PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJEMEN PUBLIK PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung)

(1)

ABSTRACT

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJEMEN PUBLIK PENGELOLA KEUANGAN

DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah

Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung) By

Muhammad Danepo

This research aims to analyze the effect of budgetary participation and the role of public management of district financial manager influences district government performance. In previous research, the effect of both independent variables to dependent variable has measured qualitatively (non-financial) with primary data based on employee’s perception. In this research, performance measuring is supported by financial data that is Budgetary Realization Report (LRA) in 2009 – 2011, and the research objects are destricts in Lampung Province.

Population in tihs research are district financial managers in Lampung Province. Collecting data using probability multistage sampling technique. Primary data consisting of 145 respondents, which divided into two, three, and four echelon employees who work in district governments. The method for analyzing data is multiple regression. Whereas, to analizing the quantitative data is using district financial performance ratio which are efficiency ratio, effectivity ratio, activity ratio, and district autonomy ratio.

The result of this study demonstrated that variable of budgetary participation and the role of public management of district financial manager had significantly positive effected district government performance. Thus, in arranging the budgetary need to involving all of employees, and the district financial manager should has the role of public management so that can managing all of the resources to achieve the goals.

Keywords: Budgetary participation, district financial manager, the role of public management, district government, performance.


(2)

DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah

Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung) Oleh

Muhammad Danepo

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah. Pada penelitian sebelumnya, pengaruh kedua variabel independen terhadap variabel dependen hanya diukur secara kualitatif dengan data primer yang diperoleh berdasarkan persepsi pegawai. Oleh karena itu sebagai pengembangan dari penelitian sebelumnya, pada penelitian ini pengukuran kinerja pemerintah daerah ditunjang dengan data sekunder (kuantitatif) berupa Laporan Realisasi Anggaran tahun 2009 – 2011, dan objek penelitian meliputi Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung.

Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat pengelola keuangan daerah di Provinsi Lampung. Teknik pemilihan sampel menggunakan probability multistage sampling. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan responden pejabat eselon dua, tiga dan empat sebanyak 145 orang yang bekerja di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang menjadi sampel. Metode untuk menganalisis data primer menggunakan regresi linier berganda. Sedangkan untuk menganalisis data kuantitatif menggunakan rasio kinerja keuangan daerah yang terdiri dari rasio efisiensi, rasio efektivitas, rasio aktivitas, dan rasio kemandirian daerah.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Oleh karena itu, dalam menyusun anggaran sebaiknya harus memperhatikan keterlibatan semua anggota, dan pejabat pengelola keuangan daerah sebaiknya memiliki peran manajemen publik agar mampu mengelola sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan.

Kata kunci : Partisipasi dalam penganggaran, pengelola keuangan daerah, peran manajemen publik, pemerintah daerah, kinerja.


(3)

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJEMEN PUBLIK PENGELOLA KEUANGAN

DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah

Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung) (Skripsi)

Muhammad Danepo

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

(Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung)

Oleh

Muhammad Danepo

Skripsi

Sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(5)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoretis ...Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoretis ... 29 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas (Grafik Normal Plot) ... 53 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 55


(6)

DAFTAR ISI

... Halaman

SANWACANA ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Teori Keagenan ... 10

2.1.2 Teori Prospek ... 11

2.1.3 Teori Penetapan Tujuan ... 12

2.1.4 Pengertian dan Fungsi Anggaran Daerah Sektor Publik ... 13


(7)

ii

2.1.6 Peran Manajemen Publik Pengelola Keuangan

Daerah ... 19

2.1.7 Kinerja Pemerintah Daerah ... 22

2.2 Penelitian Sebelumnya ... 24

2.2.1 Pengaruh Partisipasi dalam Penganggaran ... 24

2.2.2 Pengaruh Peran Manajemen Publik Pengelola Keuangan Daerah... 26

2.2.3 Kinerja ... 27

2.3 Kerangka Pemikiran Teoretis ... 28

2.4 Pengembangan Hipotesis ... 29

2.4.1 Pengaruh Partisipasi dalam Penganggaran terhadap Kinerja Pemerintah Daerah... 29

2.4.2 Pengaruh Peran Manajemen Publik Pengelola Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah ... 30

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Desain Penelitian ... 32

3.2 Instrumen Penelitian ... 32

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 33

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 35

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.6 Prosedur Pengumpulan Data ... 39

3.7 Teknik Analisis ... 39

3.7.1 Statistik Deskriptif ... 39

3.7.2 Uji Kualitas Data ... 39


(8)

3.7.3.1 Uji Normalitas ... 41

3.7.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 41

3.7.3.3 Uji Autokorelasi ... 42

3.7.3.4 Uji Multikolinearitas ... 42

3.8 Pengujian Hipotesis ... 43

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Deskripsi Data ... 45

4.2 Profil Responden ... 46

4.3 Statistik Deskriptif ... 47

4.4 Analisis Pengujian Kualitas Data ... 49

4.4.1 Hasil Pengujian Validitas ... 49

4.4.2 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 51

4.5 Analisis Pengujian Asumsi Klasik ... 52

4.5.1 Hasil Pengujian Normalitas ... 52

4.5.2 Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 53

4.5.3 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 54

4.5.4 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 55

4.6 Pengujian Model Regresi ... 56

4.7 Pengujian Koefisien Determinasi ... 56

4.8 Pengujian Hipotesis dan Interpretasi Hasil ... 57

4.8.1 Pengujian Hipotesis Pertama dan Interpretasi Hasil 58

4.8.2 Pengujian Hipotesis Kedua dan Interpretasi Hasil ... 59

4.9 Analisis Rasio Kinerja Keuangan Daerah ... 61

4.9.1 Hasil Pengujian Rasio Efisiensi ... 62

4.9.2 Hasil Pengujian Rasio Efektivitas ... 62


(9)

iv

4.9.4 Hasil Pengujian Rasio Kemandirian ... 63

4.9.5 Interpretasi Hasil Rasio Kinerja Pemerintah Daerah terhadap Hasil Hipotesis ... 64

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan dan Implikasi ... 65

5.1.1 Kesimpulan ... 65

5.1.2 Implikasi ... 66

5.2 Keterbatasan ... 66

5.3 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Administrasi Penelitian Lampiran 3 Profil Responden

Lampiran 4 Tabulasi Jawaban Responden Lampiran 5 Hasil Uji Statistik Deskriptif Lampiran 6 Hasil Uji Kualitas Data Lampiran 7 Hasil Uji Asumsi Klasik Lampiran 8 Hasil Analisis Regresi


(11)

i

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Analisis Pengembalian Kuesioner ... Halaman Halaman

Tabel 4.1 Hasil Analisis Pengembalian Kuesioner ... 45

Tabel 4.2 Profil Responden ... 47

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 48

Tabel 4.4 KMO and Bartlett’s Test ... 49

Tabel 4.5 Analisis Faktor ... 50

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas ... 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas ... 51

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas ... 52

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 54

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi... 54

Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 55

Tabel 4.12 Hasil Uji Model Regresi... 56

Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 57

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis ... 57

Tabel 4.15 Hasil Uji Rasio Efisiensi ... 62

Tabel 4.16 Hasil Uji Rasio Efektivitas ... 62

Tabel 4.17 Hasil Uji Rasio Aktivitas ... 63


(12)

(13)

(14)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu

urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu

berharap” (Q.S Alam Nasyrah: 5-8)

“Orang-orang yang beriman dan berilmu, Tuhan

meninggikan posisinya beberapa derajat”

(Q.S Al Mujadillah, 59: 11)

“Selalu bersyukur dengan nikmat yang ada dan terus lakukan

yang terbaik untuk mendapatkan lebih dari nikmat yang

sekarang“ (Muhammad Danepo)

“As the accounting principles, we have to get balancing,

consistency, and going concern oriented in our life”


(15)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan bahwa sesungguhnya dalam skripsi ini tidak terdapat tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dengan tidak memberikan pengakuan penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Bandar Lampung, 20 Mei 2013


(16)

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

Papa

Papa

Papa

Papa dan Mama

dan Mama

dan Mama

dan Mama

Yang selama ini selalu memberikan kasih sayang, cinta,

dukungan, nasihat, ketulusan dan doa yang tidak pernah

putus hingga aku dapat menyelesaikan kuliahku

Sahabat dan Rekan

Sahabat dan Rekan

Sahabat dan Rekan

Sahabat dan Rekan----rekan

rekan

rekan Mahasiswa

rekan

Mahasiswa

Mahasiswa

Mahasiswa

Yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi

Serta

Almamater tercinta

Almamater tercinta

Almamater tercinta

Almamater tercinta


(17)

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Danepo, lahir di Bandar Lampung pada tanggal 09 Februari 1991 meskipun pada ijazah tertulis lahir pada tanggal 08 Desember 1991. Anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Bapak M. Soni B.F dan Ibu Laila Wirdaningsih.

