Permasalahan Hukum Kasus Illegal Fishing di Indonesia Perbuatan Illegal Fishing Oleh NelayanAsing

pelayaran internasional. Dan bagi negara selat tersebut berhak membuat ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan lalu lintas melalui selat tersebut, dengan tetap memperhatikan ketentuan konvensi, yaitu: 43 1. Keselamatan pelayaran dan pengaturan lintas laut; 2. Pencegahan, pengurangan dan pengendalian pencemaran; 3. Pencegahan penangkapan ikan, termasuk penyimpanan alat penangkapan ikan dalam palka; dan 4. Memuat atau membongkar losmudite, maka uang atau orang-orang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan bea cukai, fiskal, imigrasi dan kesehatan. Pengaturan yang ada berupa batasan-batasan untuk tetap menjaga keseimbangan laut dari segi fungsi maupun kondisinya. Fasilitas pelayaran internasional tetap ada sebagaimana Laut Lepas, namun tetap terkendali sepanjang masih berada pada kepentingan bersama.

B. Permasalahan Hukum Kasus Illegal Fishing di Indonesia Perbuatan Illegal Fishing Oleh NelayanAsing

Suatu keadaan yang dimungkinkan terjadi dalam menentukan batas Zona Ekonomi Ekslusif antara negara Indonesia dengan negara lain bertetangga, pantai satu dan lainnya berhdap hadapan serta berbatasan, maka dalam penentuan batasnya dilakukan dengan melalui pembicaraanperundingan. Selama persetujuan dimaksud belumtidak dilakukan ataupun tidak terdapat keadaan khusus yang perlu diperhatikan dipertimbangkan seperti misalnya dalam penjelasan Pasal 3 43 Ibid, hal.62 Universitas Sumatera Utara UU No.51983, terdapat pulau dari negara lain yang terletak dalam jarak kurang dari 200 mil laut dari garis pangkal untuk menetapkan lebarnya ZEE Indonesia, batas tersebut ditentukan dengan menarik garis tengah antara wilayah Indonesia yang merupakan daerah terluar dengan teritorial laut atau daratan terluar sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Namun tidak menutup kemungkinan sebelum dilakukan perjanjian yang berisi tentang pengaturan seperti yang dimaksud dapat pula dilakukan perjanjian yang berisi tentang pengaturan sementara, sehingga masih diperlukan pembicaraan lebih lanjut untuk menetapkan yang final. Adanya pembicaraan yang selaras dalam menyelesaikan masalah kelautan akan mencegah timpangnya kewenangan dalam suatu areal dengan objek yang sama terutama setelah hadirnya konvensi hukum laut bagi masyarakat luas pada umumnya dan negara pantai pada khususnya. Bagi negara pantai dengan konvensi hukum laut ketiga cenderung memperluas wilayah lautnya baik wilayah Laut Teritorial dalam batas yang telah ditentukan maksimal 12 mil laut atau hanya wilayah ekonomi ekslusif dengan segala konsekuensi yang melekat. Dan bagi negara pantai bahwa dengan perubahan wilayah laut khususnya wilayah ekonomi akan membawa dampak tersendiri. 44 Dengan memperhatikan keadaan tersebut diatas pada Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia mempunyai dan melaksanakan: 44 http:tips-belajar-internet.blogspot.com201303penjelasan-tentang-illegal- fishing.html, tanggal akses 23 Juni 2013 Universitas Sumatera Utara 1. Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi pengelolaan dan berupaya untuk melindungi, melestarikan sumber daya alam yaitu menjaga dan memelihara keutuhan ekosistem laut. Hak berdaulat dalam hal ini tidak sama dengan kedaulatan penuh yang dimiliki dan dilaksanakan atas laut wilayah maupun perairan pedalaman. 2. Hak untuk melaksanakan penegakan hukum dilakukan oleh aparat yang menangani secara langsung, dalam upaya untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan perdamaian. Mengingat adanya hak berdaulat yang melekat seperti tersebut dalam poin 1 diatas, maka sanksi-sanksi yang diancamkan diperairan yang berada dibawah kedaulatan penuh negara. 3. Hak untuk melaksanakan hot persuit pengejaran seketika terhadap kapal- kapal asing yang melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan ZEEI. 4. Hak ekslusif untuk membangun, mengizinkan dan mengatur pembangunan, pengoperasian dan penggunaan pulau-pulau buatan, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunannya. Disamping itu, mempunyai yurisdiksi, namun tidak berakibat atas batas Laut Teritorial. 