BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH ( BPRS ) SEBAGAI ALTERNATIFE PERBANKAN UNTUK PEMBIAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BANDUNG
BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH ( BPRS ) SEBAGAI ALTERNATIFE PERBANKAN UNTUK PEMBIAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BANDUNG
Thomas Busthomi
Dosen Pasca Sarjana Universitas Pasundan Bandung [email protected]
Latifah Adnani
Dosen Administrasi Bisnis Fisip Universitas Pasundan Bandung [email protected]
PENDAHULUAN
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) telah mencanangkan program GRES (Gerakan Ekonomi Syariah ) sebagai gerakan nasional.
Hal ini sesuai dengan jiwa ekonomi kerakyatan yang diharapkan bisa menyokong perekonomian nasional Gerakan Ekonomi Syariah bisa dalam bentuk aktifi tas bisnis
syariah baik dibidang retail maupun jasa. Bisnis syariah dibidang jasa meliputi pegadaian syariah, lembaga zakat dan wakaf,pasar modal islam,asuransi Islam,Lembaga Bank Islam termasuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Indonesia digadang gadang sebagai pusat ekonomi syariah dunia, tetapi selama
2 (dua) dekade perkembangan pangsa pasar perbankkan syariah mengalami stagnan yaitu sekitar 5 ( lima ) persen dari perkembangan pangsa pasar perbankkan nasional (Pikiran rakyat 28 Mei 2014 , halaman 26 ). Padahal potensi ekonomi syariah sangat luas mengingat masih banyaknya masyarakat Indonesia termasuk di kabupaten Bandung yang sebagian besar masyarakatnya adalah religius, sehingga merasa kurang nyaman apabila bertransaksi keuangan dengan menggunakan sistem perbankan konvensional, yang menggunakan system bunga yang bisa ditafsirkan mendekati riba. selain itu jumlah penduduk muslim di kabupaten Bandung yang besar ( 85 % ) sangat berpotensi untuk pengembangan system ekonomi syariah.
Bank Pembiayaan Rakyat ( BPR ) Syariah yang merupakan salah satu bentuk system ekonomi syariah dibidang lembaga keuangan syariah, mulai muncul pada tahun 1992, yang dilandasi oleh Undang – undang Perbankkan Nomor 7 tahun 1992 yang
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 285 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 285
BPR syariah berorientasi untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk melakukan investasi dan penghimpunan dana masyarakat , untuk pembangunan nasional yang kini masih terus berjalan. Kehadiran lembaga keuangan syariah khususnya BPR syariah dan Baitul Mal Wat Tanwil ( BMT ) sangat sejalan dengan program pemerintah kabupaten Bandung yaitu pembangunan ekonomi kerakyatan. Dengan demikian kehadiran BPR syariah sesuai dengan skalanya akan dapat membantu masyarakat golongan kecil yang selama ini nyaris tidak tersentuh oleh perbankkan syariah. Selain itu kehadiran BPR syariah dapat membantu mengatasi kendala yang kini tengah dihadapi oleh perekonomian nasional seperti membendung laju infl asi melalui kebijakan uang yang ketat, karena bank bank syariah sejak awal menerapkan secara selektif penyaluran kreditnya, bahkan disertai dengan bimbingan kepada nasabah peminjam. Selain itu system bagi hasil dalam BPR syariah lebih meringankan nasabah daripada sistem bunga . Sistem bagi hasil dalam BPR syariah akan menekan laju infl asi. Jadi BPR syariah sangat berperan dalam pemberdayaan ekonomi umat dengan mengembangkan ekonomi golongan lemah. Selain itu menurut Wahyu Dwi Agung ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia ( Asbisindo ) , mengemukakan bahwa tingkat bagi hasil deposito perbulan di BPR syariah dapat mencapai angka 15 ( lima belas ) sampai 16 ( enam belas ) persen , sedangkan di Bank konvensional dalam 1 ( satu ) bulan hanya mencapai sekitar 12 ( dua belas ) sampai 13 ( tiga belas ) persen. BPR syariah juga bisa memberikan bagi hasil yang lebih tinggi karena BPR syariah melempar dananya kesektor mikro. Karena marginnya besar, sehingga bagi hasilnya cukup besar. Pada BPR syariah pendekatan kepada nasabah juga dilakukan secara personal. Selain itu prosedur bagi nasabah yang hendak melakukan atau menggunakan jasa seperti untuk memberikan dana pinjaman atau pembiayaan, dilaksanakan secara sederhana
286 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
Di Kabupaten Bandung berdasarkan data tentang jenis dan jumlah bank dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini.
Tabel 1 Jenis dan Jumlah Bank dan Cabangnya di Kabupaten Bandung 2013
1 Bank umum konvensional
2 Bank Umum Syariah
3 BPR Konvensional
4 BPR Syariah
Sumber : Bagian Perekonomian – Setda Kabupaten Bandung
Memperhatikan jumlah BPRS yang masih minim, sedangkan visi misi dari pemerintah yang mengedepankan ekonomi kerakyatan, dan menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi kabupaten Bandung pada tahun 2012 mengalami kemajuan yang cukup signifi kan yaitu 6,5 % , maka gagasan pembentukan BPRS oleh pemerintah Kabupaten Bandung sudah tepat. keberadaan BPRS perlu dibentuk Peraturan Daerah sebagai payung hukum BPRS di kabupaten.Bandung. Walaupun perlu ditinjau dari berbagai aspek kelayakan seperti pangsa pasar, perencanaan struktur organisasi dan sumber daya manusia, produk dari perbankan syariah,kemampuan bersaing dengan BPRS dan BPR konvensional yang sudah ada terlebih dulu.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Menurut jenisnya bahwa bank terbagi atas bank umum dan bank perkreditan rakyat.Kedua jenis bank tersebut dapat melaksanakan kegiatannya baik secara konvensional maupun berdasarkan prinsip prinsip syariah.Dengan demikian peluang untuk membuka bank umum syariah maupun bank perkreditan syariah terbuka luas (Mardani,118,2011 )
Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) syariah lahir berdasarkan kebutuhan masyarakat yang menghendaki adanya pelayanan bank syariah yang dapat menjangkau lebih luas ke wilayah wilayah baik tingkat kecamatan maupun pedesaan.
Bank Perkrditan Rakyat ( BPR ) syariah berdasarkan UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankkan dalam pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melakukan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 287
. Jadi BPR syariah ini merupakan suatu lembaga keuangan sebagaimana Bank Perkreditan Rakyat secara konvensional , yang operasionalnya menggunakan prinsip prinsip syariah.
Pengertian dari syariah dituliskan dalam http://.blogspot.com/2013/01/.html http:Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan seluruh kebajikan. Kata syariat berasal dari kata syar’a al-syai’u yang berarti menerangkan atau menjelaskan sesuatu. . Syariat dalam istilah syar’i hukum-hukum Allah yang disyariatkan kepada hamba- hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Saw dari perkataan, perbuatan dan penetapan. Syariat dalam penjelasan Qardhawi adalah hukum-hukum Allah yang ditetapkan berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan sunnah serta dalil-dalil yang berkaitan dengan keduanya seperti ijma’ dan qiyas. Syariat Islam dalam istilah adalah apa- apa yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya dari keyakinan (aqidah), ibadah, akhlak, muamalah, sistem kehidupan dengan dimensi yang berbeda-beda untuk meraih keselamatan di dunia dan akhirat.
