MATERI DAN METODOLOGI

MATERI DAN METODOLOGI

Materi

1. Disposal

Sebelum mendapat endapan batubara, terlebih dahulu perlu dilakukan pengupasan dan pemindahan material penutup, sehingga dibutuhkan suatu area untuk menimbun material

penutup tersebut. Disposal adalah daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang dijadikan tempat menimbun material penutup. Material tersebut perlu digali dari pit demi untuk memperoleh material ekonomis.

Gambar 1. Disposal Utara pada PT. MME

Rancangan disposal sangat penting untuk perhitungan keekonomian. Lokasi dan bentuk dari disposal akan berpengaruh terhadap jumlah gilir truk, biaya operasi dan jumlah truk dalam satu armada yang diperlukan.

2. Lahan

Menurut Sitorus (2000), lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan tanah. Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu material maupun spritiual.

Lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sumber daya alam (UU No.32 tahun 2009) adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan non hayati yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosistem.

Kesesuaian lahan merupakan tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Menurut Kamus Penataan Ruang (2009), kesesuaian lahan diartikan sebagai hal sesuai dan tidak sesuainya tanah untuk pemanfaatan teretentu. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

3. Tanah

Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara

kimia) dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Menurut Arsyad (2000) tanah adalah suatu benda alami heterogen padat yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair dan gas dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Dalam ilmu mekanika tanah, struktur tanah dibagi menjadi tiga tingkat (Gambar 3.2)

Seminar Nasional Kebumian XII

Hotel Sahid, 14 September 2017 Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-19765-5-5

Gambar 2. Penampang Struktur Tanah

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme. Proses pembentukkan tanah dikenal sebagai pedogenesis.proses ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses fisika, kimia, dan biologi pada tanah.

Tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi)

seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan kelima faktor tersebut, maka terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan penggolongan jenis-jenis tanah.

4. Baku Mutu Tanah

Parameter tanah yang ditetapkan sebagai baku mutu tanah sangat terkait dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan, oleh karena itu penentuan parameter baku mutu tanah secara umum sulit ditentukan, walaupun rancangan baku mutu tanah telah diatur dalam rancangan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1994. Rancangan Kepmen ini menyebutkan bahwa baku mutu tanah ditetapkan oleh masing-masing Gubernur dengan berpedoman pada Baku Mutu Nasional. Penentuan baku mutu dilakukan berdasarkan penelitian dan tetap menampung aspirasi dari masyarakat, pengusaha dan pihak yang berkepentingan (Gatot Suhariyono dkk, 2005).

Menurut United State of Department Agriculture (2003) indikator mutu tanah adalah sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta proses dan karakteristik yang dapat diukur untuk memantau berbagai perubahan dalam tanah. Indikator mutu tanah akan menentukan kemampuan tanah untuk memenuhi fungsinya. Menurut Larson dan Pierce (1994) tiga fungsi tanah yang berhubungan erat dengan mutu tanah adalah sebagai media pertumbuhan tanaman, mengatur dan membagi aliran air melalui lingkungan dan bertindak sebagai penyaring lingkungan.

5. Sifat – Sifat Fisik Tanah

a. Warna Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi

berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief, 1979). Bahan organik di dalam tanah akan mengahsilkan warna kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral seperti besi oksida ataupun akumulasi garam-garam sehingga sering terjadi modifikasi dari warna-warna di atas.

b. Tekstur Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim et al, 1986).

Jika beberapa contoh tanah ditetapkan atau dianalisa di laboratorium, maka hasilnya selalu memperlihatkan bahwa tanah itu mengandung partikel-partikel yang beraneka ragam ukurannya, ada yang berukuran sangat halus, halus, kasar dan sangat kasar. Partikel-partikel

Seminar Nasional Kebumian XII

Hotel Sahid, 14 September 2017 Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-19765-5-5

ini telah dibagi ke dalam grup atau kelompok-kelompok atas dasar ukuran diameternya, tanpa memandang komposisi kimianya, warna, berat atau sifat lainnya. Dalam analisa ini ditetapkan distribusi menurut ukuran-ukuran partikel tanah (Hakim et al, 1986).

Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalam tanah, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka

secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan.