5. Hak untuk menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah berupa penelitian-penelitian dengan diterimatidaknya permohonan yng diajukan pada pemerintah, kemudian atas permohonannya pemerintah dapat menyatakan: a. tidak menolak permohonan yang diajukan b. bahwa keterangan yang diberikan oleh pemohon tidak sesuai dengan kenyataan atau kurang lengkap. Universitas Sumatera Utara c. bahwa permohonan belum memenuhi kewajiban atas proyek penelitiannya, kecuali apabila dinyatakan sebaliknya. Segala kegiatan berupa hak-hak melekat diareal laut tersebut merupakan perwujudan dari perlindungan dan pengawasan negara pantai dibidang pertahanan dan keamanan, dan memberikan peluang sebesar-besarnya bagi negara pantai dalam membenahi serta memelihara lingkungan laut sebagai sumber daya alam semesta. Hak-hak tersebut timbul bukan merupakan tindakan sepihak dari pemerintah negara pantai, melainkan dengan memperhatikan lingkungan maupun geografi wilayah, juga tidak adanya pertentangan dengan hukum internasional yang melandasi hukum nasional suatu negara. Keadaan tersebut semakin nampak nyata setelah dihasilkannya konvensi hukum laut ketiga. Negara pantai diwilayah dimaksud tidak dapat semena-mena menerapkan hukum nasionalnya, kecuali tidak bertentangan dengan hukum internasional baik yang berasal dari perjanjiantraktat, konvensi dan sebagainya. Bagi negara pantai seperti halnya Indonesia, ZEEI merupakan wilayah yang mempunyai kedaulatan penuh dalam kaitannya masalah ekonomi dan sangat memperhatikan segala kewajibannya yang berupa kewajiban hukum internasional, antara lain: 45 1. Menghormati hak-hak negara lain dalam melakukan pelayaran maupun penerbangan, yang merupakan kebebasan dari negara-negara dalam melintasi wilayah dimaksud, dan kebebasan dalam melakukan pemasangan kabel- kabel, pipa-pipa dibawah laut. 45 http:regional.coremap.or.iddownloadsMateri_Illegal-fishingsolusinya.pdftanggal diakses 23 Juni 2013 Universitas Sumatera Utara 2. Dalam pengelolaan salah satu jenis sumber daya alam yang terdapat di ZEE Indonesia, seperti halnya ikan. Kewajiban bagi pemerintah Indonesia untuk menentukan jumlah tangkapan yang diperbolehkan total allowable catch, sehingga diketahui secara pasti berapa jumlah tangkapan secara keseluruhan dan kemampuan negara Indonesia mengusahakan lingkungannya dan tangkapan. Misalnya: upaya pemerintah untuk meningkatkan kemampuan usaha perikanan dilingkungannya kemudian dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1984 tentang pengelolaan sumber daya alam hayati di ZEE Indonesia, telah memberikan segala kemungkinan untuk melakukan penangkapan ikan oleh orang atau badan hukum asing yang diawali dengan persetujuan antara pemerintah negara asing dimana orang atau badan hukum tersebut berasal. Keadaan demikian telah direalisir dengan memberikan izin pada Taiwan dan Thailand untuk melakukan penangkapan ikan di ZEE Indonesia dengan perjanjian bahwa, kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan tersebut selama satu tahun dengan menggunakan kapal sebanyak 14 buah berbendera Taiwan masing-masing berbobot 100-200 gross ton GT. Penangkapan yang dilakukan oleh negara asing tersebut dimungkinkan, meningat Untuk ZEE Indonesia dapat dioperasikan kapal sebanyak 400 empat ratus buah guna memanfaatkan potensi yang terkandung di ZEEI sebesar 2,7 ton ikan pertahun. 46 46 Direktur Jenderal Dirjen Perikanan, Kemetrian Kelautan dan Perikanan RI Dengan potensi tersebut Indonesia baru dapat memanfaatkan ikan sebanyak 1.8 dan selebihnya dapat dimanfaatkan orang atau badan hukum asing dimaksud. Universitas Sumatera Utara 3. Sebagai konsekuensi bagi negara asing yang ikut serta memanfaatkan sumber daya alam dilaut, mempunyai kewajiban memikul tanggungjawab pada keadaan disekelilingnya untuk melestarikan keserasian dan keseimbangan dan membayar ganti rugi bagi rehabilitasi lingkungan atau sumber daya alam dalam jumlah yang dimungkinkan. Mengingat pula bahwa keadaan tersebut juga merupakan tanggungjawab negara pantai untuk selalu menjaga dan melestarikan lingkungan lautnya. Dengan kata lain bahwa kewajiban tersebut ditetapkan pada setiap orangbadan hukum atau barangsiapa yang melakukan yang membiarkan terjadinya pencemaran lingkungan laut dan atau kerusakan sumber daya alam. Hal ini merupakan tanggung jawab mutlak strict liability, maksudnya bahwa perbuatan yang tidak dapat dielakkan dan secara prosedural tidak diperlukan upaya pembuktian lagi. Wewenang melindungi dan melestarikan sumber daya alam di ZEE Indonesia, secara internasional didasarkan pada praktik negara yang tidak bertentangan dengan hukum internasional. Sedangkan secara nasional landasannya terdapat dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Secara mendasar dan universal pelestarian lingkungan hidup menjadi tanggung jawab bangsa Indonesia, dengan ditunjang adanya kewajiban pemerintah untuk menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawabnya dalam mengelola lingkungan hidup dilakukan melalui penyuluhan, bimbingan, pendidikan maupun penelitian tentang lingkungan hidup. Dalam