Setelah diundangkannya perbankkan syariah yaitu UU nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka istilah Bank Perkreditan Rakyat Syariah dirubah menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Penggantian nama ini didasarkan bahwa perkreditan selama ini dipakai pada bank konvensional untuk menyalurkan dananya kepada masyarakat tidak dikenal dalam bank syariah.Bank syariah dalam menyalurkan dananya tidak berdasarkan kredit tetapi dalam bentuk pembiayaan. Selanjutnya istilah nasabah penyimpan diganti dengan nasabah penitip dan atau nasabah investor. Dalam system perbankan syariah dikenal 2 ( dua ) jenis nasabah, yaitu nasabah yang hanya menitipkan dananya pada bank syariah dan ada yang menitipkan dananya dalam bentuk investasi.Kemudian istilah nasabah debitur diganti dengan nasabah pembiayaan. Dikarenakan penyaluran dana pada perbankan syariah bukan dalam bentuk kredit melainkan pembiayaan.
Bentuk badan hukum dalam pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, adalah dalam bentuk : Perseroan Terbatas ( PT ) karena lembaga ini akan menghimpun dana masyarakat selain bentuk pelayanan keuangan lainnya.
Tujuan didirikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Berdasarkan UU no. 10 tahun 1998 tentang perbankan , tujuan dikembangkannya perbankaan syariah adalah :
1. Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi msyarakat yang tidak dapat menerima konsep bunga. Dengan diterapkannya system perbankan syariah yang
288 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 288 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
2. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip kemitraan. Dalam prinsip ini konsep yang diterapkan adalah hubungan investor yang harmonis ( mutual investor relationship ) .Sementara dalam bank konvensional , konsep yang diterapkan adalah hubungan debitur –kreditur ( debtor to creditor relationship )
3. Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang memiliki beberapa keunggulan komperatif berupa peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan ( perpetual interest effect ), membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif ( unproductive speculation ) pembiayaan ditujukan kepada usaha usaha yang lebih memperhatikan unsur moral.
Beberapa perubahan penting dalam UU Nomor. 10 Tahun 1998, antara lain sebagai berikut :
1. Dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan perbankan oleh Bank Perkreditan Rakyat,khususnya untuk masyarakat golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil yang dalam kenyataannya terdapat baik diwilayah pedesaan maupun perkotaan , maka persyaratan bahwa pendirian dan atau pembukaan kantor bank perkreditan rakyat harus dilakukan diwilayah kecamatan, dihapuskan. Dengan demikian BPR dapat didirikan dan mmmbuka kantor diseluruh wilayah Indonesia
2. Bank umum dan bank perkreditan rakyat dapat menjalankan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah . Khusus bagi bank umum yang selama ini menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dapat membuka cabang penuh full branch ) untuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Azas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
UU no. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dalam pasal 2 menyebutkan tentang Perbankan syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi,dan prinsip kehati hatian.
Yang dimaksud prinsip syariah adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung :
1. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah ( batil ) antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan ( fadhl ), atau dalam transaksi pinjam meminjam yang
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 289 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 289
Adapun perbedaan BPR Syariah dengan BPR Konvensional tersaji dalam tabel 2 dibawah ini
Tabel 2 Perbedaan BPR syariah dengan BPR konvensional
Keterangan
BPR Konvensional
BPR Syariah
Tujuan Didirikan untuk mencari Didirikan untuk kemaslahatan umat selain keuntungan.
mencari keuntungan
Istilah Istilah BPR adalah Bank Istilah BPR adalah Bank Pembiayaan Perkreditan Rakyat, karena
Rakyat Syariah, karena BPR syariah dalam menyalurkan dananya
dalam menyalurkan dananya berdasarkan dalam bentuk kredit bank
pembiayaan bukan perkreditan. Pengguna Jasa
untuk pihak yang Pihak pengguna Jasa BPR syariah dikenal 2 menggunakan jasa BPR
istilah nasabah, yaitu nasabah penyimpan konvensional disebut
yaitu nasabah yang hanya menitipkan nasabah.
dananya ke BPR syariah dan nasabah
investor yang menitipkan dananya dalam bentuk investasi. dan nasabah pembiayaan Karena penyaluran dana pada BPR syariah bukan dalam bentuk kredit melainkan pembiayaan
Azas,Fungsi,prinsip Tidak diatur Azas,fungsi,prinsip dan tujuan BPR syariah dan tujuan
ditegaskan prinsip bagi hasil,penyertaan modal, , jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam dan pemberian jasa layanan bank
Pengembangan Tidak diatur Adanya klausul “senantiasa dapat mengikuti produk
perkembangan yang ada” , sehingga BPR syariah dapat berinovasi mengembangkan produknya.
Pembinaan dan Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan pengawasan aspek Pengawasan
oleh Bank Indonesia keuangan oleh Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional menyangkut aspek syariahnya.
Sistem Adanya bunga Larangan Riba yang menurut beberapa ulama bunga bank termasuk riba. dan dirubah menjadi bagi hasil.
Perbuatan yang Tidak diatur Mengatur perbuatan yang dilarang selain dilarang terhadap
riba yaitu : maistir,gharar,haram,zalim. usaha bank
Penyelesaian Penyelesaian masalah melalui Penyelesaian masalah melalui musyawarah, masalah
musyawarah, mediasi, Mediasi, Peradilan Agama, Peradilan umum Pengadilan umum
sepanjang disepakati para pihak, Arbitrase
290 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
Kepemilikan dan Modal
1. Menyangkut Kepemilikan dan modal untuk mendirikan dan memiliki BPR syariah ber dasarkan (pasal 4 ) Peraturan Bank Indonesia Nomor 6 / 17 / PBI / 2004 sebagai berikut :
Modal yang harus disetor adalah :
a. Rp. 2.000.000.000 ( dua miliar rupiah ) untuk BPR syariah yang didirikan diwilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya dan Kabupaten Tangerang, Bogor, Depok dan Bekasi.
b. Rp. 1.000.000.000 ( satu miliar rupiah ) untuk BPR syariah yang didirikan diwilayah ibukota provinsi diluar wilayah tersebut pada huruf a diatas
c. Rp. 500.000.000 ( lima ratus juta rupiah ) untuk BPR syariah yang didirikan diluar wilayah terebut pada huruf a dan b diatas.
2. Berdasarkan SK DIR BI Nomor. 32/36/1999 ( pasal 15 ) menyebutkan tidak memberikan kemungkinan bagi pihak asing untuk mendirikan BPR syariah. Pihak yang dapat menjadi pemilik BPR syariah adalah pihak pihak :
• Tidak termasuk dalam daftar orang tercela dibidang perbankan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas yang baik , antara lain :
• Memiliki moral dan akhlak yang baik • Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku • .Bersedia mengembangkan BPR syariah yang sehat.
Kepengurusan BPR syariah
Berdasarkan ketentuan pasal 19 SK DIR BI 32/36/1999 kepengurusan BPR syariah terdiri dari :
a. Dewan Komisaris
b. Dewan Pengawas syariah
c. Direksi, disamping kepengurusan.
Komisaris
Mempunyai tugas dan kewenangan : • Mengawasi direksi dalam menjalankan kegiatan usahanya
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 291
• Memberi nasehat ( pertimbangan ) kepada direksi • Bertanggung jawab pada Rapat Umum Pemegang Saham.
Pengawas Operasional BPR syariah.
Dewan pengawas syariah berfungsi mengawasi kegiatan BPR syariah. Jumlah anggota Dewan Komisaris BPR syariah, harus sekurang-kurangnya
1 (satu) orang. Dewan pengawas syariah ini mengawasi dalam sektor penerapan kegiatan BPR syariah sudah sesuai atau tidaknya dengan syariat hukum Islam.
