggunakan rupiah sebagai nilai tukar

(3) 18

5 Data tidak tersedia (tidak lengkap) (3) 15

Jumlah sampel total selama periode penelitian 45

Tabel 3.2

Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan Kode

1. PT Astra Agro Lestari Tbk AALI

2. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk UNSP

3. PT PP London Sumatera Tbk LSIP

4. PT SMART Tbk SMAR

5. PT Tunas Baru Lampung Tbk TBLA

6. PT Cipendawa Agro Industri Tbk CPDW 7. PT Multibreeder Adirama ndonesia Tbk MBAI 8. PT Dharma Samudra Finishing Indonesia Tbk DSFI 9. PT Inti Kapuas Arowana Tbk IIKP 10. PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk BTEK 11. PT Tambang Batubara Bukitasam Tbk PTBA 12. PT Energi Mega Persada Tbk ENRG

13. PT Aneka Tambang Tbk ANTM

14. PT Timah Tbk TINS


(41)

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data time series dan data cross section. Data time series (data deret waktu) adalah sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, dan tahunan (Umar, 2003:61), sedangkan data cross section atau data satu waktu adalah sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam suatu kurun waktu (Umar, 2003:70).

Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah informasi pada periode 2006-2008 antara lain, laba (rugi) bersih, rasio lancar, total penjualan, umur perusahaan dihitung sejak first issue sampai tahun berjalan, nama Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mengaudit, dan tanggal dikeluarkannya opini audit yang tertera pada laporan keuangan auditan. Sumber data adalah laporan keuangan perusahaan sampel yang didapatkan dari situs ICMD (Indonesia Capital Market Directory).

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data eksternal, yaitu data yang dicari secara manual dengan cara mendapatkan dari luar perusahaan. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah studi pustaka, dengan mengumpulkan data dari jurnal, abstrak, dan buku yang berkaitan dengan penelitian. Tahap kedua adalah studi dokumentasi, dengan mengumpulkan data berupa laporan keuangan dan informasi lain yang berkaitan


(42)

dengan penelitian melalui media internet (situs www.idx.co.id) dengan cara men-download laporan keuangan perusahaan yang dibutuhkan.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berdasarkan perumusan masalah dan metode analisis, maka variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1) variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain.

2) variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2003:50).

Definisi operasional menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan dalam riset (Jogiyanto, 2004:62). Definisi operasional dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.3

Identifikasi Variabel Penelitian Jenis

Variabel

Nama Variabel

Definisi Pengukuran

Independen

Laba (Rugi) Bersih

Selisih akhir antara pendapatan dan beban-beban

Laba, angka1 Rugi, angka 0 Likuiditas

(Current Ratio)

Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo

aktiva lancar kewajiban lancar Ukuran

Perusahaan

Besar kecilnya perusahaan Total Penjualan Umur

perusahaan

Berapa lama perusahaan sudah terdaftar di BEI

Tahun berjalan – Tahun first issue Reputasi

KAP

Nama baik jasa Kantor Akuntan Publik

Big 4, angka1 Non Big 4, angka 0 Audit

Report Lag

rentang waktu penyelesaian audit laporan keuangan sejak tutup buku sampai tanggal yang

Interval tanggal 31 Desember sampai tanggal yang tertera


(43)

tertera di laporan auditan. di laporan auditan Dependen Ketepatan

Waktu

Tanggal penerbitan laporan keuangan auditan di BEI (paling lambat akhir bulan ketiga sejak tutup buku)

Tepat waktu : 1 Tidak tepat waktu : 0

F. Metode Analisis Data 1. Pengujian Data

a. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji asumsi klasik, dikarenakan uji yang digunakan adalah regresi logistik, di mana uji ini mengabaikan uji normalitas dan heterokedasitas maka uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji multikolonieritas dan uji autokorelasi.

1) Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya, apabila tejadi korelasi antara variabel-variabel tersebut berarti terjadi problem multikolonieritas, sedangkan model regresi yang baik adalah variabel yang tidak memiliki problem multikolonieritas. Uji Multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai korelasi antar variabel independen, jika nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0.9 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala multikolonieritas antara variabel independen dalam penelitian tersebut.