Pasal 2-nya UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Universitas Sumatera Utara Lingkungan Hidup disebutkan asas dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan: a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup; b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia; c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem; d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup; e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup; f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan; g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia; h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan j. mengantisipasi isu lingkungan global. Adanya tujuan yang berarti pemeliharaan lingkungan hidup dan pencegahannya serta penanggulangannya atas kerusakan dan pencemaran, menjadi kewajiban setiap orang, sehingga haknya pun atas lingkungan hidup baik dan sehat akan dapat dirasakan. Hal-hal tersebut dapat perlu diperhatikan sebagai pertimbangan di dalam menentukan langkah-langkah untuk memanfaatkan kekayaan baik orang badan hukum Indonesia atau orang badan hukum asing, dalam kaitannya dengan pemberian izin operasional. Izin yang diberikan oleh pemerintah Indonesia selain berdasarkan kepentingan-kepentingan nasional dengan mencantumkan syarat- Universitas Sumatera Utara syarat seperlunya dalam perizinan juga memperhatikan hukum internasional yang berupa persetujuan internasional dengan pemerintah Indonesia dalam pelaksanaannya harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 47 1. Dalam melakukan eksplorasi dan atau eksploitasi sumber daya alam hayati mentaati ketentuan tentang pengelolaan dan konvervasi atau upaya perlindungan dan pelestarian yang telah ditetapkan. 2. Dalam melakukan eksplorasi dan atau eksploitasi sumber daya alam hayati di daerah tertentu di ZEE Indonesia mmperhatikan jumlah tangkapan yang diizinkan. Syarat-syarat dimaksud di atas merupakan alat kontrol dalam menentukan kebijakan selanjutnya, yang sekaligus bagi aparat penegak hukum dengan kompetensinya merupakan fondasi cakrawala. Dan kemungkinan adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di laut maupun tindakan-tindakan yang dianggap mengganggu stabilitas nasional dapat diambil langkah lebih dini. Permasalahan hukum kasus illegal fishing di Indonesia Bahwa pada tanggal 26 Januari 2012, Kyaw Shin-12 yang dinakhodai oleh terdakwa dengan 10 sepuluh orang ABK berangkat dari Kantang Trang Thailand menuju laut untuk menangkap ikan dan pada tanggal 27 Januari 2012 KM Kyaw Shin-12 sampai dilaut dan terdakwa memerintahkan para ABK menurunkan jaring kedalam laut untuk menangkap ikan didaerah pulau Kotong Thailand selanjutnya terdakwa membawa haluan kapal untuk melanjutkan penangkapan ikan hingga memasuki wilayah perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, dan pada tanggal 47 Ibid, hal. 73. Universitas Sumatera Utara 29 Maret 2012 bertempat diperairan Indonesia Selat Malaka Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia ZEEI pada posisi 05 ͦ -16’-539” LU 098 ͦ - 14’ -237” BT saat KM. Kyaw Shin – 12 perbuatan tersebut telah dipergoki oleh kapal KP HIU 010 dari Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan langsung melakukan pengejaran namun terdakwa telah mengetahui keberadaan petugas KP HIU 010 sehingga terdakwa selaku nakhoda berusaha lari dengan memutus jaring yang masih berada di dalam laut. Namun belum sempat terdakwa melarikan diri, terdakwa berhasil ditangkap, kemudian nakhoda dan seluruh ABK KM. Kyaw Shin-12 diperintahkan untuk naik keatas kapal, lalu diperlihatkan GPS dan kordinat penangkapan pada posisi 05 ͦ -16’-539” LU 098 ͦ - 14’ -237” BT yang termasuk dalam wilayah perairan Indonesia ZEEI dan didapati didalam kapal, ikan hasil tangkapan sebanyak 1.000 kg dan telah dijual seharga Rp. 1.300.000,- sedangkan uang hasil penjualan ikan dijadikan sebagai barang bukti Terhadap permasalahan hukum yang dialami oleh warga Negara Thailand tersebut pihak Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan selaku pihak yang melakukan pengangkapan dan penyidikan terhadap Terdakwa Ael, maka pihak Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan menyurati Konsulat Jenderal Thailand di Medan guna pemberitahuan keberadaan tersangka An. MR. Ael serta menyurati Duta Besar Myanmar di Jakarta guna pemberitahuan keberadaan ABK Warga Negara Myanmar sebanyak 10 sepuluh orang yang dijadikan sebagai Saksi untuk kepentingan penyidikan tindak pidana perikanan di wilayah perairan Indonesia Selat Malaka ZEEI. Universitas Sumatera Utara

C. Pengaturan Hukum Nasional terhadap Illegal Fishing