Pada dasarnya konsep dasar operasional BPR Syariah sama dengan konsep dasar operasional Bank Muamalat Indonesia yaitu :
1. Sistem Simpanan Murni atau penghimpunan dana masyarakat (al wadiah ) dalam bentuk simpanan dan investasi antara lain :
a. Tabungan berdasarkan wadi’ah dan/ atau mudharabah
b. Deposito berjangka berdasarkan prinsip Mudharabah
2. Melakukan Penyaluran Dana melalui :
a. Sistem bagi hasil berdasarkan akad antara lain : • Mudarabah • Musyarakah
b. Prinsip Jual beli dan margin keuntungan berdasarkan akad antara lain :
• Murabahah • Istishna • Salam
c. Sistem Sewa Menyewa berdasarkan akad antara lain : • Ijarah
• Ijarah Muntahiya Bittamlik
d. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh
3. Melakukan Pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad antara lain :
a. Wakalah
b. Hawalah
c. Kafalah
d. Rahn
292 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
Sistem murni dalam BPRS meliputi tabungan dan Deposito. Tabungan BPRS ada yang disebut Wadiah yaitu titipan yang tidak menanggung resiko. Sedangkan Tabungan mudharabah adalah tabungan yng dijalankan berdasarkan akad mudharabah
Perbedaan system tabungan wadiah dan mudharabah sebagai berikut :
TABEL 3
PERBEDAAN SISTEM WADIAH dan MUDHARABAH
MUDHARABAH Sistem Akad
Nomor
WADIAH
Menggunakan akad wadiah, yaitu Akadnya mudharabah akad wadiah yad adh dhamanah
Kedudukan Nasabah sebagai penitip barang/dana Nasabah penabung bersifat sebagai Nasabah
dan bank sebagai lembaga penitip shahibul mal ( pemilik dana ),dan BPR suatu barang atau dana tersebut
syariah sebagai mudhorib ( pengelola dana )
Keuntungan Sifatnya sukarela/ sosial (Tabarru), Keuntungan dibagi melalui bagi hasil sehingga tidak ada bagi hasil bagi nasabah
Insentif BPR syariah dapat menempatkan Tabungan yang sifatnya mengikat, ada nya bonus langsung kerekening nasabah. kerjasama antara bank dan nasabah. Syarat wadiah : a) Tidak diperjanjikan diawal akad b) Tidak ditentukan besarnya.
Karakteristik Perbedaan antara sistem Wadiah Sifat dana pada tabungan mudharabah dengan Mudharabah pada : 1) sifat sebagai investasi dana, 2) insentif, dan 3)pengembalian dana.
Insentif sifatnya bagi hasil yang wajib diberikan oleh bank jika memperoleh
Sifat dana wadiah sebagai titipan. pendapatan atau laba pada setiap periode yang disepakati ( biasanya 1 bulan ) kepada
Insentif pada tabungan wadiah berupa penabung dengan nisbah yang disepakati. bonus yang tidak disyarat kan dimuka dan bersifat sukarela jika Pengembalian dana tidak dijamin semuanya bank hendak memberikannya.
akan dikembalikan dana yang ditabung Pengembalian dana pada tabungan Kerugin usaha ditanggung semuanya oleh
wadiah dijamin akan dikembalikan shahibul maal, sepanjang kerugian tidak semua oleh bank.
disebabkan oleh kelalaian mudhorib Penarikan dana dapat dilakukan setiap Penarikan tabungan hanya dalam waktu
saat.
tertentu.
Adapun hal prinsip yang membedakan perbankan system perbankan konvensional dengan system perbankan syariah yaitu dalam perbankan syariah tidak adanya bunga tetapi bagi hasil .
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 293
Perbedaan Bunga dengan Bagi Hasil akan diuraikan pada tabel 3 berikut ini
Tabel. 4 Perbedaan sistem bunga bank dengan bagi hasil
Bagi hasil Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan
Bunga
1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil asumsi harus selalu untung
dibuat pada waktu akad . Dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
2. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah 2. Besarnya resiko bagi hasil berdasarkan pada uang ( modal ) yang dipinjamkan.
jumlah keuntungan yang diperoleh Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanji- Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek
kan tanpa pertimbangan apakah proyek yang di- yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian jalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi,
akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. 4, Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat
4. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai sekalipun jumlah keuntungan meningkat.
dengan peningkatan jumlah pendapatan Sumber : Mardani, 191,2011
METODE
1. Sumber Data
Kajian ini dimulai dengan pengumpulan data sekunder dan kajian literatur sehubungan dengan fenomena ekonomi di wilayah Kabupaten Bandung, hasil kajian sebelumnya dan informasi lesson learnt sehubungan dengan praktik keuangan mikro dan BPR/BPRS di Indonesia. Penggunaan data sekunder dan hasil kajian/studi literatur yang relevan diharapkan mampu menjawab tujuan kajian yang telah ditetapkan. Sumber data berasal dari instansi terkait yang dapat dipercaya dan bertanggung jawab, yaitu terdiri dari: Setda Kabupaten Bandung, BPS, dan Bank Indonesia.
2. Metode dan Objek Analisis
Kajian ini menggunakan kajian deskrptif, seperti Whitney yang dikutip oleh Nazir (1998) mendefi nisikan metode deskriptif sebagai proses pencarian dan pemaparan
fakta dengan interpretasi yang tepat. Kajian deskriptif mempelajari masalah- masalah sosial dan tata cara yang berlaku dalam situasi tertentu, yang meliputi tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, pandangan-pandangan, serta proses yang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Objek kajian ini ini adalah dokumen, ketentuan atau peraturan dan perundangan yang berlaku yang mengatur Lembaga Keuangan Bank dari berbagai sumber, seperti Bank Indonesia, Pemerintah Kabupaten Bandung, dan lembaga lainnya.
294 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
Objek lainnya adalah dokumen yang berisi data sekunder yang relevan dengan kajian ini, misalnya data BPS dan data dari Pemerintah Kabupaten Bandung. Objek terakhir yang digunakan adalah dokumen yang memuat lesson learnt dari praktik BPRS yang telah berjalan di Indonesia.
3. Metode Focus Group Discussion ( FGD )
FGD melibatkan stakeholder lintas sektor terkait, dan komponen masyarakat. Diskusi ini dilakukan untuk membahas topik yang dipilih terkait penyusunan naskah akademik yang selanjutnya digunakan sebagai landasan untuk penyusunan rancangan Peraturan Daerah tentang BPRS Pemerintah Kabupaten Bandung. Pihak yang hadir dalm FGD pada tanggal 27 Juni 2014, dari Bappeda, Organisasi, Bagian Hukum, Kabag Perekonomian, Praktisi dari BPR, konsultan dan Organisasi Masyarakat
4. Kerangka Kajian
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 295
PEMBAHASAN
Pertumbuhan laju perekonomian kabupaten Bandung yang semakin berkembang, sangat membutuhkan adanya dukungan lembaga keuangan perbankan sebagai mitra dalam pengembangan dan keberlanjutan usaha. Kehadiran perbankan yang memiliki karakter yang sesuai dengan para pelaku usaha sangat diharapkan.Kehadiran BPR sebagaimana disebutkan dalam UU Perbankan nomor 10 tahun 1998 secara tegas menyebutkan bahwa kegiatan usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha usaha kecil dan masyarakat di daerah pedesaan.Sehingga kehadiran BPRS suatu keniscayaan untuk memelihara proses pelaksanaan perekonomian Kabupaten Bandung yang sebagian besar pelaku ekonominya adalah pengelola Usaha Mikro Kecil ( UMK ) serta masyarakat pedesaan.
