1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia pada berbagai aspek kehidupan, yang dilakukan secara berkelanjutan
berlandaskan pada kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan perkembangan global.
Pembangunan di bidang hukum merupakan bagian dari pembangunan nasional, karena hukum sebagai sarana pembaruan masyarakat tidak boleh ketinggalan dari
proses perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.
1
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja bahwa hukum sebagai sarana
pembaruan pembangunan masyarakat harus berkembang seiring dengan lajunya pembangunanperkembangan di segala bidang kehidupan.
2
Peranan hukum dalam pembangunan adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur. Perubahan hukum diarahkan sesuai
dengan konsep pembangunan hukum di Indonesia, yang harus dilakukan dengan jalan peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional antara lain
dengan mengadakan pembaruan, kodifikasi serta unifikasi hukum di bidang- bidang tertentu dengan jalan memperhatikan kesadaran hukum masyarakat;
menertibkan fungsi lembaga hukum menurut proporsinya masing-masing;
1
Efa Laela Fakhriah, Bukti Elektronik dalam Sistem Pembuktian Perdata Bandung: Alumni, 2009, hlm.1.
2
Ibid., hlm. 2.
peningkatan kemampuan dan kewibawaan penegak hukum; memupuk kesadaran hukum masyarakat; serta membina sikap para penguasa dan para pejabat
pemerintahNegara ke arah komitmen yang kuat dalam penegakan hukum, keadilan serta perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia.
3
Pembaharuan pembangunan hukum ditandai dengan perkembangan yang terjadi dalam bidang perundang-undangan antara lain dengan terbentuknya
berbagai perundang-undangan baru, seperti diantaranya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
selanjutnya disebut UUP, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan selanjutnya disebut UUDP, Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik selanjutnya disebut UU ITE juga Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Transfer Dana
selanjutnya disebut UUTD. Pembentukan perundang-undangan itu dilakukan
berdasarkan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dalam era globalisasi sekarang ini.
4
Pembangunan hukum sebagaimana telah dikemukakan di atas, tidak dapat dipisahkan dari perkembangan masyarakat, khususnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal ini terkait dengan munculnya berbagai fenomena baru yang merupakan implikasi dari kemajuan teknologi dan informasi yang
antara lain ditandai dengan era teknologi dan informatika yang memperkenalkan dunia maya cyberspace dengan hadirnya interconnected network selanjutnya
3
Ilhami Bisri, Sistim Hukum Indonesia : Prinsip-Prinsip Implementasi Hukum di Indonesia Jakarta : Rajawali Pers, 2004, hlm. 127.
4
Efa Laela Fakhriah, Op.Cit., hlm. 4.
disebut internet yang mempergunakan komunikasi tanpa kertas paperless document.
5
Lembaga perbankan yang sarat dengan teknologi harus mengikuti dan mengusahakan teknologi sebagai bagian dari sistem pelayanannya, yang dikenal
dengan electronic banking selanjutnya disebut e-banking. Perkembangan teknologi akan mengubah secara radikal sistem transaksi perbankan, yang pada
akhirnya mengubah budaya perbankan. Transaksi-transaksi konvensional melalui kertas, cepat atau lambat akan ditinggalkan. Pada akhirnya, transaksi perbankan
akan sangat tergantung pada perkembangan sistem komunikasi ini. Tegasnya, e- banking merupakan tumpuan harapan dari seluruh transaksi perbankan di masa
mendatang.
6
Secara umum, sistem layanan perbankan yang menggunakan e- banking dikategorikan antara lain Automatic Teller Machine selanjutnya disebut
ATM Banking; Kartu Debit; Kartu Kredit; Internet Banking; Short Message Service selanjutnya disebut SMS Banking; Call Banking; Phone Banking, IP
Phone Banking; kartu penarikan fasilitas lain, termasuk sarana bayar lainnya.
7
Berdasarkan sistem layanan perbankan di atas penggunaan telepon seluler untuk transaksi e-banking lebih mudah dikarenakan telepon seluler ponsel atau
telepon genggam telgam atau handphone HP adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon
konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana dan tidak perlu
5
Ibid.
6
Try Widiyono., Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia Bogor: Ghalia Indonesia, 2006, hlm.195.
7
Ibid.
disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel.
8
Saat ini Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu sistem GSM Global System for
Mobile Telecommunications dan sistem CDMA Code Division Multiple Access. Adapun perusahaan penyelenggara telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia
adalah Telkomsel, XL, dan Indosat. Untuk lebih mendorong perluasan layanan, Bank Indonesia selanjutnya disebut BI melakukan fasilitasi untuk menciptakan
sinergi kerjasama bisnis antar pelaku sistem pembayaran, yaitu dengan melakukan interkoneksi antar ketiga perusahaan telekomunikasi tersebut. Interkoneksi
layanan transfer antaroperator seluler tersebut bertujuan untuk efisiensi industri sistem pembayaran dan diharapkan dapat mendorong percepatan adopsi uang
elektronik secara massal. Selain itu juga akan memberikan lebih banyak kemudahan bagi nasabah untuk melakukan transfer dana dan kedepannya layanan
pembayaran lintas operator serta mendukung keuangan inklusif.
9
Layanan pembayaran lintas operator seluler yang canggih atau fasilitas apa saja yang dapat dimanfaatkan nasabah berdasarkan ketentuan-ketentuan yang
terdapat pada masing-masing layanan, baik secara tertulis maupun yang terdapat dalam mesin ATM pada saat pendaftaran dan atau input data, dimana masing-
masing bank mempunyai fasilitas e-banking yang berbeda-beda, sesuai tingkat teknologi informasi yang dimiliki. Penggunaan layanan ini tidak selalu berjalan
8
Telepon Genggam, http:id.wikipedia.orgwikiTelepon_genggam diakses pada tanggal 23 Oktober 2014.
9
Transaksi Transfer Dana via Ponsel Melonjak, http:bisnis
keuangan.kompas.comread20130723153386 diakses pada 23 Oktober 2014.
dengan baik karena kelalaian nasabah atau kesalahan oleh pihak bank sehingga menyebabkan adanya pihak yang dirugikan. Dalam penyelesaian masalah ini
diperlukan adanya alat bukti yang dapat menerangkan siapa pihak yang telah melakukan kesalahan. Akan tetapi sistem pembuktian atas transaksi e-banking
masih diperdebatkan.
10
Dilihat dari aspek pembuktian, maka input data yang terdapat dan atau yang dikeluarkan oleh sarana elektronik tersebut belum sepenuhnya mendapatkan
perlindungan hukum sebagai alat bukti di hadapan hakim pengadilan. Hal ini dapat dilihat dari praktik yang mengharuskan adanya print out dalam bentu kertas
paper.
11
B. Rumusan Masalah