C. Pengaturan Hukum Nasional terhadap Illegal Fishing
Ketentuan yang berkaitan dengan penggunaan kapal asing yang menangkap ikan di laut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia perlu mendapat perhatian serius
dari pemerintah, sebab kenyataan menunjukkan bahwa seringkali kapal asing melakukan penangkapan di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia,
dikarenakan belum optimalnya pengawasan yang dilakukan oleh aparat keamanan kita. Walaupun pada dasarnya telah ada rambu-rambu yang menjadi dasar dalam
melakukan penataan terhadap penangkapan ikan di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif, yaitu Keputusan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor: Kep.
60Men2001 tentang Penataan Penggunaan Kapal Perikanan Asing di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya ikan secara maksimal di wilayah perikanan Indonesia, tidak terlepas dari usaha perikanan yang dilakukan
oleh perorangan dan badan hukum. Namun demikian, usaha perikanan yang dilakukan perseorangan seringkali masih terbentur dengan masalah permodalan,
sementara usaha perikanan yang dilakukan oleh badan hukum sudah dapat dipastikan memiliki modal yang sangat besar. Oleh karena itu, peraturan
perikanan yang baru, yakni UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan telah mengatur keterlibatan perseorangan dan badan hukum dalam melakukan usaha
perikanan. Hal ini sesuai dalam Pasal 29 ayat 1 UU No. 31 Tahun 2004, bahwa usaha perikanan di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia hanya
boleh dilakukan oleh warga negara Republik Indonesia atau badan hukum Indonesia. Pengecualiaan terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
Universitas Sumatera Utara
diberikan kepada orang atau badan hukum asing yang melakukan usaha penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif ZEE, sepanjang hal tersebut
menyangkut kewajiban Negara Republik Indonesia berdasarkan persetujuan internasional atau ketentuan hukum internasional yang berlaku.
48
Pengecualian terhadap badan hukum asing yang melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif ZEE dapat dimaklumi, karena kemampuan para
pengusaha yang menanamkan modalnya masih sangat terbatas, baik dari segi permodalan, tenaga ahli dan kapal penangkap ikan yang belum berteknologi
canggih. Untuk menghindari kesalahahaman yang terjadi dikemudian hari, sebelum memberi izin kepada badan hukum asing yang melakukan usaha
perikanan, maka terlebih dahulu membuat perjanjian perikanan dengan instansi pemerintah. Dalam Pasal 30 ayat 1 UU No. 31 Tahun 2004 dinyatakan bahwa
pemberian surat izin usaha perikanan kepada orang dan atau badan hukum asing yang beroperasi Zona Ekonomi Eksklusif ZEE harus didahului dengan
perjanjian perikanan, pengaturan akses, atau pengaturan lainnya antara pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah negara bendera kapal. Perjanjian perikanan
yang dibuat antara Pemerintah Republik Indonesia pemerintah negara bendera kapal sebagaimana dimaksud ayat 1, harus mencantumkan kewajiban pemerintah
negara bendera kapal untuk bertanggungjawab atas kepatuhan orang atau badan hukum negara bendera kapal untuk memenuhi perjanjian perikanan tersebut
49
48
Pasal 29 ayat 2 UU No. 31 tahun 2004.
. Pemerintah menetapkan mengenai pemberian izin usaha perikanan kepada orang
atau badan hukum asing yang beroperasi di ZEE, perjanjian perikanan, pengaturan
49
Pasal 30 ayat 2 UU No. 31 tahun 2004
Universitas Sumatera Utara
akses, atau pengaturan lainnya antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah negara bendera kapal
50
Pada sisi lain, walaupun telah mendapat izin untuk melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Ekslusif , maka upaya yang perlu dilakukan adalah
mengurus Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 31 1 UU No.31 tahun 2004, bahwa setiap kapal perikanan yang
dipergunakan untuk menangkap ikan diwilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia wajib dilengkapi SIPI.
ayat 3.