Aspek Geografi dan Demografi
Kabupaten Bandung memiliki luas, 176.238,67 ha, yang mempunyai batas wilayah administraatif pemerintahan Kabupaten Bandung yaitu
• sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, kota Bandung dan Kabupaten Sumedang,
• Pada sebelah timur dibatasi wilayah Kabupaten Sumedang dan Kabupten Garut. • Wilayah barat dibatasi Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi. • Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur
Keberadaan ibukota Kabupaten Bandung di Soreang. jumlah penduduk berdasar data Badan statistik 3.215.548 ( 2010 ) , yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.638.623 jiwa ( 50,96% ) dan perempuan sebanyak 1.576.925 jiwa ( 49,04 % ) Yang tersebar di
31 kelurahan, 9 kecamatan dan 267 desa. Jika dilihat dari komposisi usia penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk usia produktif ( 15 – 64 tahun ) mencapai
64,89 %, sedangkan jumlah penduduk kelompok usia muda ( 0 – 14 tahun ) berjumlah 31,17 %, dan jumlah penduduk kelompok usia tua ( 65 tahun keatas ) mencapai 3,95% . Berdasarkan Agama yang dianut sebanyak 3.104.184 atau 85 % memeluk agama Islam, yang beragama Kristen sebanyak 45.734 jiwa, Penganut agama Katolik 14.608, Pengganut Budha 2365 siasanya agama hindu berjumlah 810. Jumlah penduduk tersebut tersebar di 31 kelurahan, 9 kecamatan dan 267 desa
Visi Kabupaten Bandung adalah Terwujudnya Kabupaten yang maju , mandiri, dan berdaya saing , melalui tata kelola pemerintahan yang baik dan pemantapan
296 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
Pembaangunan Pedesaan , berlandaskan religius, kultural dan berwawasan lingkungan. Langkah untuk mewujudkan visi tersebut, maka harus ditetapkan misi yang harus mendapat perhatian secara sekasama dimana tugas yang diemban oleh pemerintah kabupaten Bandung adalah :
1. Meningkatkan profesioalisme birokrasi
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia terutama menyangkut Kesehatan dan Pendidikan yang berlandaskan iman dan takwa serta melestarikan budaya Sunda
3. Memantapkan pembangunan pedesaan
4. Meningkatkan keamanan dan ketertiban wilayah.
5. Meningkatkan ketersediaan infra struktur dan keterpaduan tata ruang wilayah
6. Meningkatkan Ekonomi Kerakyatan yang berdaya saing.
7. Memulihkan keseimbangan lingkungan dan menerapkan pembangunan berkelanjutan.
Menyimak visi dan Misi Kabupaten Bandung bahwa dapatlah di ketahui bahwa arah pembangunan pemerintah Kabupaten Bandung adalah untuk mensejahterakan rakyatnya.Sehingga diharapkan rakyat Kabupaten Bandung dapat berkembang, mandiri dan memiliki keimanan yang kuat.
Potensi alam dan masyarakat Kabupaten Bandung sangatlah memiliki harapan kuat dalam mengembangkan kehidupan kabupaten Bandung terutama disektor perekonomian, sektor industri,pertanian, wisata dan perdagangan yang menjadi unggulan pemerintah kabupaten Bandung . Potensi alam yang indah dan unik sebagai andalan untuk digarap sebagai daerah wisata. Daerah Wisata tersebut tersebar di tiap kecamatan seperti daerah Rancabali, Ciwidey, Pangalengan , Bale Endah dan sebagainya.
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan Ekonomi yaitu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara / wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional / wilayah. Laju perekonomian kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel 5. berikut in
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 297
Tabel. 5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung
Tahun
Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : BPS 2013
Laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Bandung mengalami fl uktuatif. Yaitu pada tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan. Tetapi dari tahun 2010, 2011
dan 2012 adanya kenaikan yang signifi kan. Pertumbuhan ekonomi sebagai indicator keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan membandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun yang lalu.
Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita yaitu besarnya pendapatan rata rata penduduk disuatu Negara . Pendapatan perkapita diperoleh dari hasil pembagian pendapatan suatu Negara / wilayah dengan jumlah penduduk Negara / wilayah tersebut. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai untuk mengukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah Negara / wilayah tersebut. Pendapatan perkapita merupakan prestasi ekonomi suatu Negara atau wilayah tersebut yang sekaligus merupakan potensi dalam hal pengembangan pasar perbankan di kabupaten Bandung. Tahun 2007 pendapatan perkapita masyarakat kabupaten bandung baru sekitar Rp. 6,1 juta /kapita/tahun. Tahun 2010 pendapatan perkapita masyarakat kabupaten Bandung mencapai Rp.14,2 juta/kapita/tahun atau 1,2 juta /perkapita/bulan.Tingkat pendapatan perkapita bulanan ini dapat menunjukkan bahwa mayoritas penduduk dan pelaku ekonomi di kabupaten Bandung memiliki pendapatan yang relative rendah . Oleh karenanya BPR merupakan bank yang paling tepat bagi sebagian penduduk kabupaten Bandung untuk saat ini.
298 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Bandung
Usaha Mikro kecil dan Menengah ( UMK ) menurut UU nomor 20 tahun 2008 adalah sebagai berikut :
1. Usaha Mikro merupakan usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usah perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 ( lima puluh juta rupiah ) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 ( tiga ratus juta rupiah )
2. Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri , yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukn cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar . Usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 ( lima puluh juta ) sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000 ( lima ratus juta rupiah ) tidak termasuk tanh dan bangunan tempat usaha.atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000 ( tiga ratus juta rupiah ) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 ( dua milyar lima ratus juta rupiah
Undang undang ini juga mendefi nisikan bahwa Usaha Menengah sebagai usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri , yang dilakukan oleh orang perorangan ataupun
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki atau dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar. Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah ) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,- ( sepuluh miliar rupiah ) tidak termasuk tanh dan bangunan tempat usaha. Atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,- ( dua milyar lima ratus ribu rupiah ) sampai dengan paling banyak Rp.50.000.000.000 ( lima puluh miliar rupiah ). Melihat kapasitasnya sesuai defi nisi UU ini , Usaha Menengah bukan lagi segmen pasar layanan target BPR/BPRS
Sedangkan salah satu pilar ekonomi pedesaan adalah koperasi .Koperasi merupakan organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasionalkan oleh orang seorang demi kepentingan bersama .
Sesuai dengan regulasi perbankan BPR/BPRS berkenaan dengan pelayanan bagi UMK ( Usaha Mikro dan kecil )dan masyarakat ekonomi pedesaan , termasuk koperasi yang berdasarkan data di Kabupaten Bandung jumlahnya 2249 unit.. Kegiatan ekonomi
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 299 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 299
Potensi Sektor Usaha Potensi Sektor Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Bandung memiliki potensi sector pertanian hamper di seluruh Wilayah Pengembangan ( WP ), sehingga kebijakan pengembangan system kota kota dan wilayah diarahkan pada pengembangan kawasan pertanian, terutama di wilayah pengembangan Soreang – Kutawaringin - Katapang, WP Baleendah, WP Banjaran, WP Majalaya, WP Cileunyi , WP Rancaekek, WP Cicalengka dan WP Cilengkrang- Cimenyan.
