Hasil Penelitian

4.1 Hasil Penelitian

  Dari data yang diperoleh pada tanggal 1 Oktober 2013, diperoleh 20 remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RT 07 Desa Kedungkendo, Candi

  Sidoarjo, kemudian direkapitulasi dan diolah sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :

4.1.1 Data Umum

  Data umum akan diuraikan tentang usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu remaja.

4.1.1.1 Data usia ibu

  Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Usia Ibu Remaja di Perumahan

  TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

  20 – 35 tahun

  Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berusia > 35 tahun sebanyak 13 orang (65).

4.1.1.2 Data tingkat pendidikan ibu

  Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Remaja di

  Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

  Tingkat Pendidikan Ibu

  Frekuensi

  Persentase

  Tinggi

  Menengah

  Dasar

  Total

  Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpendidikan menengah sebanyak 13 orang (65).

4.1.1.3 Data pekerjaan ibu

  Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Pekerjaan Ibu Remaja di

  Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

  Pekerjaan Ibu

  Tidak bekerja

  Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo tidak bekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 14 orang (70).

4.1.2 Data Khusus

  Data khusus terdiri dari pengetahuan remaja tentang perilaku seksual, pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan tingkat pendidikan ibu, dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan pekerjaan ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo.

  4.1.2.1 Data pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

  Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Pengetahuan Remaja tentang

  Perilaku Seksual di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

  Pengetahuan Remaja

  Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 15 orang (75).

4.1.3 Tabulasi Silang Tabel 4.5 Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja Berdasarkan Perilaku

  Seksual dengan Tingkat Pendidikan Ibu di Perumahan TNI- AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

  Pengetahuan

  Tingkat Pendidikan Ibu

  Remaja tentang

  Persentase

  Perilaku Seksual

  Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 20 remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo yang Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 20 remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo yang

  Tabel 4.6 Tabulasi Silang Pengetahuan Remaja tentang Perilaku Seksual

  Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW

07 Desa Kedungkendo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

  Pengetahuan Remaja

  Pekerjaan Ibu

  tentang Perilaku

  Tidak Bekerja

  Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 20 remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik pada ibu bekerja sebanyak 2 orang (50) dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik pada ibu tidak bekerja juga sebanyak 2 orang (50). Data pengetahuan remaja tentang perilaku seksual dalam kategori cukup sebagian besar pada ibu yang tidak bekerja sebanyak 11 orang (73,3). Serta pengetahuan remaja tentang perilaku seksual dalam kategori kurang sebagian

4.2 Pembahasan

  Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada BAB 1 maka pada bagian ini diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian, adapun pembahasan ini sebagai berikut :

4.2.1 Gambaran tingkat pendidikan ibu remaja

  Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpendidikan menengah sebanyak 13 orang (65). Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya (Hastutik, 2011:4). Makin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, maka makin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh ibu. Pendidikan dapat meningkatkan intelegensi dan berpengaruh pada pengetahuan seseorang tentang perilaku seksual yang sehat (Notoadmodjo, 2007:95).

  Ibu yang pendidikannya rendah kurang memahami tentang masalah perilaku seksual yang beresiko dan mungkin juga selalu menunggu arahan atau keputusan dari suami sehingga kurang berinisiatif dalam menghadapi keadaan perkembangan perilaku remajanya (Indarsita, 2007:3).

4.2.2 Gambaran pekerjaan ibu remaja

  Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi

  Sidoarjo tidak bekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 14 orang (70). Karena mayoritas ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo tidak bekerja atau ibu rumah tangga sehingga ibu mampu meluangkan waktu lebih banyak untuk berkomunikasi dengan remajanya. Bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja. Ibu yang bekerja mempunyai resiko remaja yang berperilaku seksual yang beresiko (Indarsita, 2007:3).

4.2.3 Gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual

  Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 15 orang (75). Kemungkinan karena mayoritas ibu di Perumahan TNI-AL RT 22 RW

  07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo ini berpendidikan menengah dan tidak bekerja, sehingga pengetahuan ibu tentang perilaku seksual termasuk baik. Ibu dapat memahami tentang masalah perilaku seksual yang beresiko dan cukup berinisiatif dalam menghadapi keadaan perkembangan perilaku seksual remajanya dan ibu mampu mengarahkan remajanya untuk berperilaku seksual yang tidak berisiko (Indarsita, 2007:3).

  Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual meliputi faktor dari dalam remaja itu sendiri, Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual meliputi faktor dari dalam remaja itu sendiri,

  

  Menurut Sarwono (2010), ada pandangan yang menyatakan bahwa seks merupakan sesuatu hal yang sangat menarik bagi para remaja. Hal ini ditandai dengan adanya tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya, maupun dengan sesama jenis yang dinamakan perilaku seksual.Bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang khayalan dan diri sendiri. Di fase ini, remaja juga dituntut untuk berperilaku sesuai dengan peran seksual mereka, baik sebagai laki-laki atau perempuan.

4.2.4 Gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual yang sehat berdasarkan tingkat pendidikan ibu

  Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 20 remaja di

  Sidoarjo yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik sebagian besar tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 3 orang (75) dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori tinggi sebanyak 1 orang (25). Data yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk cukup sebagian besar tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 9 orang (60), pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk cukup yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori tinggi sebanyak 4 orang (26,7), dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk cukup yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori dasar sebanyak 2 orang (13,3).