51
Setiap kapal perikanan yang dipergunakan untuk mengangkut ikan diwilayah perikanan republik Indonesia wajib dilengkapi
Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI
52
Dengan demikian, maka khusus menyangkut tata cara dan persyaratan pemberian dokumen yang berkaitan dengan usaha perikanan, diatur dalam Pasal
32 UU No.31 Tahun 2004, bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan syarat-syarat pemberian Surat Izin Usaha Perikanan SIUP, Surat Izin
Penangkapan Ikan SIPI, dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI diatur dengan Peraturan Menteri. Ketentuan Pasal 32 UU No.31 Tahun 2004 ini telah
diubah oleh Pasal 32 UU No.45 Tahun 2009 tentang Perikanan, bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai penerbitan, tata cara, dan syarat-syarat pemberian SIUP,
SIPI, dan SIKPI diatur dengan Peraturan Menteri. .
Tahun 1980 merupakan suatu momen yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, karena pemerintah telah mengumumkan tentang ZEEI, dan
50
Pasal 30 ayat 3 UU No. 31 tahun 2004
51
Surat izin Penangkapan Ikan SIPI sebagaimana dimaksud dalam pasal ini adalah SIPI asli dan bukan fotokopi dan atau salinan yang mirip dengan SIPI asli.
52
Pasal 30 ayat 2 UU No. 31 tahun 2004
Universitas Sumatera Utara
ditindaklanjuti dengan terjadinya kesepakatan antara Pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk mengundangkan UU No.5 Tahun
1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. Pengumuman dan tindak lanjut berupa pembuatan dalam bentuk hukum mengenai ZEEI tersebut, merupakan
tanggungjawab Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat DPR atas kedaulatan bangsa Indonesia diatas laut dan perairan Indonesia.
Oleh karena itu, keberadaan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia
dalam rangka mencapai ketertiban dan keamanan secara keseluruhan. Disamping itu, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia atas laut teritorial atau laut wilayah
Indonesia sepanjang 12 mil laut diukur dari pulau terluar bangsa Indonesia. Dengan demikian, maka wujud Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ini juga
merupakan kesepakatan dari pengakuan negara-negara kepulauan yang telah dituangkan dalam Hukum Laut Internasional.
Dalam rangka pengelolaan perikanan diwilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, maka perlu melihat kembali potensi yang terdapat pada perairan
wilayah barat dan wilayah timur mengenai potensi sumber daya ikan yang berada didua kawasan tersebut. Dalam konteks penglolaaan perikanan di Indonesia, pada
umumnya sumberdaya ikan diperairan kawasan barat telah dieksploitasi masih terbuka lebar untuk ditingkatkan.
53
53
Johanes Widodo dan suadi, Op. Cit., hal 7.
Secara nasional, berdasarkan hasil pengkajian stok sumber daya ikan laut Indonesia tahun 2001 dapat disimpulkan bahwa
sebesar 65 dari daya sumber ikan laut Indonesia telah berada dalam kategori
Universitas Sumatera Utara
eksploitasi penuh fully exploited atau eksploitasi berlebihan oveerexploited.
54
Sejalan dengan itu, setiap negara berdaulat memiliki hak-hak lain berupa yurisdiksi dan kewajiban-kewajiban atas Zona Ekonomi Eksklusif tersebut,
apalagi jika negara tersebut negara kepulauan seperti Indonesia. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 4 UU No.5 Tahun 1983, bahwa di Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia, Republik Indonesia mempunyai dan melaksanakan: Terhadap sejumlah sumber daya ikan yang telah mengalami eksploitasi penuh
apalagi yang telah dieksploitasi secara berlebihan, harus dilakukan pengaturan terhadap besarnya upaya penangkapan. Dengan pengelolaaan yang efektif akan
memungkinkan terjadinya pemulihan sumber daya ikan yang selanjutnya akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan. Selain itu dampak positif ekonomi dapat
pula terjadi dalam peningkatan efisiensi penggunaan modal dan dalam peningkatan pendapatan nelayan maupun negara.
a. Hak berdaulat untuk melakukan eksploitasi dan eksplorasi, pengelolaan dan konservasi sumber daya alam hayati dan non hayati dan dasar laut dan tanah
dibawahnya serta air diatasnya dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk eksporasi dan eksploitasi ekonomis zona tersebut, seperti pembangkitan tenaga dari air,
arus dan angin; b. Yurisdiksi yang berhubungan dengan:
1 Pembuatan dan penggunaan pulau-pulau buatan, instalasi-instalasi dan
bangunan-bangunannya; 2
Penelitian ilmiah mengenai kelautan;
54
Pusat Riset Perikanan Tangkap dan Pusat Penelitian Oseanologi 2001
Universitas Sumatera Utara
3 Perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.
c. Hak-hak lain dan kewajiban-kewajiban lainnya berdasarkan konvensi hukum laut yang berlaku.