Pendidikan formal dimulai sejak di bangku Taman Kanak-kanak (TK) di R.A Al Islamiyah Menggala lulus pada tahun 1996.Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar (SD)di SDN Lebuh Dalam Menggala pada tahun 2003, menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Menggala pada tahun. Selanjutnya, pendidikan menengah atas dilanjutkan di SMAN 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2009. Penulis masuk dan terdaftar menjadi mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2009.

Selama menjadi mahasiswa, penulis bergabung menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Himakta) dan UKMF Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) FEB Unila. Pada tahun 2011 – 2012 mendapat amanah dari UKMF KSPM untuk menjadi Kepala Bidang Pendidikan dan Pengkaderan, dan menjadi Dewan Pembina pada tahun 2012 – 2013.Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kelurahan Kota Karang, Bandar Lampung.


(18)

SANWACANA

Bismillahirohmannirrahim.

Puji dan syukur atas karunia Allah SWT dengan kemurahan-Nya, sehingga

saya bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Partisipasi dalam Penganggaran dan Peran Manajemen Publik Pengelola Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung)”.

Skripsi ini disusun dengan semangat untuk memberikan sumbangsih terhadap pengembangan penelitian, khususnya bidang akuntansi sektor publik. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap agar karya ini tetap memberikan sedikit kontribusi untuk penelitian selanjutnya. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, masukan dankontribusi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapanterima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(19)

ii

3. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si, Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Lampung. Terimakasih atas pelayanan yang telah diberikan selama penulis mengikuti studi di Jurusan Akuntansi.

4. Bapak Sudarajat, S.E., M.Acc., Akt., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi sekaligus selaku Dosen Pembahas. Terimakasih atas pelayanan administrasi yang diberikan, kritik dan saran kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini, serta pengalaman yang telah diberikan selama ini sangat berguna bagi penulis.

5. Bapak Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt., selaku Dosen Pembimbing Utama. Terimakasih atas waktu, saran, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini, serta pengalaman yang telah diberikan selama ini sangat berguna bagi penulis.

6. Ibu Ninuk Dewi K, S.E., M.Sc., Akt., selaku Dosen Pembimbing Kedua. Terimakasih atas waktu, saran, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telahmembimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuhstudi.

8. Seluruh karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yangtelah banyak membantu penulis selama bergabung bersama civitasakademika Universitas Lampung.


(20)

9. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak M. Soni B.F dan Ibu Laila Wirdaningsih, terima kasih banyak atas semangat, nasihat, kasih sayang, doa, dan dukungannyaselama ini.

10. Kakak-kakak dan adik-adikku, Ses Tara, Kiyai Cheri, Adek Rama, Adek Putri dan Adek Riski yang telah memberikan semangat dan bantuan yang tak henti.

11. Ibu Herminingsih yang telah memberikan pencerahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku, Ones, Ari dan Ray. Terimakasih atas kebersamaan dan waktu yang indah, serta dukungan yang tak henti.

13. Teman-teman baikku, Aan, Reza, Dedy, Harun, Zaki, Bety, Seli, Yeni, David, Fikri, Leo, Meli, Nana, Siska, Fanny, Atika, Dwi, Ivana, Winda, CiciRiris, Heditia, Monica, Dara. Terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.

14. Teman-teman baikku di UKMF KSPM, Dhytha, Ratih, Putri, Jalal, Hadi, Aji, Nova, Dias, Aru, Deni, Bowo. Terimakasih kerjasama dan dukungannya selama ini.

15. Teman-teman angkatan 2009, Rama, Benawa, Nuel, Tirta, Ridwan, Endah, Ane, Uli, Ayu, Ine, Febty, Martha, Shifa, dan seluruh teman-teman Akuntansi 2009 yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terimakasih atas kerjasamanya selama ini.


(21)

iv

16. Kakak-kakak tingkatku, Hendy, Ferdy, Deni, Umar, Kamal, Febri, Radella, Yunita, Niar, Erni, Rina. Terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya selama ini, serta pengalaman yang telah dilalui bersama. 17. Adik-adik tingkatku, Nurul, Ayu, Shela, Ira, Devy, Dila, Eka, Dianti, Irvia,

Echa, Farah, Arlenti, Anas, Satria, Kartono, Deri, Cinta, Putri. Terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.

18. Para responden di Pemerintah Daerah Bandar Lampung, Tulang Bawang, Lampung Timur, dan Tulang bawang Barat. Terimakasih atas partisipasi dan dukungannya.

19. Serta kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga Tuhan melimpahkan berkah dan rahmat-Nya bagi Bapak, Ibu, dan saudara-saudari sekalian.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dan akan memberikan suatu sumbangsih bagi Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 20 Mei 2013


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan akuntansi pada sektor publik menuju ke arah yang lebih fleksibel dewasa ini telah menjadi sebuah kebutuhan bagi setiap penyelenggara pemerintah dalam pelaksanaan keuangan daerah. Kebutuhan tersebut berasal dari tuntutan pengguna laporan akuntansi yang menginginkan sebuah laporan akuntansi yang lebih informatif dan dapat menyediakan informasi penuh (full disclosure) atas kinerja pemerintah berupa transparansi laporan kinerja tahun anggaran ke publik. Tujuannya agar tidak terjadi kesesatan dalam menelaah hasil kinerja yang

disebabkan karena kesalahan informasi atau asymmetric information. Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat akan mendorong pemerintah dalam

menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, secara transparan dan akuntabel seiring dengan pengaruh globalisasi yang menuntut adanya keterbukaan kepada publik.

Tujuan pemerintah daerah tidak terlepas dari proses pengelolaan keuangan daerah yang memiliki fungsi dalam mengelola berbagai sumber daya dan kekayaan yang ada. Salah satu masalah penting dalam proses pengelolaan keuangan pemerintah adalah anggaran yang merupakan suatu rencana kerja jangka pendek yang disusun


(23)

1

berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan anggaran. Menurut Kennis (1979) anggaran merupakan pernyataan mengenai apa yang diharapkan dan direncanakan dalam periode tertentu di masa yang akan datang. Optimalisasi anggaran harus dilakukan secara ekonomis, efisien dan efektif (value for money) dalam rangka pertanggungjawaban publik. Fakta yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa proses pengelolaan keuangan daerah masih kurang memadai. Hal ini terlihat dalam anggaran pemerintah daerah di mana belanja daerah belum mampu berperan dalam memaksimalkan laju pertumbuhan di daerah.

Salah satu cara dalam meningkatkan kualitas anggaran yang dibuat adalah melalui partisipasi dalam menetapkan rencana kegiatan. Oleh karena itu, diperlukan peran dan partisipasi dari semua anggota pemerintah untuk membuat suatu perencanaan keuangan yang dituangkan dalam anggaran pemerintah daerah. Melalui partisipasi anggaran, para bawahan yang merasa aspirasinya dihargai dan mempunyai

pengaruh pada anggaran yang disusun akan lebih memiliki rasa tanggung jawab dan konsekuensi moral guna meningkatkan kinerjanya sesuai yang ditargetkan dalam anggaran. Kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, anggaran yang telah disusun secara partisipatif kemudian disahkan dengan para manajer dari setiap divisi dan pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi, manajemen puncak menciptakan berbagai divisi tanggung jawab atau dikenal dengan pusat pertanggungjawaban.


(24)

dimiliki oleh para pejabat pengelola keuangan yang diharapkan dapat menyatukan semua persepsi para pegawainya. Selain itu peran manajemen publik juga

diperlukan dalam melaksanakan semua kegiatan dari suatu program anggaran yang telah ditetapkan sehingga dapat direalisasikan dengan baik dan akan berpengaruh terhadap ukuran kinerja pemerintah daerah dalam satu periode anggaran. Kinerja pemerintah daerah sebagai akibat dari pengaruh partisipasi anggaran dan peran manajemen publik adalah ukuran seberapa signifikan

pengaruh kedua variabel tersebut terhadap kemampuan pemerintah daerah dalam mewujudkan tujuan dan targetnya. Adanya tekanan eksternal memotivasi

pemerintah untuk belajar secara berkesinambungan mengevaluasi kinerja pemerintah yang sesuai dengan tuntutan warga negaranya. Semua strategi yang harus dikembangkan atau diperbaiki perlu dilihat sebagai satu kesatuan dalam sebuah sistem, yang apabila dibenahi salah satunya akan dapat memengaruhi yang lainnya. Jika dicermati, hal ini menyangkut proses pemerintah daerah dalam upaya penyediaan input (semua resources yang dibutuhkan), proses (penerapan teknik dan metode yang tepat), feedback (perbaikan input dan proses), dan lingkungan (penciptaan situasi dan kondisi yang kondusif).

Berbagai masalah berkaitan dengan penyusunan anggaran seperti partisipasi, kesenjangan anggaran, peran manajemen publik, kinerja dan hal lainnya, telah menjadi fokus banyak peneliti khususnya dalam domain akuntansi keperilakuan. Penelitian-penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Kenis (1979), Brownell dan McInnes (1986), Russel dan Russel (1992) dan Indriantoro (1993). Penelitian tentang anggaran dengan mengadopsi pendekatan kontijensi antara lain oleh


(25)

3

Brownell (1980), Charpentier (1998), serta Chong dan Chong (2000) dalam Herminingsih (2009).

Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi anggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah telah dilakukan oleh Herminingsih (2009). Herminingsih melakukan survei pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Demak tentang pengaruh partisipasi dalam penganggaran dan peran manajerial pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah. Hasil penelitian menunjukkan partisipasi anggaran

berpengaruh positif 2,920 pada tingkat signifikansi 0,005 terhadap kinerja pemerintah daerah, sedangkan pengaruh peran manajemen publik pengelola keuangan daerah sebesar 2,222 pada tingkat signifikansi 0,029 yang

mengindikasikan bahwa peran manajemen publik yang semakin baik dilakukan oleh pejabat pengelola keuangan daerah (pengguna anggaran/barang dan kuasa pengguna anggaran/barang) akan meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan setiap program-program yang ditetapkan daerah. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian sebelumnya, partisipasi anggaran berpengaruh lebih signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah dibandingkan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah.

Sebagai negara yang besar dan multikultural, setiap daerah di Indonesia memiliki perbedaan dan keunikan masing-masing baik dari lingkungan alam dan geografis, maupun lingkungan politik, sosial dan budaya. Menurut Halim (2008) perbedaan tersebut menjadi faktor yang sangat memengaruhi lingkungan pemerintah daerah khususnya dalam penyelenggaraan tata kelola keuangan daerah, yang nantinya


(26)

dapat disimpulkan bahwa kinerja Pemerintah Kabupaten Demak yang telah dilakukan oleh Herminingsih (2009) tidak dapat dijadikan sebagai gambaran umum kinerja setiap pemerintah daerah di Indonesia. Oleh karena itu, dengan melihat dan mereplikasi penelitian dari Herminingsih (2009), diharapkan penelitian ini dapat lebih lanjut meneliti pengaruh kedua variabel tersebut terhadap kinerja pemerintah di daerah lain.

Untuk meneliti pengaruh partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah, penelitian ini mengambil objek pada Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung. Provinsi Lampung terbagi menjadi lima belas Pemerintah Kabupaten/Kota yang merupakan hasil dari pemekaran wilayah sampai saat ini. Kabupaten termuda yakni Kabupaten Pesisir Barat dan yang tertua yakni Kota Bandar Lampung.

Tentunya terdapat perbedaan dalam pengimplementasian sistem pengelolaan keuangan setiap Pemerintah Kabupaten/Kota yang sesuai dengan Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP) hal ini disebabkan kurangnya personel pemerintah sebagai akibat ketidakmampuan dalam menyerap sumber daya yang dibutuhkan. Sebagai pemerintahan yang baru dibentuk, diperlukan penyesuaian dalam

melaksanakan kegiatan daerah, salah satunya dalam proses penyusunan anggaran. Selain itu, perlu dilakukan pengokohan peran dan fungsi pengelolaan keuangan daerah agar dapat meningkatkan kinerjanya sesuai dengan tujuan pemerintah daerah. Namun, tidak menutup kemungkinan pula bahwa pemerintahan baru tersebut dapat mapan atau bahkan lebih maju dibandingkan pemerintahan yang


(27)

5

telah lama dibentuk dalam menyelenggarakan tata kelola keuangan yang baik, sehingga berdampak positif terhadap kinerja pemerintah daerah. Salah satunya yang mengindikasikan hal tersebut ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan laporan keuangan Pemerintah Daerah Otonomi Baru dengan opini wajar yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Berdasarkan uraian di atas, yang menarik untuk diperhatikan adalah kenyataan bahwa terjadi perbedaan pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung, terutama antara Pemerintah Kabupaten yang tergolong Daerah Otonomi Baru dengan Pemerintah Kabupaten/Kota yang sudah lama terbentuk. Maka yang menjadi pertanyaan, apakah hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah. Berdasarkan alasan tersebut maka penelitian ini ingin menguji lebih jauh tentang pengaruh partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah dengan objek penelitian pada SKPD Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung.

1.2Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan masalah, agar masalah yang diteliti dapat fokus dan tidak meluas. Maka batasan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada beberapa pemerintah daerah yang dapat mewakili seluruh Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung

2. Penyebaran kuesioner dilakukan pada setiap SKPD yang mewakili pusat pertanggungjawabannya yaitu pusat belanja, pusat pendapatan, pusat pelayanan publik, dan pusat administrasi


(28)

anggaran/barang, dan pejabat satu tingkat di bawah kepala SKPD selaku kuasa pengguna anggaran

4. Kinerja pemerintah yang diukur dalam penelitian ini adalah kinerja non-keuangan secara kualitatif melalui penyebaran kuesioner dan kinerja kuantitatif dengan menggunakan rasio keuangan daerah.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu (Puspaningsih (1998), Herminingsih (2009), Ramandei (2009), dan Hehanusa (2010)) dan fakta empiris yang ada, penelitian ini mencoba meneliti pengaruh partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah. Hasil penelitian Puspaningsih (1998) menyebutkan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja manajer diperlukan partisipasi dalam penyusunan anggaran. Sedangkan Herminingsih (2009) menyoroti bahwa selain partisipasi dalam penganggaran diperlukan pula peran manajerial pengelola keuangan daerah dalam usaha mencapai tujuan pemerintah daerah. Berangkat dari uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah partisipasi dalam penganggaran berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah

2. Apakah peran manajemen publik pengelola keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.


(29)

7

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan pokok yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Pengaruh partisipasi dalam penganggaran terhadap kinerja pemerintah daerah 2. Pengaruh peran manajemen publik pengelola keuangan daerah terhadap

kinerja pemerintah daerah.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat memberikan kontribusi dalam menambah literatur mengenai pengaruh antara partisipasi anggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah

2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka meningkatkan kinerjanya

3. Dapat menambah wacana tentang penerapan anggaran kinerja organisasi sektor publik, yang selanjutnya dapat dijadikan informasi tambahan atas penelitian sejenis di masa mendatang.


(30)

Penulisan dalam penelitian ini disusun dalam lima bagian, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, batasan maslah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistemetika penulisan.

BAB II Tinjauan kepustakaan. Bab ini membahas mengenai tinjauan pustaka yang berkaitan dengan landasan teori, penelitian sebelumnya, kerangka pemikiran teoretis dan hipotesis penelitian.

BAB III Metodologi penelitian. Bab ini membahas mengenai desain penelitian, populasi, sampel, besar sampel dan teknik pemilihan sampel, variabel penelitian dan definisi operasional variabel, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini membahas data penelitian, hasil penelitian serta pembahasan atas hasil penelitian.

BAB V Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dan implikasi atas hasil penelitian yang dilakukan dan saran yang ditujukan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dalam upaya meningkatkan pelayanan publik, serta untuk perbaikan penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.


(31)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) – Teori Utama

Teori Utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori keagenan. Teori keagenan menjelaskan hubungan prinsipal dan agen yang salah satunya berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori

prinsipal-agen menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak baik secara implisit maupun eksplisit dengan pihak lain (agent) agar agen akan melakukan pekerjaan seperti yang dinginkan oleh prinsipal (dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang). Dengan kontrak tersebut, masalah yang sering terjadi dengan agen akan dapat diminimalisasi.

Berdasarkan teori agensi, digambarkan bahwa hubungan rakyat dengan

pemerintah dapat dikatakan sebagai hubungan keagenan, yaitu hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan oleh rakyat (sebagai principal) yang menggunakan pemerintah (sebagai agent) untuk menyediakan jasa yang menjadi kepentingan rakyat (Jensen & Meckling , 1976). Rakyat akan mengawasi perilaku pemerintah dan menyelaraskan tujuan yang diinginkan dengan tujuan


(32)

pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya yang diamanahkan kepada pemerintah melalui pelaporan keuangan secara periodik. Legislatif sebagai wakil rakyat dalam mengukur, menilai sekaligus mengawasi kinerja pemerintah , sehingga dapat dilihat sejauh mana pemerintah telah bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2.1.2 Teori Prospek (Prospect Theory) Teori Pendukung

Teori pendukung yang mendukung penelitian ini yang pertama adalah teori prospek. Berdasarkan Prospect theory yang dikembangkan oleh dua ilmuwan Amerika Kahnerman dan Tversky (1979), memungkinkan seseorang membuat keputusan dalam situasi di mana mereka harus memilih antara alternatif yang melibatkan risiko, misalnya dalam keputusan keuangan. Prinsip dalam teori prospek meliputi fungsi nilai (value function), pembingkaian (framing), probabilitas (probability), efek kepastian (certainly effect). Prospect theory menggambarkan bagaimana individu mengevaluasi potensi kerugian dan keuntungan. Seseorang akan memutuskan untuk mendukung dan berperan aktif dengan mempertimbangkan hasil yang akan diperoleh sebagai kerugian atau keuntungan yang lebih besar.

Terdapat berbagai cara dalam pengambilan keputusan, yaitu kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi, kesimpulan yang ditarik atas dasar cara induktif dan kesimpulan yang ditarik atas dasar cara deduktif. Seseorang akan menghitung nilai (utility), berdasarkan hasil potensi dan probabilitas masing-masing, dan


(33)

11

kemudian memilih alternatif yang memiliki utilitas yang lebih tinggi (Herminingsih, 2009).