Potensi lahan di Kabupaten Bandung meliputi lahan Sawah seluas 36.212 ha atau 20,55 % dari luas wilyah Kabupaten Bandung ( 176,239 Ha ), dan lahan kering seluas 140.027 Ha (79.45 % ). Lahan kering terdiri dari lahan kering pertanian seluas 74.778 Ha atau 42,43 % dan lahan kering bukan pertanian 65.249 Ha (37,02 % )
Sektor pertanian di kabupten Bandung menempati urutan ketiga yang berkontribusi tehadap PDRB. Rata rata pertumbuhan PDRB Pertanian mencapai 2,19 % per tahun atau lebih rendah bila dibandingkan dengan sector lainnya.. namun indeks pemusatan ekonomi dikabupaten bandung menempati sector pertanian sebagai basis ekonomi yang akan memberikan kontribusi besar pengembangan wilayah di kabupaten bandung. Sector ini juga melibatkan 1.782 kelompok tani yang terdi dari :
• Kelompok petani pemula
: 10 keluarga
• Kelompok tani lanjut
: 266 keluarga
• Kelompok tani madya
: 406 keluarga
• Kelompok tani utama
: 10 keluarga
• Kelompok tani wanita tani : 99 keluarga Selain itu sector ini juga melibatkan sector kelembagaan tani seperti :
Perkumpulan tani Pemakai Air ( P3A ) Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian ( UPJA ) Asosiasi Petani Komoditas Hortikultura Asosiasi Petani Komoditas Strawberry dan sebagainya
300 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
Komunitas tersebut sebagi bentuk wadah pelaku usaha sector pertanian yang secara terorganisasi memberikan kontribusi bagi pembangunan sektor ini.
Di sisi lain sektor pertanian juga didukung oleh sektor perkebunan, dimana sektor ini juga sesuai dengan tekstur wilyah kabupaten Bandung yang berada diwilayah ketinggian dan berbukit bukit.. Sektor perbukitan di kabupaten Bandung termasuk potensial meskipun perkembangannya belum optimal.Perkebunan di kabupaten Bandung terbagi menjadi 3 macam/ jenis tanaman perkebunan besar Swasta( PBS ) dan Perkebunan Milik Pemerintah (PTP ) dan perkebunan Rakyat ( PR ). Luas lahan baku yang ditempati dan diupayakan pada tahun 2010 adalah :
1. PR : 13,665,94 Ha yang terdiri dari perkebunan The ( 1,692 Ha ) dan tanaman perkebunan lainnya
2. PBS : 5.891.39 Ha meliputi perkebunan teh ( 5.883,39 Ha ) dan Kina ( 8 Ha )
3. PTP : 13.178,41 Ha yang terdiri dari perkebunan teh( 12.066,74 Ha ) dan Kina (1.111,67 Ha )
Perkebunan pada umumnya mengelola tanaman musiman /tanaman tahunan sehingga kadang memakan waktu cukup lama untuk bis a berproduksi / menghasilkan terhitung sejak masa penanaman. Secara umum , kinerja sector perkebunan di kabupaten Bandung belum cukup baik. Meskipun demikian saat ini dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan terus memberikan fasilitas dan stimulant seperti rumah kompos , pembangunan Embung, Sumur Pantek serta Bimbingan bimbingan teknis agar perkebunan ini semakin berkembang. Kawasan Perkebunan Rakyat di kabupaten Bandung meliputi :
1. Teh : Kecamatan Pengalengan , Pasir Jambu,Ciwidey, Kertasari, dan Rancabali
2. Kopi : kecamatan Pangalengan ,Kertasari, Ibun, Paseh dan Ciwidey
3. Cengkeh : Cicalengka, Cikancung,Arjasari, Nagreg, dan Cimaung
4. Tembakau : Cicalengka , Cikancung, Paseh ,Nagreg, Ibun Paparan tersebut menggambarkan bahwa tentang Pertanian, perkebunan
menggambarkan bahwa potensi ekonomi dan pembangunan di kabupaten Bandung cenderung didominasi oleh sector ini. Membangun sector ini termasuk membangun potensi masyarakat secara luas .Sehingga kehadiran BPRS akan dapat membantu pemanfaatan peluang dengan potensi yang ada. Karena resiko perkebunan dan pertanian tergantung dari cuaca sehingga kehadiran BPRS yang menerapkan bagi hasil sangat cocok dengan kondisi yang seperti ini.
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 301
Kondisi Eksisting Perbankan di Kabupaten Bandung
DI Kabupaten Bandung saat ini terdapat 81 bank umum konvensional . Sebesar 45 % dari bank yang beroperasi secara nasional beroperasi di kab.
Bandung.Berdasarkan data dari bank Indonesia bahwa asset bank yang beroperasional di kabupaten Bandung cukup besar yaitu mencapai Rp. 3,7 Trilliun pada tahun 2010.
Potensi penghimpunan dana di Kabupaten Bandung juga cukup besar , sampai Desember 2010 mencapai Rp.4.8 triliun. Indikator dinamika perbankan di kab. Bandung lainnya adalah total outstanding kredit perbankan., mencapai Rp.16,8 triliun. ( per Desember 2010 )
Sementara itu untuk Bank Perkreditan rakyat tercatat ada 24. Sebagian besar milik pemerintah.Kinerja BPR di kab.Bandung belum sesuai dengan potensinya. Sehingga beberapa BPR milik pemerinth pada tahun 2008 banyak yang di merger pada tahun 2009.Kinerja mayoritas BPR yang tidak sesuai dengan harapan ini mengundang perhatian publik.khususnya dengan gap kinerja BPR yang tidak kondusif dengan poteni ekonomi yang ada.
Cabang Bank Umum Syariah (BUS) di kab.Bandung ada 8 bank.Jumlah ini menunjukkan adanya sikap optimis bagi pelaku BUS bahwa karakter dan potensi para pelaku ekonomi di kab, Bandung sesuai dengan segmennya. Karena hanya 2 BUS yang tidak mendirikan cabang di kabupaten Bandung.Dengan jumlah penduduk yang mayoritas muslim ( 85 % ) Kab.Bandung sepatutnya dipercaya sebagai captive market perbankan syariah. Walaupun demikian perbankan syariah di kab.Bandung harus meningkatkan kinerjanya karena perkembangan secara nasional perbankan syariah hanya 2,97 % dalam 5 tahun terakhir.
BPR Syariah Sebagai Alternatif Perbankan Bagi Umk di Kabupaten Bandung
Praktik keuangan syariah memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Terintegrasi dengan sistem keuangan Islam
2. Pihak Pelaku Ekonomi yang usahanya baru berkembang harus dilibatkan dalam praktik keuangan
3. Dapat dilaksanakan tanpa agunan harta. Misalnya terhadap pelaku usaha pemula, orang yang sudah diketahui kredibilitasnya, kegiatan usaha bisa sebagai agunan
Sehingga tepat bagi UMK yang umumnya tidak memiliki agunan ketika akan bertransaksi dengan bank terutama yang berkenaan dengan pinjaman dana dapat
302 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 302 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
Bedanya dengan sistem perbankan konvensional yang menerapkan agunan terhadap peminjam dana .Sedangkan perbankan syariah diterapkan dengan sistem bagi hasil. Kedua pola tersebut bisa dikombinasikan untuk mewujudkan sistem perbankan yang dapat membiayai pelaku UMK , sehingga diharapkan kedepan dapat mengentaskan kemiskinan. Dinegara berkembang yang penduduknya muslim termasuk Indonesia. Penyesuaian aturan terhadap produk syariah sangat dimungkinkan., mengingat aturan dalam Islam memperbolehkan inovasi dalam sistem keuangan. Sebagai contoh praktik , pada kondisi tertentu sistem mudharabah ( profi t- sharing- fi nance ), murabahah ( buy resell fi nancing ) dan musharakah
( partnership fi nance ) sangat tepat diaplikasikan dalam sistem keuangan mikro. Kendati murabahah biasanya melibatkan biaya transaksi yang tinggi., dapat diatasi dengan penetapan biaya administrasi dan pemantauan pinjaman yang rendah, mengingat model murabahah sendiri sangat sederhana. Demikian pula sistem mudharabah yang secara berkala menetapkan tingkat laba usaha ,dapat disesuaikan melalui perubahan format / pola penetapan tingkat laba usaha sesuai dengan kondisi UMK penerima pinjaman ( Dhumale dan Sapcanin ,2000 ).