(44)

2) Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Run test digunakan menguji ada tidaknya gejala autokorelasi pada penelitian

ini, bila hasil output SPSS menunjukkan probabilitas signifikansi di bawah 0.05 dapat disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi tersebut.

b. Menguji Model Fit

Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial) – 2LL function dengan nilai 2LL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2005). Log likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian Sum of Square Error pada model regresi sehingga penurunan Log Likehood menunjukkan model regresi semakin baik.

c. Menguji Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test, jka nilai statistik Hosmer and


(45)

dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2005).

2. Pengujian Hipotesis

Model analisis data yang digunakan adalah analisis multivarian dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik karena variabel terikat (dependen) merupakan data kualitatif yang menggunakan variabel dummy (Sumodiningrat, 2001:359). Regresi logistik adalah bagian dari analisis regresi yang digunakan ketika variabel dependen merupakan variabel dikotomi. Variabel dikotomi biasanya hanya terdiri atas dua nilai, yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang biasanya diberi angka 0 atau 1. Regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas pada variabel bebasnya (Ghozali, 2005). Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis :

T = α + β1 LR + β2CR + β3 S + β4 A + β5KAP + β6ARL + ε Keterangan :

T = timeliness (ketepatan waktu) pelaporan keuangan

α = konstan


(46)

CR = current ratio (rasio lancar) S = size (ukuran) perusahaan A = age (umur) perusahaan

KAP = reputasi Kantor Akuntan Publik ARL = audit report lag

ε = error term (tingkat pengganggu kesalahan)

G. JADWAL PENELITIAN

Jadwal penelitian adalah sebagai berikut : Tabel 3.4 Jadwal Penelitian Tahap Penelitian Januari (2010) Februari (2010) Maret (2010) April (2010) Mei (2010) Juni (2010) Pengajuan proposal Bimbingan & perbaikan proposal Seminar proposal Pengumpulan &pengolahan data Bimbingan & penyelesaian skripsi


(47)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi logistik. Pengujian asumsi klasik dan regresi logistik digunakan dengan menggunakan software SPSS versi 16. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 15 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian dan diamati selama periode 2006-2008.

Tabel 4.1 Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan Kode

1. PT Astra Agro Lestari Tbk AALI

2. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk UNSP

3. PT PP London Sumatera Tbk LSIP

4. PT SMART Tbk SMAR

5. PT Tunas Baru Lampung Tbk TBLA

6. PT Cipendawa Agro Industri Tbk CPDW 7. PT Multibreeder Adirama ndonesia Tbk MBAI 8. PT Dharma Samudra Finishing Indonesia Tbk DSFI 9. PT Inti Kapuas Arowana Tbk IIKP 10. PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk BTEK 11. PT Tambang Batubara Bukitasam Tbk PTBA 12. PT Energi Mega Persada Tbk ENRG


(48)

14. PT Timah Tbk TINS 15. PT Citatah Industri Marmer Tbk CTTH

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Uji Data

a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolonieritas

Regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi yang kuat antara variabel bebasnya. Multikolonieritas adalah situasi adanya korelasi antar variabel-variabel independen yang satu dengan yang lainnya, dalam hal ini kita sebut variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel-variabel yang bersifat ortogonal adalah variabel yang memiliki nilai korelasi diantaranya sama dengan nol. Dalam penelitian ini jejak multikolonieritas dapat dilihat dari nilai korelasi antar variabel yang terdapat dalam matriks korelasi. Hasil uji gejala multikolonieritas disajikan pada tabel 4.2 berikut ini.


(49)

Tabel 4.2

Hasil Uji Multikolonieritas Const

ant LR CR SIZE AGE KAP ARL Step

1

Const

ant 1.000 -.134 -.254 -.421 -.360 .495 -.926 LR

-.134 1.000 .269 -.267 -.007 -.032 -.100 CR

-.254 .269 1.000 .016 .231 -.037 .095 SIZE

-.421 -.267 .016 1.000 -.219 -.593 .519 AGE

-.360 -.007 .231 -.219 1.000 -.022 .121 KAP

.495 -.032 -.037 -.593 -.022 1.000 -.547 ARL -.926 -.100 .095 .519 .121 -.547 1.000 Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolonieritas antar variabel independen. Gejala multikolonieritas terjadi apabila nilai korelasi antar variabel independen lebih besar dari 0.90. Matriks korelasi di atas memperlihatkan bahwa korelasi antar variabel independen yang paling besar 0.593 atau lebih kecil dari 0.90. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa variabel laba (rugi) bersih, likuiditas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi Kantor Akuntan Publik, dan audit report lag lolos uji gejala multikolonieritas.

2). Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena


(50)

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Run test digunakan untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi pada penelitian ini, bila hasil output SPSS menunjukkan probabilitas signifikansi di bawah 0.05 disimpulkan terdapat gejala autokorelasi pada model regresi tersebut. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak. (Ghozali 2005:103).

H0 : residual (res_1) random (acak) H1 : residual (res_1) tidak random.

Tabel 4.3

Hasil Uji Autokorelasi

Runs Test

Difference between observed

and predicted probabilities

Test Valuea .01880

Cases < Test Value 22

Cases >= Test Value 23

Total Cases 45

Number of Runs 19

Z -1.204

Asymp. Sig.

(2-tailed) .229

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai test adalah 0.01880 dengan probabilitas 0.229 tidak signifikan pada 0.05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.


(51)

b. Menguji Model Fit (Overall Model Fit Test)

Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal (block number = 0) dengan nilai -2 log likelihood pada akhir (block number = 1). Nilai -2 log likelihood awal pada

block number = 0, dapat ditunjukkan melalui tabel berikut ini.

Tabel 4.4

Nilai -2 Log Likelihood (-2 LL awal)

Iteration Historya,b,c

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 61.290 .311

2 61.290 .314

3 61.290 .314

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Nilai -2 log likelihood akhir pada block number = 1, dapat ditunjukkan melalui tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5

Nilai -2 log likelihood (-2 LL akhir)

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients Constan

t LR CR SIZE AGE KAP ARL

Step 1 1 43.591 4.324 -.621 -.005 .000 -.044 1.831 -.050

2 40.461 7.160 -.523 -.006 .000 -.062 2.929 -.087

3 40.120 8.399 -.518 -.007 .000 -.069 3.471 -.103

4 40.114 8.577 -.521 -.007 .000 -.070 3.555 -.106

5 40.114 8.580 -.521 -.007 .000 -.070 3.556 -.106

6 40.114 8.580 -.521 -.007 .000 -.070 3.556 -.106


(52)

Dari tabel 4.4 dan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa -2 log likelihood awal pada block number = 0, yaitu model yang hanya memasukkan konstanta yang

dapat dilihat pada step 2, memperoleh nilai sebesar 61.290. Kemudian pada tabel selanjutnya dapat dilihat nilai -2 LL akhir dengan block number = 1 nilai -2 log likelihood pada tabel 4.4 mengalami perubahan setelah masuknya beberapa variabel independen pada model penelitian, akibatnya nilai -2 LL akhir pada step 6 menunjukkan nilai 40.114.

Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali,2005). Penurunan nilai -2 log likelihood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit, artinya

penambahan-penambahan variabel bebas yaitu laba (rugi), likuiditas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi Kantor Akuntan Publik, dan audit report lag ke dalam model penelitian akan memperbaiki model fit penelitian

ini.

c. Menguji Kelayakan Model Regresi.

Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan goodness of fitness test yang diukur dengan nilai chi square pada bagian bawah uji hosmer and lemeshow.

Tabel 4.6

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 3.333 7 .853


(53)

Hasil pengujian statistik menunjukkan probabilitas signifikansi menunjukkan angka 0.853 nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0.05 maka Ho tidak dapat ditolak (diterima). Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati.

Tabel 4.7

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

TMLN = 0 TMLN = 1

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 5 4.559 0 .441 5

2 4 4.140 1 .860 5

3 3 3.504 2 1.496 5

4 3 2.515 2 2.485 5

5 1 1.716 4 3.284 5

6 1 1.375 4 3.625 5

7 1 .823 4 4.177 5

8 1 .305 4 4.695 5

9 0 .063 5 4.937 5

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari tabel kontijensi untuk uji hosmer and lemeshow, dapat dilihat bahwa dari sembilan langkah pengamatan untuk pelaporan keuangan dengan tepat waktu (1) maupun tidak tepat waktu (0), nilai yang diamati maupun nilai yang diprediksi, tidak mempunyai perbedaan yang terlalu ekstrim. Ini menunjukkan bahwa model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini mampu memprediksi nilai observasinya.


