Sanksi tersebut ternyata tidak membuat nelayan asing jera. Hingga sekarang masih saja terjadi pencurian ikan secara ilegal di perairan Indonesia.
Pemerintah Indonesia selalu direpotkan oleh para Anak Buah Kapal ABK asing.Pasca proses hukuman kapal-kapal asing tersebut saat ini masih ada sekitar
46 ABK yang masih dalam masa penahanan. Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan PSDKP merasa sulit untuk mendapatkan dana agar bisa
memulangkan ke negaranya atau juga untuk menanggung keperluan hidup mereka. Sekarang para ABK tersebut masih menetap di kapal masing-masing dan
berada didalam pengawasan langsung petugas Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan PSDKP.
11
Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti ingin lebih mengetahui dan memahami tentang Illegal Fishing. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul
skripsi “Pengaturan Hukum Internasional tentang “lllegal Fishing oleh nelayan asing pada ZEE”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang diteliti adalah :
1. Bagaimana pengaturan Hukum Internasional tentang Illegal Fishing?
2. Bagaimana pengaturan Illegal Fishing Oleh Nelayan Asing Di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia dalam Hukum Nasional Indonesia? 3.
Bagaimana Aspek penegakkan hukum yang dilakukan Indonesia terhadap Illegal Fishing
pada ZEE Indonesia?
11
www.perikananindonesia.commaraknya pencurian ikan di Indonesia, diakses tanggal 28 Maret 2013
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui dan membahas tentang pengaturan Hukum Internasional
tentang Illegal Fishing. 2.
Untuk mengetahui dan membahas pengaturan Illegal Fishing Oleh Nelayan Asing Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dalam Hukum Nasional
Indonesia. 3.
Untuk mengetahui dan membahas penegakkan hukum yang dilakukan Indonesia terhadap Illegal Fishing pada ZEE Indonesia.
Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan sebagai berikut : 1.
Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum Internasional pada khususnya.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau sumbagan pemikiran sebagai berikut :
a. Dapat memberikan masukan kepada Kementerian Kelautan dan
Perikanan serta Dinas Kelautan dan Perikanan.
Universitas Sumatera Utara
b. Dapat memberikan masukan kepada penegak hukum dan masyarakat
terkait dengan illegal fishing.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang “Pengaturan
hukum internasional tentang Ilegal Fishing oleh nelayan asing pada ZEE Indonesia” belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan masalah
yang sama, walaupun ada beberapa topik penelitian tentang illegal fishing . Jadi penulisan ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur,
rasional, obyektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran-saran
yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah. E. Tinjauan Kepustakaan
1. Illegal Fishing
Perdebatan sekitar ilegal, penangkapan ikan yang tidak dilaporkan dan tidak diatur Illegal, unreported and unregulated IUU, bersama dengan berita,
informasi tentang acara, dokumen penting dan link ke situs lain yang relevan. IUU fishing adalah masalah global yang serius, salah satu hambatan utama
untuk pencapaian perikanan dunia yang berkelanjutan. Senilai antara US 10 miliar dan US 23.5bn per tahun, IUU fishing merupakan kerugian besar dari
pendapatan, terutama untuk beberapa negara termiskin di dunia di mana
Universitas Sumatera Utara
ketergantungan pada perikanan untuk makanan, mata pencaharian dan pendapatan yang tinggi.
12
IUU fishing tidak menghormati batas-batas nasional maupun internasional upaya untuk mengelola sumber daya laut yang tinggi. IUU tumbuh subur di mana
pemerintahan lemah dan di mana negara gagal memenuhi tanggung jawab internasional mereka. IIU menempatkan tekanan berkelanjutan pada stok ikan,
satwa laut dan habitat, merongrong standar perburuhan dan mendistorsi pasar. Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Selat Malaka tergolong
masih rawan pencurian ikan oleh armada kapal nelayan asing.