Meskipun praktik BPR konvensional menerapkan bunga tinggi tetapi hal itu dianggap hal wajar sebagai kompensasi atas resiko yang tinggi juga. Seperti minimnya agunan, rentannya praktik bisnis yang dilakukan oleh UMK Tetapi dibeberapa wilayah di Indonesia praktik BPR konvensional mengalami perkembangan.
Pada kondisi ini adanya celah bagi BPRS bisa mengisi peluang pasar keuangan mikro bagi pelaku UMK.BPRS memperkenalkan sistem perbankan dengan pelaku UMK yang relative berbeda. Produk pembiayaan dilakukan dengan sistem screening pada karakter dan pengalaman usaha calon mitra. Dalam hal ini resiko tidak akan ditransfer kemitra, melainkan di share sehingga pelaku usaha tidak akan dibebani bunga tinggi. Dengan demikian dana usaha digunakan untuk proses produktif dan hasilnya dibagi secara proporsional dan adil inilah daya tarik penting sistem pembiayaan usaha mikro kecil yang disediakan oleh BPRS
Kajian Pendirian BPRS
Keberadaan BPRS secara konsep cocok bagi pelaku usaha mikro dan kecil. Bank Indonesia menggariskan bahwa bank dalam mengelola sistem keuangan harus
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 303 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 303
Sehingga jelas bahwa keberadaan BPR/BPRS untuk menyokong keberadaan UMK dan perekonomian kerakyatan di pedesaan. Sehingga ide pendirian BPRS sangat sesuai dngan karakteristik perekonomian kabupaten Bandung yang banyak didukung oleh UMK dan ekonomi pedesaan.
Restrukturisasi beberapa BPR yang berujung pada penggabungan BPR pada tahun 2009 masih perlu diperhatikan hasilnya saat ini.Karena masih menghadapi kasus hukum. Mengacu pada potensi ekonomi daerah yang mendukung , pangsa pasar yang luas serta kesiapan aparat pemerintah , dan kesediaan dana yang ada maka dalam kajian ini direkomendasikan bahwa pendirian BPRS oleh pemerintah Kabupaten. Bandung bisa segera dilaksanakan. Hanya perlu kehati hatian.
Berkenaan dengan rencana pendirian BPRS ini, maka harus tersedia perangkat hukum yang memadai agar terciptanya kepastian hukum dalam operasional BPRS, serta adanya perlindungan kuat terhadap masyarakat yang merupakan pangsa pasar potensial dari BPRS tersebut.
Sasaran Pasar
Setiap akan menjalankan kegiatan usaha dalam bentuk apapun langkah pertama yang perlu dilkukan adalah menentukan sasaran pasar baik usaha yang menawarkan produk barang maupun jasa seperti lembaga perbankan.
Demikian juga apabila akan membentuk BPRS harus jelas pangsa pasar yang dibidik siapa. Walaupun dalam operasionel bisa setiap nasabah akan dilayani. Tetapi fokus dalam pemasaran jasa yang ditawarkan akan memiliki keuntungan tersendiri.
Sebagaimana BPR pada umumnya dan sistem Bank Syariah, maka pasar yang dibidik oleh BPRS yaitu masyarakat muslim golongan menengah kebawah, baik yang ada di pedesaan maupun di kota. Dalam pelaksanaannya BPRS menjalankan prinsip syariah pada pendanaan ( tabungan dan deposito ), maupun pembiayaan . Dalam mengelola pembiayaan dengan sistem bagi hasil.Sehingga masyarakat penyimpan dana akan mendapatkan bagi hasil yang fl uktuatif sebab akan akan tergantung dari pendapatan BPRS dari usahanya.Pada awal transaksi harus ada akad ( nisbah ) tentang
304 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 304 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
BPRS juga memberikan sistem jual beli ( Murabahah ) kepada UMK , bagi hasil ataupun sewa (Ijarah ) , juga bisa melakukan penitipan atau pegadaian dengan sistem syariah. Tergantung yang dikehendaki Mitra.
Tentang potensi pasar ini dapat juga dilihat dari kuantitas penduduk terutama yang beragama Islam . Adapun jumlah penduduk di Kabupaten Bandung berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( BPS 2010 ) sejumlah 3.215.548 yang mana 85 % beragama Islam. Sehingga pangsa pasar apabila mendirikan BPRS akan terbuka luas dengan kategori yang disajikan pada tabel 5.2 sebagai berikut.
Tabel 6 Jenis Produk dan Pasar sasaran BPRS
No Usaha/Produk/Layanan Segmen 1 Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk : Tabungan Wadiah
Umum
Tabungan Wadiah Haji
Simpanan/Titipan dana secara perorangan dalam bentuk tabungan untuk tujuan khusus yaitu persiapan ONH ataupun Umroh, dimana penyetorannya dapat dilakukan sewaktu
Umum waktu dan penarikannya hanya dilakukan pada saat menjelang Haji atau Umroh sesuai waktu yang disepakati
Tabungan Wadiah Qurban
Pada prinsipnya sama dengan tabungan wadiah haji dan umroh, hanya pelaksanaanya saat Umum akan melakukan penyembelihan hewan qurban
Tabungan Wadiah Inshada
Simpanan yang disetor sewaktu waktu dan bisa diambil sewaktu waktu atau setahun sekali menjelang Ramadhan misalnya yang kemanfatannya untuk Infaq, Zakat, Shodaaqoh
Tabungan Wadiah Qordhiyuu
Simpanan yang digunakan khusus untuk seperti bayar angsuran. Menabungnya dapat sewaktu waktu pembayarnnya pada saat jatuh tempo angsuran
Tabungan Mudharabah Umum
Penyimpana oleh perorangan atau kelompok orang yang penyimpanan dan penarikannya Pelaku UMK/Polri/ dapat sewaktu waktu sesuai ketentuan BPRS dan Penabung akan diberi bagi hasil dengan
Guru/PNS/Pensiunan/ nisbah 50% bagian untuk penabung dan 50% untuk BPRS
Individu
Tabungan Mudharabah Pelajar
Penempatan dana bagi umat denga usia maksimal 12 tahun untuk kepentingan pelajar dan Umum anak sekolah.Penyetoran dan penarikannya dapat sewaktu waktu sesuai ketentuan BPRS dan Penabung diberi bagi hasil ata skeuntungan dengan nisbah masing masing 50 %
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 305
Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah Deposito Mudharabah
Penempatan dana secara perorangan/kelompok dengan jangka waktu 1 ,3,6,12 bulan Pelajar dan dapaat diperpanjang secara otomatis, dimana penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai jangka waktu yang disepakati dan kepada deposan akan diberikan bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh BPRS dengan porsi nisbah bagi hasil sebagai berikut :
Jangka waktu 1 bulan pembagiannyan %50 untuk penyimpan 50% untuk BPRS. Pelaku UMK/Polri/ Jangka waktu 3 bulan pembagiannya: 45% BPRS : 55 untuk deposan
Guru/PNS/Pensiunan/ Jangka waktu 6 bulan bagi hasilnya : 60% deposan : 40% BPRS
Individu Jangka waktu 1 tahun , bagi hasilnya : 65 % deposan : 35% BPRS
Deposito Mudharabah Muqayadah
Penempatan dana secara perorangan atau kelompok dalam bentuk depositi bersyarat Pelaku UMK/Polri/ dimana depoan menetapkan kepada BPRS dalam pengelolaan dana yang ditempatkan
Guru/PNS/Pensiunan/ , dengaan jangka waktu sesuai yang ditetapkan .Deposan menerima bagi hasil sesuai
Individu kesepakatan kedua pihak.