(54)

2. Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap opini audit. Pengujian dengan regresi logistik ditunjukkan dalam tabel-tabel berikut ini.

Tabel 4.8

Ikhtisar Pengolahan Data

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 45 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 45 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 45 100.0

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diambil analisis sebagai berikut :

a. jumlah sampel pengamatan sebanyak 45 sampel, dan seluruh sampel telah diperhitungkan ke dalam pengujian hipotesis;

b. tidak ada variabel dependen yang dikeluarkan dengan nilai dummy variabel. Variabel dependen bernilai 0 untuk tidak tepat waktu dan bernilai

1 untuk tepat waktu;

c. metode yang digunakan untuk memasukkan data adalah metode enter di mana apabila menggunakan metode ini seluruh variabel bebas (independen) disertakan dalam pengolahan (analisis) data untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap variabel dependen.


(55)

Selanjutnya variabilitas antara variabel dependen dengan variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.9 Model Summary Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 40.114a .375 .505

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, maka dapat dilihat bahwa hasil analisis regresi logistik secara keseluruhan menunjukkan nilai Cox & Snell R Square sebesar 0.375. Cox & Snell R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari satu, sehingga sulit untuk diinterpretasikan.

Nagelerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell. Untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu) hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R square dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelerke R2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Dilihat dari hasil output pengolahan data nilai Nagalerke R

Square adalah sebesar 0.505 yang berarti variabilitas variabel dependen yang

dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 50.5 %, sisanya sebesar 49.5 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.


(56)

a. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan.

Tabel 4.10 Matrik Klasifikasi

Observed

Predicted TMLN

Percentage Correct

0 1

Step 1 TMLN 0 14 5 73.7

1 3 23 88.5

Overall Percentage 82.2

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.10 menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan pelaporan keuangan yang tepat waktu sebesar 88.5%. Hal ini berarti bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan ada 14 perusahaan yang diprediksi akan tepat waktu dari 17 perusahaan yang tepat waktu. Kekuatan prediksi model untuk pelaporan keuangan tidak tepat waktu adalah sebesar 73.7% yang berarti bahwa dengan model regresi yang diajukan ada 23 auditee (73.7%) yang diprediksi akan melaksanakan pelaporan keuangan tidak tepat waktu dari total 28 perusahaan yang melaksanakan pelaporan keuangan tidak tepat waktu.


(57)

b. Menguji Koefisien Regresi

Tabel 4.11 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik. Tabel 4.11

Hasil Uji Koefisien Regresi

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a LR -.521 1.040 .251 1 .616 .594 .077 4.562

CR -.007 .007 .866 1 .352 .993 .979 1.007

SIZE .000 .000 1.612 1 .204 1.000 1.000 1.000

AGE -.070 .092 .570 1 .450 .933 .779 1.118

KAP 3.556 1.313 7.341 1 .007 35.034 2.674 458.969

ARL -.106 .038 7.524 1 .006 .900 .834 .970

Constant 8.580 3.072 7.799 1 .005 5.327E3

Sumber : Hasil pengolahan data

Dari pengujian persamaan regresi logistik diatas maka diperoleh model regresi logistik sebagai berikut :

T = 8.580 - 0.521 LR - 0.007 CR + 0.000 S - 0.070 A + 3.556 KAP - 0.106 ARL Konstanta sebesar 8.580 menyatakan bahwa jika tidak memperhitungkan nilai laba (rugi), likuiditas, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi Kantor Akuntan Publik, dan audit report lag, maka kemungkinan ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah sebesar 8.580.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hubungan Laba (Rugi) Terhadap Ketepatan Waktu

Variabel laba (rugi) menunjukkan nilai koefisien -0.521 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.616 lebih besar dari 0.05 (5%) artinya dapat disimpulkan


