REGULASI BILYET GIRO DI INDONESIA

REGULASI BILYET GIRO DI INDONESIA
( Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia )

Oleh :
Agnes Calosa S
16116009
Manajemen Pemasaran

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KATOLIK DARMA CENDIKA
2017

REGULASI BILYET GIRO DI INDONESIA
Agnes Calosa S
Manajemen Pemasaran
Fakultas Ekonomi
Universitas Katolik Darma Cendika
Email : agnescalosa@gmail.com
ABSTRAK
Bilyet giro merupakan alat pembayaran moderen yang saat ini banyak digunakan
di Indonesia karena kemudahan dan keamanan dalam bertransaksi jual-beli

dengan nilai transaksi yang besar. Dengan bilyet giro masyarakat tidak lagi
khawatir membawa uang banyak ketika melakukan transaksi jual-beli. Namun,
lemahnya peraturan tentang penggunaan bilyet giro membuat pemilik rekening
giro tidak menjalankan syarat-syarat formal yang diberlakukan oleh Bank
Indonesia sebgai regulator perbankan di Indonesia. Akibatnya, terjadi
penyimpangan dari fungsi bilyet giro itu sendiri. Di bulan April 2017 ini, Bank
Indonesia menetapkan peraturan tentang standar pengisian bilyet giro sehingga
bilyet giro tetap pada fungsinya yaitu sebagai alat pembayaran dan bukan untuk
dipindahtangankan.
Kata kunci : Bilyet giro, alat pembayaran, syarat formal bilyet giro

A. PENDAHULUAN
Perkembangan usaha saat ini diiringi dengan perkembangan perbankan
sebagai lembaga keuangan yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana ke
masyarakat. Semakin pesatnya perkembangan perdagangan diiringi dengan
perkembangan perbankan karena masyarakat semakin berpikir praktis dan efisien
untuk membantu kelancaran lalu lintas pembayaran.
Uang sebagai alat pembayaran juga mengalami perkembangan, dahulu tukar
menukar barang dilakukan dengan cara barter selanjutnya muncullah uang sebagai
alat pembayaran sehingga proses tukar menukar barang menjadi efektif. Inovasi

dalam pembayaran juga terus dikembangkan oleh sistem perbankan untuk
mengantisipasi besarnya resiko dalam pembayaran tunai dengan jumlah yang
besar sehingga dikenal juga pembayaran non tunai dalam bentu surat berharga
karena memiliki kelebihan efisien,cepat dan aman.

Surat berharga dapat digunakan sebagai pembayaran kontan maupun alat
pembayaran kredit sehingga bersifat praktis maksudnya dalam setiap transaksi,
para pihak tidak perlu membawa mata uang dalam jumlah besar sebagai alat
pembayaran, melainkan cukup dengan mengantongi surat berharga saja. Ditinjau
dari segi keamanan juga lebih terjaga karena tidak setiap orang yang tidak berhak
dapat menggunakan surat berharga tersebut, karena pembayaran dengan surat
berharga memerlukan cara-cara tertentu, tentu saja hal ini berbeda apabila
menggunakan mata uang dalam jumlah besar dimana resikonya juga besar karena
rawan menjadi sasaran tindak kejahatan seperti perampokan, pencurian dengan
kekerasan maupun penipuan.
Salah satu inovasi dalam pembayaran non tunai adalah giro yaitu simpanan
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet
giro, sarana perintah pembayaran lainnya. Bilyet Giro merupakan jenis surat
berharga yang tidak diatur dalam KUHD, yang tumbuh dan berkembang dalam
praktik perbankan karena kebutuhan dalam lalu lintas pembayaran secara giral.

Bank Indonesia sebagai bank sentral mengatur dan memberi petunjuk cara
penggunaan Bilyet Giro.
Penggunaan bilyet giro semakin hari semakin meningkat bahkan dapat
diperkirakan melampaui penggunaan warkat lainnya. Semakin tingginya
penggunaan Bilyet Giro sebagai alat pembayaran tidak diiringi dengan pengaturan
secara tegas, hal ini berbeda dengan cek sebagai alat pembayaran giral yang telah
diatur dalam KUHD. Mengingat fungsi bilyet giro sebagai surat perintah nasabah
kepada bank untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang
bersangkutan kepada pihak penerima di bank yang sama atau di bank lain sangat
bermanfaat sebagai alat pembayaran, dirasakan pentingnya ketentuan dan
pengaturan mengenai prosedur penggunaan secara tegas dalam undang-undang.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Bilyet Giro
Bilyet giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank yang
memelihara giro nasabah yang bersangkutan untuk memindahbukukan
sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang
disebutkan namanya pada bank yang sama, atau bank lainnya. Dengan
demikian pembayaran dengan bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan
melalui endosemen.