Sepanjang yang berkaitan dengan dasar laut dan tanah dibawahnya, hak berdaulat, hak-hak lain, yurisdiksi dan kewajiban-kewajiban Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan menurut peraturan perundang-undangan Landas Kontinen Indonesia, peretujuan-persetujuan antara
Republik Indonesia dengan negara-negara tetangga dan ketentuan-ketentuan hukum internasional yang berlaku
55
. Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, kebebasan pelayaran dan penerbangan internasional sesuai dengan prinsip-prinsip
laut Internasional yang berlaku
56
Sejalan dengan dilakukannya penetapan Republik Indonesia atas Zona Ekonomi Eksklusif telah mendapatkan persetujuan secara bilateral oleh beberapa
negara tetangga. Zona Ekonomi Ekslusif merupakan hak yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB untuk melakukan segala aktifitas yang ada
kaitannya dengan lautan dan pesisir, khususnya kegiatan penangkapan ikan. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia telah diakui pula oleh negara negara tetangga,
sehingga apabila terdapat negara-negara yang melakukan penangkapan ikan tanpa persetujuan atau izin dari Pemerintah Republik Indonesia, maka nelayan tetangga
tersebut dapat ditangkap oleh pejabat yang berwenang dibidang perikanan dan kelautan. Selain itu di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ini perlu diatur sendiri
.
55
Pasal 4 ayat 2 UU NO. 5 tahun 1983
56
Pasal 4 ayat 3 UU NO. 5 tahun 1983
Universitas Sumatera Utara
mengenai ukuran kapal yang akan melakukan penangkapan ikan, sehinggga kapal tersebut tidak digunakan diwilayah laut lainnya.
Dalam Pasal 82 ayat 1 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008 dinyatakan bahwa kapal penangkapan ikan berukuran 100
seratus gross tonnage GT dan atau lebih besar hanya diperbolehkan untuk menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, kecuali yang telah
mendapat izin diperairan kepulauan sebelum ditetapkannya peraturan ini. Kapal- kapal penangkap ikan yang diperoleh pengadaan dari luar negeri yang sebelum
ditetapkannya Peraturan Menteri ini telah mendapat izin penangkapan ikan di zona ekonomi eksklusif Indonesia, untuk seterusnya hanya diperbolehkan
menangkap ikan di ZEI.
57
Sementara itu, seringkali kapal penangkapan ikan atau pengangkutan ikan mendapatkan izin dari bukan pemerintah Indonesia untuk melakukan
penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, maka kapal yang bersangkutan wajib melapor ke Direktur Jenderal sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 82 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008, bahwa setiap kapal penangkap ikan atau kapal pengangkut ikan berbendera asing
yang beroperasi diwilayah perairan perikanan WPP Republik Indonesia yang perizinannya dikeluarkan oleh bukan oleh Pemerintah Republik Indonesia
sebelum memasuki atau singgah di pelabuhan Indonesia, wajib terlebih dahulu
57
Pasal 82 ayat 2 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
Universitas Sumatera Utara
memperoleh rekomendasi dari Direktur Jenderal. Rekomendasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1, berlaku hanya untuk satu kali kedatangan
58
Kegiatan usaha penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia memerlukan suatu pengawasan yang sangat ketat agar kapal penangkap ikan atau
kapal pengangkut ikan tidak melakukan suatu aktifitas yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan wilayah perairan dan terumbu karang. Dalam
Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008 dinyatakan bahwa untuk kepentingan pengelolaan sumber daya ikan, setiap kapal penangkap
ikan atau pengangkut ikan berbendera asing wajib menerima kelancaran tugas serta menjamin keselamatan petugas pemantauan perikanan diatas kapal
perikanan observer and board yang ditetapkan dengan keputusan Menteri .
59
. Ketentuan dan tata cara penempatan petugas pemantau perikanan diatas kapal
perikanan sebagaimana dimaksud ayat 1, diatur dalam petunjuk teknis Direktur jenderal
60
Selain itu yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah jangan sampai pemegang Surat Izin Usaha Perikanan SIUP, Surat Izin Penangkapan Ikan
SIPI, atau Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI memindahtangankannya ke pihak lain tanpa sepengetahuan pejabat yang berwenang. Hal ini sesuai ketentuan
dalam Pasal 85 1 Permen Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008, bahwa pemegang Surat Izin Usaha Perikanan SIUP, Surat Izin Penangkapan
Ikan SIPI, atau Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI dilarang memindah .
