Pengertian Illegal Fishing Pengertian Zona Ekonomi Ekslusif

BAB II PENGATURAN ILLEGAL FISHING DALAM HUKUM

INTERNASIONAL

A. Pengertian Illegal Fishing

Dalam definisi internasional, kejahatan perikanan tidak hanya pencurian ikan illegal fishing, namun juga penangkapan ikan yang tidak dilaporkan unreported fishing, dan penangkapan ikan yang tidak diatur unregulated fishing . Negara yang belum melaporkan status perikananannya dengan jelas, bisa dikategorikan telah melakukan kejahatan. Tindakan yang tepat dilakukan sekarang ini adalah melaporkan sesuai data yang akurat sehingga dunia internasional dapat membantu Indonesia melalui tindakan yang tepat. 26

B. Pengertian Zona Ekonomi Ekslusif

Wilayah perekonomian yang merupakan zona laut dengan kewenangan sebatas di bidang perekonomian saja masing-masing memberikan kemudahan- kemudahan lain sepanjang berkaitan dengan lintas damai. Lahirnya UU No. 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia merupakan realisasi juridis perluasan wilayah laut utamanya yang menyangkut keadaan ekonomi dalam pengelolaan, pengawasan dan pelestariannya, sehingga upaya meningkatkan kesejahteraan bangsa dengan cara memanfaatkan sumber daya alam laut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 26 Riza, Sekretaris Jendral Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan KIARA http:www.kkp.go.idindex.phparsipc5419Berantas-Kejahatan-Perikanantanggal diakses 23 Juni 2013 Universitas Sumatera Utara ZEEI yang pengaturannya tertuang dalam UU No. 5 Tahun 1983, sebagai tindak lanjut atas peluang diberikan oleh konvensi tahun 1982 dimana rejim hukum laut dan rejim hukum negara kepulauan telah mendapatkan pengakuan secara internasional. Rejim hukum internasional tentang ZEEI yang telah dikembangkan oleh masyarakat internasional dimaksudkan untuk: 27 1. Melindungi negara pantai dari bahaya kemungkinan dihabiskannya sumber daya alam hayati didekat pantainya oleh kegiatan negara-negara lain dalam mengelola perikanan berdasarkan rejim laut lepas. Dengan bantuan bahwa sumber daya alam hayati selain tidak mengenal batas wilayah juga akan dapat pulih kembali, namun tidak menutup kemungkinan habisnya sumber tersebut apabila tidak memperhatikan jumlah tangkapan dan frekuensi penangkapan. 2. Melindungi kepentingan-kepentingan negara pantai dibidang pelestarian lingkungan laut serta penelitian ilmiah kelautan dengan upaya memanfaatkan sumber daya alam di zona tersebut. Pengaruh zona ekonomi sampai jarak maksimum yang ditetapkan dalam konvensi hukum laut, bukan meninggalkan kepentingan negara-negara lain untuk memakai fasilitas lautan, namun tetap memberikan hak-hak yang sama dalam pembudidayaan laut, sehingga baik negara berpantai maupun negara tidak berpantai dapat menikmati kekayaan laut dan tidak saling dirugikan. Indonesia sebagai negara pantai dalam melaksanakan hak berdaulat dan hak-hak lainnya, yuridiksi dan kewajiban-kewajiban yang melekat dalam kegiatan yang melekat dalam kegiatan pengelolaan berpijak pada UU No. 5 Tahun 1983. 27 P. Joko Subagyo, Hukum Laut Indonesia,Penerbit Rineka Cipta, Jakarta 2009. hal. 63. Universitas Sumatera Utara Namun UU ini tidak hanya mengikat bagi bangsa Indonesia saja melainkan bagi orang asing warga negara asing yang ingin melakukan kegiatan di zona tersebut, dalam hal perekonomian. Undang-Undang No. 5 Tahun 1983 sebagai refleksi dari Konvensi Hukum Laut Tahun 1982 yang dikembangkan oleh hukum internasional, merupakan langkah rejim hukum internasional ZEEI yang telah dikembangkan oleh masyarakat internasional dengan bentuk: 28 1. Tetap menjaga bentuk wilayah lautan agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan berbagai bangsa dan negara dengan pembatasan kegiatan- kegiatan yang dapat mengarah pada rusaknya sumber daya alam hayati. 2. Melindungi kepentigan negara-negara dalam memanfaatkan sumber lautan dengan tetap menjaga hak, baik negara pantai maupun tidak berpantai. 