2 Menyalurkan dana kemasyrakat dalam Bentuk pembiayaan berdasarkan :
Prinsip jual beli berbasis murabahah
Pembiayaan yang diberikan kepada pembeli barang untuk investasi,modalkerja, bahan Pelaku UMK/Polri/ baku produk,atau konsumsi dari BPRS dengan syarat nasbah memiliki usaha/pekerjaan
Guru/PNS/Pensiunan/ dengan sumber Pelaku UMK/Polri/Guru/PNS/Pensiunan/Individu pengembalian yang pasti/ Individu tetap. Pembiayaan dilakukan dengan prinsip jual beli, dimana BPRS akan membelikan barang sesuai kebutuhan nasabah dan menjual kepada nasabah dengan harga jual sesuai kesepakatan kedua belah pihak dengan jangka waktu serta mekanisme pembayaran disesuaikan dengan kemampuan nasabah
Jual beli dengan istisna atau salam
Pembiayaan dengan tujuan untuk investasi/modal kerja /konsumsi yang barangnya harus dipesan dulu dengan sarat nasabah memiliki usaha /pekerjaan dengan sumber pengembalian yang pasti /tetap.Pembiayaan dilakukan dengan prinsip jual beli ,dimana BPRS akan membelikan barang kebutuhan nasabah sesuai criteria yang telah ditetapkan nasabah dan menjualnya kepada nasabah dengan harga jual sesuai kesepakatan kedua pihak dengan jangka waktu dan mekanisme yang telah ditetapkan yang sesuai dengan kemampuan / keuangan nasabah.
Prinsip sewa menyewa (Ijarah )
Pembiayaan dari BPRS yang diberikan untuk tujuan pemilikan barang kebutuhan investasi ataupun konsumsi dengan sarat sarat nasabah memiliki usaha /pekerjaan dengan sumber pengembalian yang pasti /tetap.Pembiayaan dilakukan dengan prinsip sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang secara jual beli ,dimana BPRS akan membelikan barang kebutuhan nasabah dan menyewakannya kepada nasabah dengan harga sewa sesuai kesepakatan dengan harga sewa sesuai kesepakatan kedua pihak dengan jangka waktu dan mekanisme yang telah ditetapkan dan suatu saat barang tersebut akan dijual kepada nasabah sesuai kesepakatn awal
306 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 307
Prinsip bagi hasil Mudharabah
Pembiayaan dari BPRS yang diberikan kepada umat yang punya usaha jangka pendek yang potensial didukung pengalaman usaha dan keahlian yang cukup matang dibidang tersebut namun tidak memiliki modal untuk menjalankan proyek /usha tersebut. Pembiayaan untuk tujuan penempatan modal oleh BPRS kepada umat sebagai mitra usaha dengan system bagi hasil atas perolehan keuntungan dari usaha yang didanai BPRS . Dengan porsi bagi hasil sesuai kesepakatan .Kedua belah pihak melakukan pengawasan atas jalannya usaha/ proyek tersebut.
Prinsip bagi hasil Musyarakah
Pembiayaan dari BPRS yang diberikan kepada umat yang punya usaha jangka pendek yang potensial didukung pengalaman usaha dan keahlian yang cukup matang dibidang tersebut namun tidak memiliki modal untuk menjalankan proyek /usha tersebut, baik untuk kebutuhan modal kerja maupun investasi . Pembiayaan tersebut bersifat penyertaan modal oleh oleh BPRS kepada umat sebagai mitra usaha dimana masing masing pihak memberikan kontribusi dana dengan dasar bagi hasil atas perolehan keuntungan dari usaha yang didanai BPRS . Dengan porsi bagi hasil sesuai kesepakatan .Kedua belah pihak melakukan pengawasan atas jalannya usaha/proyek tersebut.
Prinsip kebajikan Qardhu
Pinjaman dari BPRS kepada umat yang loyalitas dan bonafi ditasnya terbukti, yang umat tersebut membutuhkan dana dalam jangka pendek .Prinsipnya pinjam meminjam .BPRS tidak diperkenankan mengambil keuntungan dari biaya yang dipinjamkan, kecuali biaya administrasi dan nasabah wajib segera mengembalikannya. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan denga syariah dan UU perbankan Melakukan pembayaran Listrik,PDAM ,telepon
Qordu Hasan Memberikan Pembiayaan dana tanpa adanya tambahan nilai uang untuk usaha
Musaqoh: Akad transaksi aantara pemilik kebun dengan pengelola untuk memelihara dan merawat kebun pada masa tertentu sampai tanaman berbuah
UMK
Pelaku UMK/Polri/ Guru/PNS/Pensiunan/ Individu
UMK
Pelaku UMK/Polri/ Guru/PNS/Pensiunan/ Individu
Lembaga Usaha Syariah seperti, pegadaian syariah,bank umum syariah,lenbaga pembiayaan syariah
Umum
Pelaku Usaha pemula
Petani,Peternak, bergerak dibidang perkebunan
Sumber : Hasil Kajian Study Kelayakan Univ.Pasundan 2012
Selain memperhatikan jumlah penduduk yang beragama Islam, perlu juga dicermati dari laju pertumbuhan ekonomi kabupaten Bandung yang selama 3 ( tiga ) tahun terakhir mengalami kemajuan yang cukup signifi kan. Sedangkan pertumbuhan perekonomian agar dapat tumbuh dan berkembang perlu dukungan dana yang antara lain bisa disediakan oleh pihak perbankan , termasuk BPRS
Keberadan BPRS juga perlu memperhatikan sebaran penduduk dan lapangan kerja penduduk.
Tentang sebaran penduduk yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan akan dibahas sebagai berikut
Tabel. 6 Persentase Penduduk usia 10 Tahun Keatas yang bekerja menurut Lapangan Usaha Utama
Tahun Pertanian Industri Perdagangan
Jumlah 2010
Jasa
Lain lain
Pada tabel 6 tersebut menunjukkan bahwa usia penduduk yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan perekonomiannya dimulai dari usia 10 tahun. Sedangkan dilihat dari lapangan usahanya pada tahun 2010 dan 2011 sektor Industri dan perdagangan menempati urutan terbesar. Diikuti dengan lapangan usaha pertanian yang cukup besar juga.
Melihat dari kondisi masyarakat di Kabupaten Bandung sebagaimana tersaji dalam tabel 5 tersebut, maka dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Bandung mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yaitu dengan melakukan pekerjaan disektor Industri , Perdagangan dan Pertanian disusul lain lain.. Kondisi ini memacu pemerintah untuk membantu keuangan mereka yaitu dengan memberikan pinjaman uang untuk tambahan modal pengembangan usaha . Supaya lebih mudah membina pelaku usaha ( terutama pelaku usaha mikro, kecil, PKL, pedagang pasar tradisional dan sebagainya ).Karena untuk nasabah seperti pedagang pasar , sulit mendapatkan tambahan dana untuk tambahan modal, selain itu perkembangan dan keberlangsungan usaha UMK akan mudah terpantau, karena salah satu hal pembeda perbankan ( BPR ) syariah dengan perbankan konvensional adalah adanya prinsip kemitraan antara pihak bank syariah dengan nasabah artinya pihak bank akan memantau perkembangan usaha kepada pihak yang telah diberi modal usaha,dengan cara system cicilan pinjaman uangnya bisa diambil ditempat
308 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 308 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
pekerjaannya. Sistem ini dapat sekaligus untuk memantau apabila pihak peminjam uang sedang mengalami kendala atau kesulitan usahanya, sehingga prinsip syariah yaitu pendekatan ta,awun dapat terbina dengan baik. Selain itu BPRS tidak sekedar mencari keuntungan tetapi hubungan kemitraan lebih ditekankan. ( Juha.S. Praja 2011, 192 ). Sehingga kehadiran BPRS di Kabupaten Bandung sangatlah tepat sebab masyarakatnya mayoritas ( 85 % ) beragama Islam, yang merupakan sasaran utama pasar BPRS, selain pihak yang lain.Umumnya masyarakat Islam tinggal dipedesaan dan perekonomiannya masih perlu dibantu.