2.1.3 Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory) – Teori Pendukung

Teori pendukung yang digunakan yang kedua adalah teori penetapan tujuan. Teori penetapan tujuan merupakan teori motivasi kognitif yang berdasarkan pada premis bahwa orang memiliki kebutuhan yang dapat diingat atau dipikirkan sebagai outcomes tertentu atau sasaran (goals) yang diharapkan dapat dicapai (Locke dan Latham, 2006).

Menurut Murray (1990) dalam Hehanusa (2010) partisipasi informasi dapat ditransfer dari bawahan (subordinat) kepada atasan (superior) dan terdapat dua keuntungan yang diperoleh. Keuntungan pertama, bawahan dapat

mengembangkan strategi yang lebih baik yang dapat disampaikan kepada atasan sehingga kinerja akan meningkat. Disamping itu, informasi yang diberikan bawahan kepada atasan akan memeroleh tingkat anggaran yang lebih baik atau lebih sesuai bagi perusahaan. Dalam penelitian ini teori penetapan tujuan

digunakan untuk menjelaskan tindakan bawahan dalam mewujudkan tujuan yang diharapkannya. Tujuan individu akan menentukan seberapa besar usaha yang akan dilakukannya, semakin tinggi komitmen seorang individu akan mendorong

individu tersebut untuk melakukan usaha yang lebih keras.

Untuk menghilangkan atau meminimalisasi terjadi perbedaan persepsi mengenai informasi yang dimiliki pada manajer tingkat atas dan manajer tingkat menengah ke bawah serta memaksimalkan partisipasi agar menjadi efektif, maka manajer


(34)

penyusunan anggaran dengan mengungkapkan informasi yang dimiliki terkait pekerjaan sebagai kontribusi dalam penetapan jumlah anggaran.

2.1.4 Pengertian dan Fungsi Anggaran Daerah Sektor Publik

Semakin gencarnya tuntutan masyarakat kepada pemerintah untuk memberikan informasi hasil kinerjanya kepada publik, membuat pemerintah harus melakukan banyak kegiatan guna memenuhi tuntutan tersebut. Anggaran merupakan salah satu kegiatan penting yang harus disusun untuk memaksimalkan kinerja karena anggaran dapat membantu dalam hal perencanaan, pengkoordinasian, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Sugijanto (1995) dalam Halim (2008) anggaran adalah rencana kegiatan dalam bentuk finansial, meliputi usulan perkiraan pengeluaran yang diperkirakan untuk periode tertentu, serta usulan cara memenuhi pengeluaran tersebut. Oleh karena itu, anggaran pemerintah berisi rencana pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan untuk periode yang akan datang dengan data pengeluaran dan

pendapatan aktual untuk periode saat ini dan sebelumnya. Sedangkan pengertian menurut Mulyadi (2001), anggaran merupakan suatu rencana kerja yang

dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.

Anggaran mempunyai beberapa fungsi atau kegunaan bagi organisasi perusahaan atau pemerintah, berikut ini tiga fungsi anggaran menurut Mardiasmo (2002): 1. Sebagai pedoman kerja


(35)

13

Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan

perusahaan di masa yang akan datang. 2. Sebagai alat pengkoordinasi kerja

Anggaran berfungsi sebagai alat pengkoordinasi kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan harus saling menunjang dan bekerja sama dengan manajemen untuk menuju sasaran yang telah ditetapkan, dengan demikian kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.

3. Sebagai alat pengawasan kerja

Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur atau alat pembanding guna

mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan nanti dengan membandingkan antara apa yang tertuang dalam anggaran dengan apa yang dicapai dalam realisasi kerja, maka dapat dinilai apakah kegiatan perusahaan selalu sukses dan perbandingan tersebut dapat pula mengetahui sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dan realisasinya.

Secara luas, anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian proses

pengelolaan yang mencakup pembagian wewenang orang-orang dalam organisasi atau perusahaan. Oleh karenanya, proses penyusunan anggaran atau disebut penganggaran merupakan kegiatan yang penting sekaligus kompleks, sebab anggaran mempunyai kemungkinan berdampak disfungsional terhadap perilaku anggota organisasi. Menurut Marconi dan Siegel (1989) dalam Herminingsih (2009), anggaran mempunyai manfaat sebagai Berikut:


(36)

negosiasi antara anggota-anggota dominan di dalam suatu organisasi, maka anggaran mewakili consensus mengenai tujuan kegiatan di masa yang akan datang.

b. Anggaran sebagai blueprint kegiatan perusahaan, sehingga anggaran dapat merefleksikan prioritas alokasi sumber daya yang dimiliki perusahaan. c. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang menghubungkan

departemen (divisi) dengan departemen (divisi) lain dalam organisasasi maupun dengan top management.

d. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.

e. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarahkan manajemen untuk menentukan bagian organisasi yang kuat dan yang lemah. Hal ini akan dapat mengarahkan manajemen untuk menentukan tindakan koreksi yang harus diambil.

f. Anggaran memengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan untuk bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi kesesuaian antara tujuan perusahaan dengan tujuan karyawan.

Dalam sektor publik, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dalam peraturan daerah (Perda). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala


(37)

15

bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Semakin baik perencanaannya akan memberikan dampak semakin baik pula implementasinya di lapangan.

Mardiasmo (2002) menyebutkan aspek pengelolaan keuangan daerah, pada dasarnya menyangkut tiga hal yang saling terkait satu dengan yang lainya, yaitu: 1. Aspek penerimaan, yaitu mengenai seberapa besar kemampuan pemerintah

daerah dapat menggali sumber-sumber pendapatan yang potensial dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut.

2. Aspek Pengeluaran, yaitu mengenai seberapa besar biaya-biaya dari suatu pelayanan publik dan faktor-faktor yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat.

3. Aspek anggaran, yaitu mengenai hubungan antara pendapatan dan pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan untuk masa depan.

Strategi dan prioritas APBD harus dipegang dalam perencanaan keuangan. Hal ini berkaitan dengan tindakan dan ukuran untuk menentukan keputusan perencanaan anggaran daerah untuk pelaksanaan suatu kegiatan yang dipilih di antara alternatif kegiatan-kegiatan lain, untuk mencapai tujuan dan sasaran dari pemerintah daerah. Platform anggaran adalah batasan anggaran tertinggi/maksimum yang dapat diberikan kepada unit kegiatan dalam rangka membiayai segala aktivitasnya. Dalam pengelolaan anggaran perlu dipegang prinsip Value for Money, artinya pengelolaan anggaran yang baik harus memenuhi ukuran ekonomis, efektif dan efisien. Keberhasilan pengelolaan keuangan daerah sangat ditentukan oleh proses


(38)

semakin baik pula implementasinya di lapangan.

2.1.5 Partisipasi dalam Penganggaran

Partisipasi adalah sebagai tingkat keikutsertaan manajer dalam penyusunan anggaran dan pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat pertanggungjawaban manajer yang bersangkutan (Kennis, 1979). Menurut Brownell (1986) partisipasi dalam penganggaran yaitu suatu proses partisipasi individu akan dievaluasi, dan mungkin diberi penghargaan berdasarkan prestasi mereka pada sasaran (target) yang dianggarkan di mana mereka terlibat dalam proses tersebut dan mempunyai pengaruh pada penentuan target tersebut.

Definisi partisipasi dalam penganggaran secara lebih terperinci disampaikan oleh Milani (1975) yaitu:

1. Seberapa jauh anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para manajer 2. Alasan-alasan para atasan pada waktu anggaran dalam proses revisi 3. Frekuensi menyatakan inisiatif, memberikan usulan dan pendapat tentang

anggaran kepada atasan tanpa diminta

4. Seberapa jauh manajer merasa mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir 5. Kepentingan manajer dalam kontribusinya pada anggaran

6. Frekuensi anggaran didiskusikan oleh para atasan pada waktu anggaran disusun.

Dari definisi di atas, Milani ingin menyampaikan bahwa faktor utama yang membedakan antara anggaran partisipasi dengan non-partisipasi adalah tingkat


(39)

17

keterlibatan dan pengaruh bawahan terhadap pembuatan keputusan dalam proses penyusunan anggaran. Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi dalam penyusunan anggaran pertama kali dilakukan oleh Argyris pada tahun 1952. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa sistem anggaran yang ada pada waktu itu dapat menimbulkan adanya ketidakpuasan karyawan. Untuk itu diusulkan

menerapkan partisipasi dalam penyusunan anggaran (Puspaningsih, 1998).

Menurut Siegel & Marconi (1989) dalam Herminingsih (2009), penerapan partisipasi dalam penganggaran memberikan banyak manfaat antara lain: a. Partisipan (orang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran) menjadi

ego-involved tidak hanya task-involved dalam kerja mereka

b. Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang

akibatnya akan menaikkan kerja sama anggota kelompok di dalam penetapan sasaran

c. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran

d. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumber daya di antara bagian-bagaian organisasi.

Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat bukan berarti partisipasi tidak mempunyai keterbatasan dan masalah. Menurut Becker dan Green (1962) dalam Puspaningsih (1998) menemukan bahwa jika diterapkan secara tidak benar, partisipasi dapat merusak motivasi dan menurunkan kemampuan untuk mencapai sasaran organisasi.


(40)

oleh para pejabat organisasi sektor publik dalam mengelola sumber daya yang ada secara optimal untuk kepentingan publik dalam mencapai kesejahteraan publik. Oleh karena itu, pejabat pengelola keuangan harus memiliki sikap manajemen sektor publik yang mapan sehingga mampu menyatukan setiap elemen yang ada. Hood (1995) mempertimbangkan sistem manajemen sektor publik dalam bentuk dua elemen pokok yaitu tingkat perbedaan dengan sektor privat dan tingkat aturan operasi untuk menjadi penyangga terhadap kebijakan politis dan manajerial. Dengan menggunakan dua unsur pokok ini, teridentifikasi tujuh doktrin yang mendasari new public management (NPM) yaitu:

1. Penguraian sektor publik menjadi unit korporasi di organisasi berdasarkan produk

2. Ketentuan persaingan didasarkan oleh kontrak, dengan pasar internal dan kontrak bersyarat

3. Menekankan pada gaya sektor privat dalam praktik manajemen

4. Lebih menekankan pada disiplin dan penghematan dalam penggunaan sumber daya

5. Lebih menekankan pada manajemen puncak yang bervisi

6. Standar dan ukuran kinerja dan keberhasilan dapat diukur secara jelas 7. Penekanan lebih besar pada output.

Doktrin satu sampai dengan empat menyangkut teknik NPM dalam mengurangi perbedaan administrasi sektor publik dibanding dengan sektor privat. Doktrin lima sampai dengan tujuh menyangkut teknik NPM dalam mengurangi aturan sektor


(41)

19

publik dan meningkatkan ketersediaan kebijaksanaan bagi manajer sektor publik. Peran menunjukkan partisipasi seseorang dalam mewujudkan tujuan organisasi. Peran manajemen publik pengelola keuangan daerah menunjukkan tercapainya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif. Oleh karena itu, dibutuhkan peran manajemen publik pejabat pengguna anggaran/barang dalam memimpin kegiatan di SKPD.

Pemerintah daerah terdiri dari banyak satuan kerja yang memiliki fungsi dan wewenang berbeda dan saling terkoordinasi dalam pencapaian tujuan daerah. Menurut Permendagri 13 Tahun 2006 jo Permendagri 59 Tahun 2007 jo

Permendagri 21 Tahun 2011, dalam konstruksi keuangan daerah terdapat dua jenis satuan kerja, yaitu:

1. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

2. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).

Menurut Permendagri 13 Tahun 2006, kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada pengelola keuangan daerah, yaitu:

a. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah b. Kepala SKPKD selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

c. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.

Pengelola keuangan daerah diberi batasan wewenang yang telah ditetapkan dalam sistem pengelolaan keuangan daerah, namun mereka memiliki elemen

kebijaksanaan dan kekuasaan serta tanggung jawab tertentu dalam hal sifat dan hakekat jasa dan pelayanan yang menjadi tanggung jawabnya (Coralie, 1987


(42)

anggaran/barang merupakan salah satu pengelola keuangan daerah yang memiliki tugas dalam mengelola anggaran SKPD, mulai dari penyusunan anggaran,

pengawasan anggaran, pelaporan keuangan, sampai pada evaluasi kinerja instansinya. Dalam melaksanakan kegiatan kerja, kepala SKPD dibantu oleh pejabat eselon tiga dan empat selaku kuasa pengguna anggaran/barang.

Berdasarkan Prospect Theory, dikatakan bahwa pengelola keuangan daerah (yang dalam hal ini adalah kepala SKPD) akan ikut berperan aktif pada setiap kebijakan pemerintah manakala merasakan bahwa implementasi kebijakan tersebut

menguntungkan. Sebaliknya, akan menunjukkan sikap yang kurang mendukung atau kurang berperan bahkan menolak pada setiap implementasi kebijakan manakala merasakan bahwa kebijakan tersebut dianggap merugikan. Sikap ini akan memengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan (Kahnerman dan Tversky, 1979). Dengan peran manajemen publik kepala SKPD, diharapkan mampu mewujudkan suasana kerja yang harmonis antara atasan dan bawahan, dan setiap individu akan bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan, sehingga akan meningkatkan kinerja SKPD pada khususnya dan kinerja pemerintah daerah pada umumnya.

2.1.7 Kinerja Pemerintah Daerah

Kinerja menurut Mahoney dkk (1963) dalam Zaenuri (2009) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka


(43)

21

mencapai tujuan organisasi. Jadi, kinerja organisasi pemerintah menggambarkan mengenai tingkat pencapaian dan implementasi tugas yang dilakukan oleh seluruh aparatur suatu organisasi atau instansi pemerintah.

Definisi kinerja tersebut menjelaskan di mana suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian dan pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh seluruh aparatur

pemerintah yang ada di suatu organisasi atau instansi pemerintah. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah dalam instansi pemerintah merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai oleh seseorang aparatur yang ada di instansi pemerintah dalam melaksanakan suatu kegiatan dengan maksimal. Anggaran daerah

merupakan desain teknis untuk pelaksanaan strategi, sehingga apabila pengeluaran pemerintah mempunyai kualitas yang rendah, maka kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah daerah juga cenderung melemah yang berakibat kepada wujud daerah di masa yang akan datang sulit untuk dicapai.

Menurut Mahmudi (2007) tujuan dilakukan penilaian kinerja di sektor publik adalah untuk: (1) mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi, (2) menyediakan sarana pembelajaran pegawai, (3) memperbaiki kinerja periode berikutnya, (4) memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian reward atau punishment, (5) memotivasi pegawai, (6) menciptakan akuntabilitas publik. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam mengukur kinerja pemerintah yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dengan menggunakan persepsi pegawai dan masyarakat, sedangkan pendekatan kuantitatif dilakukan dengan analisis rasio keuangan daerah seperti rasio efektivitas, rasio efisiensi, rasio aktivitas, rasio ketergantungan, rasio kemandirian daerah.


(44)

daerah, tetapi salah satu indikatornya yang sering digunakan untuk melihat kinerja keuangan daerah adalah akuntabilitas. Demikian pula Inpres nomor 4 tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, yang mencerminkan adanya kemauan politik pemerintah untuk segera memperbaiki infrastruktur sehingga dapat diciptakan pemerintah yang baik.

Mardiasmo (2002) mengemukakan dalam konteks otonomi daerah, value for money (VFM) merupakan jembatan untuk mengantarkan pemerintah daerah mencapai good governance, yaitu pemerintah daerah yang transparan, ekonomis, efisiensi, efektif, responsif dan akuntabel. VFM tersebut harus dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Aspek indikator pengukuran kinerja organisasi sektor publik terkait dengan beberapa hal sebagai berikut:

1. Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta

pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis.

2. Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai. Hal tersebut kaitannya dengan nilai, misi, tujuan organisasi


(45)

23

Kriteria ini berkaitan konsep kecukupan atau kepantasan. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan sebagainya.

4. Produktivitas

Produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan.

5. Kualitas Pelayanan

Isu mengenai kaulitas pelayanan cendurung menjadi semakin penting dalam menjalankan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organsisasi publik.

2.2 Penelitian Sebelumnya

2.2.1 Pengaruh Partisipasi Dalam Penganggaran

Penelitian tentang partisipasi dalam penganggaran antara lain dilakukan oleh Kenis (1979), Brownell dan McInnes (1986), dan Indriantoro (1993). Penelitian tentang anggaran dengan mengadopsi pendekatan kontijensi antara lain Brownell (1980), Chong dan Chong (2000) dalam Herminingsih (2009), Din (2008),

Zaenuri (2009) dan Hehanusa (2010). Pendekatan kontijensi menyebabkan adanya variabel-variabel yang bertindak sebagai variabel moderating atau variabel

intervening. Sedangkan penelitian anggaran dengan mengadopsi teori agensi antara lain oleh Puspaningsih (1998), Poerwati (2002), Ramandei (2009) dan Herminingsih (2009).


(46)

penyusunan anggaran terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer. Dalam hubungan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan kepuasan kerja dan kinerja manajer, ada yang punya hubungan langsung, namun kadang juga ada variabel intervening misalnya role ambiguity atau job relevan information.

Kadang terdapat juga variabel moderator, misal job difficulty, locus of control dan dimensi budaya.

Poerwati (2002) melakukan penelitian terhadap manajer-manajer pada perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran tidak mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kinerja manajerial.

Din (2002) melakukan penelitian tentang Anteseden dan Konsekuensi Partisipasi Penganggaran. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling.

Responden dalam penelitiannya adalah kepala SKPD dan pejabat satu tingkat di bawah SKPD di Kota Palu yang menunjukkan bahwa desentralisasi berpengaruh positif terhadap partisipasi penganggaran, dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial.