6. Sifat Kimia Tanah

Sifat Kimia tanah adalah unsur zat kimia yang terdapat di dalam tanah dimana zat tersebut berasal dari zat kimia yang meresap ke dalam tanah. Saeni (1989) mengungkapkan unsur hara makro di dalam tanah adalah unsur-unsur C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S, sedangkan unsur hara mikro didalam tanah adalah unsur-unsur B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, Na, V dan Zn. Pada tahun 2015, PT. Manambang Muara Enim sendiri telah melakukan pengujian sampel tanah pada area disposal timur.

7. Reklamasi

Penyusunan rencana reklamasi dan pascatambang meliputi :

1. Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi, meliputi :

a) tata guna lahan sebelum dan sesudah kegiatan Eksplorasi;

b) rencana pembukaan lahan kegiatan Eksplorasi yang menyebabkan lahan terganggu;

c) program reklamasi tahap Eksplorasi;

d) kriteria keberhasilan Reklamasi tahap Eksplorasi meliputi standar keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, dan penyelesaian akhir;

e) rencana biaya reklamasi tahap Eksplorasi.

2. Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi, meliputi :

a) tata guna lahan sebelum dan sesudah kegiatan tahap Operasi Produksi;

b) rencana pembukaan lahan untuk kegiatan tahap Operasi Produksi yang menyebabkan lahan terganggu;

c) program Reklamasi tahap Operasi Produksi;

d) kriteria keberhasilan Reklamasi tahap Operasi Produksi meliputi standar keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, pekerjaan sipil dan penyelesaian akhir;

e) rencana biaya reklamasi tahap Operasi Produksi

3. Penyusunan Rencana Pascatambang, memuat :

a) profil wilayah, meliputi :

1. lokasi dan kesampaian wilayah;

2. kepemilikan dan peruntukan lahan;

3. rona lingkungan awal, meliputi peruntukan lahan, morfologi, air permukaan, air tanah, biologi akuatik dan terestrial, serta sosial, budaya, dan ekonomi sesuai dengan Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disetujui;

4. kegiatan lain di sekitar tambang.

b) deskripsi kegiatan pertambangan, meliputi keadaan cadangan awal, sistem dan metode penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian, serta fasilitas penunjang;

c) rona lingkungan akhir lahan Pascatambang, meliputi keadaan cadangan tersisa, peruntukan lahan, morfologi, air permukaan dan air tanah, biologi akuatik dan terestrial, seta sosial, budaya dan ekonomi;

d) program Pascatambang meliputi :

1. reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang;

2. Pengembangan sosial, budaya, dan ekonomi;

3. Pemeliharaan hasil Reklamasi; dan

4. Pemantauan.

e) organisasi, termasuk jadwal pelaksanaan Pascatambang;

f) kriteria keberhasilan Pascatambang, meliputi standar keberhasilan pada tapak bekas tambang, fasilitas penunjang dan pemantauan;

Seminar Nasional Kebumian XII

Hotel Sahid, 14 September 2017 Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-19765-5-5

g) rencana biaya Pascatambang. Secara garis besar teknik reklamasi meliputi rekonstruksi tanah, penanaman kembali

permukaan tanah yang tergradasi, penampungan dan pengelolaan racun dan air asam tambang (AAT) dengan menggunakan penghalang fisik maupun tumbuhan untuk mencegah erosi atau terbentuknya AAT serta pengaturan drainase.

8. Revegetasi

Revegetasi yang merupakan bagian dari kegiatan reklamasi diartikan sebagai usaha/kegiatan penanaman kembali pada lahan bekas tambang. Permenhut RI No 4 Tahun 2011 mendefinisikan reklamasi sebagai usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan. Setiadi (1999), mendefinisikan revegetasi sebagai suatu usaha manusia untuk memulihkan kembali lahan kritis di luar kawasan hutan dengan maksud agar lahan tersebut dapat kembalu berfungsi secara normal, sedangkan Parotta dalam Latifa (200), menyatakan bahwa reklamsi dengan spesies-spesies pohon dan tumbuhan bawah yang terpilih dapat memberikan peranan penting dalam mereklamasi hutan tropika.

Revegetasi umumnya dilakukan dalam tiga tahap, mulai dari penanaman vegetasi penutup tanah (cover crops), kemudian penanaman pohon cepat tumbuh (fast growing species) dan terakhir menanam tanaman sisipan dengan jenis pohon hutan klimaks (climax species) (Dermawan & Irawan, 2009).