58
Pasal 82 ayat 2 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
59
Pasal 82 ayat 1 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
60
Pasal 82 ayat 2 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
Universitas Sumatera Utara
tangankan atau memperjualbelikan Surat Izin Usaha Perikanan SIUP, Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI, atau surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI. Surat
Izin Usaha Perikanan SIUP, Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI, atau Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI
61
Sejalan dengan ketentuan yang termaktub dalam Pasal 85 diatas, maka bagi pemilik kapal penangkap ikan atau kapal pengangkut ikan yang berukuran 100
seratus gross tonnage GT wajib mengasuransikan tenaga kerjanya sebagaimana dimaksud. Pasal 86 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan
Nomor Per.05Men2008, menyatakan bahwa setiap orang atau badan hukum Indonesia yang mengoperasikan kapal penangkap ikan atau kapal pengangkut ikan
berukuran 100 seratus gross tonnage GT keatas wajib memberikan perlindungan asuransi jiwa bagi tenaga kerja yang bekerja diatas kapal. Begitu
juga dalam melakukan suatu ekspor perikanan, maka yang paling penting adalah bagaimana menjaga mutu produk ikan hasil tangkapan, sehingga mendapatkn
tempat dihati para pembelinya. Dalam Pasal 87 1 Permen Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008, dinyatakan bahwa setiap orang atau badan
hukum Indonesia yang melakukan penangkapan ikan untuk tujuan ekspor, wajib memberikan kepastian mengenai jaminan mutu dan keamanan hail perikanan
pada setiap kapal penangkap ikan yang digunakan. Setiap orang atau badan hukum Indonesia yang melakukan penangkapan ikan untuk tujuan ekspor, wajib
memenuhi persyaratan sanitasi dan higienis untuk setiap kapal penangkap ikan .
61
Pasal 82 ayat 2 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan
62
. Pelaksanaan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan serta persyaratan sanitasi dan hiegenitas kapal penangkap ikan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dan ayat 2 dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
63
Untuk memudahkan pemantauan terhadap kapal penangkap ikan dan atau kapal pengangkut ikan dari petugas perikanan, maka diwajibkan kepada pemilik
kapal pemilik kapal penangkap ikan atau kapal pengangkut ikan untuk memasang transmiter atau sistem pemantau kapal perikanan. Pemasangan transmiter atau
pemantau kapal perikanan ini penting, karena jangan sampai pemilik kapal yang berbendera asing yang melakukan operasi di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia tidak jujur melaporkan segala aktifitasnya. Dalam Pasal 88 1 Peraturan Menteri Perikanan dan kelautan Nomor Per.05Men2008, dinyatakan
bahwa setiap kapal penangkap ikan dan atau kapal pengangkut ikan berbendera asing wajib memasang transmiter atau pemantau sistem kapal perikanan VMS.
Setiap kapal penangkap ikan atau kapal pengangkut ikan berbendera Indonesia berukuran lebih dari 30 tiga puluh gross tonnage GT wajib memasang
transmitter atau sistem pemantau kapal perikanan VMS. .
64
62
Pasal 82 ayat 2 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
Pelaksanaan pemasangan dan pengaktifan transmitter atau sistem pemantau kapal perikanan
VMS sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dilakukan sesuai dengan
63
Pasal 82 ayat 3 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
64
Pasal 82 ayat 2 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
Universitas Sumatera Utara
peraturan menteri yang mengatur mengenai penyelenggaraan sistem pemantauan kapal perikanan.