13
Hasil pantauan Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan PSDKP Belawan dari udara, banyak kapal asing beroperasi di sekitar Selat Malaka. Tidak
tertutup kemungkinan kapal asing berbobot mati di atas 40 ton itu juga masuk secara ilegal ke ZEE zona ekonomi eksklusif Indonesia untuk mencuri ikan.
14
Sumber daya ikan sangat berlimpah di Selat Malaka sehingga banyak nelayan memanfaatkan kesuburan perairan tersebut untuk melakukan
penangkapan ikan secara ilegal illegal fishing di perairan ZEE Indonesia Selat Malaka.
Kawasan ZEE Selat Malaka, termasuk salah satu perairan yang rawan dimasuki armada kapal ikan asing karena kawasan itu diperkirakan banyak
terdapat beragam spesies ikan tropis yang bernilai ekonomi relatif tinggi, di antaranya tuna, cakalang, bawal, tenggiri, kerapu cumi, teri, dan kakap.
12
http:www.illegal-fishing.info, diakses tanggal 13 Maret 2013
13
Dinas Perikanan dan Kelautan Sumatera Utara, Stasiun Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Belawan Medan, laporan tanggal 5 April 2013
14
Kepala Stasiun Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan PSDKP Belawan, laporan tanggal 8 April 2013
Universitas Sumatera Utara
Dari 15 kapal yang disidik oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Stasiun PSDKP Belawan, sebanyak lima kapal di antaranya telah dinyatakan P21, dan
perkaranya segera disidangkan di Pengadilan Negeri Medan. Untuk mengurangi aksi penangkapan ikan secara ilegal di ZEE Selat
Malaka, mutlak diperlukan pengamanan dan pengawasan secara rutin dari instansi berwenang, termasuk PSDKP Belawan. Upaya pengamanan dan pengawasan
terhadap kemungkinan aksi illegal fishing harus lebih gencar dan rutin dilaksanakan agar laut Indonesia kelak tidak mengalami krisis ikan.
Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan mengklaim Indonesia setiap tahun merugi sekitar Rp 9,4 triliun akibat praktik pencurian ikan
yang tertangkap pengawas perairan Indonesia. Menurut Direktur Jenderal PSDKP KKP Syahrin Abdurrahman, Selama
tahun 2010 telah menangkap 140 kapal ilegal asing yang masuk ke perairan Indonesia.
Dari jumlah kapal ikan asing yang telah disita negara tersebut, sebanyak 34 kapal yang siap pakai dan sisanya rusak berat atau tenggelam.
Indonesia saat ini baru memiliki 24 kapal pengawas dan hanya 17 unit kapal di antaranya yang dilengkapi persenjataan standar. Indonesia berupaya
meningkatkan kegiatan pengawasan melalui peningkatan koordinasi dengan lintas penegak hukum di laut.
Badan Koordinasi Keamanan Laut juga berpatroli rutin di wilayah barat, termasuk Selat Malaka. Kegiatan patroli tersebut juga melibatkan satuan tugas
dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta dari Kementerian Perhubungan.
Universitas Sumatera Utara
2. Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, yang selanjutnya disebut ZEEI, adalah jalur di luar dan berbatasan dengan Laut Teritorial Indonesia sebagaimana
ditetapkan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya, dan air di atasnya dengan batas
terluar 200 dua ratus mil laut yang diukur dari garis pangkal laut territorial Indonesia.
Zona Ekonomi Eklusif adalah zona yang luasnya 200 mil dari garis dasar pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas
kekayaan alam di dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel
dan pipa. Konsep dari ZEE muncul dari kebutuhan yang mendesak. Sementara akar sejarahnya berdasarkan pada kebutuhan yang berkembang semenjak tahun
1945 untuk memperluas batas jurisdiksi negara pantai atas lautnya, sumbernya mengacu pada persiapan untuk UNCLOS III.
