Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi kuman tuberkulosis terhadap OAT. Untuk menjamin kualitas hasil pemeriksaan,
uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan oleh laboratorium yang telah tersertifikasi atau lulus uji pemantapan mutu Quality Assurance QA. Hal ini
dimaksudkan untuk memperkecil kesalahan dalam menetapkan jenis resistensi OAT dan pengambilan keputusan paduan pengobatan pasien dengan resistan obat.
Untuk memperluas akses terhadap penemuan pasien TB dengan resistensi OAT, Kemenkes RI telah menyediakan tes cepat yaitu GeneXpert ke fasilitas
kesehatan laboratorium dan RS diseluruh provinsi Kemenkes RI, 2014.
2.6.2 Diagnosis TB Paru
Untuk mengetahui adanya tuberkulosis, dokter biasanya berpegang pada tiga patokan utama. Pertama, hasil wawancaranya tentang keluhan pasien dan
hasil pemeriksaan yang dilakukannya pada pasien itu. Kedua, hasil pemeriksaan laboratorium untuk menemukan basil tahan asam BTA danatau basil
tuberkulosis secara pembiakankultur. Ketiga, hasil pemeriksaan rontgen dada yang akan memperlihatkan gambaran paru orang yang diperiksanya. Selain ketiga
patokan utama ini kadang-kadang dokter juga mengumpulkan data tambahan dari hasil pemeriksaan darah atau pemeriksaan tambahan yang lain Aditama, 1994.
a. Diagnosis TB Paru
- Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
pemeriksaan dahak sewaktu - pagi - sewaktu SPS. -
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB BTA. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. -
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. b.
Diagnosis TB Ekstra Paru Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura Pleuritis, pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang gibbus
pada spondilitis TB dan lain-lainnya. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang
kuat presumtif dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan
ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain Depkes RI, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Bagan Alur Diagnosis TB paru 2.6.3 Klasifikasi Penyakit TB Paru
Untuk menentukan klasifikasi penyakit TB paru, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut Kemenkes RI, 2014 :
a. Berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit
1. TB paru adalah TB yang menyerang jaringan parenkim paru. Tidak
termasuk pleura selaput paru dan kelenjar pada hilus. 2.
TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung pericardium, kelenjar lymfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. b.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
Universitas Sumatera Utara
1. TB paru BTA positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS sewaktu-pagi-
sewaktu hasilnya BTA positif. -
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran TB.
- 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif. -
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. 2.
TB paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi : a.
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif b.
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran TB c.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT d.
Ditentukan dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi pengobatan. c.
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit 1.
TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila
gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas misalnya proses
“far advanced”, dan atau keadaan umum pasien buruk.
Universitas Sumatera Utara
2.
TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu: -
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, ulang kecuali tulang belakang, sendi, dan kelenjar adrenal.
- TB ekstra paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
d. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
Pasien tuberkulosis berdasarkan hasil uji kepekaan dari Mycobacterium tuberculosis
terhadap OAT dapat diklasifikasikan berupa : -
Mono resistan TB MR: resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
- Poli resistan TB PR: resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid H dan Rifampisin R secara bersamaan -
Multi drug resistan TB MDR: resistan terhadap Isoniazid H dan Rifampisin R secara bersamaan
- Extensive drug resistan TB XDR: adalah TB MDR yang sekaligus
juga resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan Kanamisin,
Kapreomisin dan Amikasin -
Resistan Rifampisin TB RR: resistan terhadap Rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip tes cepat atau metode fenotip konvensional.
Universitas Sumatera Utara
2.6.4 Tipe Penderita TB Paru