65
Sementara itu, bagi kapal penangkap ikan atau pengangkut ikan wajib terlebih dahulu memiliki Surat Laik Operasi SLO dan Surat Izin Berlayar SIB
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 89 1 Permen Perikanan dan kelautan Nomor Per.05Men2008, dinyatakan
bahwa setiap kapal penangkap ikan dan atau kapal pengangkut ikan yang melakukan penangkapan ikan dan atau kapal pengangkut ikan wajib dilengkapi
dengan surat laik operasi SLO yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh surat izin berlayar SIB dari syahbandar dipelabuhan pangkalan
66
. Setiap nahkoda atau fishing master wajib mengisi logbook penangkapan ikan dan
pengangkutan ikan serta menyerahkan kepaada Direktur Jenderal melalui kepala pelabuhan perikanan setempat atau pelabuhan pangkalan yang ditetapkan dalam
surat izin penangkapan ikan SIPI
67
ayat 2. Tata cara pengisisan logbook penangkapan ikan dan pengangkutan ikan serta mekanisme penyerahan logbook
kepada Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai logbook penangkapan ikan atau pengangkutan ikan
yang ditetapkan oleh Menteri.
68
Disamping itu, pemerintah tetap memantau dan mengevaluasi terhadap kinerja pemilik atau pemegang surat izin penangkapan ikan SIPI, surat izin
ayat 3.
65
Pasal 82 ayat 3 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
66
Pasal 82 ayat 3 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
67
Pasal 82 ayat 2 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
68
Pasal 82 ayat 3 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
Universitas Sumatera Utara
usaha perikanan dan surat izin kapal Pengangkut ikan SKPI jika benar memperlihatkan kinerja yang baik, maka pemerintah dapat saja memberikan
kemudahan-kemudahan. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 90 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan No. Per.05Men2008, bahwa bagi
pemegang surat izin penangkapan ikan SIPI, surat izin usaha perikanan dan surat izin kapal Pengangkut ikan SKPI, yang menyampaikan laporan kegiatannya
secara tertib, teratur dan benar dapat dipertimbangkan untuk diberi kemudahan dalam melakukan pengembangan usahanya sepanjang kondisi sumber daya ikan
masih memungkinkan. Keberadaan Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor
Per.05Men2008 yang menggantikan posisi Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor: Per.17Men2006, merupakan Peraturan Menteri yang masih
dalam transisi, sebab beberapa masalah yang masih ada pada masa berlakunya Peraturan Menteri Perikanan Nomor :Per.05Men2008, misalnya menyangkut
mengenai Surat Izin Usaha Perikanan SIUP, Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI, atau Surat Izin Kapal Pengangkut ikan SIKPI yang dalam
pelaksanaannya sudah tidak sesuai dengan format yang sesuai dengan Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008 telah memberikan
jalan keluar sesuai ketentuan yang termaktub dalam Pasal 93 sampai dengan Pasal 97. Dalam Pasal 93 Permen Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
dinyatakan bahwa kewajiban untuk melampirkan rekomendasi dari asosiasi atau organisasi dibidang perikanan tangkap harus dilakukan paling lambat 1 tahun
sejak diterapkannya peraturan tersebut. Sementara ini, bagi pemilik atau
Universitas Sumatera Utara
pemegang surat izin usaha perikanan, surat izin penangkapan ikan, dan surat izin kapal penangkap ikan yang telah melakukan penangkapan ikan atau pengangkut
ikan yang sebelumnya telah melakukan unit pengolahan ikan. Dalam Pasal 94 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008 dinyatakan
bahwa kewajiban orang atau badan hukum Indonesia yang kapal penangkapan ikan untuk mengolah pada Unit Pengolahan Ikan UPI didalam negeri yang
dimiliki atau melakukan kemitraan dengan Unit Pengolahan Ikan UPI diluar negeri sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat 2 dilaksanakan paling lambat 1
tahun sejak diterapkannya Peraturan menteri tersebut. Sejalan dengan ketentuan dalam pasal 94 diatas, maka keberadaan surat izin
usaha perikanan yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008 diperpanjang sampai dengan 30
tigapuluh tahun. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 95 1 Permen Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008, bahwa surat izin usaha perikanan yang telah
diterbitkan sebelum ditetapkannya Peraturan menteri tersebut berlaku selama 30 tahun sejak diterapkannya Peraturan menteri tersebut. Surat Izin Penangkapan
Ikan SIPI, atau Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri ini dinyatakan tetap berlaku sampai
