Hukum Terhadap Penerima Bilyet Giro

Dasar hukum penerbitan bilyet giro adalah SEBI No. 2832UPG dan SK Direksi Bank Indonesia No. 2832KEPDIR tanggal 10 Juli 1995 n SK Direksi Bank Indonesia No. 2832KEPDIR tanggal 10 Juli 1995 yang berlaku terhadap hubungan hukum yang terjadi antara penerbit, penerima, tertarik dan bank penerima. Perikatan dasar antara penerbit dengan penerima adalah penerbit wajib untuk menyediakan dana dan penerima berhak menerima dana yang tercantum dalam bilyet giro dengan cara pemindahbukuan. Di dalam hubungan hukum antara tertarik dan penerbit adalah sebagai pihak yang berbuat perintah pemindahbukuan, maka kewajibannya adalah menyediakan dana pada tertarik. Sedangkan tertarik atas dasar kuasa untuk melakukan pemindahbukuan memiliki kewajiban untuk melaksanakan kuasa atau perintah itu. Bank tertarik sebagai penyimpan dana dari penerbit menerima bilyet giro dari penerbit dan memindahkan dana tersebut dalam bilyet giro dengan nota kredit kepada bankir nasabah penerima dana, untuk dikreditkan ke rekening penerima yang namanya tercantum dalam bilyet giro tersebut. Hubungan hukum antara penerbit dengan penerima adalah penerbit berkewajiban menyediakan dana kepada tertarik untuk pemindahbukukan kedalam rekening penerima, dan penerima berhak untuk menerima pemindahbukuan sejumlah dana yang tercantum dalam bilyet giro kedalam rekeningnya. Hubungan hukum antar penerbit dengan tertarik adalah tertarik wajib melaksanakan perintah pemindahbukuan dari penerbitan jika dana tersebut telah tersedia, oleh karena itu penerbit wajib menyediakan dana ke dalam rekening penerima, dan penerima berkewajiban menerima dana yang akan dipindahbukukan tersebut. Hubungan hukum antara tertarik dengan bank penerima adalah tertarik akan memindahbukukan dana ke dalam rekening penerima yang namanya tercantum dalam bilyet giro, dan bank penerima akan memasukkanmembukukan dana tersebut ke dalam rekening penerima. Dalam hal bank penerbit dan bank penerima berlainan maka pemindahbukuan dilakukan melalui lembaga kliring. Kewajiban penyediaan dana oleh penerbit terkadang tidak terpenuhi sehingga bilyet giro menjadi kosong. Jika hal ini terjadi maka penerima bilyet giro akan dirugikan. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu ketentuan hukum yang memberikan perlindungan kepada penerima bilyet giro. Ketentuan-ketentuan hukum itu dapat berupa sanksi kepada penerbit yang melalaikan kewajibannya tersebut.

E. Peredaran, Penawaran, Penolakan Bilyet Giro

1. Peredaran Bilyet Giro

Praktek penerbitan dan peredaran bilyet giro terjadi pengalihan bilyet giro dari penerima pertama ke penerima berikutnya dilakukan dengan cara penyerahan dari tangan ketangan. Pengalihan ini dapat terjadi karena bilyet giro yang diterbitkan oleh penerbit sering tidak memuat nama penerima dan nama banknya bilyet giro blangko, kemudian penerima bilyet giro mengalihkan kepada penerima selanjutnya baru pada tanggal efektif penerima terakhir mengisikan namanya kemudian menawarkan bilyet giro tersebut kepada bank tertarik guna memperoleh pembayaran. Penerbitan bilyet giro blangko dikemungkinkan terjadi berdasarkan ketentuan angka 5 SEBI No. 2832AJPG|1995 yang menyebutkan bahwa : Pengisian surat perintah kepada bank tertarik guna melaksanakan apa yang diminta oleh nasabah penerbit harus jelas; lengkap dan tegas. Berhubungan pengisisan surai perintah cq. Pemindahbukuan tidak mutlak harus dilakukan oleh penerbit sendiri maka bank tertarik yang telah diisi lengkap dan terdapat tanda tangan penerbit yang sah tidak perlu diperiksa apakah pengisian itu dilakukan oleh penerbit atau bukan, karena warkat tersebut telah sah adanya. Adapun yang menjadi alasan pengalihan bilyet giro adalah sebagai berikut: a. Pengisian nama penerima pembayaran dalam prakteknya hanya dilakukan apabila penerima pertama bilyet giro menghendakinya. Dengan demikian apabila dalam pelaksanaan pembayaran, penerbit menerbitkan bilyet giro blangko dan penerima pembayaran bersedia menerimanya, maka secara implisit pihak-pihak menyetujui pengallihan bilyet giro kepada penerima berikutnya. b. Dalam peredaran bilyet giro dikenal tenggang waktu antara tanggal penerbitan dan tanggal efektif bilyet giro. Pada tenggang waktu itu dimungkinkan penerima bilyet giro memerlukan dana sedangkan bilyet giro tersebut belum dapat ditawarkan kepada bank tertarik sehingga bilyet giro tersebut dialihkan kepada penerima atau pihak lain yang bersedia menerimanya. c. Penerima bilyet giro tidak memiliki rekening giro atau simpanan dalam bentuk lain di suatu bank, maka untuk memperoleh pembayaran dengan pemindahbukuan penerima tersebut mengalihkan kepada pihak ketiga yang sudah menjadi nasabah Bank. d. Penerbit bilyet giro merupakan pelaksanaan pembayaran sejumlah uang yang dilakukan dengan menerbitkan surat berharga. Dengan demikian dalam hal terjadi pengalihan pihak penerima berikutnya bersedia menerima bilyet giro atau dasar kepercayaan kepada penerbit.

2. Penawaran Bilyet Giro

Tenggang waktu pada bilyet giro dikenal dua 2 jenis tenggang waktu yaitu, tenggang waktu dari tanggal penerbitan sampai pada tanggal efektif dan tenggang waktu dari tanggal efektif sampai berakhirnya waktu 70 hari. Kewajiban penerbit untuk menyediakan dana timbul pada saat amanat dalam bilyet giro menjadi efektif untuk dilaksanakan. Tenggang waktu dari tanggal penerbitan sampai pada tanggal efektif penerbit diberi kesempatan untuk menyediakan dana sebagi pelaksanaan kewajiban guna membayar bilyet giro dengan permindahbukuan. Sedangkan tenggang waktu dari tanggal efektif sampai akhirnya tenggang waktu 70 hari penerima bilyet giro mempunyai kesempatan untuk menawarkan kepada bank tertarik guna pemindah bukuan dana. Dalam tengang waktu ini setiap saat penerima bilyet giro dapat menawarkannya kepada bank tertarik, bank tertarik harus menerima untuk melakukan pemindahbukuan. Kedaluarsa dalam bilyet giro adalah 6 enam bulan terhitung mulai tanggal berakhirnya tenggang waklu penawaran. Dalam hal ini kewajiban penerbit menyediakan dana yang cukup dalam rekening pada tertarik sejak tanggal efektif habis karena kedaluarsa.