Penelitian oleh Ramandei pada tahun 2009 dilakukan dengan objek

penelitian pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Jayapura. Penelitian ini berjudul Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran dan Sistem Pengendalian Intern terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Jayapura). Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling sedangkan untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian adalah bahwa


(47)

25

karakteristik sasaran anggaran (partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, umpan balik anggaran dan evaluasi anggaran) tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Sedangkan sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan

terhadap kinerja manajerial aparat pemerintah daerah Kota Jayapura.

2.2.2 Pengaruh Peran Manajemen Publik Pengelola Keuangan Daerah

Rohman (2007) dalam Herminingsih (2009) melakukan survei pada pemerintah provinsi dan kabupaten/kota se-Jawa Tengah tentang Pengaruh Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah dan Fungsi Pemeriksaan Intern terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran manajerial pengelola keuangan daerah dan fungsi pemeriksaan intern berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.

Tuasikal (2006) dalam Putri (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh antara pengelolaan keuangan terhadap kinerja unit SKPD, dengan objek Provinsi dan Kabupaten/ Kota di Maluku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan satuan kerja pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah. Secara teoretis pengaruh variabel tersebut masih relatif lemah karena pendidikan dan pelatihan di bidang pengelolaan keuangan pola baru belum dapat memberi dukungan maksimal dalam menunjang

peningkatan kinerja setiap satuan kerja.

Putri (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh Komitmen Organisasi dan Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah terhadap Kinerja Manajerial SKPD, dengan objek penelitian pada SKPD se-Kabupaten Tegal. Hasil penelitian


(48)

terhadap kinerja SKPD.

2.2.3 Kinerja

Berbagai penelitian banyak dilakukan terkait kinerja. Hal ini sebagai konsekuensi dari tuntutan masyarakat yang menginginkan transparansi dan akuntabilitas organisasi sektor publik. Beberapa penelitian yang mengkaji aspek kinerja di berbagai daerah dan berbagai alat ukur yang digunakan. Setyawan (2002) dalam Herminingsih (2009) melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja anggaran keuangan daerah Pemerintah Kota Malang dari perspektif akuntabilitas tahun 1997-2001. Penelitian ini menggunakan alat rasio keuangan yang terdiri dari rasio kemandirian daerah, efektivitas dan efisiensi, aktivitas dan pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Kota Malang belum baik karena rasio pertumbuhan pendapatannya menurun.

Heruwati (2007) dalam Herminingsih (2009), melakukan penelitian tentang kinerja Pemda Grobogan yang dilihat dari pendapatan daerah terhadap APBD tahun 2004 - 2006. Pengukuran kinerja di sini menggunakan metode analisis rasio terhadap APBD. Hasilnya menunjukkan Pemda Grobogan dari tahun ke tahun kinerjanya semakin baik dengan semakin meningkatnya prosentase tingkat capaiannya. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya lebih

menyoroti tentang kinerja keuangan yang berdasarkan data kuantitatif yang diuji dengan menggunakan alat ukur rasio. Dalam penelitian ini memasukkan pengaruh partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah dengan menggunakan alat ukur


(49)

27

kuesioner, yang disertai dengan data kuantitatif berupa analisis rasio keuangan daerah untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah.

2.3 Kerangka Pemikiran Teoretis

Pemerintah berperan sebagai agen yang melaksanakan tugas-tugas yang diamanahkan masyarakat dan bertanggung jawab untuk melaksanakan amanah tersebut dengan baik agar tercapai tujuan organisasi pemerintah. Dalam rangka mewujudkan kinerja pemerintah daerah secara menyeluruh, pemerintah daerah harus mampu menciptakan lingkungan kerja melalui sistem kerja yang

partisipatif, salah satunya partisipasi dalam penyusunan anggaran. Selain itu, dibutuhkan pula peran manajemen publik pimpinan daerah khususnya pengelola keuangan yang ada di daerah agar para dapat mengelola keuangan dengan baik, sebagai salah satu indikator kinerja.

Dengan keterlibatan semua individu dalam penyusunan anggaran SKPD akan meningkatkan kesadaran dan rasa tanggung jawab mereka terhadap anggaran yang telah disusun bersama-sama. Peran manajemen publik pejabat pengguna

anggaran/barang yang semakin baik dalam melaksanakan setiap kegiatan kerja anggaran akan meningkatkan kinerja SKPD. Oleh karena itu, semakin baik kinerja SKPD akan berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah secara

keseluruhan. Secara ringkas, pemikiran sebagaimana diuraikan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:


(50)

Kerangka Pemikiran Teoretis

H1 (+)

H2 (+)

Sumber: Herminingsih (2009)

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Partisipasi dalam Penganggaran terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Dalam teori keagenan, jika bawahan yang berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran mempunyai informasi khusus tentang kondisi lokal, akan

memungkinkan bawahan memberikan informasi yang dimilikinya untuk membantu kepentingan perusahaan. Namun, sering kali keinginan atasan tidak sama dengan bawahan sehingga menimbulkan konflik di antara mereka. Sedangkan teori penetapan tujuan menyatakan bahwa tujuan memengaruhi kelangsungan amplitudo usaha dan durasi ketekunan dari suatu tindakan (Locke dan Latham, 2006).

Argyris (1952) dalam Puspaningsih (1998) menyarankan perlunya bawahan diberi kesempatan berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran. Target yang


(51)

29

dalam suatu kelompok mendiskusikan pendapat mereka mengenai target perusahaan, dan terlibat dalam menentukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam sektor publik, pengukuran kinerja tidak terbatas pada masalah pemakaian anggaran, namun pengukuran kinerja mencakup berbagai aspek yang dapat memberikan informasi yang efisien dan efektif dalam pencapaian kinerja. Oleh karena itu, partisipasi anggaran sangat penting diterapkan organisasi pemerintah dalam menyatukan persepsi di lintas jabatan mulai dari pejabat sampai ke bawahan. Diharapkan dengan adanya partisipasi tersebut akan timbul rasa bertanggung jawab terhadap anggaran yang telah dibentuk dan keinginan untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh partisipasi dalam penganggaran terhadap kinerja

pemerintah daerah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Partisipasi dalam penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja

pemerintah daerah

2.4.2 Pengaruh Peran Manajemen Publik Pengelola Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai yang dimandatkan, pemerintah dituntut untuk dapat melaksanakan tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance). Menurut Yeung dan Ulrich (1994) dalam Akmal (2006) mengemukakan bahwa sumber daya manusia mempunyai peran sentral dalam mewujudkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif organisasi yang pada akhirnya organisasi berbeda dengan pesaing serta dapat


(52)

governance tersebut tidak terlepas dari dukungan dan optimalisasi peran

pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya, termasuk di dalamnya peran manajemen publik pengelola keuangan daerah.

Proses pengelolaan keuangan daerah meliputi kegiatan mengkoordinasi dan mengelola sumber daya serta kekayaan yang dimiliki daerah untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh daerah tersebut. Keberhasilan daerah untuk dapat mencapai tujuan tersebut disebut kinerja. Jadi, dalam rangka mewujudkan kinerja dari pemerintah daerah dibutuhkan manajemen publik yang harus dimiliki oleh para pengelola keuangan daerah. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh peran manajemen publik pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah. Maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2 : Peran manajemen publik pengelola keuangan daerah berpengaruh


(53)

1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode survei. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hubungan kausal antara variabel partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah sebagai variabel independen dan kinerja pemerintah daerah sebagai

variabel dependen. Tipe hubungan antar dua variabel atau lebih, dapat berupa hubungan korelasional, komparatif atau sebab akibat. Penelitian ini juga

merupakan replikasi dari penelitian Herminingsih (2009), dengan memfokuskan pada kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung.

3.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala Likert interval satu sampai tujuh. Skala Likert yaitu skala yang berisi tingkatan preferensi jawaban.


(54)

Populasi penelitian ini adalah seluruh pejabat pengelola keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung. Teknik pemilihan sampel Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan secara acak atau random sampling dengan probabilitas yang sama. Sedangkan dalam pemilihan SKPD dan responden di masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan secara bertahap atau multistage sampling. Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) multistage

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap lebih dari satu kali untuk mendapatkan calon responden yang diinginkan dengan

probabilitas yang sama. Biaya yang tinggi dan ketidakmungkinan untuk menjangkau setiap elemen sampel menjadi alasan digunakannya multistage sampling dalam penelitian ini.

Adapun tahapan pemilihan sampel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah yang menjadi sampel penelitian ini adalah tiga Pemerintah Kabupaten dan satu Pemerintah Kota, yaitu:

a. Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat b. Pemerintah Kabupaten Lampung Timur c. Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang d. Pemerintah Kota Bandar Lampung.

Pemilihan sampel Pemerintah Kabupaten/Kota tersebut dilakukan secara acak dengan probabilitas yang sama karena keempat daerah dianggap dapat


(55)

32

2. Penelitian ini dilakukan pada SKPD karena kegiatan badan atau dinas berhubungan secara langsung dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dibandingkan SKPKD dan Sekretariat Daerah.