dengan habis masa berlakunya
69
69
Pasal 82 ayat 2 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
. Surat izin penangkapan ikan SIPI untuk kapal penangkap ikan pengadaan dari luar negeri yang telah diterbitkan sebelum
ditetapkannya Peraturan Menteri tersebut dinyatakan tetap berlaku sampai masa berlakunya dan dapat diperpanjang apabila telah mengelola hasil tangkapannya
Universitas Sumatera Utara
pada Unit Pengolahan Ikan UPI dalam negeri atau melakukan kemitraan dengan Unit Pengolahan Ikan UPI didalam negeri yang telah diverifikasi oleh tim yang
dibentuk oleh Direktur Jenderal yang bertanggungjawab dibidang pengolahan hasil perikanan
70
. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI yang dioperasikan oleh perusahaan bukan perusahaan perikanan yang telah diterbitkan sebelum
diterapkannya Peraturan Menteri ini dinyatakan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya dan dapat diperpanjang apabila telah mengelola hasil tangkapannya
pada Unit Pengolahan Ikan UPI didalam negeri yang telah diverifikasi oleh tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal yang bertanggungjawab dibidang
pengolahan hasil perikanan
71
Sementara itu, bagi pemilik surat izin penangkapan ikan yang berbendera asing dengan cara sewa tetap diberikan kesempatan sampai berakhirnya masa
berlakunya surat izin tersebut. Hal ini sesuai ketentuan Pasal 95 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008, bahwa Surat Izin Penangkapan
Ikan SIPI untuk kapal penangkap ikan berbendra asing dengan cara sewa yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya peraturan menteri ini dinyatakan tetap
berlaku sampai dengan jangka waktu surat izin penangkapan ikan berakhir. .
Bagi perusahaan penangkapan ikan yang menggunakan fasilitas penanaman modal tetap diwajibkan melaksanakan perikanan tangkap terpadu, sebagaimana
yang diatur dalam Pasal 97 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008, bahwa perusahaan perikanan dengan fasilitas penanaman modal
yang telah memiliki Alokasi Penangkapan Ikan Penanaman Modal APIPM
70
Pasal 82 ayat 3 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
71
Pasal 82 ayat 4 Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.05Men2008
Universitas Sumatera Utara
dengan jumlah alokasi kapal tertentu sebelum ditetapkannya peraturan menteri ini diwajibkan untuk melaksanakan usaha perikanan tangkap terpadu paling lambat 2
dua tahun sejak ditetapkannya Peraturan Menteri tersebut. Sejalan dengan ketentuan yang menyangkut mengenai keberadaan Zona
Ekonomi Ekslusif Indonesia yang dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan usaha perikanan, sangat perlu mendapatkan proteksi dari segi
hukum, sebab di zona inilah terdapat kandungan sumber daya ikan dan sumber daya biota laut yang jumlah dan jenisnya banyak. Oleh karena itu, hak
penangkapan ikan atau kegiatan yang berkaitan dengan usaha perikanan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia termaktub dalam Pasal 30, 31, dan Pasal 32 UU
No.31 Tahun 2004 kemudian diatur secara teknis lebih lanjut dalam PP No.54 Tahun 2002 tentang Izin Usaha Perikanan.
Khusus untuk penangkapan ikan di ZEE tersebut, diatur dalam Pasal 7 1 PP No.54 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa perusahaan perikanan asing yang
akan melakukan kegiatan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia harus memiliki SIUP Surat Izin Usaha Perikanan. Surat izin usaha perikanan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, berlaku sesuai dengan jangka waktu berlakunya persetujuan internasional antara pemerintah negara Republik
Indonesia dengan negara asing yang bersangkutan. Sementara itu, kapal perikanan berbendera Indonesia yang melakukan penangkapan ikan atau kapal asing
berbendera asing yang melakukan penangkapan ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia wajib dilengkapi dengan Surat Penangkapan Ikan SPI. Khusus Surat
Universitas Sumatera Utara
Penangkapan Ikan SPI untuk kapal perikanan berbendera Indonesia berlaku selama:
1. 3 tiga tahun, untuk penangkapan ikan dengan jenis alat tangkap pukat
cincin, rawai tuna, jaringan insang hanyut atau huhate; dan 2.
2 dua tahun, untuk penangkapan ikan dengan jenis alat tangkap selain sebagaimana dimaksud
72
Oleh karena itu, dalam Surat Penangkapan Ikan SPI dicantumkan ketetapan mengenai daerah penangkapan ikan, jenis alat penangkapan ikan dan
spesifikasi kapal yang digunakan. Surat penangkapan ikan untuk kapal perikanan berbendera asing berlaku selama 1 satu tahun dan dapat diberikan perpanjangan
oleh pemberi izin .