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia adalah salah satu elemen penting dalam pendirian BPRS. Dalam penempatan Sumber daya manusia ini perlu dibuat desain struktur Organisasi yang menggambarkan hubungan kerja . Struktur organisasi ini dibuat untuk memperjelas fungsi , tugas, dan tanggung jawab masing masing pegawai. Selain itu juga agar dipahaminya garis komando bidang pekerjaannya masing masing , sehingga diharapkan system pengorganisasian dapat berjalan dengan tertib, efi sien dn efektif yang akhirnya pelayanan yang berkualitas kemasyarakat (mitra ) BPRS dapat terbina dengan baik. Adapun SDM yang bisa digunakan sebagai pedoman sebagai berikut :
Gambar .1 Desain struktur Organisasi BPRS
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 309
Kemampuan Bersaing BPRS Kabupaten Bandung Dengan BPR Lainnya
Berdsarkan data di Kabupaten Bandung saat ini terdapat 24 BPR konvensional dan 3 BPR Syariah. Apabila Pemerintah Kabupaten Bandung mendirikan BPRS, maka perlu memperhatikan kinerja BPR dan BPRS yang sudah berdiri terlebih dahulu. Terhadap BPR konvensional BPRS mempunyai kelebihan sebagai berikut :
1. BPRS menerapkan bagi hasil yang lebih meringankan nasabah daripada system bunga yang biasanya sudah ditentukan pihak BPR konvensional tanpa memperhatikan kondisi perekonomian atau kegiatan usaha mitranya.
2. Pendekatan kemitra dalam BPRS lebih ditekankan kepada hubungan personal
3. BPRS di pedesaan belum banyalk tersentuh sector perbankan
4. Adanya bimbingan kepada nasabah peminjam dana
5. Mitra yang baru mulai menjalankan usaha , bisa meminjam dana tanpa agunan.
6. BPRS yang direncanakan pemerintah Kabupaten Bandung lebih memberikan kepercayaan kepada masyarakat pedesaaan dan pelaku usaha terutama pelaku usaha kecil dan menengah.
7. Potensi ekonomi yang cenderung meningkat diharapkan kebutuhan akan sector perbankan syariah juga diharapkan bisa berkembang juga,
8. BPRS salah satu sumber pendapatan daerah.
KESIMPULAN
Mengacu kepada visi misi pemerintah kabupaten Bandung yaitu tentang pemantapan pembangunan masyarakat pedesaan yang berlandaskan religious,cultural dan berwawasan lingkungan , serta untuk lebih meningkatkan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing, maka sangatlah tepat apabila pemerintah kabupaten Bandung mewujudkan adanya BPR Syariah . Hal ini mengacu juga pada kondisi masyarakat yang mayoritas mempunyai lapangan usaha disektor industri , perdagangan dan pertanian.Sehingga untuk lebih meningkatkan masyarakat pelaku ekonomi yang berdaya saing dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan keberlanjutan usahanya, maka kehadiran lembaga keuangan seperti BPR syariah akan membantu masyarakat secara luas.
A. Bentuk Hukum BPR Syariah Berdasarkan pada Undang Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah Bagian Kedua ,Pasal 7 disebutkan bahwa bentuk badan hukum Bank Syariah adalah Perseroan Terbatas ( PT ). Tentang prosedur dan Tata cara pendirian PT mengacu
310 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 310 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
21 Tahun 2008 yang menyebutkan :
1) Setiap Pihak yang akan melakukan kegiatan usaha Bank Syariah wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Syariah dari Bank Indonesia.
2) Untuk memperoleh izin usaha Bank Syariah harus memenuhi syaarat sekurang kurangnya tentang :
a) Susunan Organisasi dan kepengurusan
b) Permodalan
c) Kepemilikan
d) Keahlian dibidang perbankan syariah
e) Kelayakan Usaha
3) Penamaan Syariah wajib dicantumkan pada penulisan BPR nya.
4) BPR Syariah tidak dapat dikonversi dengan BPR konvensional
B. Kepemilikan Modal Kepemilikan Modal BPR Syariah Pemerintah Kabupaten Bandung, seharusnya
kepemilikan sahamnya secara mayoritas dikuasai pemerintah kabupaten Bandung , agar posisinya kuat. Sedangkan sisanya bisa di share kemasyarakat ( pihak ke tiga )
C. Kegiatan usaha BPR Syariah meliputi :
1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk :
a. Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Investasi berupa deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad Mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
2. Menyalurkan dana kepada Masyarakat dalam bentuk :
a. Pembiayaan Bagi Hasil berdasarkan Akad Mudharabah atau Musyarakah
b. Pembiayaan berdasarkan Akad Murabahah, salam atau Istisna
c. Pembiayaan berdasarkan Akad Qardh
d. Pembiayaan Penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 311 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 311
e. Pengambil alihan utang berdasarkan akad hawalah
3. Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan Akad Wadi’ah atau investasi berdasarkan Akad Mudharabah dan/atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Memindahkan uang , baik untuk kepentingan nasabah melalui rekening BPR Syariah yang ada di bank umum syariah, Bank Umum Konvensional dan UUS
5. Mengadakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank Syariah lainnya yang sesuai dengan prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.
REKOMENDASI
Adapun rekomendaasi yang diberikan sebagai berikut :
1. Sebaiknya sebelum mendirikan PT.BPRS dilakukan studi banding ke BPRS yang sudah berjalan di Kabupaten Bandung seperti BPRS Hareukat, BPRS Amanah Rabbaniah serta BPRS Leuwiliang terutama berkaitan dengan kendala kendala yang dihadapi.
2. Dalam pendirian PT.BPRS perlu mempertimbangkan hasil kajian atau penelitian beberapa peneliti terutama yang menyangkut masalah 1) Pasar sasaran 2) Sumber Daya Manusia yang mengelola BPRS 3) Pertanggung jawaban dana APBD 4) Sistem yang akan diberlakukan 5) Pemahaman tentang hukum Islam Muamalah
3. Perlu diperhatikan inovasi manajemen BPRS agar memiliki daya saing dan Produk yang ditawarkan lebih memiliki keunggulan dari BPRS yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasan , 2007. Tahun Percepatan Industri Perbankan Syariah, Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah
Juhaya S.Pradja, 2011,Ekonomi Syariah, Pustaka setia , Bandung. Kertajaya H dan S, Sula, 2006, Marketing Syariah, Mizan Pustaka, Bandung, Mardani,2010, Hukum Ekonomi Syariah,Refi ka aditama, Bandung Mustafa Kamal Rokan, 2013, Bisnis Ala Nabi, Bunyan, Yogyakarta Nurul Huda dan Mohamad Heykal, 2013, Lembaga Keuangan Islam, Kencana Prenada
312 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 312 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015
h t t p : / / w w w. b i . g o . i d / N R / r d o n l y r e s / 9 1 6 B 0 A F 8 - 2 1 0 3 - 4 7 6 3 - B A O E - 38A59430600C/1484/Mengenal BPR.pdf
http://blogspot.com/2013/01/htmlhtp: Surat keputusan Direktur BI Nomor 32/34/Kep/Dir tentang BPR Surat Keputusan direktur BI Nomor 32/36/Kep/Dir/2013 Tentang BPR berdasar
konsep Islam
Volume 12, Nomor 2, Januari 2015 313
314 Volume 12, Nomor 2, Januari 2015