3. SKPD yang menjadi sampel penelitian ini adalah SKPD yang mewakili pusat belanja, pusat pendapatan, pusat pelayanan publik, dan pusat

administrasi/kesekretariatan, yaitu:

a. Dinas Pekerjaan Umum sebagai pusat belanja b. Dinas Perhubungan sebagai pusat pendapatan c. Dinas Pendidikan sebagai pusat pelayanan publik d. Dinas Kesehatan sebagai pusat pelayanan publik

e. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah sebagai pusat administrasi. Pemilihan SKPD tersebut karena dianggap dapat mewakili seluruh SKPD yang ada pada Pemerintah Kabupaten/Kota yang digolongkan berdasarkan pusat pertanggungjawabannya.

4. Aparat pemerintah yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pejabat yang terlibat secara langsung dalam proses penyusunan dan pengusulan anggaran pemerintah daerah. Fokus responden penelitian ini adalah pejabat struktural SKPD yaitu kepala SKPD selaku pengguna anggaran/barang dan pejabat eselon tiga dan empat (satu tingkat di bawah kepala SKPD) yang bertindak selaku kuasa pengguna anggaran/barang pada Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi objek penelitian.

Pengguna dan kuasa pengguna anggaran/barang dipegang oleh pejabat struktural tertinggi di SKPD sehingga bertanggung jawab dalam mengambil


(56)

kebijakan-dilakukan dengan alasan instansi tersebut merupakan satuan kerja pemerintah yang memiliki kepentingan dalam menyusun, menggunakan, mengawasi dan melaporkan keuangan atau sebagai pelaksana pengelolaan keuangan pemerintah daerah.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Ada tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan diukur dengan menggunakan instrumen-instrumen yang diadopsi dari literatur-literatur yang telah digunakan dalam penelitian terdahulu, yaitu partisipasi dalam penganggaran, peran manajemen publik pengelola keuangan daerah, dan kinerja pemerintah daerah.

Partisipasi dalam Penganggaran. Brownell (1980) mendefinisikan partisipasi penganggaran sebagai luasnya aparat terlibat dan memiliki pengaruh dalam penentuan anggaran. Tingkat partisipasi yang diukur adalah pengaruh dan keterlibatan aparat dalam proses penyusunan anggaran.

Partisipasi anggaran menggunakan enam instrumen penelitian yang dikembangkan oleh Milani (1975), meliputi:

1. Keikutsertaan dalam penyusunan anggaran 2. Kelogisan merevisi anggaran

3. Kebutuhan memberikan pendapat 4. Pengaruh dalam anggaran final 5. Kontribusi terhadap anggaran


(57)

34

6. Kebutuhan meminta pendapat.

Untuk mengukur item-item tersebut digunakan skala interval tujuh poin di mana skor terendah (point 1) menunjukkan partisipasi rendah, sedangkan skor tertinggi (point 7) menunjukkan partisipasi tinggi. Instrumen ini dipilih karena sudah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya seperti Puspaningsih (1998), Herminingsih (2009), Hehanusa (2010).

Peran Manajemen Publik Pengelola Keuangan Daerah. Peran manajemen publik pengelola keuangan daerah adalah suatu peran yang dilakukan oleh pejabat pengguna anggaran/barang dalam upaya memotivasi dan mendorong bawahannya guna mencapai tujuan organisasi (Mintzberg, 1973 dalam Herminingsih, 2009). Menurut Mahmudi (2007) manajemen publik merupakan upaya yang dilakukan oleh para pejabat organisasi sektor publik dalam mengelola sumber daya yang ada secara optimal untuk kepentingan publik dalam mencapai kesejahteraan publik. Oleh karena itu, pejabat pengelola keuangan harus memiliki sikap manajemen sektor publik yang mapan sehingga mampu menyatukan setiap elemen yang ada.

Instrumen untuk mengukur variabel ini antara lain peran interpersonal, peran informasi dan peran pengambilan keputusan. Untuk mengukur variabel ini menggunakan sembilan item pertanyaan yang dikembangkan oleh Mintzberg (1973) dan sudah digunakan oleh Herminigsih (2009) yang berkaitan dengan pemimpin simbol (figurehead), pemimpin (leader), penghubung, pengawasan peristiwa, penyebaran informasi, perwakilan, pembuatan ide, pencarian jalan keluar, pengalokasian sumber daya dan negosiasi. Ukuran peran manajemen publik pengelola keuangan daerah didasarkan pada tanggapan subjek terhadap


(58)

(sangat rendah) sampai tujuh (sangat tinggi).

Kinerja Pemerintah Daerah. Kinerja pemerintah daerah adalah prestasi kerja yang dicapai pemerintah daerah dalam merealisasikan target yang telah ditetapkan melalui pengelolaan keuangan daerah. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/ dikuasai oleh negara. Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah terdiri transparansi, akuntabilitas dan Value for money (Mamesah dalam Halim, 2004). Pada penelitian ini pengukuran kinerja meliputi dua aspek yaitu kinerja keuangan dan kinerja non-keuangan.

Untuk mengukur kinerja non-keuangan pada penelitian ini terdiri dari enam item pertanyaan yang berkaitan dengan pencapaian target kegiatan dari suatu program, ketepatan dan kesesuaian hasil, dampak hasil kegiatan terhadap kehidupan

masyarakat, kesesuaian realisasi anggaran dengan anggaran, pencapaian efisiensi operasional dan moral perilaku pegawai (Herminingsih, 2009). Alat ukur

instrumen ini menggunakan skala likert satu sampai tujuh poin, angka satu menunjukkan kinerja pemerintah daerah sangat jelek, hingga angka tujuh menunjukkan kinerja pemerintah daerah sangat baik.

Sedangkan untuk mengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan analisis rasio keuangan daerah yaitu rasio efisiensi keuangan, rasio efektivitas keuangan, rasio aktivitas keuangan dan rasio kemandirian daerah. Rasio efisiensi menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan belanja


(59)

36

daerah dibandingkan dengan realisasi penerimaan. Semakin kecil rasio efisiensi, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin tinggi. Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi rasio efektifitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin tinggi.Rasio aktivitas menggambarkan bagaimana pemerintah daerah dalam memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Rasio kemandirian daerah dihitung dengan membandingkan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan jumlah total transfer dari pemerintah pusat serta pinjaman daerah (Mahmudi, 2011).

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di empat Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang menjadi sampel objek penelitian yaitu Pemerintah Kota Bandar Lampung. Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, Pemerintah Kabupaten Lampung Timur dan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari sampai Maret 2013.


(60)

3.6 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dengan mengirimkan kuesioner kepada responden. Kuesioner didistribusikan secara langsung ke setiap SKPD. Satu minggu setelah dikirimkan, kuesioner diambil kembali secara langsung untuk memeroleh tingkat

pengembalian kuesioner yang tinggi.

3.7 Teknik Analisis

Teknik analisis data dalam penelitian ini mencakup statistik deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis.

3.7.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini. Analisis yang dilakukan adalah deskripsi nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum dari setiap variabel.

3.7.2 Uji Kualitas Data

Uji kualitas data yang diperoleh dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas menguji sah atau validnya suatu instrumen penelitian. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini, pendekatan


(61)

38

yang digunakan untuk menguji validitas konstruk setiap tabel yaitu dengan melakukan analisis faktor. Uji analisis faktor dilakukan terhadap nilai setiap variabel dengan varimax rotation. Menurut Hair (1998) dalam Ghozali (2005), metode Varimax terbukti sangat berhasil sebagai pendekatan analitik untuk mendapatkan rotasi ortogonol suatu faktor. Sebelum dilakukan analisis faktor masing-masing instrumen diharapkan memiliki nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) lebih dari 0,50 agar mengetahui apakah data-data yang dikumpulkan tepat untuk analisis faktor dan mengindikasikan construct validity dari masing-masing variabel.

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten. Pada penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan melihat koefisien cronbach alpha. Nilai reliabilitas dilihat dari cronbach alpha masing-masing

instrumen penelitian (≥ 0,60 dianggap reliabel) seperti yang dikemukakan oleh

Nunnaly (1968) dalam Ghozali (2005). Uji validitas dimaksudkan untuk

memastikan bahwa masing-masing pertanyaan akan terklarifikasi pada variabel-variabel yang telah ditentukan (construct validity).

3.7.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian statistik dengan menggunakan analisis regresi dapat dilakukan dengan pertimbangan tidak adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik. Asumsi-asumsi klasik tersebut meliputi uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji


(62)

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, maka dapat dilakukan analisis grafik atau dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Selain itu, untuk memastikan kehandalan hasil uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S). Apabila nilai Asymp Sig lebih dari 0,05 maka data terdistribusi normal (Ghozali, 2005).

3.7.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-studentize. Selain itu untuk mendeteksi ada atau


(63)

40

tidaknya heteroskedastisitasnya penelitian ini menggunakan uji Glejser dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2005)

3.7.3.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan menguji nilai Durbin-Watson dengan syarat du < DW < 4 – du (Ghozali, 2005).