73
Dalam ilmu hukum secara umum dikenal adanya hukum pidana umum dan hukum pidana khusus. Dalam sistem hukum pidana di Indonesia dapat ditemukan
dalam pasal 103 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang berbunyi sebagai berikut :
.
”Ketentuan – ketentuan dalam Bab I sampai Bab VIII Buku ini juga berlaku bagi perbuatan – perbuatan yang oleh ketentuan perundang-undangan lain diancam
dengan pidana, kecuali jika oleh undang-undang ditentukan lain” Berdasarkan ketentuan pasal 103 tersebut, maka yang dimaksud dengan:
1. Tindak Pidana Umum adalah semua tindak pidana yang tercantum dalam KUHP dan semua undang-undang yang mengubah atau menambah
KUHP.
72
Pasal 7 ayat 1 angka1 PP No.54 tahun 2002
73
Pasal 8 PP No. 54 Tahun 2004
Universitas Sumatera Utara
2. Tindak Pidana Khusus adalah semua tindak pidana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tertentu di luar KUHP.
Adanya tindak pidana umum dan tindak pidana khusus ini, maka dalam penyelesaian perkaranya juga diatur dalam hukum acara umum dan hukum acara
khusus, sehingga dalam penerapan dan penegakan hukumnya dimuat acara tersendiri sebagai ketentuan khusus Lex Specialis.
74
Wewenang penyidik dalam tindak pidana tertentu yang diatur secara khusus oleh undang-undang tertentu dilakukan oleh penyidik, jaksa dan pejabat penyidik
yang berwenang lainnya yang ditunjuk berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bahwa tindak pidana perikanan termasuk
dalam katagori tindak pidana khusus. 1. Beberapa macam tindak pidana perikanan IUU Fishing : Illegal, Unregulated,
Unreported Fishing dapat dibedakan atas :
a. Illegal Fishing adalah kegiatan penangkapan ikan secara illegal di perairan wilayah atau ZEE suatu negara, tidak memiliki ijin dari negara pantai.
b. Unregulated Fishing adalah kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah atau ZEE suatu negara yang tidak mematuhi aturan yang berlaku di negara
tersebut. c. Unreported Fishing adalah kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah
atau ZEE suatu negara yang tidak dilaporkan baik operasionalnya maupun data kapal dan hasil tangkapannya.
75
74
Sukardi, Penyidikan Tindak Pidana Tertentu, Edisi Revisi, Jakarta : Penerbit Restu Agung, 2009, hal. 275.
75
Aji Sularso,” Permasalahan IUU Fishing,”, Seminar, 2002.
Universitas Sumatera Utara
2. Berdasarkan IPOA International Plan Of Action yaitu suatu organisasi regional yang bergerak di bidang perencanaan dan pengelolaan perikanan, memetakan jenis
IUU Fishing sebagai berikut
76
a. Kegiatan perikanan melanggar hukum Illegal Fishing, yaitu kegiatan penangkapan ikan:
:
1 Dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu perairan yang menjadi yurisdiksi suatu negara tanpa ijin dari negara tersebut atau
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2 Bertentangan dengan peraturan nasional yang berlaku atau kewajiban
internasional; 3 Dilakukan oleh kapal yang mengibarkan bendera suatu negara yang
menjadi anggota organisasi pengelolaan perikanan regional, tetapi beroperasi tidak sesuai dengan ketentuan pelestarian dan pengelolaan
yang diterapkan oleh organisasi tersebut atau ketentuan hukum internasional yang berlaku;
4 Penyebab Illegal Fishing, antara lain : a Meningkat dan tingginya permintaan ikan, baik didalam negeri
maupun luar negeri; b Berkurang atau habisnya sumber daya ikan di negara lain;
c Lemahnya armada perikanan nasional; d Dokumen perijinan pendukung dikeluarkan oleh lebih dari satu
instansi; e Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di laut;
76
Markas Besar TNI Angkatan Laut, “Peranan TNI Angkatan Laut Dalam Menanggulangi illegal, Unreported dan Unregulated Fishing”, Jakarta, 2008.