Sama halnya dengan cek, bilyet giro juga dapat ditarik dari bank lain yang
bukan penerbit rekening giro proses penarikannya juga melalui kliring untuk
yang dalam satu kota dan inkaso untuk di luar kota atau luar negeri.
2. Landasan Hukum Bilyet Giro
Landasan hukum pengaturan Bilyet Giro terdapat pada Undang-Undang
Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998: “Giro adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan mengunakan cek, bilyet giro,
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan”
Kitab Undang-undang Hukum Dagang maupun Undang-undang tentang
perbankan tidak mengatur secara tegas syarat-syarat formal dan tata cara
penggunaan mengenai bilyet giro sebagai alat pemindahbukuan. Aturan
mengenai bilyet giro diatur dalam surat edaran yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia, antara lain :
1) Surat Edaran Bank Indonesia No. 4/670/UPPB/Pb tanggal 24 Januari 1972
yang disempurnakan dengan:
a) Surat Keputusan Direksi No. 28/32/KEP/DIR tanggal 4 Juli 1995
b) Surat Edaran No. 28/32/UPG tanggal 4 Juli 1995
c) Surat Edaran No. 2/10/DASP tanggal 8 Juni 2000


d) Surat Edaran Bank Indonesia No. SE 12/8/UPPB tentang cek/bilyet
giro kosong tanggal 9 Agustus 1979.
e) Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/32/DPSP perihal Bilyet Giro
3. Fungsi Bilyet Giro
Bilyet Giro merupakan surat berharga, dimana surat tersebut merupakan
surat perintah nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan
sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan pada pihak penerima yang
disebutkan namanya baik pada bank yang sama ataupun bank yang berbeda.

4. Penyimpangan terhadap Bilyet Giro
Seiring dengan permintaan pembayaran dengan menggunakan bilyet giro
membuat sebagian pemilik bilyet giro melanggar aturan dalam pembayaran
menggunakannya. Penyimpangan terhadap bilyet giro dapat berupa 2 cara
yaitu bilyet giro kosong atau tidak dipenuhinya syarat formal yang ditentukan
oleh Bank Indonesia.
Bilyet giro kosong dapat diartikan sebagai bilyet giro yang dibayarkan
kepada penerima dengan tidak adanya saldo yang tersedia direkening pemilik
giro atau rekening pemilik giro sudah tutup. Hal ini tentunya sangat
merugikan bagi pihak penerima pembayaran.Apabila giro tersebut ditarik di
bank yang sama dengan bank pemilik giro maka akan dikenakan sanksi

administrasi sesuai dengan ketentuan bank yang bersangkutan. Namun apabila
giro tersebut disetorkan ke bank yang berbeda dengan bank pemilik rekening
giro atau dapat disebut dengan sistem kliring, maka Bank Indonesia
menetapkan sanksi bagi pemilik rekening giro yang melakukan penarikan
bilyet giro yang saldonya tidak cukup tersedia di rekening akan tercatat

sebagai Daftar Hitam Nasional (DHN). Daftar Hitam Nasional ini merupakan
sanksi bagi pemilik rekening giro yang :
a. Melakukan penarikan cek/bilyet giro kosong yang berbeda sebanyak 3
(tiga) lembar atau lebih dengan nilai nominal masing-masing di bawah Rp
500.000.000,- (lima ratus juta tupiah) pada bank yang sama dalam jangka
waktu 6 (enam) bulan.
b. Melakukan penarikan cek/bilyet giro kosong 1 (satu) lembar dengan nilai
nominal Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau lebih.
Pencantuman identitas pemilik rekening giro kedalam DHN dilakukan
oleh Bank Tertarik dengan melaporkan sendiri secara online kepada Bank
Indonesia.