3.7.3.4 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2005).

Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model regresi

salah satunya adalah dengan melihat nilai tolerance dan lawannya, dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai


(64)

atau sama dengan nilai VIF < 10, berarti tidak ada multikolinearitas antar variabel dalam model regresi (Ghozali, 2005).

3.8 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dengan menggunakan alat statistik SPSS (Statistical Product and Service Solutions). Dalam menguji hipotesis dikembangkan suatu persamaan untuk menyatakan hubungan antar variabel terikat (dependen) yaitu Y (kinerja pemerintah daerah) dengan variabel bebas (independen) yaitu X

(partisipasi anggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah).

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda yang diformulasikan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + ε Keterangan:

Y = Kinerja pemerintah daerah X1 = Partisipasi dalam Penganggaran

X2 = Peran manajemen publik pengelola keuangan daerah

β1 = Koefisien regresi partisipasi dalam penganggaran

β2 = Koefisien regresi peran manajemen publik pengelola keuangan daerah

ε = Error of Estimation

α = Konstanta.

H1 dan H2 diuji dengan membandingkan tingkat signifikansi t dengan 0,05 (á =

5%). Apabila tingkat signifikansi t ≤ 0,05, maka hipotesis diterima dan apabila t


(1)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan dan Implikasi

5.1.1 Kesimpulan

Penelitian ini berisikan suatu model yang menguji pengaruh partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah. Dari hasil pengujian regresi berganda dengan

menggunakan alat bantu SPSS, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Partisipasi dalam penganggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi yang tinggi dalam penganggaran, maka kinerja pemerintah daerah akan semakin meningkat

2. Peran manajemen publik pengelola keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal ini disebabkan karena pengelolaan keuangan yang baik dalam SKPD membantu unit kerja dalam mencapai kinerja memperlihatkan kinerja manajerial yang baik pula.


(2)

64

5.1.2 Implikasi

Studi ini setidaknya diharapkan dapat memberi masukan kepada pengelola keuangan daerah bahwa pentingnya partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik yang dimiliki oleh pejabat pengelola keuangan daerah, guna mendorong tercapainya kinerja pemerintah daerah yang semakin baik. Hasil penelitian ini setidaknya dapat memotivasi penelitian selanjutnya di masa yang akan datang terutama yang berkaitan dengan kinerja pemerintah daerah atau organisasi sektor publik lainnya.

5.2 Keterbatasan

Meskipun penelitian ini telah dirancang dengan baik, namun masih terdapat beberapa keterbatasan yang kemungkinan memengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Metode survei yang digunakan dalam penelitian ini tanpa dilengkapi dengan wawancara atau pertanyaan secara lisan. Jawaban responden belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan kemungkinan akan berbeda jika data diperoleh dengan cara wawancara

2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur semua variabel yaitu partisipasi dalam penganggaran, peran manajemen publik pengelola keuangan daerah dan kinerja pemerintah daerah dalam penelitian ini mengacu pada

pengukuran diri sendiri (self rating). Sehingga cenderung menimbulkan leniency bias (kemurahan hati dalam menilai kinerja sendiri)


(3)

65

5.3 Saran

Dari keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel partisipasi dalam penganggaran dan peran manajemen publik pengelola keuangan daerah berpengaruh

terhadap kinerja pemerintah daerah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja SKPD maupun pemerintah daerah pada umumnya sebaiknya

pemerintah daerah menerapkan anggaran partisipatif, agar para anggota SKPD memiliki motivasi untuk mencapai tujuan organisasi dan pemerintah daerah pada umumnya

2. Penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan penemuan ukuran variabel yang lebih objektif agar tidak menghasilkan hasil pengukuran variabel yang lebih tinggi dari yang sebenarnya

3. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan laporan keuangan SKPD untuk mengukur kinerja keuangan (kuantitatif)

4. Penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan multi kolinearitas yang terjadi antara kedua variabel independen, karena partisipasi dalam

penganggaran merupakan bagian dari peran manajemen publik

5. Disamping itu juga penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel independen baru yaitu komitmen organisasi, serta menambahkan budaya organisasi sebagai variabel moderating . Hal ini disebabkan karena komitmen organisasi setiap individu berbeda-beda yang dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk budaya organisasi di mana mereka bekerja.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, 2006, Pengaruh Peran Manajemen Sumber Daya Manusia terhadap Kinerja Perusahaan : Persepsi Manajer Menengah BUMN, Jurnal Usahawan, No 07

Brownell, Peter, 1980, Participation in Budgetary Process it Works and When it Doesn’t, Working Paper, Alfred P. S School Of Management, Hal 01-39 Brownell, Peter and Mc. Innes Morris, 1986, Budgetary Participation Motivation

and Manajerial Performance, The Accounting Review, Hal 01-29 Charpentier, Claes, 1998, Budgetary Participation in a Public Service

Organization, Working Paper Series in Business Administration, No. 03 Chenhall, R. H., dan P. Brownell. 1988. The Effect of Participative Budgeting on

Job Satisfaction and Performance: Role Ambiguity As an Intervening Variable. Accounting, Organizations and Society, No 13 (3), Hal 225–233 Din, Muhammad, 2008, Anteseden dan Konsekuensi Partisipasi Penganggaran

(Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Daerah Kota Palu), Tesis, Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang

Halim, Abdul, 2008, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta

Hehanusa, Maria, 2010, Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja Aparat: Integrasi Variabel Intervening dan Variabel Moderating pada Pemerintah Kota Ambon dan Pemerintah Kota Semarang, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang

Herminingisih, 2009, Pengaruh Partisipasi dalam Penganggaran dan Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Demak), Tesis, Pasca sarjana Universitas Diponegoro, Semarang

Hood C, 1995, The New Public Managemen in the 1980’s: variations on a theme, Accounting, Organizations and Society, No 20

Ghozali, Imam, 2005, Analisis Multivariate Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang


(5)

Indriantoro, Nur, 1993, An Empirical Study of Locus of Control and Cultural Dimensions as Moderating Variables of The Effect of Participative

Budgetting on Job Performance and Job Satisfaction, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Internasional, Hal 97-114

Indriantoro, Nur dan Supomo Bambang, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Jensen, MC and W. H Meckling, 1976, Theory of The Firm : Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics, No 03, Hal 305-360

Kahnerman, D and A Tversky, 1979, Prospect Theory: an Analysis of Decisions Under Risk, Econometrica, No 47, Hal 263-291

Kennis, I, 1979, Effects of Budgetary Goals Characteristics on managerial Attitudes and Performance, The Accounting Review, Vol LIV No 04 Locke, Edwin A and Gary P Latham, 2006, New Directions in Goal-Setting

Theory, Association for Psychological Science, Hal 265-268 Mahmudi, 2007, Manajemen Kinerja Sektor Publik, UPP STIM YKPN,

Yogyakarta

Mahmudi, 2011, Akuntansi Sektor Publik, UII Press, Yogyakarta

Mahsun, Mohamad, 2009, Pengukuran Kinerja Sektor Publik, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Mardiasmo, 2002, Akuntansi Sektor Publik, Andi, Yogyakarta

Milani, K, 1975, The Relationship of Participation in Budget-setting of Industrial Supervisor Performance and Attitudes : a Field Study, The Accounting review, Hal 274-283

Mulyadi dan Jhony Setyawan, 1999, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Aditya Media

Puspaningsih, Abriyani, 1998, Pengaruh Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer: Role Ambiguity sebagai Variabel Antara, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Putri, Natalia Dewinda, 2010, Pengaruh Komitmen Organisasional dan Peran Manajer Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi pada Kabupaten Tegal), Skripsi, Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang


(6)

Ramandei, P, 2009, Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran dan Sistem Pengendalian Internal terhadap Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada SKPD di Kabupaten Tegal), Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang

Republik Indonesia, 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta

_______________, 2006, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta

_______________, 2007, Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta

_______________, 2011, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Jakarta

Russel, D Robert and Craig J Russel, 1992, An Eximination of The Effects of Organizational Norms, Organizational Structure and Environmental Uncertainly on Entreprenuerial strategy, Journal of Management, Vol. 18, No 04, Hal 639-656

Soeprapto, Riyadi, 2003, Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah Menuju Good Governance, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik FIA, Universitas Brawijaya, No 04

Zaenuri, Ahmad, 2009, Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial dengan Motivasi dan Pelimpahan Wewenang Sebagai Variabel Moderating, Media Ekonomi dan Manajemen, Vol 19 No 01, Semarang


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris di Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Malang)

1 12 25

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Provinsi Papua Barat)

0 8 15

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJEMEN PUBLIK PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung)

0 12 71

PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung)

2 23 65

PENGARUH KOMPETENSI PENGELOLA KEUANGAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara)

1 2 8

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH.

1 2 12

PENGARUH PEMAHAMAN ATAS SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PERAN PENGAWAS FUNGSIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Aceh di Pemerintah Aceh)

0 0 10

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, MOTIVASI DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

1 4 8

I. Pendahuluan - PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi Pada Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kab. Ciamis)

0 0 10