(58)

bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien negatif dan tidak signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Tanda negatif pada koefisien laba (rugi) menunjukkan bahwa ketika kondisi keuangan sedang mengalami laba, perusahaan cenderung tidak tepat waktu dalam melaksanakan pelaporan keuangan, sementara perusahaan yang sedang mengalami rugi cenderung tepat waktu dalam melaksanakan pelaporan keuangannya. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Ashton (1987) dalam Soetedjo (2006) yang menemukan bahwa perusahaan yang menderita kerugian akan berusaha memperlambat penerbitan laporan keuangan auditan sehingga tidak tepat waktu dalam pelaporan keuangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi perusahaan laba atau rugi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu.

2. Hubungan Likuiditas Terhadap Ketepatan Waktu

Variabel likuiditas menunjukkan nilai koefisien -0.007 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.352 lebih besar dari 0.05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Tanda negatif pada koefisien likuiditas menunjukkan bahwa ketika kondisi keuangan perusahaan memiliki tingkat likuiditas tinggi, perusahaan cenderung tidak tepat waktu dalam melaksanakan pelaporan keuangan, sementara perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas rendah cenderung tepat waktu dalam melaksanakan pelaporan keuangannya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas yang


(59)

diproksikan dengan current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

3. Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu

Variabel ukuran perusahaan diproksikan dengan total penjualan menunjukkan nilai koefisien 0.000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.204 lebih besar dari 0.05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien positif tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ambar Wijayanti (2008) yang menemukan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Renny Catrinasari (2006) yang menemukan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketepatan waktu. Hasil penelitian ini juga tidak konsisten dengan penelitian Christina Dwi Astuti (2007), dan Sistya Rachmawati (2008), di mana mereka menemukan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ukuran besar kecilnya perusahaan yang diproksikan dengan total penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.


(60)

4. Hubungan Umur Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu

Umur perusahaan dihitung sejak terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun berjalan. Variabel umur perusahaan menunjukkan nilai koefisien -0.070 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.450 lebih besar dari 0.05 (5%) artinya dapat disimpulkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh koefisien negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Tanda negatif pada koefisien umur perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan yang lebih lama terdaftar di Bursa Efek Indonesia cenderung tidak tepat waktu dalam melaksanakan pelaporan keuangan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu, sementara perusahaan yang tergolong baru terdaftar di Bursa Efek Indonesia cenderung tepat waktu dalam melaksanakan pelaporan keuangannya. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Christina Dwi Astuti (2007) dan Ambar Wijayanti (2008), di mana mereka menemukan bahwa variabel umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Renny Catrinasari (2006) yang menemukan bahwa variabel umur perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

5. Hubungan Reputasi Kantor Akuntan Publik Terhadap Ketepatan Waktu

Variabel reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) diproksikan dengan KAP berafiliasi dengan Big Four atau tidak. Variabel ini menunjukkan nilai koefisien


(1)

Lampiran iii

GET DATA /TYPE=XLSX

/FILE='C:\Documents and Settings\Acer\My Documents\sk

ripsi\FIX DATA.xlsx'

/SHEET=name 'Sheet1'

/CELLRANGE=full

/READNAMES=on

/ASSUMEDSTRWIDTH=32767.

DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES TMLN

/METHOD=ENTER LR CR SIZE AGE KAP ARL

/CLASSPLOT

/CASEWISE OUTLIER(2)

/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1) CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

[DataSet1]

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 45 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 45 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 45 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Origina

l Value Internal Value

0 0


(2)

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 61.290 .311

2 61.290 .314

3 61.290 .314

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 61.290

c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

TMLN Percentage

Correct

0 1

Step 0 TMLN 0 0 19 .0

1 0 26 100.0

Overall Percentage 57.8

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


(3)

Variables not in the Equationa

Score df Sig.

