Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan

penyelamatan kekayaan negara diberi penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan 139 . Benda danatau alat yang dirampas dari hasil tindak pidana perikanan yang berupa kapal perikanan dapat diserahkan kepada kelompok usaha bersama nelayan danatau koperasi perikanan 140 . Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan diatur dengan Peraturan Pemerintah. 141

3. Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan

Proses hukum pelanggaran terhadap tindak pidana perikanan akan berakhir setelah sidang di pengadilan telah mengambil keputusan berkaitan dengan perkara perikanan tersebut. Pada proses persidangan inilah nasib pelanggaran tindak pidana perikanan akan ditentukan apakah bersalah atau tidak bersalah. Dalam Pasal 77 UU No. 31 Tahun 2004 dinyatakan bahwa pemerikasaan di sidang pengadilan dalam perkara tindak pidana perikanan dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang- Undang ini. Persidangan dalam perkara tindak pidana perikanan ini, mengalami perubahan dan pergeseran karena tidak sesuai dengan kelaziman dalam tata persidangan perkara biasa. Dalam persidangan ini agak istimewa karena hakim yang menyidangkan berasal dari hakim karier dan hakim nonkarier atau ad hoc. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 78 UU No. 31 Tahun 2004 , bahwa hakim pengadilan perikanan terdiri atas hakim karier dan hakim ad hoc 142 139 Pasal 76 C ayat 4 UU Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan . 140 Pasal 76 C ayat 5 UU Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan 141 Pasal 76 C ayat 6 UU Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan 142 Pasal 78 ayat 1 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan Universitas Sumatera Utara Susunan mejelis hakim terdiri atas 2 dua hakim ad hoc dan 1 satu hakim karier ayat 3. Hakim ad hoc sebagaimana dimaksud pada ayat 1, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua Mahkamah Agung 143 Ketentuan Pasal 78 UU No. 31 Tahun 2004, tidak mengalami perubahan, tetapi ditambah 1 satu pasal, yakni Pasal 78A UU No. 45 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa setiap Pengadilan Negeri yang telah yang ada pengadilan perikanan, dibentuk subkepaniteraan pengadilan perikanan yang dipimpin oleh seorang Panitera Muda . 144 . Dalam melaksanakan tugasnya, panitera muda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dibantu oleh beberapa orang panitera pengganti 145 . Panitera muda dan panitera pengganti pengadilan perikannan berasal dari pengadilan negeri 146 . Ketentuan mengenai persyaratan, tata cara pengangkatan, dan pemberhentian panitera muda dan panitera pengganti pengadilan perikanan serta susunan organisasi, tugas, dan tata kerja subkepaniteraan Pengadilan Perikanan diatur dengan Peraturan Mahkamah Agung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 147 Berkaitan dengan Pasal 79 diatas, maka persidangan di pengadilan perikanan ini telah ditentukan limit waktu perkara bagi hakim untuk memutuskan . Dengan demikian, maka dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang melakukan tindak pidana perikanan ini, undang-undang ini mengaturnya dalam Pasal 79 UU No. 31 Tahun 2004, bahwa pemeriksaan di sidang pengadilan dapat dilaksanakan tanpa kehadiran terdakwa. 143 Pasal 78 ayat 4 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan 144 Pasal 78 A ayat 1 UU Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan 145 Pasal 78 A ayat 2 UU Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan 146 Pasal 78 A ayat 3 UU Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan 147 Pasal 78 A ayat 4 UU Nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan Universitas Sumatera Utara perkara tersebut. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 80 UU No. 31 Tahun 2004, bahwa jangka waktu paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal penerimaan penimpahan perkara dari penuntut umum, hakim harus sudah menjatuhkan keputusan 148 Dalam Pasal 81 UU No. 31 Tahun 2004 dinayatakan bahwa untuk kepentingan pemeriksaan, hakim di sidang pengadilan berwenang menetapkan penahanan selama 20 dua puluh hari . Sementara dalam pemeriksaan di pengadilan perkara tindak pidana perikanan ini, hakim memiliki kewenangan untuk menetapkan atau memperpanjang penahanan apabila dianggap untuk kepentingan persidangan. 149 . Apabila diperlukan dalam kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan 10 sepuluh hari 150 . Tidak menutup kemungkinan terdakwa dikerlurkan sebelum jangka waktu penahanan berakhir jika kepentingan pemeriksaan sudah dipenuhi 151 Sejalan dengan ketentuan Pasal 81 UU No. 31 Tahun 2004 di atas, maka apabila putusan dimohonkan banding oleh terdakwa proses hukumnya sama dengan diatur dalam Pasal 81 UU No. 31 Tahun 2004, menyangkut dalam proses permohonanan dibanding tersebut diatur dalam Pasal 82 UU No. 31 Tahun 2004 yang menayatakan bahwa hal putusan pengadilan dimohonkan banding ke pengadilan tinggi, perkara tersebut di putus dan diperiksa dalam jangka waktu paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal berkas perkara diterima . 148 Pasal 80 ayat 2 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan 149 Pasal 81 ayat 1 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan 150 Pasal 81 ayat 2 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan 151 Pasal 81 ayat 3 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan Universitas Sumatera Utara oleh Pengadilan Tinggi 152 . Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim di pengadilan tinggi berwenang menetapkan penahanan selama 20 dua puluh hari 153 . Jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, apabila diperlukan guna kepentingan pemeriksaan belum selesai, dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Tinggi bersangkutan paling lama 10 sepuluh hari 154 . Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dana ayat 3 tidak menutup kemungkinan terdakwa dikeluarkan dari tahanan sebelum jangka waktu penahan berkahir jika kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi 155 Dalam Pasal 83 UU No. 31 Tahun 2004 dinayatakan dalam hal putusan pengadilan tinggi dimohonkan kasasi ke Mahkamah Agug, perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam jagka waktu paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal berkas perkara diterima oleh Mahkamah Agung . Sementara itu sejak keputusan mengenal perkara perikanan ini diminta kasasi ke Mahkamah Agung, maka prosesnya sama dengan ketentuan dalam Pasal 82. 156 . Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim di sidang Mahkamah Agung berwenang menetapkan penahanan selama 20 dua puluh hari 157 . Jangka waktu penahanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, apabila diperlukan dalam kepentingan pemeriksaan yang belum selesai, dapat diperpanjang oleh Ketua Mahkamah Agung yang bersangkutan yang paling lama 10 sepuluh hari 158 152 Pasal 82 ayat 1 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan . Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 tidak menutup kemungkinan 153 Pasal 81 ayat 2 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan 154 Pasal 81 ayat 3 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan 155 Pasal 81 ayat 4 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan 156 Pasal 83 ayat 1 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan 157 Pasal 83 ayat 2 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan 158 Pasal 83 ayat 3 UU Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan Universitas Sumatera Utara terdakwa dikeluarkan dari tahanan sebelum jangka waktu penahanan berakhir jika kepantingan pemeriksaan sudah terpenuhi 159 Ketentuan Pasal 83 UU No. 31 Tahun 2004 pada dasarnya tidak mengalami perubahan, hanya ditambah 1 satu pasal, yakni Pasal 83A UU No. 45 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa selain yang ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara tindak pidana perikanan atau yang lainya, awak kapal lainnya dapat dipulangkan termasuk yang berkewarganegaraan asing 160 . Pemulangan awak kapal berkewarganegeraan asing sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab di bidang keimigrasian melalui kedutaan atau perwakilan negara asal awak kapal 161 . Ketentuan pemulangan awak kapal berkewarganegraan asing sebagaimana dimaksud pada pasal 1 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 162

4. Sanksi Perikanan