3. Mengurangi bahkan menghindari bentuk-bentuk pencemaran yang dapat merusak lingkungan laut, berakibat punahnya sumber daya yang ada. Ketentuan umum undang-undang tentang ZEEI ditegaskan, bahwa yang dimaksud dengan sumber daya alam hayati adalah semua jenis binatang dan tumbuhan termasuk bagian-bagiannya yang terdapat didasar laut dan ruang air di zona ekonomi eksklusif Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber daya alam non hayati yang terdapat didasar laut dan tanah di bawahnya serta ruang air di zona ekonomi eksklusif Indonesia. Tersirat suatu batasan bahwa kegiatan yang menyangkut kepentingan tersebut harus tunduk kepada ketentuan 28 Ibid, hal 64. Universitas Sumatera Utara yang ada, sehingga kewajiban yang harus dipenuhi dapat dilaksanakan, hal ini diperlakukan sepanjang tidak ada aturan lain sebagai pemecahan. Dengan direalisasikannya wilayah ZEEI sejauh 200 mil laut, membawa konsekuensi perubahan peta wilayah Indonesia dan aspek lainnya, yaitu: 29 1. Menambah luas wilayah Indonesia kurang lebih 1,5 juta persegi. 2. Menambah intensifnya pengawasan wilayah laut secara preventif maupun refresif terhadap pelanggaran wilayah dalam arti terjadinya pencurian hasil sumber daya alam hayati, khususnya ikan maupun penyalahgunaan atas kelonggaran yang diberikan. 3. Berupaya untuk mendapatkan perluasan kemampuan dalam menunjang potensi alam yang harus diusahakan dan diimbangi keadaannya. 4. Berupaya melakukan pencegahan terhadap kegiatan-kegiatan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran laut bahkan sampai mempengaruhi ekosistem laut. Konsekuensi tersebut menimbulkan dampak bagi negara-negara asing, dengan membandingkan pada kondisi yang ada sebelumnya 30 1. Mempersempit wilayah operasional dan ekonomi pada umumnya. Dimana laut yang secara hukum internasional merupakan laut bebas yang dapat diupayakan tanpa melalui prosedur nasional suatu negara. Namun keadaan tersebut berubah setelah adanya yurisdiksi dan hak berdaulat atas wilayah tersebut. Sebagai akibat lanjut dari perubahan tersebut bahwa setiap kegiatan asing yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam, harus ada izin : 29 Ibid, hal 65. 30 http:mukhtar-api.blogspot.com201211dampak-negatif-iuu-fishing-terhadap.html, tanggal diakses 23 Juni 2013 Universitas Sumatera Utara dengan persyaratan yang telah ditentukan serta diatur dalam hukum nasional suatu negara tanpa mengabdikan hukum internasional yang berasal dari konvensi. 2. Memperketat kewaspadaan dalam melaksanakan kegiatan kelautan yang dimungkinkan melangkah dan melanggar jalur ketentuan hukum nasional suatu negara yang telah disinkronkan dengan hukum internasional. Secara formil harus memperhatikan dan tunduk pada 2 dua ketentuan hukum yaitu: - hukum nasional - hukum internasional. Secara materiel dua ketentuan diatas tidak ada bedanya dimana prinsip- prinsip hukum nasional tidak bertentangan dengan hukum internaasional, sehingga tidak ada dilema dalam penerapannya. Di dalam pergaulan masyarakat internasional bentuk-bentuk dampak sebagai konsekuensi logis diberlakukannya hukum internasional, bukan merupakan halangan dalam mengupayakan kekayaan laut yang ada. Pada prinsipnya batas wilayah kelautan suatu negara yang menyangkut masalah ZEEI tidak mempunyai pengaruh diluar kegiatan pendayagunaan sumber daya alam hayati maupun non hayati. Misalnya, untuk kegiatan pelayaran dan penerbangan masih dapat dilakukan secara bebas freedom of navigation and over flight selain itu juga adanya kebebasan dalam hal pemasangan kabel-kabel dan pipa dibawah laut freedom of the laying of submarine cables and pipelines. Universitas Sumatera Utara Zona Ekonomi Eksklusif terbatas bidang ekonomi saja tanpa mempengaruhi kegiatan secara langsung dibidang yang lainnya. Mengingat bahwa diwilayah tersebut Indonesia tidak mempunyai kedaulatan secara penuh, hal ini ditegaskan dalam Pasal 2 UU No. 5 tahun 1983, bahwa ZEEI