Prosedur Pengumpulan Data Pengujian Hipotesis

3.7.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, maka dapat dilakukan analisis grafik atau dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Selain itu, untuk memastikan kehandalan hasil uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov Smirnov K-S. Apabila nilai Asymp Sig lebih dari 0,05 maka data terdistribusi normal Ghozali, 2005.

3.7.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2005. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi - Y sesungguhnya yang telah di-studentize. Selain itu untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitasnya penelitian ini menggunakan uji Glejser dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2005 3.7.3.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan menguji nilai Durbin-Watson dengan syarat du DW 4 – du Ghozali, 2005.

3.7.3.4 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol Ghozali, 2005. Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model regresi salah satunya adalah dengan melihat nilai tolerance dan lawannya, dan Variance Inflation Factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1Tolerance dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10. Bila nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10, berarti tidak ada multikolinearitas antar variabel dalam model regresi Ghozali, 2005.

3.8 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dengan menggunakan alat statistik SPSS Statistical Product and Service Solutions. Dalam menguji hipotesis dikembangkan suatu persamaan untuk menyatakan hubungan antar variabel terikat dependen yaitu Y kinerja pemerintah daerah dengan variabel bebas independen yaitu X partisipasi anggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda yang diformulasikan sebagai berikut: Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + ε Keterangan: Y = Kinerja pemerintah daerah X 1 = Partisipasi dalam Penganggaran X 2 = Peran manajemen publik pengelola keuangan daerah β 1 = Koefisien regresi partisipasi dalam penganggaran β 2 = Koefisien regresi peran manajemen publik pengelola keuangan daerah ε = Error of Estimation α = Konstanta. H 1 dan H 2 diuji dengan membandingkan tingkat signifikansi t dengan 0,05 á = 5. Apabila tingkat signifikansi t ≤ 0,05, maka hipotesis diterima dan apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka hasil analisis tersebut dinyatakan signifikan. Hal ini berarti bahwa partisipasi dalam penganggaran berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pemerintah KabupatenKota, dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pemerintah KabupatenKota.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan dan Implikasi

5.1.1 Kesimpulan Penelitian ini berisikan suatu model yang menguji pengaruh partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah. Dari hasil pengujian regresi berganda dengan menggunakan alat bantu SPSS, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Partisipasi dalam penganggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi yang tinggi dalam penganggaran, maka kinerja pemerintah daerah akan semakin meningkat 2. Peran manajemen publik pengelola keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal ini disebabkan karena pengelolaan keuangan yang baik dalam SKPD membantu unit kerja dalam mencapai kinerja memperlihatkan kinerja manajerial yang baik pula.

5.1.2 Implikasi

Studi ini setidaknya diharapkan dapat memberi masukan kepada pengelola keuangan daerah bahwa pentingnya partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik yang dimiliki oleh pejabat pengelola keuangan daerah, guna mendorong tercapainya kinerja pemerintah daerah yang semakin baik. Hasil penelitian ini setidaknya dapat memotivasi penelitian selanjutnya di masa yang akan datang terutama yang berkaitan dengan kinerja pemerintah daerah atau organisasi sektor publik lainnya.

5.2 Keterbatasan

Meskipun penelitian ini telah dirancang dengan baik, namun masih terdapat beberapa keterbatasan yang kemungkinan memengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Metode survei yang digunakan dalam penelitian ini tanpa dilengkapi dengan wawancara atau pertanyaan secara lisan. Jawaban responden belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan kemungkinan akan berbeda jika data diperoleh dengan cara wawancara 2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur semua variabel yaitu partisipasi dalam penganggaran, peran manajemen publik pengelola keuangan daerah dan kinerja pemerintah daerah dalam penelitian ini mengacu pada pengukuran diri sendiri self rating. Sehingga cenderung menimbulkan leniency bias kemurahan hati dalam menilai kinerja sendiri

5.3 Saran

Dari keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja SKPD maupun pemerintah daerah pada umumnya sebaiknya pemerintah daerah menerapkan anggaran partisipatif, agar para anggota SKPD memiliki motivasi untuk mencapai tujuan organisasi dan pemerintah daerah pada umumnya 2. Penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan penemuan ukuran variabel yang lebih objektif agar tidak menghasilkan hasil pengukuran variabel yang lebih tinggi dari yang sebenarnya 3. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan laporan keuangan SKPD untuk mengukur kinerja keuangan kuantitatif 4. Penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan multi kolinearitas yang terjadi antara kedua variabel independen, karena partisipasi dalam penganggaran merupakan bagian dari peran manajemen publik 5. Disamping itu juga penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel independen baru yaitu komitmen organisasi, serta menambahkan budaya organisasi sebagai variabel moderating . Hal ini disebabkan karena komitmen organisasi setiap individu berbeda-beda yang dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk budaya organisasi di mana mereka bekerja.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris di Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Malang)

1 12 25

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Provinsi Papua Barat)

0 8 15

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJEMEN PUBLIK PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung)

0 12 71

PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung)

2 23 65

PENGARUH KOMPETENSI PENGELOLA KEUANGAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara)

1 2 8

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH.

1 2 12

PENGARUH PEMAHAMAN ATAS SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PERAN PENGAWAS FUNGSIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Aceh di Pemerintah Aceh)

0 0 10

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, MOTIVASI DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

1 4 8

I. Pendahuluan - PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi Pada Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kab. Ciamis)

0 0 10