  Kemungkinan karena ibu yang berpendidikan tinggi tentunya mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah terutama dalam hal mengarahkan remajanya untuk berperilaku seksual yang tidak berisiko (Indarsita, 2007:3). Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan banyak berpartisipasi dan lebih cepat dan tepat dalam pengambilan keputusan dan mampu memberikan informasi tentang perilaku seksual remaja secara benar.

  Serta yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk kurang yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 1 orang (100). Hal ini bisa di sebabkan karena bukan hanya faktor dari tingkat pendidikan seorang ibu saja yang mampu Serta yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk kurang yang tingkat pendidikan ibu dalam kategori menengah sebanyak 1 orang (100). Hal ini bisa di sebabkan karena bukan hanya faktor dari tingkat pendidikan seorang ibu saja yang mampu

  Menurut Hurlock (1999), semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dan cara pengambilan keputusan pun mampu lebih bijaksana. Sedangkan fasilitas atau sarana kesehatan juga menunjang untuk memberi pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja. Sehingga tingkat pendidikan buka satu-satunya faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual akan tetapi masih banyak faktor lain seperti diatas.

4.2.5 Gambaran pengetahuan remaja tentang perilaku seksual berdasarkan pekerjaan ibu

  Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 20 remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik pada ibu bekerja sebanyak 2 orang (50) dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik pada ibu tidak bekerja juga sebanyak 2 orang (50). Data pengetahuan remaja tentang perilaku seksual dalam kategori cukup sebagian besar pada ibu yang Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 20 remaja di Perumahan TNI-AL RT 22 RW 07 Desa Kedungkendo, Candi Sidoarjo yang pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik pada ibu bekerja sebanyak 2 orang (50) dan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual termasuk baik pada ibu tidak bekerja juga sebanyak 2 orang (50). Data pengetahuan remaja tentang perilaku seksual dalam kategori cukup sebagian besar pada ibu yang

  Bekerja umumnya menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Bekerja bagi ibu- ibu akan mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan tentang perilaku seksual pada remaja. Ibu yang bekerja mempunyai resiko remaja yang berperilaku seksual yang tidak sehat (Indarsita, 2007:3). Namun pada penelitian ini kenyataannya ibu-ibu yang bekerja dengan tidak bekerja memiliki remaja yang berpengetahuan tentang perilaku seksual sebagian besar yaitu cukup. Remaja dengan ibu yang bekerja memperoleh dukungan emosional dan kasih sayang yang sama halnya seperti ibu yang tidak bekerja.

  Komunikasi yang efektif antara ibu dengan remajanya telah diidentifikasi sebagai strategi utama dalam meningkatkan perilaku seksual yang bertanggung jawab dan pengalaman seksual yang minim pada remaja. Melalui komunikasi, ibu seharusnya menjadi sumber informasi dan pendidik utama tentang seksualitas bagi remajanya. Ibu juga perlu mengembangkan kepercayaan kepada remajanya, sehingga remaja lebih terbuka dan mau bercerita, agar orang tua bisa memantau pergaulan anak remajanya.

  Terkadang peran keluarga khususnya ibu dalam komunikasi dengan remaja terbatas hanya dalam hal-hal tertentu saja seperti pendidikan, pelajaran, kesehatan atau keuangan. Sementara untuk Terkadang peran keluarga khususnya ibu dalam komunikasi dengan remaja terbatas hanya dalam hal-hal tertentu saja seperti pendidikan, pelajaran, kesehatan atau keuangan. Sementara untuk

  Adanya kebutuhan seorang remaja untuk dapat memahami seks dengan baik dan benar merupakan sebuah petunjuk bahwa pendidikan seks sangat diperlukan. Satu-satunya penyelamatnya adalah orang tua yang telah mempersiapkan diri untuk menghadapi remajanya dengan belajar tentang cara mengajarkan seks yang sehat kepada para remajanya serta memberikan latihan mental dan moral. Pendidikan seks bagi remaja yang di sampaikan oleh orang tua menjadi sesuatu yang harus dipertahankan di dalam keluarga (Wuryani, 2008:1).

  Selain itu, juga terdapat faktor lingkungan dan informasi yang mampu mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal- hal yang baik juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan, seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikirnya. Serta informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi bila ia mendapatkan informasi yang baik dari Selain itu, juga terdapat faktor lingkungan dan informasi yang mampu mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat mempelajari hal- hal yang baik juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan, seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikirnya. Serta informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi bila ia mendapatkan informasi yang baik dari

  

  Adanya perilaku menyimpang serta kenakalan remaja juga dapat mempengaruhi pengetahuan remaja tentang perilaku seksual. Menurut Sarwono (2010), semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga, dan lain-lain) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang. Tetapi jika perilaku itu terjadi terhadap norma- norma hukum pidana barulah disebut kenakalan. Adapun perilaku menyimpang yang biasanya dilakukan oleh remaja adalah penggunaan obat-obatan terlarang, kerusuhan, pemberontakan terhadap otoritas, pemerkosaan, dan lain-lain.

  Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenakalan remaja antara lain: keluarga berantakan (broken home), kurangnya kasih sayang orangtua, disiplin yang berlebihan, pengasuhan yang tidak stabil, dan kemiskinan ekonomi (Karya, 2010:10-11).