adalah jalur diluar dan berbatasan dengan wilayah laut Indonesia, sebagaimana ditetapkan berdasarkan UU yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah dibawahnya dan air diatasnya dengan batas terluas sejauh 200 mil laut yang diatur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia. Sebagaimana dimaksud diatas, keadaan laut 200 mil tersebut adalah diluar laut wilayah yang telah diatur dalam UU No.4Prp1960, dengan ketentuan sejauh 12 mil laut yang diukur dari garis dasar atas titik terluar pulau atau bagian pulau wilayah Indonesia. Sedangkan laut dalam jarak 200mil lebih dalam arti diluar wilayah ZEEI merupakan laut bebas dan wilayah ini hanya terjangkau oleh hukum internasional, sehingga tidak ada kedaulatan suatu negarapun yang meliputi wilyah tersebut. Penambahan luas wilayah laut perlu mendapatkan perhatian sepenuhnya bagi aparat yang mempunyai kewenangan khusus dalam menangani segala kegiatan di ZEEI. Peningkatan kewaspadaan pada kapal-kapal asing yang mengarungi wilayah ekonomi ekslusif dengan menggunakan hak kebebasan pelayaran, maupun kapal-kapal asing yang telah diizinkan oleh pemerintah Indonesia untuk membudidayakan sumber alam hayati. Peningkatan kewaspadaaan ini dilakukan mengingat semakin luasnya wilayah Indonesia dan semakin majunya Universitas Sumatera Utara perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengelolaaan sumber daya, misalnya telah banyak didapati alat-alat canggih ultra ringan dengan kemampuan yang luar biasa serta sudah dimodifisir dalam berbagai bentuk dengan multiguna. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 dibuat untuk menampung segala permasalahan diatas, sehingga secara dini dapat dicegah, yang berarti pula menunjukkan kewaspadaan pemerintah Indonesia dalam menjangkau segala kemungkinan yang dapat merugikan maupun menimbulkan bahaya kelestarian laut. Dalam melaksanakan pengelolaan serta konversi sebagai upaya yang bertujuan melindungi dan melestarikan sumber daya alam di ZEEI, telah ditetapkan tingkat pemanfaatannya oleh peraturan pemerintah Nomor 15 Tahun 1984, dengan maksud agar ada kehati-hatian dalam pengelolaan yang selalu memperhatikan tujuannya. Dalam UU ZEEI masih mengatur yang bersifat makro dengan tujuan mampu menjangkau segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan wilayah ekonomi laut, meliputi: 31 - Hal- hal yang bersifat pokok yang memerlukan pengaturan pelaksanaan antara lain dalam kegiatan pengelolaan sumber daya hayati dan non hayati secara praktis harus dilandasi persetujuan internasional antara pemerintah republik Indonesia dengan negara asing yang berkepentingan, dengan 31 Ibid, hal 68 Universitas Sumatera Utara memperhatikan bahwa sumber daya alam hayati pada dasarnya mempunyai daya pulih kembali dalam waktu relatif lambat. - Masalah ganti rugi yang diganjarkan sebagai akibat tindakan-tindakan yang dilakukan dan bertentangan dengan aturan perundangan yang ada terutama bertalian dengan: 1. Pulau-pulau, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan lainnya. 2. Di bidang ilmiah mengenai kelautan yaitu dalam hal melakukan penelitian laut. 3. Pencemaran lingkungan laut dan perusakan sumber daya alam kecuali: a. Karena peristiwa alam diluar kemampuannya b. Kerusakan karena kelalaian pihak ketiga. Semuanya itu ditentukan dari hasil penelitian ekologis sebagai langkah pembuktian, sehingga diketahui butir, jenis dan besarnya kerugian yang timbul. Pembatasan melalui tindakan preventif dengan dikeluarkannya bentuk-bentuk peraturan melalui penunjukkan atau dikaitkan dengan berupa peraturan lainnya yang secara hierarki dalam kedudukan yang setingkat atau dibawahnya, hal ini dimaksudkan agar pengawasan dapat dilakukan sebaik baiknya dengan cara memberikan wewenang serta tanggung jawab secara instansi, sehingga dapat membawa kedalam keadaan yang tertib, aman dan terpelihara kepentingan laut.

C. Ketentuan tentang Illegal Fishing pada UNCLOS 1982