Step 0 Variables LR .026 1 .872

CR .857 1 .355

SIZE 1.512 1 .219

AGE .072 1 .788

KAP 7.697 1 .006

ARL 7.108 1 .008

a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant LR CR SIZE AGE KAP ARL

Step 1 1 43.591 4.324 -.621 -.005 .000 -.044 1.831 -.050

2 40.461 7.160 -.523 -.006 .000 -.062 2.929 -.087

3 40.120 8.399 -.518 -.007 .000 -.069 3.471 -.103

4 40.114 8.577 -.521 -.007 .000 -.070 3.555 -.106

5 40.114 8.580 -.521 -.007 .000 -.070 3.556 -.106

6 40.114 8.580 -.521 -.007 .000 -.070 3.556 -.106

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 61.290

d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 21.176 6 .002

Block 21.176 6 .002


(4)

Model Summary

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 40.114a .375 .505

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 3.333 7 .853

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

TMLN = 0 TMLN = 1

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 5 4.559 0 .441 5

2 4 4.140 1 .860 5

3 3 3.504 2 1.496 5

4 3 2.515 2 2.485 5

5 1 1.716 4 3.284 5

6 1 1.375 4 3.625 5

7 1 .823 4 4.177 5

8 1 .305 4 4.695 5

9 0 .063 5 4.937 5

Classification Tablea

Observed

Predicted TMLN

Percentage Correct

0 1

Step 1 TMLN 0 14 5 73.7

1 3 23 88.5

Overall Percentage 82.2


(5)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a LR -.521 1.040 .251 1 .616 .594 .077 4.562

CR -.007 .007 .866 1 .352 .993 .979 1.007

SIZE .000 .000 1.612 1 .204 1.000 1.000 1.000

AGE -.070 .092 .570 1 .450 .933 .779 1.118

KAP 3.556 1.313 7.341 1 .007 35.034 2.674 458.969

ARL -.106 .038 7.524 1 .006 .900 .834 .970

Constant 8.580 3.072 7.799 1 .005 5.327E3

a. Variable(s) entered on step 1: LR, CR, SIZE, AGE, KAP, ARL.

Correlation Matrix

Constant LR CR SIZE AGE KAP ARL

Step 1 Constant 1.000 -.134 -.254 -.421 -.360 .495 -.926

LR -.134 1.000 .269 -.267 -.007 -.032 -.100

CR -.254 .269 1.000 .016 .231 -.037 .095

SIZE -.421 -.267 .016 1.000 -.219 -.593 .519

AGE -.360 -.007 .231 -.219 1.000 -.022 .121

KAP .495 -.032 -.037 -.593 -.022 1.000 -.547

ARL -.926 -.100 .095 .519 .121 -.547 1.000


(6)

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

4 ┼

┼ │ │ │ │ F │ │ R 3 ┼ 0

1 ┼

E │ 0

1 │

Q │ 0

1 │

U │ 0

1 │

E 2 ┼ 0 1

1 1 1 1 1 11┼

N │ 0 1

1 1 1 1 1 11│

C │ 0 1

1 1 1 1 1 11│

Y │ 0 1

1 1 1 1 1 11│

1 ┼ 0 0000 0 0 1 0 1 00 0 0 011

1 10 0 11 1 0 1 1 110 1111┼ │ 0 0000 0 0 1 0 1 00 0 0 011

1 10 0 11 1 0 1 1 110 1111│ │ 0 0000 0 0 1 0 1 00 0 0 011

1 10 0 11 1 0 1 1 110 1111│ │ 0 0000 0 0 1 0 1 00 0 0 011

1 10 0 11 1 0 1 1 110 1111│ Predicted ─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼─────────┼────── ───┼─────────┼─────────┼─────────┼────────── Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5

.6 .7 .8 .9 1

Group: 00000000000000000000000000000000000000000000000000111111 11111111111111111111111111111111111111111111

Predicted Probability is of Membership for 1 The Cut Value is .50

Symbols: 0 - 0 1 - 1


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI

0 79 6

Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambangan yang Terdaftar di BEI

1 70 81

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan

4 13 106

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PELAPORAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN DI BEI TAHUN 2009 - 2011.

0 7 28

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indones

0 2 19

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN GO PUBLIK DI Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Go Publik Di Pasar Modal: Bukti Empiris Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN GO PUBLIK DI Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Go Publik Di Pasar Modal: Bukti Empiris Bursa Efek Indonesia.

0 1 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2007.

0 3 8

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan di BEI).

0 0 6

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI

1 1 6