Universitas Sumatera Utara
f Lemahnya tuntutan dan putusan pengadilan; g Belum adanya kesamaan visi aparat penegak hukum yang
berkompeten di laut; h Lemahnya peraturan perundangan terutama mengenai ketentuan
pidananya. Kegiatan iIllegal fishing yang umum terjadi di perairan yurisdiksi nasional Indonesia,
adalah : 1 Penangkapan ikan tanpa ijin;
2 Penangkapan ikan dengan menggunakan ijin palsu; 3 Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap terlarang; dan
4 Penangkapan ikan dengan jenis yang tidak sesuai dengan ijin. b. Kegiatan perikanan yang tidak dilaporkan Unreported Fishing, yaitu kegiatan
penangkapan ikan : 1 Tidak pernah dilaporkan atau dilaporkan secara tidak benar kepada
instansi yang berwenang, tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan nasional.
2 Dilakukan di area yang menjadi kompetensi organisasi pengelolaan perikanan regional, namun tidak pernah dilaporkan atau dilaporkan
secara tidak benar, tidak sesuai dengan prosedur pelaporan dari organisasi tersebut.
3 Penyebab Unreported Fishing, antara lain : a Lemahnya peraturan perundang-undangan;
b Lemahnya ketentuan sanksi dan pidana;
Universitas Sumatera Utara
c Belum sempurnanya sistem pengumpulan data hasil tangkapan angkutan ikan;
d Belum ada kesadaran pengusaha terhadap pentingnya menyampaikan data hasil tangkapanangkutan ikan;
e Hasil tangkapan dan daerah tangkapan dianggap rahasia dan tidak untuk diketahui pihak lain;
f Wilayah kepulauan menyebabkan banyak tempat pendaratan ikan yang sebagian besar tidak termonitor dan terkontrol;
g Unit penangkapan dibawah 6 GT tidak diwajibkan memiliki IUP dan SIPI, sehingga tidak diwajibkan melaporkan data hasil
tangkapannya; dan h Sebagian besar perusahaan yang memiliki armada penangkapan
ikan mempunyai pelabuhan sendiri. Kegiatan Unreported Fishing yang umum terjadi di perairan yurisdiksi nasional
Indonesia, adalah : 1 Penangkapan ikan yang tidak melaporkan hasil tangkapan yang
sesungguhnya atau pemalsuan data tangkapan. 2 Penangkapan ikan yang langsung dibawa ke negara lain
transhipment di tengah laut. c. Kegiatan perikanan yang tidak diatur Unregulated Fishing, yaitu
kegiatan penangkapan ikan : 1 Suatu area atau stok ikan yang belum diterapkan ketentuan pelestarian
dan pengelolaan dan kegiatan penangkapan tersebut dilaksanakan dengan cara yang tidak sesuai dengan tanggung jawab negara untuk
Universitas Sumatera Utara
pelestarian dan pengelolaan sumber daya ikan sesuai hukum internasional.
2 Area yang menjadi kewenangan organisasi pengelolaan perikanan regional, yang dilakukan oleh kapal tanpa kewarganegaraan, atau
yang mengibarkan bendera suatu negara yang tidak menjadi anggota organisasi tersebut, dengan cara yang tidak sesuai atau bertentangan
dengan ketentuan pelestarian dan pengelolaan dari organisasi tersebut. 3 Penyebab Unregulated Fishing, antara lain :
a Potensi sumber daya ikan di perairan Indonesia masih dianggap memadai dan belum mencapai tingkat yang membahayakan;
b Terfokus pada aturan yang sudah ada karena banyak permasalahankendala dalam pelaksanaan di lapangan;
c Orientasi jangka pendek; d Beragamnya kondisi daerah perairan dan sumber daya ikan, dan
e Belum masuknya Indonesia menjadi anggota organisasi perikanan internasional.
Kegiatan Unregulated Fishing di perairan yurisdiksi nasional Indonesia banyak ragamnya, antara lain masih belum diaturnya :
1 Mekanisme pencatatan data hasil tangkapan dari seluruh kegiatan penangkapan ikan yang ada;
2 Wilayah perairan-perairan yang diperbolehkan dan dilarang; dan 3 Pengaturan aktifitas sport fishing, kegiatan-kegiatan penangkapan ikan
menggunakan modifikasi dari alat tangkap ikan yang dilarang, seperti penggunaan jaring arad dan jaring apollo.
Universitas Sumatera Utara
B. Modus Operandi Tindak Pidana Illegal Fishing.