B. Mekanisme Hukum Internasional dan Nasional terhadap penegakkan hukum di ZEE Indonesia
Pidana merupakan sanksi terhadap tindak pidana yang dilakukan karena melanggar suatu ketentuan tertentu, sehingga dapat diancam dengan pidana
hukuman berupa:
113
a. Hukuman Pokok, meliputi: 1.
Hukuman mati; 2.
Hukuman penjara; 3.
Hukuman kurungan; dan 4.
Hukuman denda. b. Hukuman Tambahan yang meliputi:
1. Pencabutan beberapa hak-hak tertentu;
2. Perampasan barang tertentu; dan
3. Pengumuman putusan hakim.
Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1983 yang mengatur tentang keadaan di ZEE Indonesia terdiri 21 Pasal dan hanya 2 Pasal yang mengatur masalah pidana,
yaitu Pasal 16 dan Pasal 17. Apabila disimak pasal demi pasal bahwa ancaman hukuman yang
diberikan berupa hukuman denda, misalnya dalam Pasal 16 diungkapkan bahwa adanya tindakan-tindakan yang bertentangan dengan izin dari pemerintah
Indonesia atau persetujuan internasional dengan pemerintah Indonesia dalam hal:
113
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeia, Bogor 1986
Universitas Sumatera Utara
1. Melakukan eksplorasi dan atau eksploitasi sumber daya alam atau kegiatan
pembangkitan tenaga dari air, arus dan angin; 2.
Melakukan kegiatan penelitian ilmiah kelautan; dan 3.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam membuat atau menggunakan pulau-pulau, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan lainnya.
Diancam dengan pidana setinggi-tingginya Rp. 225.000.000,00 dengan hukuman tambahan berupa perampasan terhadap hasil kegiatan yang diperoleh, kapal dan
alat perlengkapan lainnya yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut.
Apabila didapati suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga dari tindakannya dapat berakibat rusaknya lingkungan hidup dalam ZEE
Indonesia, sanksi pidananya menunjuk pada Undang-Undang yang mengatur lingkungan hidup yaitu UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup. Pengelolaan lingkungan hidup, berdasarkan kemampuan yang serasi dan
seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia yang sekaligus asas dari pengelolaan dan
perlidungan lingkungan hidup
114
a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup;
dengan tujuan yang terdapat dalam Pasal 3, yaitu:
b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
114
Pasal 3 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
Universitas Sumatera Utara
c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup; f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;
g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;
h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. mengantisipasi isu lingkungan global. Rusaknya atau tercemarnya lingkungan hidup disebabkan oleh perbuatan
manusia yang meliputi: 1. unsur kesengajaan; dan
2. unsur kealpaan. Apabila rusaknya tercemarnya lingkungan karena adanya unsur
kesengajaan, diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 10 sepuluh tahun dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 100.000.000,00 dan apabila karena
unsur kelalaian diancam pidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 satu tahun dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 1.000.000,00.
115
115
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Perbuatan sebagaimana dilakukan karena adanya unsur kesengajaan diklasifikasikan sebagai kejahatan dan perbuatan karena unsur kelalaian
diklasifikasikan sebagai pelanggaran.
Universitas Sumatera Utara
Ancaman pidana terhadap perusakan atau pemusnahan barang-barang bukti yang digunakan untuk melakukan tindak pidana yang berupa rusaknya atau
tercemarnya lingkungan hidup, dan tindakan dilakukan untuk menghindarkan penyitaan terhadap barang-barangnya ketika dilakukan pemeriksaan, diancam
dengan pidana denda setinggi-tingginya Rp. 75.000.00,00. Klasifikasi tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17 UU No. 5 Tahun 1983
berupa kejahatan. Dan apabila tindak pidana yang diatur dalam Pasal 16 dan Pasal 17 tersebut dikaitkan dengan KUHAP yang digolongkan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 4 huruf b. Pengaturan Illegal fishing yang diatur di dalam UNCLOS 1982 tentang
Penegakan Peraturan perundang-undangan Negara pantai menurut Hukum Internasional.
116
1. Negara pantai dapat, dalam melaksanakan hak berdaulatnya untuk
melakukan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati di zona ekonomi eksklusif mengambil tindakan demikian,
termasuk menaiki kapal, memeriksa, menangkap dan melakukan proses peradilan, sebagaimana diperlukan untuk menjamin ditaatinya peraturan
perundang-undangan yang ditetapkannya sesuai dengan ketentuan Konvensi ini.
2. Kapal-kapal yang ditangkap dan awak kapalnya harus segera dibebaskan
setelah diberikan suatu uang jaminan yang layak atau bentuk jaminan lainnya.
3. Hukuman Negara pantai yang dijatuhkan terhadap pelanggaran peraturan
perundang-undangan perikanan di zona ekonomi eksklusif tidak boleh mencakup pengurungan, jika tidak ada perjanjian sebaliknya antara Negara-
negara yang bersangkutan, atau setiap bentuk hukuman badan lainnya.
4. Dalam hal penangkapan atau penahanan kapal asing Negara pantai harus segera memberitahukan kepada Negara bendera, melalui saluran yang tepat,
mengenai tindakan yang diambil dan mengenai setiap hukuman yang kemudian dijatuhkan.
116
Pasal 73 UNCLOS 1982
Universitas Sumatera Utara
C. Aspek Penegakkan Hukum Terhadap Pelaku Illegal Fishing di ZEE