Pengertian dan Fungsi Anggaran Daerah Sektor Publik

a. Anggaran merupakan hasil proses perencanaan. Anggaran sebagai hasil dari negosiasi antara anggota-anggota dominan di dalam suatu organisasi, maka anggaran mewakili consensus mengenai tujuan kegiatan di masa yang akan datang. b. Anggaran sebagai blueprint kegiatan perusahaan, sehingga anggaran dapat merefleksikan prioritas alokasi sumber daya yang dimiliki perusahaan. c. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang menghubungkan departemen divisi dengan departemen divisi lain dalam organisasasi maupun dengan top management. d. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. e. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarahkan manajemen untuk menentukan bagian organisasi yang kuat dan yang lemah. Hal ini akan dapat mengarahkan manajemen untuk menentukan tindakan koreksi yang harus diambil. f. Anggaran memengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan untuk bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi kesesuaian antara tujuan perusahaan dengan tujuan karyawan. Dalam sektor publik, pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dalam peraturan daerah Perda. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Semakin baik perencanaannya akan memberikan dampak semakin baik pula implementasinya di lapangan. Mardiasmo 2002 menyebutkan aspek pengelolaan keuangan daerah, pada dasarnya menyangkut tiga hal yang saling terkait satu dengan yang lainya, yaitu: 1. Aspek penerimaan, yaitu mengenai seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dapat menggali sumber-sumber pendapatan yang potensial dan biaya- biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut. 2. Aspek Pengeluaran, yaitu mengenai seberapa besar biaya-biaya dari suatu pelayanan publik dan faktor-faktor yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat. 3. Aspek anggaran, yaitu mengenai hubungan antara pendapatan dan pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan untuk masa depan. Strategi dan prioritas APBD harus dipegang dalam perencanaan keuangan. Hal ini berkaitan dengan tindakan dan ukuran untuk menentukan keputusan perencanaan anggaran daerah untuk pelaksanaan suatu kegiatan yang dipilih di antara alternatif kegiatan-kegiatan lain, untuk mencapai tujuan dan sasaran dari pemerintah daerah. Platform anggaran adalah batasan anggaran tertinggimaksimum yang dapat diberikan kepada unit kegiatan dalam rangka membiayai segala aktivitasnya. Dalam pengelolaan anggaran perlu dipegang prinsip Value for Money, artinya pengelolaan anggaran yang baik harus memenuhi ukuran ekonomis, efektif dan efisien. Keberhasilan pengelolaan keuangan daerah sangat ditentukan oleh proses awal perencanaannya. Semakin baik perencanaannya akan memberikan dampak semakin baik pula implementasinya di lapangan.

2.1.5 Partisipasi dalam Penganggaran

Partisipasi adalah sebagai tingkat keikutsertaan manajer dalam penyusunan anggaran dan pengaruh anggaran tersebut terhadap pusat pertanggungjawaban manajer yang bersangkutan Kennis, 1979. Menurut Brownell 1986 partisipasi dalam penganggaran yaitu suatu proses partisipasi individu akan dievaluasi, dan mungkin diberi penghargaan berdasarkan prestasi mereka pada sasaran target yang dianggarkan di mana mereka terlibat dalam proses tersebut dan mempunyai pengaruh pada penentuan target tersebut. Definisi partisipasi dalam penganggaran secara lebih terperinci disampaikan oleh Milani 1975 yaitu: 1. Seberapa jauh anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para manajer 2. Alasan-alasan para atasan pada waktu anggaran dalam proses revisi 3. Frekuensi menyatakan inisiatif, memberikan usulan dan pendapat tentang anggaran kepada atasan tanpa diminta 4. Seberapa jauh manajer merasa mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir 5. Kepentingan manajer dalam kontribusinya pada anggaran 6. Frekuensi anggaran didiskusikan oleh para atasan pada waktu anggaran disusun. Dari definisi di atas, Milani ingin menyampaikan bahwa faktor utama yang membedakan antara anggaran partisipasi dengan non-partisipasi adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan terhadap pembuatan keputusan dalam proses penyusunan anggaran. Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi dalam penyusunan anggaran pertama kali dilakukan oleh Argyris pada tahun 1952. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa sistem anggaran yang ada pada waktu itu dapat menimbulkan adanya ketidakpuasan karyawan. Untuk itu diusulkan menerapkan partisipasi dalam penyusunan anggaran Puspaningsih, 1998. Menurut Siegel Marconi 1989 dalam Herminingsih 2009, penerapan partisipasi dalam penganggaran memberikan banyak manfaat antara lain: a. Partisipan orang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran menjadi ego-involved tidak hanya task-involved dalam kerja mereka b. Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang akibatnya akan menaikkan kerja sama anggota kelompok di dalam penetapan sasaran c. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran d. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumber daya di antara bagian-bagaian organisasi. Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat bukan berarti partisipasi tidak mempunyai keterbatasan dan masalah. Menurut Becker dan Green 1962 dalam Puspaningsih 1998 menemukan bahwa jika diterapkan secara tidak benar, partisipasi dapat merusak motivasi dan menurunkan kemampuan untuk mencapai sasaran organisasi.

2.1.6 Peran Manajemen Publik Pengelola Keuangan Daerah

Menurut Mahmudi 2007 manajemen publik merupakan upaya yang dilakukan oleh para pejabat organisasi sektor publik dalam mengelola sumber daya yang ada secara optimal untuk kepentingan publik dalam mencapai kesejahteraan publik. Oleh karena itu, pejabat pengelola keuangan harus memiliki sikap manajemen sektor publik yang mapan sehingga mampu menyatukan setiap elemen yang ada. Hood 1995 mempertimbangkan sistem manajemen sektor publik dalam bentuk dua elemen pokok yaitu tingkat perbedaan dengan sektor privat dan tingkat aturan operasi untuk menjadi penyangga terhadap kebijakan politis dan manajerial. Dengan menggunakan dua unsur pokok ini, teridentifikasi tujuh doktrin yang mendasari new public management NPM yaitu: 1. Penguraian sektor publik menjadi unit korporasi di organisasi berdasarkan produk 2. Ketentuan persaingan didasarkan oleh kontrak, dengan pasar internal dan kontrak bersyarat 3. Menekankan pada gaya sektor privat dalam praktik manajemen 4. Lebih menekankan pada disiplin dan penghematan dalam penggunaan sumber daya 5. Lebih menekankan pada manajemen puncak yang bervisi 6. Standar dan ukuran kinerja dan keberhasilan dapat diukur secara jelas 7. Penekanan lebih besar pada output. Doktrin satu sampai dengan empat menyangkut teknik NPM dalam mengurangi perbedaan administrasi sektor publik dibanding dengan sektor privat. Doktrin lima sampai dengan tujuh menyangkut teknik NPM dalam mengurangi aturan sektor

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris di Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Malang)

1 12 25

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Provinsi Papua Barat)

0 8 15

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJEMEN PUBLIK PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung)

0 12 71

PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung)

2 23 65

PENGARUH KOMPETENSI PENGELOLA KEUANGAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Aceh Utara)

1 2 8

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH.

1 2 12

PENGARUH PEMAHAMAN ATAS SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN PERAN PENGAWAS FUNGSIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Aceh di Pemerintah Aceh)

0 0 10

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, MOTIVASI DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU

1 4 8

I. Pendahuluan - PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi Pada Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kab. Ciamis)

0 0 10