Kemudian


Bank

Indonesia

akan

menerbitkan

atau

mempublikasikan DHN melalui Sistem Informasi Daftar Hitam Nasional
(DHN) yang dapat diakses oleh seluruh Bank Umum di seluruh Indonesia.
Apabila pemilik rekening giro masuk DHN, maka akan dikenakan sanksi
sebagai berikut:
a. Pembekuan hak atau hilangnya hak nasabah atas penggunaan cek/bilyet
giro selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penerbitan DHN oleh Bank
Tertarik dan Bank lainnya di seluruh Indonesia.
b. Pembekuan hak penggunaan cek dan/atau bilyet giro tidak menyebabkan
penutupan rekening giro pemilik rekening sehingga pemilik rekening
masih dapat menggunakan sarana lain diluar cek/bilyet giro misalnya form

transfer dana atau slip penarikan tunai.
c. Pembekuan hak penggunaan cek/bilyet giro dilakukan untuk seluruh
rekening giro yang dimiliki oleh pemilik rekening baik berupa rekening
giro perorangan, rekening giro gabungan maupuan rekening giro yang
dimaksudkan hanya untuk menampung kredit/pinjaman.

Jika pemilik rekening giro yang masuk DHN melakukan penarikan
kembali cek/bilyet giro kosong, maka akan diberikan sanksi lebih berat lagi,
yaitu:
a. Seluruh rekening giro pemilik rekening di Bank Tertarik akan ditutup
b. Bank Tertarik akan mencantumkan kembali identitas pemilik rekening
dalam DHN periode berikutnya, yang mengakibatkan pembekuan hak atas
penggunaan cek/bilyet giro bertambah lama.
Bank dapat melakukan pembatalan identitas pemilik rekening yang masuk
DHN (rehabilitasi DHN) apabila terbukti:
a. terdapat kesalahan administrasi yang dilakukan oleh Bank tertarik
b. kewajiban pemilik rekening atas penarikan cek atau bilyet giro kosong
kepada Pemegang telah dipenuhi dalam jangka waktu 7 hari kerja setelah
tanggal penolakan
c. terdapat putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap

yang menyatakan bahwa Bank harus membatalkan penolakan cek dan/atau
bilyet giro kosong
d. keadaaan darurat yang mengakibatkan pemilik rekening tidak dapat
memenuhi kewajibannya atas penarikan cek dan/atau bilyet giro kosong
e. pembayaran atau pemindahbukuan dari cek atau bilyet giro kosong
diperuntukan bagi pemilik rekening itu sendiri
Selain bilyet giro kosong,ada pelanggaran lain yang sering dilanggar oleh
pemilik rekening giro yaitu syarat formal dalam penulisan bilyet giro. Bilyet
Giro harus memenuhi syarat formal sebagai berikut:
a) nama “Bilyet Giro” dan nomor Bilyet Giro
b) nama Bank Tertarik
c) perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindahbukukan sejumlah
dana atas beban Rekening Giro Penarik
d) nama dan nomor rekening Penerima
e) nama Bank Penerima
f) jumlah dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam
huruf secara lengkap

g) Tanggal Penarikan
h) Tanggal Efektif

i) nama jelas Penarik

j) tanda tangan Penarik.
5. Peraturan Bank Indonesia tentang Bilyet Giro
Peraturan mengenai penggunaan Bilyet Giro telah mengalami beberapa
penyempurnaan

agar

bilyet

giro

tersebut

tidak

menimbulkan

penyimpangan yang lebih banyak. Belakangan ini Bank Indonesia sebagai

badan regulator perbankan di Indonesia mengeluarkan surat edaran tentang
bilyet giro yang mulai berlaku sejak tanggal 1 April 2017. Dalam surat
FFfedaraniiii Bank Indonesia AZsswe menegaskan tentang fungsi dan
syarat formal dalam bilyet giro.
Peraturan ini kembali ditegaskan oleh Bank Indonesia dikarenakan
banyaknya penyimpangan terhadap bilyet giro yang dipindahtangankan. Hal
0020ini justru bertentangan dengan fungsi giro,yaitu sebagai sarana perintah
pemindahbukuan dan tidak dapat dipindahtangankan.

6. Dampak positif dan negatif terhadap peraturan Bank Indonesia
tentang Bilyet Giro

C. SIMPULAN
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-bilyet-giro-fungsitujuan.html
http://www.bi.go.id/id/peraturan/sistempembayaran/Pages/SE_183216.as
px