Konsep dari ZEE telah jauh diletakkan di depan untuk pertama kalinya oleh Kenya pada Asian-African Legal Constitutive Committee pada Januari 1971,
dan pada Sea Bed Committee PBB pada tahun berikutnya. Proposal Kenya menerima dukungan aktif dari banyak Negara Asia dan Afrika. Dan sekitar waktu
yang sama banyak Negara Amerika Latin mulai membangun sebuah konsep serupa atas laut patrimonial Zona Ekonomi Ekslusif . Dua hal tersebut telah
muncul secara efektif pada saat UNCLOS dimulai, dan sebuah konsep baru yang disebut ZEE telah dimulai.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan utama dalam Konvensi Hukum Laut yang berkaitan dengan ZEE terdapat dalam bagian ke-5 konvensi tersebut. Sekitar tahun 1976 ide dari
ZEE diterima dengan antusias oleh sebagian besar anggota UNCLOS, mereka telah secara universal mengakui adanya ZEE tanpa perlu menunggu UNCLOS
untuk mengakhiri atau memaksakan konvensi. Penetapan universal wilayah ZEE seluas 200 mil akan memberikan setidaknya 36 dari seluruh total area laut.
Walaupun ini porsi yang relatif kecil, di dalam area 200 mil yang diberikan menampilkan sekitar 90 dari seluruh simpanan ikan komersial, 87 dari
simpanan minyak dunia, dan 10 simpanan mangan.
15
Sebuah porsi besar dari penelitian scientific kelautan mengambil tempat di jarak 200 mil dari pantai, dan hampir seluruh dari rute utama perkapalan di dunia
melalui ZEE negara pantai lain untuk mencapai tujuannya. Melihat begitu banyaknya aktivitas di zona ZEE, keberadaan rezim legal dari ZEE dalam
Konvensi Hukum Laut sangat penting adanya.
A. Batas luar
Batas dalam ZEE adalah batas luar dari laut teritorial. Zona batas luar tidak boleh melebihi kelautan 200 mil dari garis dasar dimana luas pantai teritorial
telah ditentukan. Kata-kata dalam ketentuan ini menyarankan bahwa 200 mil adalah batas maksimum dari ZEE, sehingga jika ada suatu negara pantai yang
menginginkan wilayahnya ZEE-nya kurang dari itu, negara itu dapat mengajukannya. Di banyak daerah tentu saja negara-negara pantai tidak akan
memilih mengurangi wilayahnya ZEE kurang dari 200 mil, karena kehadiran
15
http:id.wikipedia.orgwikiZona_Ekonomi_Eksklusif, diakses tanggal 14 Maret 2013
Universitas Sumatera Utara
wilayah ZEE negara tetangga. Kemudian timbul pertanyaan mengapa luas 200 mil menjadi pilihan maksimum untuk ZEE. Alasannya adalah berdasarkan sejarah dan
politik: 200 mil tidak memiliki geografis umum, ekologis, dan biologis nyata. Pada awal UNCLOS zona yang paling banyak diklaim oleh negara pantai adalah
200 mil, diklaim negara-negara Amerika Latin dan Afrika. Lalu untuk mempermudah persetujuan penentuan batas luar ZEE maka dipilihlah angka yang
paling banyak mewakili klaim yang telah ada. Figur 200 mil dipilih karena suatu ketidaksengajaan, dimulai oleh negara
Chili. Awalnya negara Chili mengaku termotivasi pada keinginan untuk melindungi operasi paus lepas pantainya. Industri paus hanya menginginkan zona
seluas 50 mil, tapi disarankan bahwa sebuah contoh diperlukan. Dan contoh yang paling menjanjikan muncul dalam perlindungan zona diadopsi dari Deklarasi
Panama 1939. Zona ini telah disalah pahami secara luas bahwa luasnya adalah 200 mil, padahal faktanya luasnya beraneka ragam dan tidak lebih dari 300 mil.
16
B. Batasan